Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

Powered by TCPDF (

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

PERATURAN WALIKOTA TEGAL

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Post Disaster Management Sebuah Pembelajaran dari Desa Sekoci, Besitang, Langkat

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB III LANDASAN TEORI

Laporan Hasil Assessmen Psikologis Penyintas Bencana Tanah Longsor Banjarnegara Tim Psikologi UNS 1. Minggu ke-1 (18 Desember 2014)

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BUPATI BANDUNG BARAT

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 1411, 2014 BNPB. Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Manajemen. Pedoman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

Tahap Tanggap Darurat dan Pascabencana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN BERAS REGULER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TIM CMHN BENCANA DAN INTERVENSI KRISIS

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

Transkripsi:

Sekolah Petra (Penanganan Trauma) Bagi Anak Korban Bencana Alam Dwi Utari Nugroho *), Nurulia Unggul P.R *), Nur Shinta Rengganis *), Putri Asmita Wigati **) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro **) Staff Pengajar Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Koresponden : d_utarinu@yahoo.com ABSTRAK Kurangnya perhatian pada penanganan korban bencana alam, khususnya upaya pemulihan trauma di setiap bencana alam yang terjadi di Indonesia merupakan masalah yang belum ditangani secara serius dan efektif. Padahal trauma dapat menyebabkan masalah besar dalam kehidupan pasca bencana alam. Bencana berarti juga terhambatnya laju pembangunan. Berbagai hasil pembangunan ikut menjadi korban sehingga perlu adanya proses membangun ulang. Siswa pun harus terpaksa berhenti sekolah. Kenyataan seperti ini berarti pula muncul kemungkinan kegagalan di masa mendatang. Dari berbagai masalah seperti itu bisa menyebabkan timbulnya trauma (Faturochman, 2013). Melalui kajian pustaka, sebuah gagasan membentuk Sekolah Petra muncul sebagai solusi permasalahan di atas. Sekolah Petra dengan metode penanganan berdasarkan kebutuhan korban dan pemulihan tiga aspek penting dalam korban, yaitu emosional, intelektual, dan spiritual diharapkan mampu memulihkan kondisi korban bencana secara menyeluruh. Sekolah Petra diterapkan secara bertahap: pertama, identifikasi masalah dengan mengumpulkan data-data di lapangan; kedua, spesifikasi masalah berdasarkan data-data yang telah diambil, sehingga terbentuk kelompok-kelompok yang digolongkan berdasarkan tingkat trauma, permasalahan, dan kepribadian korban, dan kategori lain yang dianggap penting; ketiga, pemecahan masalah dengan mencari solusi yang tepat terhadap penanganan masing-masing kelompok. Setelah terbentuk kelompok-kelompok dengan metode penanganan masing-masing, maka sekolah dapat dimulai. Lamanya waktu pelaksanaan program ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan korban dan mengacu pada evaluasi yang dilakukan. Program Sekolah Petra dirancang untuk menjawab permasalahan penanganan trauma pada korban bencana alam terutama untuk anak-anak. Di harapkan Sekolah Petra mampu menyembuhkan luka trauma secara permanen dan memulihkan kondisi, serta meningkatkan kualitas hidup korban bencana alam. Kata kunci : Sekolah Petra, Trauma, Bencana 97

Sekolah Petra... Dwi U.N, Nurulia U.P.R, Nur Shinta R PENDAHULUAN Pada awal tahun 2013 ini, Jakarta kembali dikejutkan dengan datangnya banjir besar. Meski curah hujan yang datang lebih kecil bila dibandingkan dengan kejadian banjir besar di Jakarta pada tahun 2007 lalu, tetapi dampaknya tidaklah jauh berbeda. (Berita Hangat, 2013) Tidak saja menyebabkan timbulnya korban jiwa ataupun menimbulkan kerusakan rumah dan infrastruktur, tetapi juga meninggalkan trauma yang luar biasa, terutama bagi anakanak. Kejadian luar biasa yang dialami seseorang dan tidak mampu diantisipasinya seperti bencana alam dapat menyebabkan terganggunya kejiwaan orang tersebut. Keadaan ini semakin diperparah dengan jumlah pengungsi yang tidak sesuai dengan tempat pengungsian. Mereka kebanyakan tidak mendapatkan tempat yang layak untuk tinggal bahkan hanya untuk beristirahat saja. Kurangnya pasokan makanan yang bergizi juga menyebabkan para pengungsi mudah terserang penyakit. Mereka tidak mampu bersekolah dan harus tidur di tempat yang seadanya. Bencana alam dipastikan akan berdampak pada psikologis anak-anak. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas mental sebagai dampak traumatis kejadian tersebut. (Andri Suryadi, 2008) Anak-anak Indonesia merupakan aset negara, generasi penerus bangsa, oleh karena itu perlindungan anak perlu menjadi perhatian khusus. Namun, dalam setiap bencana alam yang terjadi, anak-anak selalu menjadi korban utama yang cenderung dinomorduakan penanganannya. Padahal, penanganan korban anak bencana itu seharusnya diprioritaskan di samping konsentrasi pada evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan fundamental, seperti bahan makanan, obat-obatan, dan lain-lain. Berbagai faktor kendala perlindungan anak dalam penanganan bencana alam di Indonesia antara lain: 1. Belum adanya Undang-Undang tentang penanggulangan bencana. 2. Belum ada rumusan kebijakan tentang perlindungan khusus bagi anak dalam situasi darurat seperti bencana alam. 3. Penanganan bencana selama ini masih terpusat pada tahap penyelamatan korban dan belum menyentuh pada pemulihan hak korban anak bencana. 4. Terbatasnya pengetahuan orang tua dan masyarakat tentang perlindungan anak khususnya dalam situasi bencana. 5. Terbatasnya sumber daya bagi perlindungan korban anak bencana. 6. Koordinasi dan kerjasama antara lembaga belum efektif dalam upaya perlindungan terhadap korban anak bencana. Sejalan dengan itu Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 pada Bab 12 menyatakan salah satu kegiatan pokok Program Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak adalah Pengembangan Mekanisme Perlindungan bagi Anak dalam Kondisi Khusus, seperti bencana alam dan sosial (termasuk konflik) (http://kla.or.id). Perlindungan korban bencana alam tidak hanya terkait dengan penyembuhan fisik, tetapi yang tidak kalah penting adalah penanganan luka trauma akibat bencana. Karena pada umumnya anak-anak lebih rentan mendapat trauma yang berkepanjangan dibandingkan orang dewasa, sehingga terjadi penurunan kualitas mental yang berimbas pada penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu penanganan trauma (traumatic healing) patut menjadi fokus. Berlandaskan alasan pentingnya penanganan trauma (traumatic healing) pada anak, maka pengusul memunculkan sebuah gagasan berupa program pendidikan yang komperhensif, menangani permasalahan emosional, intelektual, dan spiritual bagi anak-anak korban bencana alam. Gagasan ini diberi nama Sekolah Petra (Penanganan Trauma). Tujuan Program Sekolah Petra bertujuan untuk memberikan panduan kepada rekan-rekan mahasiswa, masyarakat, ataupun relawanrelawan yang terjun langsung menangani korban bencana, khususnya menangani anakanak, agar dapat melakukan tindakan yang tepat sesuai dengan perkembangan kepribadian dan 98

tingkat traumatis anak. Pembentukan sekolah Petra dengan kurikulum yang terstruktur, disertai pengamatan perkembangan anak-anak korban bencana alam ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu mampu menghilangkan trauma dan memulihkan kondisi anak serta meningkatkan kualitas diri mereka. GAGASAN Selama ini banyak relawan dari masyarakat terutama dari kalangan mahasiswa ataupun dari organisasi atau komunitas manapun yang terjun langsung membantu korban bencana alam. Mereka juga turut andil dalam penanganan masalah trauma pada korban anak-anak. Namun penanganan trauma pada anak yang selama ini dilakukan dinilai kurang efektif, karena tidak berdasarkan sumber masalahnya dan juga tidak semua di tempat terjadinya bencana ada relawan yang melakukan penanganan trauma pada anak. Usaha yang dilakukan hanya sekedar menghibur anak-anak dengan kegiatan yang spontanitas dan seadanya, seperti bermain dan kegiatan seni agar anak-anak lupa akan masalahnya (pengalihan sementara). Ke giatankegiatan tersebut tidak bertujuan untuk menghilangkan trauma secara permanen. Selain itu, kegiatan-kegiatan tersebut biasanya hanya berlangsung beberapa minggu pasca bencana dan kurang ditindak lanjuti perkembangannya. Hal di atas terjadi karena sebagian besar relawan kurang memahami psikologi anak, sehingga penanganan dampak traumatis pada anak-anak kurang terstruktur. Dalam hal ini pemerintah sudah mengatur penanganan anak-anak korban bencana alam dalam bentuk Undang-Undang. Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengamanatkan dalam beberapa pasal, sebagai berikut: Pertama, pada pasal 59, diamanatkan bahwa pemerintah dan lembaga negara lainnya, berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat. Kedua, pada pasal 60 dinyatakan antara lain bahwa anak dalam situasi darurat adalah anak korban bencana alam. Ketiga, pada pasal 62 dinyatakan bahwa perlindungan khusus tersebut dilaksanakan melalui: 1. Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan; dan 2. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial. (http://www.komnasperempuan.or.id) Permasalahan penanganan anak korban bencana alam ini dijawab dengan menggunakan program Sekolah Petra. Program Sekolah Petra memiliki beberapa tahapan dalam menangani trauma pada anak-anak korban bencana alam antara lain : Tahap pertama Langkah awal program ini adalah identifikasi masalah, yaitu mengumpulkan data korban anak-anak yang meliputi usia, jenis kelamin, kondisi fisik, dan kondisi keluarganya melalui survei lapangan atau wawancara kepada korban bencana. Tahap kedua Melakukan spesifikasi masalah. Setelah data terkumpul maka anak-anak korban bencana alam dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sesuai kriteria-kriteria dari masingmasing anak yang memiliki kurang lebih kriteria yang sama ataupun mirip. Tahap Ketiga Setelah identifikasi dan spesifikasi masalah, tahap ketiga adalah penanganan trauma disesuaikan dengan permasalahan yang dimiliki anak. Penanganan ini memiliki empat titik poin dalam pencarian solusi masalah trauma, yaitu fisik, emosional, intelektual dan spiritual. Karena keempat titik poin tersebut merupakan prinsip keseimbangan dalam hidup manusia. Dengan pemulihan fisik diharapkan korban mampu menerima pembinaan dan penanganan tahap selanjutnya. Titik poin dalam pencarian masalah dengan fisik misalnya jika ada korban yang terluka atau cacat akibat bencana solusinya untuk anak adalah dengan 99

Sekolah Petra... Dwi U.N, Nurulia U.P.R, Nur Shinta R memberikan semangat dan motivasi dan juga memberikan sesuatu yang bisa membuat korban bisa tetap sehat dan kuat. Emosional, anak biasanya memiliki emosi yang labil sehingga untuk meredakan emosi pada anak bisa dilakukan dengan bermain agar anak selalu gembira. Intelektual, akibat terjadinya bencana biasanya aktivitas sekolah terganggu sehingga dalam Sekolah Petra ini perlu adanya proses belajar mengajar agar aktivitas belajar terus berjalan dan agar korban bencana tetap menambah pengetahuan mereka dengan hal-hal baru yang diberikan sekolah petra. Spiritual, misalnya dengan mengadakan pengajian atau belajar tentang agama dan doa bersama akan mengurangi rasa trauma dengan iman yang kuat. Sekolah Petra merupakan suatu sistem terpadu untuk pemulihan trauma pada korban anak-anak bencana alam. Sistem ini meliputi empat aspek potensi dalam diri anak, yaitu aspek fisik, emosional, spiritual dan intelektual. Selain itu sekolah petra ini juga memiliki pengajar yang profesional khususnya dalam psikologi. Sehingga untuk menunjang kemampuan psikologi, pengajar juga harus dilatih bagaimana mengajar atau menangani trauma pada anak. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya membuka pelatihan kemampuan atau belajar psikologi bagi relawan yang ingin membantu korban bencana alam agar dalam penanganan trauma bisa efektif dan efisien. Misalnya dengan pelatihan bagaimana mengatasi trauma sesuai umur atau jenjang pendidikan anak. Anak yang sudah mengenyam pendidikan, biasanya mudah melupakan traumanya melalui berbagai permainan olah fisik ataupun memancing pemikiran-pemikiran sederhana, metode bermain seperti metode tebak-tebakan, sulap ataupun olah kreasi dari bahan sekitar. Sedangkan anak-anak balita akan lebih menyukai bermain mobil-mobilan yang tinggal pakai agak rusak pun tak mengapa, bermain pembayangan, asal gambar dan pantomim yang lucu-lucu serta sekedar mendengar dongeng lucu tentang binatang ataupun tumbuhan serta kehidupan yang belum pernah mereka lihat. Organisasi kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) membantu korban banjir dengan melalui upaya penyembuhan luka psikologis kepada anak-anak yang mengalami trauma pascabencana banjir bandang. Penyembuhan trauma dilakukan melalui metode hipnoterapi bagi siswa SMP dan SMA serta dongeng ceria ( story telling) bagi para anak TK dan SD. Metode hipnoterapi dan dongeng ceria dilakukan oleh para relawan professional. Kedua metode tersebut diharapkan ampuh secara cepat memulihkan kondisi psikologis anak-anak yang menjadi korban bencana alam. Luka psikologis atau trauma merupakan luka yang tidak kasat mata. Para korban penderita trauma umumnya terlihat sehat secara fisik, namun ketika dihadapkan pada kondisi tempat tinggal yang porak poranda akibat bencana, sisi traumatis anak akan kembali muncul. (Waspada online, 2013) Untuk mengatasi persoalan traumatis akibat bencana, anak-anak korban bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor dan sebagainya perlu mendapatkan pembelajaran dan pendidikan khusus. Salah satunya melalui permainan yang memenuhi kebutuhan emosi yang stabil dan komunikasi yang hangat antara keluarga dan anak-anak korban bencana alam. Diharapkan Sekolah Petra ini bisa direalisasikan atau diresmikan pemerintah sehingga bagi yayasan atau organisasi yang ingin membantu korban bencana harus mendaftar ke Pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk pemerataan relawan atau pengajar Sekolah Petra ke setiap adanya tempat-tempat terjadinya bencana. KESIMPULAN Program Sekolah Petra dirancang untuk menjawab permasalahan penanganan trauma pada korban anak-anak bencana alam. Tahapan penanganan trauma Sekolah petra yaitu pertama diawali dengan identifikasi masalah, kedua spesifikasi masalah dan ketiga pemecahan masalah. Diharapkan dengan metode penanganan yang memiliki sistem bertahap, berkelanjutan, dan memperhatikan semua aspek 100

dalam diri anak, yaitu fisik, emosional, dan intelektual, Sekolah Petra mampu menyembuhkan luka trauma secara permanen dan memulihkan kondisi anak, serta meningkatkan kualitas hidup anak. Selain itu diharapkan juga Sekolah Petra memiliki pengajar yang profesional dengan terlebih dulu menjalankan pelatihan, sehingga program Sekolah Petra ini bisa berjalan efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim. 2013. Video Banjir Jakarta, (http://www.beritaterhangat.net/2013/01/vi deo-banjir-jakarta-2013.html, diakses 17 Pebruari 2013). 2. Anonim. Anak dan Bencana Alam, (http://www.kla.or.id/index.php?option=co m_content&view=article&id=53:anakdan-bencana-alam&catid=37:masalahsosial&itemid=58, diakses 17 Pebruari 2013). 3. Anonim. 2013. ACT Terapkan Metode Hipnoterapi Untuk Korban Banjir, (http://www.waspada.co.id/index.php?opti on=com_content&task=view&id=278487 &Itemid). 4. Faturochman. Dampak Psikologi Bencana Alam, ( Online), (http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/koran - Dampak Psikologis Bencana Alam.pdf, diakses 17 Pebruari 2013). 5. Komnas Perempuan. 2009. UU Perlindungan Anak, ( Online), (http://www.komnasperempuan.or.id/wp- content/uploads/2009/07/uu- PERLINDUNGAN-ANAK.pdf, diakses 17 Pebruari 2013). 101