BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat peraturan yang dicantumkan dalam undang-undang. Hal

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH PADA LEMBAGA ZIS AL-IHSAN DAN SOLO PEDULI DI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dideklarasikan satu dekade lalu, wacana tentang Millennium

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan fundamental yang tengah dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan merupakan salah satu penyebab munculnya permasalahan perekonomian masyarakat. Hal ini disebabkan karena lemahnya sumber penghasilan yang mampu diciptakan individu masyarakat sehingga menyebabkan lemahnya sumber penghasilan yang ada dalam masyarakat itu sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 31.666.263 jiwa atau sekitar 13,33% dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 237.556.363 jiwa. Sedangkan pada periode Maret 2009 penduduk miskin berjumlah 32.529.975 jiwa atau sebesar 14,15% dari total jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 229.893.816 jiwa. Dari data tersebut diatas jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan. Meskipun telah mengalami penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu sebesar 14.15 %. Kemiskinan tersebut terutama terjadi di daerah pedesaan. Pada periode Maret 2010, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan adalah 19.925.625 jiwa. ( BPS, 2010 ) 1

2 Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Tahun 2006 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN PROSENTASE JUMLAH TAHUN ( JUTA ) PENDUDUK MISKIN KOTA + KOTA + KOTA DESA DESA KOTA DESA DESA 1 2 3 4 5 6 7 2006 14.49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75 2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15 2010 11,09 19,93 31,02 9,87 16,56 13,33 Sumber: BPS (2010) Dari tabel tersebut diatas terlihat, dari tahun ke tahun jumlah penduduk miskin mengalami penurunan, akan tetapi dari angka sebesar 31,02 juta jiwa masih dapat dikatakan bahwa penduduk miskin di Indonesia masih tinggi. Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang miskin adalah umat Islam. Islam sebagai agama yang sempurna, memiliki instrumen khusus yang bertujuan untuk menciptakan keadilan dalam bidang ekonomi sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan. Instrumen tersebut adalah zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Perintah zakat sendiri didalam Al-Qur an sering dikaitkan dengan perintah kewajiban menjalankan sholat. Dalam surat Al Baqarah ayat 43 Allah SWT berfirman Dirikanlah sholat dan tunaikan zakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya menunaikan zakat sama pentingnya dengan melaksanakan sholat. Apabila ibadah sholat lebih kepada pendekatan kepada Allah SWT, sedangkan zakat lebih mengarah kepada pendekatan sosial.

3 Selama ini terdapat sumber penerimaan dalam negeri yang sangat potensial namun belum termanfaatkan secara optimal. Dana zakat adalah sumber penerimaan yang besar, murah dan dapat diandalkan kontinyuitasnya. Dikatakan besar karena dana ini berasal dari penduduk Indonesia sekitar 80% muslim, murah karena penerimaan ini diperoleh tanpa ada kewajiban mengembalikan secara langsung apalagi membayar bunga. Dikatakan kontinyu karena penerimaan ini akan tetap mengalir sejalan dengan meningkatnya keimanan seseorang dan tingkat kesejahteraan masyarakat lebih tinggi. Saat ini perkembangan kehidupan sosial kemasyarakatan di Indonesia sangat menarik, khususnya peningkatan kesadaran beragama dan menjalankan kehidupan beragama dikalangan umat Islam. Karena membayar zakat adalah wajib dan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam maka diharapkan dana zakat yang terkumpul mempunyai jumlah yang besar juga. Dana zakat yang begitu besar agar dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi maka perlu dilakukan pengelolaan yang baik. Dengan pengelolaan zakat yang baik dan bertanggung jawab maka zakat akan menjadi sumber dana yang potensial yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara profesional dan bertanggung jawab maka diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah. Untuk merealisasikan maksud tersebut Pemerintah telah menerbitkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999

4 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat serta Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Maksud diterbitkannya peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat ini tidak lain agar dana yang diterima dapat dikelola dengan baik sehingga dapat dipergunakan untuk mengentaskan kemiskinan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Sehingga dalam pelaksanaannya ada suatu badan dan lembaga yang mengelola zakat, infaq dan shadaqah. Badan yang mengelola dana zakat, infaq dan shadaqh adalah Badan Amil Zakat ( BAZ) yaitu suatu organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah, dimana untuk tingkat pusat disebut dengan BAZNAS, untuk daerah tingkat I disebut dengan BAZ dan untuk tingkat kabupaten atau kotamadya disebut dengan BAZDA. Sedangkan lembaga zakat adalah bentukan dari masyarakat/ormas dan dikukuhkan oleh pemerintah. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 juga bertujuan agar pengelolaan zakat melalui badan-badan atau organisasi yang berwenang berjalan sesuai dengan prinsip syariah dan zakat yang terkumpul dapat dioptimalkan untuk memberdayakan orang-orang yang berhak menerimanya, agar kesejahteraan hidup mereka lebih meningkat.

5 Sehingga jika pengelolaan dana ZIS dilakukan dengan benar sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para muzakki dan masyarakat umum, maka transparansi dan pengelolaan yang baik (good management/governance) oleh lembaga zakat merupakan salah satu kunci efektivitas pengumpulan zakat secara menyeluruh. Pada gilirannya hal ini akan berimbas kepada aspek ekonomi nasional, yang memungkinkan terjadinya pemerataan dan sekaligus munculnya daya beli masyarakat dan bergeraknya roda perekonomian secara positif. Persoalan penting sebenarnya bukan saja terletak pada lembaga atau organisasi yang mengelola zakat, tetapi bagaimana organisasi yang mendapat amanah untuk mengelola benar-benar dapat dipercaya oleh orang yang akan membayar zakat (muzakki) dan pemanfaatannya dapat dinikmati oleh orng yang berhak menerima zakat (mustahiq). Namun pelaksanaan pengelolaan zakat sampai saat ini belum banyak diketahui oleh masyarakat umum, sehingga masih banyak masyarakat yang menyerahkan lansung zakat, infaq dan shadaqahnya kepada fakir miskin tidak melalui lembaga yang telah dibentuk oleh pemerintah sehingga tidak terkelola dengan baik. Karena jika zakat langsung diberikan kepada masyarakat biasanya dipakai untuk kegiatan yang bersifat konsumtif, sehingga untuk meningkatkan kejahteraan masyarakat akan sulit tercapai. Berangkat dari permasalahan tersebut penulis dalam penyusunan skripsi mengambil judul ANALISIS PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS).

6 Judul tersebut dipilih karena alasan-alasan yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Potensi dana yang bersumber dari zakat, infaq dan shadaqah sangat besar. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan sebagian besar diantaranya adalah orang Islam, maka jika manajemen pengelolaan zakat dilakukan dengan baik dan benar maka dana-dana yang dihimpun dapat disalurkan kembali kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Dengan akumulasi dari dana zakat, infaq dan shadaqah diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi penerma zakat agar dapat hidup layak sehingga angka kemiskinan di Indonesia dapat berkurang. 2. Akibat krisis moneter yang berkepanjangan jumlah penduduk miskin di Indonesia tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penyandang masalah sosial, seperti makin banyaknya anak terlantar, remaja putus sekolah, anak jalanan dan pengangguran. Sehingga untuk mengatasi permasalah ini diperlukan dana yang tidak sedikit dan diharapkan dengan pengelolaan yang baik potensi dana zakat, infaq dan shadaqah yang besar ini dapat mengentaskan kemiskinan. 3. Masih kurangnya kepercayaan masyarakat untuk menyerahkan zakat, infaq dan shadaqahnya kepada badan atau lembaga pengelola zakat, infaq dan shadaqah yang dibentuk pemerintah, sehingga para muzakki dalam penyalurannya langsung kepada mustahiq. Jika hal ini tidak dibenahi maka usaha pengentasan kemiskinan akan sulit untuk tercapai karena kecenderungan masyarakat untuk berlaku konsumtif, untuk itu perlu dilakukan

7 manajemen pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah yang tertib. Akuntabilitas lembaga pengelola zakat mempunyai pengaruh yang besar terhadap penerimaan zakat, agar masyarakat mau menyetorkan dana zakat, infaq dan shadaqah mau menyetorkan dana zisnya ke badan atau lembaga pengelola zakat sehingga penyaluran dana zis lebih terarah. 1.1.1 Perumusan Masalah Dengan asumsi bahwa manajemen pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah belum berjalan dengan baik, maka dalam skripsi ini akan mencoba membahas rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah manajemen keuangan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah pada Baznas sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku? 2. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan atau taraf hidup penerima zakat, program-program apa saja yang telah dilaksanakan oleh Baznas? 1.1.2 Pembatasan Masalah Dalam skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar permasalahan menjadi lebih spesifik dan terarah yaitu meneliti masalah pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah pada BAZNAS dari tahun 2006 sd 2009. 1.1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

8 Dengan pertanyaan yang diajukan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Manajemen pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah yang telah dilaksanakan oleh Baznas, 2) Program-progm Baznas dalam upaya meningkatkan kesejahtteraan atau taraf hidup penerima zakat untuk mengentaskan kemiskinan. b. Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, penulis berharap dapat bermanfaat bagi: 1) Badan atau lembaga pengelola zakat, infaq dan shadaqah khususnya Baznas sebagai masukan dalam mengoptimalkan pengelolaannya dan meningkatkan pelayanannya. 2) Masyarakat atau wajib zakat sebagai informasi, agar mereka mempercayai keberadaan organisasi pengelola zakat, infaq dan shadaqah sehingga mereka mau menyetorkan dana zakat, infaq dan shadaqah. 3) Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama RI yang berperan sebagai regulator, fasilitator, motivator dan koordinator agar dalam pelaksanaanya tugas dan fungsinya dapat bersinergi dengan lembaga pengelola zakat, infaq dan shadaqah dalam pelaksanaan programnya.