1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk melakukan tindakan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Semua perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya, agar dapat memperluas jaringannya. Akuntansi merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan banyak pihak, informasi tersebut berupa informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan, yang disertai dengan catatan atau informasi atas laporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya dalam membuat keputusan etis. Akuntansi akan sangat menentukan posisinya di masyarakat dan juga para pemakai jasa. Terkadang penyajian laporan keuangan yang telah dibuat oleh akuntan menyimpang dari etika dan sikap positif seorang akuntan. Profesionalisme suatu profesi akuntan diwujudkan dalam sikap dan tindakan etis. Sikap dan tindakan etis ini akan menentukan keberadaan seorang akuntan dalam persaingan antara profesi akuntan dari negara lain. Khomsiyah dan Indriantoro (1997) menyatakan bahawa seseorang professional jika memenuhi tiga kriteria yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi yang telah ditetapkan. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang
2 memenuhi kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarkat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya. Profesi akuntan tidak terlepas dari etika. Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran ajaran dan pandangan pandangan moral (Suseno, 1987). Namun, seiring berjalannya waktu, pelanggaran pelanggaran etika terjadi dikalangan profesi akuntan. Pelanggaran etika yang terjadi dikalangan profesi akuntan sangat menarik karena seorang akuntan yang seharusnya menjunjung tinggi integritas, kredibilitas dan profesionalisme profesi, tetapi melakukan pelanggaran etika yang berdampak pada suatu krisis kepercayaan dan keraguan atas integritas, kredibilitas dan profesionalisme profesi tersebut (Wei, 2002 dalam Nurrita, 2008). Pelanggaran etika akuntan terjadi baik di Indonesia dan juga di luar negeri. Di Amerika Serikat pelanggran etika terjadi pada kasus Enron Corporation. Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Dimana laporan keuangan perusahaan ini dibuat tidak pada kenyataan sesungguhnya, kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis. Sedangkan di Indonesia, pelanggaran etika yang dilakukan auditor. Hal ini dapat ditelusuri dari laporan Dewan Kehormatan IAI dalam laporan pertanggungjawaban pengurus IAI periode 1990 1994 yang menyebutkan adanya 21 kasus yang melibatkan 53 KAP (Husada, 1996). Kemudian, pada tahun 2002 Majelis Kehormatan IAI telah
3 memberikan sangsi terhadap 10 KAP yang melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank bank yang dilikuidasi (Winarto, 2002 dalam Adrias, 2006). Seharusnya pelanggaran ini tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman dan menerapkan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya. Pekerjaan seorang profesional harus dikerjakan dengan sikap profesional pula, dengan sepenuhnya pada standar moral dan etika tertentu. Dengan sikap profesionalnya, akuntan akan mampu menghadapi berbagai tekanan yang dapat muncul dari dirinya sendiri ataupun pihak eksternal. Kemampuan seorang profesional untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Dalam hal ini, (Sudibyo, 1995 dalam Khomsiyah dan Indriantoro, 1997) menyatakan bahwa dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etis akuntan. Dunia pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etis calon seorang akuntan. Pemahaman seorang calon akuntan (mahasiswa akuntansi) sangat diperlukan dalam hal etika dan keberadaan pendidikan etis ini juga mempunyai peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi di Indonesia. Sebagai implementasi penerapan etika dari harapan yang semakin meluas di kalangan praktisi dan akademisi terhadap pendidikan akuntansi, maka setiap pendidikan tinggi akuntansi membekali mahasiswanya dengan mata kuliah - mata kuliah yang bermuatan ajaran moral dan etika. Mata kuliah yang mengandung muatan etika tersebut tidak terlepas dari misi yang telah dimiliki oleh pendidikan tinggi akuntansi juga bertanggung jawab pada pengajaran ilmu pengetahuan yang
4 menyangkut tentang etika yang harus dimiliki oleh mahasiswanya dan agar mahasiswanya mempunyai kepribadian yang utuh sebagai calon akuntan yang professional. Pendidikan akuntansi di Indonesia bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beretika dan bermoral tinggi (Yulianty dan Fitriany 2005). Berbagai upaya dilakukan untuk mengenalkan nilai nilai profesi dan etika akuntan kepada mahasiswa. Dalam upaya pengembangan pendidikan akuntansi yang berlandaskan etika ini dibutuhkan adanya umpan balik (feedback) mengenai kondisi yang ada sekarang, yaitu apakah pendidikan akuntansi di Indonesia telah cukup membentuk nilai nilai positif mahasiswa akuntansi Terdapat beberapa faktor yang menimbulkan perbedaan persepsi etika pada mahasiswa akuntansi (Rustiana, 2003). Pertama, berlandaskan perbedaan dalam keputusan etis berlandaskan gender. Dalam pendekatan sosialisasi gender, pria dan wanita memiliki perbedaan nilai dan perlakuan pada pekerjaan mereka. Pria berusaha mencari kesuksesan yang kompetitif dan agresif serta bila perlu akan melanggar aturan untuk mencapai kesuksesan tersebut. Sedangkan wanita cenderung menekankan pada pelaksanaan tugas dengan baik dan lebih mementingkan harmonisasi dalam relasi kerja. Dalam penelitian tersebut Rustiana menemukan perbedaan etika pada mahasiswa pria dan wanita. Wanita lebih condong taat pada peraturan dalam menjaga hubungan tersebut sehingga wanita cenderung lebih etis daripada pria. Ameen et al, 1996 (dalam Nurrita, 2008), melakukan survei yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan hubungan antara faktor gender dengan kesungguhan untuk mentoleransi perilaku akademis yang tidak etis, yaitu perilaku
5 menyontek/menjiplak. Penelitian mengenai hubungan antara gender dengan sensitivitas etis menurut Ameen et al (1996) diperlukan karena sejak akhir tahun 70-an jumlah mahasiswa akuntansi wanita meningkat pesat. Selama periode tersebut makin banyak mahasiswa akuntansi wanita menjadi top performer di dalam kelas dan lebih terlibat dalam aktivitas aktivitas yang berkaitan dengan akuntansi (organisasi akuntansi, graduate assistaniships, intership, dan sebagainya). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa mahasiwa akuntansi wanita lebih sensitif terhadap isu isu etis dan lebih tidak toleran dibanding mahasiswa akuntansi pria terhadap perilaku etis. Yulianty dan Fitriany (2005) mengemukakan bahwa mahasiswa akhir telah memperoleh muatan matakuliah yang berorientasi etis dibandingkan mahasiswa masih awal. Hal ini menunjukan bahwa muatan etika berperan dalam matakuliah akuntansi dan dalam penelitian tersebut terdapat perbedaan etika menyangkut laporan keuangan antara pria dan wanita, walaupun secara rata rata responden berjenis kelamin pria memiliki skor yang lebih tinggi tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Nurrita (2008) mengemukakan bahwa ada perbedaan persepsi yang signifikan antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah pendidikan etika dengan mahasiswa yang belum mengambil pendidikan etika terhadap salah saji dalam pelaporan keuangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan berdasarkan gender dan penempuhan mata kuliah etika pada mahasiswa akuntansi.
6 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang hendak diteliti yaitu : 1. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi berdasarkan gender terhadap etika penyusunan laporan keuangan? 2. Apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi yang belum menempuh mata kuliah pendidikan etika dengan yang telah menempuh mata kuliah pendidikan etika terhadap etika penyusunan laporan keuangan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan berdasarkan gender dan antara mahasiswa akuntansi yang belum menempuh mata kuliah etika dengan yang telah menempuh mata kuliah pendidikan etika terhadap etika penyusunan laporan keuangan. 1.4. Kontribusi Penelitian a. Bagi mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai etika kepada mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan, sehingga pada saat mereka terjun ke dalam dunia kerja mereka dapat menjadi akuntan yang professional dalam mengambil keputusan dan memiliki kualitas etika yang baik.
7 b. Bagi dunia pendidikan Penelitian ini memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan pembelajaran etika yang diberikan melalui mata kuliah yang bermuatan etika dan dapat memberikan pandangan baru dan informasi mengenai perilaku dalam dunia kerja. c. Bagi penulis Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai etika yang sangat dibutuhkan dan harus dimiliki untuk terjun dalam dunia kerja sehingga penulis dapat belajar dari penelitian ini dan menerapkan etika tersebut jika penulis masuk kedalam dunia kerja agar penulis dapat menjadi seorang akuntan professional yang meneliti pemahaman etika yang baik. 1.5. Batasan Masalah Mengingat keterbatasan yang ada dan agar tidak terlalu luas sehingga menyimpang dari tujuan penulisan, maka penulis membatasi penelitian ini terfokus pada pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode purposive sampling. Jenis data yang dipakai adalah data primer dengan menggunakan kuesioner. Populasi dari penelitian ini adalah Universitas Kristen Duta Wacana. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi pria dan wanita dari Universitas Kristen Duta Wacana.