Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

dokumen-dokumen yang mirip
Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Cara uji geser langsung batu

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

SNI Standar Nasional Indonesia

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Cara uji bliding dari beton segar

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Semen portland komposit

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder

BAB IV METODE PENELITIAN

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB IV METODE PENELITIAN

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Revisi SNI T C. Daftar isi

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB 3 METODE PENELITIAN

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk pekerjaan sipil

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Lampiran A...15 Bibliografi...16

BAB 3 METODE PENELITIAN

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

Cara uji penyulingan aspal cair

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

PENGARUH SUBSTITUSI AGREGAT KASAR DENGAN SERAT AMPAS TEBU TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON K-350

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Badan Standardisasi Nasional

BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Ketentuan dan persyaratan... 2 4.1 Peralatan... 2 4.2 Sarana penunjang... 2 4.3 Persyaratan benda uji... 2 4.4 Persyaratan pengujian... 3 5 Cara pengujian... 3 5.1 Rumus-rumus perhitungan... 3 5.2 Persiapan uji... 4 5.3 Prosedur pengujian... 4 5.4 Prosedur perhitungan... 5 6 Pelaporan... 5 Lampiran A Bagan alir (normatif)... 6 Lampiran B Gambar gambar (normatif)... 7 Lampiran C Tabel contoh formulir isian... 9 Lampiran D Tabel daftar deviasi teknis dan penjelasannya (informatif)... 11 Bibliografi... 12 BSN 2011 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Cara uji kuat lentur beton dengan dua titik pembebanan adalah revisi dari SNI 03-4431-1997 Metode pengujian kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan, dengan perubahan pada penambahan istilah dan definisi, penambahan dan penyempurnaan gambar-gambar, penjelasan notasi, penambahan contoh pengisian formulir uji, pembuatan bagan alir, penghapusan daftar istilah dan lain-lain. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Bidang Sumber Daya Air 91-01-S 1 melalui Gugus Kerja Pendayagunaan Sumber Daya Air Bidang Bahan dan Geoteknik. Tata cara penulisan disusun mengikuti PSN 08:2007 dan dibahas pada forum rapat konsensus pada tanggal 2 Desember 2006 di Bandung dengan melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait. BSN 2011 ii

Pendahuluan Pada prinsipnya struktur beton pada bangunan sipil harus mampu menahan gaya yang bekerja seperti tekan dan lentur yang diakibatkan oleh energi dari luar seperti angin dan gempa pada bangunan gedung, tekanan air dan gempa pada bangunan air, tekanan kendaraan pada jembatan dan sebagainya. Struktur beton harus aman terhadap gaya-gaya tersebut. Untuk itu maka struktur beton harus memenuhi syarat tertentu agar bangunan tidak mengalami kegagalan, tetap stabil dan aman. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang disyaratkan pada beton untuk struktur bangunan sipil, perlu dilakukan pengujian laboratorium baik untuk agregat, adukan beton maupun beton pada umur tertentu. Agar struktur beton aman terhadap gaya lentur yang bekerja, beton harus mempunyai kuat lentur tertentu sesuai dengan yang disyaratkan. Untuk mengetahui kuat lentur dari struktur beton perlu dilakukan pengujian kuat lentur di laboratorium, sehingga perlu adanya pedomaan cara uji kuat lentur beton yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengujian di laboratorium. Standar ini dipakai sebagai acuan dan pegangan bagi praktisi dan laboran yang melakukan pengujian kuat lentur beton di laboratorium. BSN 2011 iii

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan. Standar ini membahas ketentuan dan persyaratan, cara pengujian dan prosedur pengujian dan perhitungan. 2 Acuan normatif SNI 03-2493-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium SNI 03-6414-2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan untuk pengujian bahan SNI.03.6861.1.2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) JIS A 1132-1993, Method of making and curing concrete specimens 3 Istilah dan definisi Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut. 3.1 beton normal beton yang mempunyai berat isi antara 2200 kg/m 3 sampai 2500 kg/m 3 dengan bahan penyusun air, pasir, semen Portland, dan batu alam baik yang dipecah maupun tidak, tanpa menggunakan bahan tambahan sesuai dengan SNI-03-6861.1-1992 3.2 kuat lentur beton kemampuan balok beton yang diletakan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan kepadanya, sampai benda uji patah, dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya per satuan luas 3.3 sumbu panjang benda uji garis yang melalui pusat berat benda uji pada arah panjang 3.4 tampang lintang benda uji penampang benda uji apabila dipotong tegak lurus sumbu panjang 3.5 perletakan benda uji alas penyangga atau penumpu berbentuk silinder dari baja yang dapat berputar pada jarak tertentu, untuk meletakkan benda uji 3.6 titik pembebanan dua titik pada jarak tertentu sebagai tempat beban diberikan BSN 2011 1 dari 11

3.7 segregasi terpisahnya agregat kasar dari mortar pada adukan beton segar 4 Ketentuan dan persyaratan 4.1 Peralatan Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut. a) Mesin tekan beton yang dapat digunakan untuk pengujian kuat lentur dengan perlengkapan antara lain manometer dengan dua jarum pembacaan beban, dua buah titik perletakan berbentuk silinder, dua buah titik pembebanan berbentuk silinder, ketelitian peralatan pada skala pembacaan minimum adalah 12,5 g. b) Cetakan benda uji dengan penampang lintang berbentuk bujur sangkar ukuran lebar 15 cm dan tinggi 15 cm, panjang 53 cm. 4.2 Sarana penunjang Sarana penunjang lainnya antara lain timbangan kapasitas 50 kg dengan ketelitian 5 gram sesuai dengan ketentuan SNI 03-6414-2002 mengenai spesifikasi timbangan yang digunakan untuk pengujian bahan, jangka sorong, alat ukur panjang (penggaris), alat penumbuk beton, kunci sok, obeng, kain lap pengering, sikat ijuk, kamera, alat tulis, dan formulir isian hasil uji. 4.3 Persyaratan benda uji 4.3.1 Persyaratan bahan Bahan-bahan untuk membuat benda uji harus memenuhi syarat sebagai berikut: a) Semen Portland Semen Portland yang digunakan harus memenuhi syarat sesuai yang ditentukan dalam SNI.03.6861.1.2002 mengenai spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) b) Agregat Agregat kasar dan agregat halus harus memenuhi syarat sesuai dengan yang ditentukan dalam SNI.03.6861.1.2002 mengenai spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) c) Air Air yang digunakan harus memenuhi syarat sesuai dengan yang ditentukan dalam SNI.03-6861.1-2002 mengenai spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) 4.3.2 Persyaratan adukan beton Pembuatan adukan beton harus memenuhi ketentuan sebagai berikut; a) Penimbangan bahan Penimbangan bahan-bahan untuk campuran beton menggunakan timbangan sesuai dengan ketentuan sub-pasal 4.2 b) Pengadukan campuran beton BSN 2011 2 dari 11

1) Jumlah adukan beton harus minimum 10% melebihi adukan beton yang diperlukan untuk pembuatan benda uji. 2) Pengadukan dapat dilakukan dengan mesin atau dengan tangan sesuai dengan ketentuan SNI 03-2493-1991 mengenai metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium. 4.3.3 Persyaratan pembuatan benda uji Pembuatan benda uji harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) Pengambilan adukan beton untuk pembuatan benda uji harus menggunakan sendok aduk atau sekop sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi. b) Penuangan adukan beton ke dalam cetakan benda uji dilakukan secara hati-hati, kemudian dipadatkan. 3) Pembuatan benda uji harus memenuhi ketentuan SNI 03-2493-1991 mengenai metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium. 4.4 Persyaratan Pengujian 4.4.1 Persyaratan teknis Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut. a) Sebelum pengujian, adukan beton harus dibuat sesuai dengan ketentuan pada subpasal 4.3.2 b) Sebelum pengujian, harus dilakukan kalibrasi terhadap skala pembacaan beban pada manometer. Kalibrasi dilakukan setiap periode tertentu. c) Cetakan benda uji yang akan digunakan untuk membuat benda uji harus dalam keadaan kering, bersih dan bebas dari segala kotoran. 4.4.2 Petugas dan Penanggung jawab Pengujian kuat lentur beton normal harus dilakukan oleh petugas yang berpengalaman dan diawasi oleh seorang ahli yang bertanggung jawab terhadap hasil uji. 5 Cara pengujian 5.1 Rumus-rumus perhitungan Rumus-rumus perhitungan yang digunakan adalah: a) Untuk pengujian dimana bidang patah terletak di daerah pusat (daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan sebagai berikut. P.L σ l = 2... (1) b.h Lihat Lampiran B Gambar B.3. b) Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada diluar pusat (daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah), dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% BSN 2011 3 dari 11

dari jarak antara titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan sebagai berikut. P.a σ l = 2... (2) b.h Lihat Lampiran B Gambar B.4. dengan pengertian: σ l adalah kuat lentur benda uji ( MPa) P adalah beban tertinggi yang terbaca pada mesin uji (pembacaan dalam ton sampai 3 angka di belakang koma) L adalah jarak (bentang) antara dua garis perletakan (mm) b adalah lebar tampang lintang patah arah horizontal (mm) h adalah lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm) a adalah jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sudut dari bentang (mm) Catatan: Untuk benda uji yang patahnya di luar pusat (daerah 1/3 jarak titik perletakan bagian tengah) dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang, hasil pengujian tidak digunakan. 5.2 Persiapan uji Persiapan uji dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut. a) Siapkan benda uji dan lakukan beberapa hal sebagai berikut: 1) Ukur dan catat dimensi penampang benda uji dengan jangka sorong minimum di 3 (tiga) tempat. 2) Ukur dan catat panjang benda uji pada keempat rusuknya. 3) Timbang dan catat berat masing-masing benda uji. 4) Buat garis-garis melintang sebagai tanda dan petunjuk titik-titik perletakan, titik-titk pembebanan dan titik-titk sejauh 5% dari jarak bentang di luar titik perletakan. 5) Tempatkan benda uji yang telah selesai diukur, timbang dan beri tanda pada tumpuan pada tempat yang tepat dengan sisi atas benda uji pada waktu pengecoran berada di bagian samping alat penekan. b) Siapkan mesin tekan beton dan lakukan tahapan sebagai berikut. 1) Pasang 2 (dua) buah perletakan dengan lebar bentang 3 kali jarak titik-titik pembebanan dan pasang alat pembebanan sehingga mesin tekan beton berfungsi sebagai alat uji lentur. 2) Atur pembebanan dan skala pembacaannya. 3) Tempatkan benda uji yang sudah diberi tanda di atas perletakan sedemikian sehingga tanda tumpuan yang dibuat pada benda uji, tepat pada pusat tumpuan dari alat uji, dengan kedudukan sisi atas benda uji pada waktu pengecoran berada pada bagian samping alat penekan dan menyentuh benda uji pada sepertiga bentang titik tumpuan. c) Siapkan formulir uji seperti contoh pada lampiran. 5.3 Prosedur pengujian Pengujian dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut. BSN 2011 4 dari 11

a) Hidupkan mesin uji tekan beton yang telah dipersiapkan, tunggu kira-kira 30 detik. c) Letakkan benda uji pada tumpuan dan atur benda uji sehingga siap untuk pengujian. d) Atur pembebanannya untuk menghindari terjadi benturan. e) Atur katup-katup pada kedudukan pembebanan dan kecepatan pembebanan pada kedudukan yang tepat sehingga jarum skala bergerak secara perlahan-lahan dan kecepatannya 8 kg/cm 2-10 kg/cm 2 tiap menit. f) Kurangi kecepatan pembebanan pada saat-saat menjelang patah yang ditandai dengan kecepatan gerak jarum pada skala beban agak lambat, sehingga tidak terjadi kejut. g) Hentikan pembebanan dan catat beban maksimum yang menyebabkan patahnya benda uji, pada formulir uji seperti contoh pada lampiran. h) Ambil benda uji yang telah selesai diuji, yang dapat dilakukan dengan menurunkan plat perletakan benda uji atau menaikkan alat pembebanannya. i) Ukur dan catat lebar dan tinggi tampang lintang patah dengan ketelitian 0,25 mm sedikitnya pada 3 tempat dan ambil harga rata-ratanya. j) Ukur dan catat jarak antara tampang lintang patah dari tumpuan luar terdekat pada 4 tempat di bagian tarik pada arah bentang dan ambil harga rata-ratanya. 5.4 Prosedur perhitungan Perhitungan hasil uji dilakukan sebagai berikut. a) Untuk pengujian dimana patahnya terjadi di daerah pusat (1/3 jarak perletakan) kuat lentur beton dihitung dengan rumus (1) sub-pasal 5.1 butir a). b) Untuk pengujian dimana patah terjadi di luar pusat (di luar daerah 1/3 jarak perletakan) di bagian tarik beton,dan jarak titik pusat sampai titik patah kurang dari 5% dari bentang titik perletakan maka kuat lentur beton dihitung dengan rumus (2) sub-pasal 5.1 butir b). c) Untuk pengujian dimana patah terjadi di luar pusat (di luar daerah 1/3 jarak perletakan) di bagian tarik beton,dan jarak titik pusat sampai titik patah lebih dari 5% dari bentang titik perletakan maka hasil pengujian tidak digunakan. d) Contoh pengisian formulir uji dapat dilihat pada Tabel C.2, Lampiran C. 6 Pelaporan Hasil pengujian kuat lentur beton normal ini, dilaporkan dalam bentuk formulir seperti pada Lampiran C Tabel C.1 dan contoh pengisian formulir dapat dilihat pada Tabel C.2 yang antara lain memuat: a) Nomor contoh benda uji, jumlah benda uji, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan. b) Tanggal pembuatan dan tanggal pengujian. c) Identifikasi benda uji. d) Asal agregat halus, agregat kasar dan nama produsen semen Portland. e) Hasil uji seperti pada contoh formulir pada lampiran. f) Nama petugas uji, pengawas dan penanggung jawab pengujian dengan dibubuhkan tanda tangan. BSN 2011 5 dari 11

Gambar A.1 Lampiran A (normatif) Bagan Alir Mulai Siapkan benda uji Siapkan mesin uji Siapkan formulir uji Tempatkan benda uji pada tumpuan Lakukan pembebanan dengan kecepatan 8 kg/cm 2-10 kg/cm 2 per menit Kurangi kecepatan pembebanan menjelang benda uji patah Hentikan pembebanan setelah benda uji patah Ukur dan catat lebar dan tinggi permukaan bidang patah Hitung kuat lentur beton dengan Rumus (1) atau (2) Laporkan hasil uji kuat lentur beton dalam formulir uji Selesai BSN 2011 6 dari 11 Bagan alir pengujian kuat lentur beton

Keterangan gambar: A-A adalah sumbu memanjang B adalah titik-titik perletakan C adalah titik-titik pembebanan Gambar B.1 Lampiran B (normatif) Gambar-gambar Benda uji, perletakan dan pembebanan Keterangan gambar: L adalah jarak (bentang) antara dua garis perletakan (cm) b adalah lebar tampak lintang benda uji (cm) h adalah tinggi tampak lintang benda uji (cm) P adalah beban tertinggi yang ditunjukan oleh mesin uji (kg) Tampang lintang Gambar B.2 Garis-garis perletakan dan pembebanan BSN 2011 7 dari 11

Gambar A.5 Gambar B.3 Patah pada 1/3 bentang tengah (Rumus 1) Gambar B.4 Patah di luar 1/3 bentang tengah dan garis patah pada < 5% dari bentang (Rumus 2) Patah di luar 1/3 bentang tengah dan garis patah pada >5% dari bentang BSN 2011 8 dari 11

Lampiran C (normatif) Tabel contoh formulir isian Tabel C.1 Contoh formulir pengujian kuat lentur beton PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON PATAH PADA PUSAT 1/3 LEBAR PADA SISI TARIK RUMUS : σ l = (P.l) / (B.H 2 ) Nama : Tanggal uji : Tanggal dibuat : Tempat uji : Benda uji : Ukuran : Kondisi Berat Volume Ukuran maks. Agregat kasar (mm) Air W (kg/m 3 ) PERBANDINGAN CAMPURAN Slum (cm) PC C (kg/m 3 ) Kadar udara (%) Pasir S (kg/m 3 ) Faktor air semen W / C % Kerikil C (kg/m 3 ) Volume agregat halus s / a (%) Bahan pencampur (g atau cc/m 3 ) Nomor benda uji 1 2 3 Umur benda uji ( hari ) Lebar benda uji ( cm ) Tinggi benda uji ( cm ) Panjang benda uji ( cm ) Berat benda uji ( kg ) Volume benda uji ( cm 3 ) Berat Volume ( kg/m 3 ) Beban maksimum ( N ) Jarak bentang ( cm ) Lebar tampak lintang = b ( cm ) Tinggi tampak lintang = h ( cm ) Kuat lentur uji ( MPa ) Rumus : σ l = ((P.l) / (B.H 2 )) Kuat lentur rata-rata( MPa) Penanggung Jawab (...) Pengawas (...)...,...200.. Pelaksana (...). BSN 2011 9 dari 11

Tabel C.2 Contoh formulir pengujian kuat lentur beton yang telah diisi PENGUJIAN KUAT LENTUR BETON PATAH PADA PUSAT 1/3 LEBAR PADA SISI TARIK RUMUS : σ l = (P.l) / (B.H 2 ) Nama : PT. BOROBUDUR Tanggal uji : 29-11-2006 Tanggal dibuat : 01-11-2006 Tempat uji : Lab. Balai PBPS Benda Uji : Balok beton Ukuran : 15 cm x 15 cm x 53 cm PERBANDINGAN CAMPURAN Kondisi Berat Volume 2.400 Ukuran maks. agregat kasar (mm) Slum (cm) BSN 2011 10 dari 11 Kadar udara (%) Faktor air semen W / C % 31,5 2 1 0,52 Air W (kg/m 3 ) PC C (kg/m 3 ) Pasir S (kg/m 3 ) Kerikil C (kg/m 3 ) Volume agregat halus s / a (%) Bahan pencampur (g atau cc/m 3 ) 131,27 324 675,49 1.238,24 - Nomor benda uji 1 2 3 Umur benda uji ( hari ) 28 28 28 Lebar benda uji ( cm ) 150 150 150 Tinggi benda uji ( cm ) 150 150,1 150,2 Panjang benda uji ( cm ) 530 530 530,0 Berat benda uji ( kg ) 2,9 3 2.98 Volume benda uji ( cm 3 ) 11,925 12,004 12,084 Berat Volume ( kg/m 3 ) 2,4 2,4 2,4 Beban maksimum ( N ) 420 410 430 Jarak bentang ( cm ) 450 450 450 Lebar tampak lintang = b ( cm ) 150 155 156 Tinggi tampak lintang = h ( cm ) 170 168 167 Kuat lentur uji ( MPa ) 0,043 0,042 0,044 Rumus : σ l = ((P.l) / (B.H 2 )) Kuat lentur rata-rata ( MPa) 0,043 Penanggung Jawab Ir. Agus Sumaryono, Dipl. HE. Pengawas Ir. Churiyah Yogyakarta, 29 Nopember 2006 Pelaksana Suprijatin, BE.

Lampiran D (informatif) Tabel daftar deviasi teknis beserta penjelasannya No. Materi Sebelum Revisi 1 Judul Metode pengujian kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan Cara uji kuat lentur beton dengan dua titik pembebanan 2 Format Tanpa format acuan Perubahan format dan layout SNI sesuai BSN No. 8 Tahun 2000 3 Istilah dan definisi Masih kurang Penambahan beberapa istilah dan definisi: segregasi 4 - Ketentuan dan persyaratan - Cara pengujian Tidak ada 5 Rumus Penjelasan rumus masih kurang Penambahan beberapa materi diantaranya sarana penunjang, dan persyaratan pengujian Adanya penyermpurnaan rumus dan penjelasan notasi 6 Bagan Alir Tidak ada Pembuatan bagan alir Lampuran A) 7 Gambar Gambar kurang jelas Gambar diperjelas dan keterangan gambar dilengkapi (Lampiran A) 8 Contoh Formulir Sudah ada, tapi belum sempurna Penyempurnaan contoh formulir pengisian dan penambahan blanko kosong (Lampiran B) BSN 2011 11 dari 11