HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.

PERILAKU AGRESI PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR DI BANDUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

ENDANG MARI ASTUTY NIM F

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanpa memandang kasta, usia, bahkan jenis kelamin sekalipun. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. termasuk liga profesional ataupun pertandingan antar kampung (tarkam) hampir selalu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan politik sepak bola, ricuh LPI (Liga Primer Indonesia), hingga

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. hiburan bagi masyarakat dunia. Di pertengahan tahun ini ada perhelatan akbar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada kalangan pelajar saat ini yang mengakibatkan citra dari sekolah

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

STEREOTIPE BONEK ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pandangan Masyarakat Surabaya Terhadap Stereotipe Bonek ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui, sepak bola merupakan olahraga yang paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT AGRESIVITAS ATLET BELADIRI KARATE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

PERKEMBANGAN AFEKTIF

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB II LANDASAN TEORI. aturan dan norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang di buat keluarganya dapat mempengaruhi anak begitupun

MASA KANAK-KANAK AKHIR. Rita Eka Izzaty

DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta)

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan olahraga sepak bola dan bulutangkis. Peminat olahraga hoki

Sebutan untuk pelatih dari Grassroot adalah "COACH EDUCATOR" akan terlihat perbedaan peran "Coach" dengan "Coach Educator"

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

Ringkasan. Putri, Risdiandari Sukirman Perbedaan Kematangan Emosi Ditinjau Dari Jenis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Olahraga sepak bola di Indonesia sangat popular dikalangan masyarakat, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di. seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling

BAB I PENDAHULUAN. maupun konfik yang terjadi baik dari kubu PSSI dan Menpora. pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA Skripsi Diajukan guna memenuhi sebagian dari persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana-S1 Psikologi Diajukan oleh: CAROLINA DWI RAHAYU F 100 020 084 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu jenis olah raga yang banyak digemari oleh sebagian besar masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak, dewasa, sampai orang tua. Ironisnya, sekarang ini banyak diberitakan peristiwa-peristiwa anarkis yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mendukung kelompok yang dicintainya, termasuk yang dilakukan oleh pecinta sepak bola. Para pecinta bola memiliki rasa fanatik terhadap tim sepak bola yang diidolakannya, untuk itu mereka mengimplementasikannya dengan cara bergabung ke dalam salah satu komunitas suporter sepak bola dengan tujuan untuk memberikan dukungan kepada tim sepak bola yang diidolakannya tersebut. Misalnya, Slemania yang merupakan komunitas suporter sepak bola untuk tim kesebelasan PS Sleman Yogyakarta, Pasoepati untuk tim kesebelasan Persis Solo, dan ada pula dari tim kesebelasan mancanegara Inter Milan di Italia yang dengan julukan Internisti, serta masih banyak lagi yang lainnya. Suporter sangat menginginkan tim sepak bola yang diidolakannya menang, untuk itu mereka rela memberikan dukungan kepada timnya dengan melihat pertandingan timnya secara langsung. Saat pertandingan berlangsung sering kali para suporter tersebut sulit mengendalikan emosinya sehingga terjadi tindakan kekerasan antar suporter dan tidak sedikit pula mencederai pihak lain, bahkan melakukan perusakan fasilitas umum secara brutal. 1

2 Kekerasan sangat dekat dengan istilah agresi, tindakan ini berakibat pada kerusakan atau tersakitinya pihak lain. Tindakan agresi lebih pada sikap seseorang, sedangkan kekerasan lebih pada tindakan atau perilaku seseorang yang semuanya memiliki faktor pencetus baik dari luar maupun dari dalam (Khisbiyah dalam Wahhab, 2006). Bailey (dalam Silvia dan Iriani, 2003) menambahkan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang bermaksud menyakiti badan atau perasaan makhluk hidup lain secara fisik ataupun verbal sehingga merugikan orang lain. Maka perilaku agresif bukan hanya secara fisik saja, perkataan yang ditujukan kepada seseorang dan mengakibatkan orang lain tersakiti hatinya merupakan salah satu bentuk perilaku agresif. Tidak sedikit pula diberitakan di media massa, terjadinya perkelahian antar suporter sepak bola yang di picu oleh hal-hal yang kurang rasional dan akibat dari perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter akan menimbulkan peristiwaperitiswa yang mengganggu pertandingan sepak bola, seperti diberitakan oleh surat kabar Solo Pos yang meliput pertandingan sepak bola antara kesebelasan Persipro (Probolinggo) dengan Persis (Solo) di Stadion Bayuangga Probolinggo, dimana telah terjadi perilaku agresif suporter kesebelasan Persipro terhadap suporter Persis. Tindakan suporter Persipro yang melakukan pelemparan batu kepada bus yang membawa suporter kesebelasan Persis (Pasoepati) mengakibatkan beberapa orang suporter Persis mengalami cidera dan perlu mendapatkan perawatan medis, dan juga menimbulkan kerugian materiil berupa rusaknya kaca-kaca bus milik Pasoepati. Salah satu penyebab terjadinya penyerangan tesebut adalah faktor kurangnya pengamanan dari pihak panitia

3 penyelenggara pertandingan baik di dalam maupun di luar stadion, selain itu sikap suporter Persipro sebagai tuan rumah yang tidak bersahabat dengan suporter Persis, sehingga mengakibatkan terjadinya perilaku agresif dari para suporter (Indyati, 2006). Peristiwa di atas dapat dijadikan sebagai suatu gambaran bahwa prilaku agresif merupakan manifestasi penyaluran kebutuhan naluri yang ditekan oleh suatu sistem kepribadian yang disebut ego. Pada dasarnya manusia adalah mahluk yang memiliki egosentris atau dorongan nafsu yang tinggi untuk menjadi yang terbaik dari siapapun, untuk itu akan timbul suatu kekuatan untuk pencapaiannya. Apabila terdapat persaingan didalamnya oleh pihak lain, maka akan menimbulkan emosi yang kemudian akan mempengaruhi saraf dan hormon yang berperan dalam pengambilan sikap dan perilaku seseorang dan bermuara pada perkelahian. Perilaku agresif suporter sepak bola dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang salah satunya berupa kematangan emosi yang kurang baik. Seseorang yang telah matang emosinya berarti pula dapat mengendalikan luapan emosi dan nafsu, sehingga individu tersebut dapat mengelolanya dengan baik. Sedangkan faktor eksternal berupa reaksi atau respon emosi yang diluapkan saat menyaksikan tim yang diidolakannya bertanding, bisa dengan rasa suka cita ketika timnya menang ataupun kekecewaan ketika timnya kalah. Seperti pendapat dari Helmi (2004) yang mengungkapkan bahwa respon emosi yaitu perasaan subjektif yang bervariasi dari rasa kecewa, jengkel, ataupun luapan kegembiraan yang ditujukan kepada dirinya sendiri. Terdapat bermacam-macam emosi pada diri manusia,

4 seperti emosi takut, marah, senang, benci, iri, gelisah dan lain-lain. Nilai emosi terkadang bisa positif dan juga sebaliknya bisa negatif. Emosi marah belum tentu negatif, meskipun dalam hal-hal tertentu sifat pemarah adalah jelek dan cenderung negatif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap individu memiliki respon emosi yang berbeda-beda tergantung dari tingkat kematangan emosinya. Emosi marah yang bersifat negatif dan meledak-ledak disertai dengan faktor eksternal seperti frustrasi dan provokasi, menyebabkan terjadinya proses penyaluran energi negatif berupa dorongan agresi yang akan mempengaruhi perilaku individu. Individu dengan tingkat kematangan emosional tinggi mampu meredam dorongan agresi dan mengendalikan emosinya, pandai membaca perasaan orang lain, serta dapat memelihara hubungan baik dengan lingkungannya. Sehingga, apabila individu memiliki kematangan emosi yang baik maka individu tersebut mampu untuk mengendalikan perilaku agresifnya. Hal tersebut di atas berkaitan dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu yaitu IQ (Intelligence Quotion). Seperti halnya IQ yang perlu dilatih dan ditingkatkan lewat berbagai bentuk pendidikan, EQ (emotional Quotion) juga dapat dipertajam antara lain lewat kematangan diri sendiri secara lebih mendalam. Sebagai makhluk sosial akan lebih baik lagi bila individu memiliki sejumlah kemampuan, yang merupakan komponen dasar dari kecerdasan antar pribadi (Wekker, 2002). Selain dari kematangan emosi, perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter sepak bola juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu adanya suatu tuntutan kekompakan dari kelompoknya. Hal ini berdasarkan dari eksplorasi awal yang

5 dilakukan oleh peneliti melalui interview dengan suporter yang berperilaku agresif, diperoleh jawaban bahwa suporter melakukan perilaku agresif karena ikut-ikutan teman yang melakukan perilaku agresif saat terjadi peristiwa dipertandingan. Individu yang konform terhadap kelompoknya akan cenderung untuk melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya, meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan persepsinya, seperti halnya ikut-ikutan teman untuk bertindak anarkis. Hal tersebut untuk menunjukkan bahwa seseorang memiliki solidaritas terhadap kelompoknya dan tidak ingin mendapat celaan atau cemoohan oleh kelompoknya. Penguatan dari dorongan agresi individu berasal dari beberapa sebab yang mempengaruhinya, antara lain merasa berada dalam kondisi berkelompok atau massa. Aktualisasi diri individu akan cenderung lebih kuat jika individu berada di dalam kelompoknya dari pada sedang sendiri. Maka perasaan individu yang berada di dalam kelompoknya menjadi suatu kekuatan yang disebut dengan collective mind power. Begitu juga perilaku agresif dari para suporter sepak bola yang sering kali dilakukan secara beramai-ramai atau berkelompok, perilaku ini juga disebut dengan konformitas. Seperti teori yang menyebutkan bahwa mayoritas kelompok yang menyatakan perilaku, ditemukan sampai tingkat tertentu ada hubungan yang positif antara jumlah anggota kelompok dengan konformitas. Dari sebuah penelitian ditemukan bahwa 3 sampai 5 orang akan lebih menimbulkan konformitas dari pada 1 sampai 2 orang saja (Rahmat, 2001). Maka konformitas suporter sepak bola terhadap kelompoknya juga akan menimbulkan perilaku agresif.

6 Berdasarkan ulasan ketiga fenomena di atas, yaitu perilaku agresif, kematangan emosi, dan konformitas menarik untuk diteliti apakah ketiga hal tersebut saling berhubungan. Sehingga rumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara kematangan emosi dan konformitas dengan perilaku agresif pada suporter sepak bola?. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul : Hubungan antara Kematangan Emosi dan konformitas dengan Perilaku Agresif Pada Suporter Sepak Bola. B. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui : 1. Hubungan antara kematangan emosi dan konformitas dengan perilaku agresif pada suporter sepak bola 2. Hubungan antara kematangan emosi dengan perilaku agresif 3. Hubungan antara konformitas dengan perilaku agresif 4. Peran kematangan emosi dan konformitas terhadap perilaku agresif 5. Tingkat kematangan emosi, tingkat konformitas dan tingkat perilaku agresif C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pimpinan organisasi suporter sepak bola, dapat lebih memperhatikan perilaku pecinta sepak bola sehingga dapat mencegah perilaku-perilaku agresif yang mungkin dilakukan oleh suporternya.

7 2. Bagi suporter sepak bola, hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pemahaman tentang hubungan kematangan emosi dan konformitas dengan perilaku agresif, sehingga suporter dapat mengendalikan emosinya dan tetap mendukung kesebelasan sepak bolanya tanpa melakukan perilaku agresif. 3. Bagi Fakultas Psikologi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap arti pentingnya hubungan kematangan emosi dan konformitas dengan perilaku agresif. 4. Bagi ilmu Psikologi pada umumnya dan ilmu Psikologi Sosial pada khususnya, diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dalam mengembangkan teori-teori yang baru. 5. Bagi peneliti selanjutnya atau pihak-pihak lainnya yang berkompeten dan berminat pada masalah yang relatif sama dengan kajian ini, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, sehingga bisa melakukan penelitian serupa dengan sasaran populasi atau wilayah, pendekatan penelitian, serta instrumen pengumpul data yang lebih teliti.