BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009). Usia dini merupakan usia di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang UPI Kampus Serang Iis Jamilah, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat. dasar dan menjadi masa keemasan (golden age) bagi anak.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang sangat pesat. Di usia ini sangat penting untuk meletakkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun menurut. Undang-Undang Republik Indonesia, dan 0-8 tahun menurut

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya anak usia dini memiliki potensi yang dibawa sejak lahir, dan dapat

PELATIHAN MENCIPTAKAN CLOTH BOOK EDUCATIF BAGI GURU-GURU PAUD DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

BAB I PENDAHULUAN. proses perubahan untuk membangunmanusia bermutu. Becker (Jasmansyah,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

Penitipan Anak), playgroup/ kelompok bermain dan juga termasuk TK.

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disebut usia emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik, lingkungan biologis, maupun lingkungan sosial satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Lingkungan sering dikatakan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia/individu.

Lingkungan sebenarnya mencakup segala aspek, baik materil dan stimulti di dalam dan luar diri individu manusia. Setiap manusia pasti memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap perkembangannya. Dengan kata lain lingkungan pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya pendidikan (Indrakusuma, 1978). Lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi pembawaan yang baik, tetapi lingkungan yang baik belum tentu dapat menjadi pengganti suatu pembawaan yang baik. Bila lingkungan sekitar merupakan lingkungan yang baik dalam usaha mempelajari dan meneliti perilaku, hal ini selalu dilihat dalam kaitannya dengan lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat merangsang seseorang sehingga menimbulkan suatu tingkah laku yang terdiri dari beberapa respon. Perilaku anak terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan teman sebaya. Pengaruh pertama bagi kehidupan pertumbuhan dan perkembangan anak adalah pengaruh lingkungan keluarga. Syamsul Yusuf (2002 : 39) menyatakan Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi seorang anak. Banyak sekali kesempatan dan waktu bagi seorang anak untuk berjumpa dan berinteraksi dengan keluarga. Melalui lingkungan keluarga, anak memperoleh segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial yang berasal dari orang tua dan anggota

keluarga yang lain. Lingkungan keluarga yang pertama kali membentuk pribadi anak, mengajarkan kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dasar yang berpengaruh terhadap sikap hidupnya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri ketika berada di tengahtengah lingkungan sosial, termasuk lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah juga sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak. Suasana sosial-emosional dalam kehidupan akademis disekolah sangat mempengaruhi proses belajar anak. Sekolah dapat membentuk keterampilan sosial-emosional dan intelektual anak. Penelitian yang dilakukan oleh Boyutton, Daggu dan Tunner (Stagner, 1961) menunujukan bahwa jika guru selalu dalam ketegangan psikologis maka murid-muridnya mengalami ketegangan psikologis yang dialami gurunya. Guru yang pemarah, pengomel, dan cerewet, menyebabkan muridnya meniru tingkah laku gurunya itu, dan hal ini menimbulkan gangguan perkembangan emosi anak. Lingkungan teman sebaya merupakan lingkungan ketiga setelah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, sehingga bagi anak yang ingin mendapatkan pendidikan, baik pendidikan cara menyelesaikan masalah, tingkah laku maupun moral, sehingga akan menjadikan anak tersebut cerdas. Teman sebaya merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah yang mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda karena keanekaragaman budaya, bentuk kehidupan sosial serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Lingkungan teman sebaya juga mempunyai pengaruh yang positif ada juga pengaruh negatif, tergantung bagaimana cara menghadapinya. Istilah agresif seringkali digunakan secara luas untuk menerangkan sejumlah besar tingkah laku yang memiliki dasar motivasional yang berbeda-beda dan sama sekali tidak mempresentasikan agresif atau tidak dapat disebut agresif dalam pengertian yang sesungguhnya. Teori belajar sosial menekankan kondisi lingkungan sosial yang membuat seseorang memperoleh dan memelihara respon-respon agresif. Asumsi dasar teori ini adalah sebagian besar perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan (observasi) atas perilaku yang ditampilkan oleh individu-individu lain (Hudaniyah dan Dayakisni, 2003). Menurut Hawadi (Nurlaela, 2003) mengemukakan bahwa faktor penyebab munculnya peilaku agresif pada anak dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama, faktor yang berasal dari dalam diri anak (internal) seperti anak mengalami frustasi karena keinginannya tidak tercapai atau terpenuhi, mendapat hambatan dalam memuaskan keinginannya, memiliki rasa perasaan cemas, merasa tidak diperhatikan atau diabaikan, merasa bosan dan lain-lain. Kedua, faktor yang berasal dari luar diri anak (eksternal), seperti adanya perlakuan orang tua yang kurang tepat (terlalu otoriter atau terlalu memanjakannya), adanya ancaman atau gangguan dari teman-temanya, pengaruh media baik media cetak maupun media elektronik yang menampilkan perilaku agresif, adanya contoh perilaku agresif dari lingkungan sekitar anak baik keluarga maupun dari temannya sendiri. jadi,

perilaku agresif yang ditunjukkan oleh anak dipelajari atau ditiru dari lingkungan di sekitarnya. Beberapa anak dapat mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka masuk sekolah, sedangkan beberapa anak yang lainnya tampak menunjukan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Faktor yang berpengaruh disekolah adalah : 1) Teman sebaya, 2) Para guru, dan 3) Disiplin sekolah. Pengalaman bersekolah dan lingkungannya memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku agresif anak demikian juga tempramen teman sebaya dan kompetensi sosial. Guru-guru di sekolah sangat berperan dalam munculnya masalah dan perilaku ini. Perilaku agretivitas guru dapat ditiru oleh anak. Disiplin sekolah yang sangat kaku atau sanagt longgar dilingkungan sekolah akan sangat membingungkan anak yang masih membutuhkan panduan untuk berperilaku. Lingkungan sekolah dianggap oleh anak sebagai lingkungan yang memperhatikan dirinya. Bentuk perhatian itu dapat berupa hukuman, kritik ataupun sanjungan. Berdasarkan dari uraian diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Lingkungan Sosial Dengan perilaku agresif anak usia dini di Paud Kumala Desa Paluh Manis. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Anak merasa tidak diperhatikan atau diabaikan, merasa bosan dan lainlain. 2. Adanya perlakuan orang tua yang kurang tepat (terlalu otoriter atau terlalu memanjakannya) 3. Adanya ancaman atau gangguan dari teman-temanya

4. Adanya pengaruh media baik media cetak maupun media elektronik yang menampilkan perilaku agresif 5. Adanya contoh perilaku agresif dari lingkungan sekitar anak baik keluarga maupun dari temannya sendiri 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini semakin terarah dan untuk mencegah meluasnya permasalahan dalam penelitian maka yang menjadi batasan masalah adalah Lingkungan Sosial dan Perilaku Agresif Anak Usia Dini di Paud Kumala. 1.4 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi lingkungan sosial anak usia dini di Paud Kumala? 2. Bagaimana perilaku agresif anak usia dini yang ada di Paud Kumala? 3. Apakah ada hubungan antara lingkungan sosial anak usia dini dengan perilaku agresif anak usia dini di Paud Kumala? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui keadaan kondisi lingkungan sosial anak usia dini di Paud Kumala 2. Untuk mengetahui perilaku agresif anak usia dini di Paud Kumala 3. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sosial anak usia dini dengan perilaku agresif anak usia dini di Paud Kumala.

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi yaitu manfaat secara teori dan praktik. a. Secara Teoritis Sebagai informasi bagi orang tua dan calon orang tua untuk mengetahui bagaimana lingkungan sosial yang diterapkan dalam membentuk perilaku agresif anak usia dini. b. Secara Praktis 1. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang lingkungan yang baik untuk pembentukan perilaku anak usia dini 2. Bagi orang tua, mampu mengupayakan lingkungan sosial yang baik untuk membentuk perilaku anak usia dini.