POTENSI GAS METANA BATUBARA PADA LAPANGAN AMAN, DAERAH CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Gas Metana Batubara Pada Formasi Balikpapan Cekungan Kutai

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

Kata kunci: Interpretasi seismik, Petrofisika, Volumetrik, OOIP

Potensi Gas Metana Batubara Formasi Muara Enim di Lapangan YF, Cekungan Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan

PENELITIAN SUMUR GEOLOGI UNTUK TAMBANG DALAM DAN CBM DAERAH SRIJAYA MAKMUR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN SARI

INTERPRETASI DATA PENAMPANG SEISMIK 2D DAN DATA SUMUR PEMBORAN AREA X CEKUNGAN JAWA TIMUR

Analisis Persebaran Total Organic Carbon (TOC) pada Lapangan X Formasi Talang Akar Cekungan Sumatera Selatan menggunakan Atribut Impedansi Akustik

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

Oleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FASIES BATUBARA FORMASI WARUKIN ATAS DAERAH TAPIAN TIMUR, KP PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

PEMODELAN RESERVOAR PADA FORMASI TALANG AKAR BAWAH, LAPANGAN YAPIN, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH BATUSAWAR DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TEBO DAN BATANGHARI, PROVINSI JAMBI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

INTERPRETASI LITOLOGI BERDASARKAN DATA LOG SINAR GAMMA, RAPAT MASSA, DAN TAHANAN JENIS PADA EKSPLORASI BATUBARA

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA DAERAH NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN. Oleh: Sigit Arso W.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK...

BAMBANG AGUS W., DKK. VOL. 44. NO. 2, AGUSTUS 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. lebih tepatnya berada pada Sub-cekungan Palembang Selatan. Cekungan Sumatra

Cut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemodelan geologi atau lebih dikenal dengan nama geomodeling adalah peta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

MINERALOGI DAN GEOKIMIA INTRUSI DI TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM, SUMATRA SELATAN, INDONESIA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V INTERPRETASI DATA. batuan dengan menggunakan hasil perekaman karakteristik dari batuan yang ada

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang dikaji adalah Formasi Gumai, khususnya interval Intra GUF a sebagai

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Pengumpulan Data viii

BAB I PENDAHULUAN I-1

PEMODELAN RESERVOIR BATUPASIR A, FORMASI MENGGALA DAN PENGARUH HETEROGENITAS TERHADAP OOIP, LAPANGAN RINDANG, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

Evaluasi Cadangan Minyak Zona A dan B, Lapangan Ramses, Blok D Melalui Pemodelan Geologi Berdasarkan Data Petrofisika

PENENTUAN POLA PENYEBARAN BATUBARA BERDASARKAN DATA SINAR GAMMA DAN RESISTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOGGING GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN X, NORTH X, NORTH Y, Y, DAN Z, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH BERDASARKAN ANALISIS DATA SEISMIK KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV UNIT RESERVOIR

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK

BAB IV RESERVOIR KUJUNG I

ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN KUALITAS BATUBARA DI PIT J, DAERAH PINANG, SANGATTA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Pengaruh struktur geologi terhadap kualitas batubara lapisan d formasi muara enim

DAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...

MASALAH DAN PENANGGULANGAN SEMBURAN GAS PADA PENGEBORAN SUMUR BML-1 DAERAH MUARA LAWAI, KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN

DAFTAR PUSTAKA. 3. Gridley, J., dan Partyka, G. (1997), Processing and Interpretational Aspects of Spectral Decomposition.

TUGAS AKHIR B. Institut Teknologi Bandung. Oleh. Ade Himsari PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH BAYUNG LINCIR, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, PROPINSI SUMATERA SELATAN

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Petrofisika Reservoar Batupasir Resistivitas Rendah, Formasi Sihapas Bawah, pada Lapangan Toba, Cekungan Sumatera Tengah

Daftar Pustaka of Single and Multi Component Methane, carbon Dioxide, and Nitrogen Isotherms for U.S. Coals, Proceeding of International Coalbed

ANALISIS KARAKTERISTIK BATUBARA BERDASARKAN REKAMAN WELL LOGGING DI DAERAH KABUPATEN KATINGAN KALIMANTAN TENGAH

Inversi Impedansi Akustik dengan Model-Based Inversion untuk Identifikasi Coal Bed Methane (CBM) pada Formasi Sajau, Kalimantan Timur

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang mengambil judul Interpretasi Reservoar Menggunakan. Seismik Multiatribut Linear Regresion

Nugroho Budi Raharjo * Widya Utama * Labolatorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA ITS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

PENGKAJIAN CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH MUARA LAKITAN, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv. SARI...v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

*) KPP Energi Fosil, PMG, Jl. Soekarno Hattta No. 444, Bandung.

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR

Interpretasi Potensi Hidrokarbon Berdasarkan Sebaran Porositas Batupasir Mengunakan Metoda Inversi Seismik Post-Stack, Formasi Manggala

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEMODELAN PERANGKAP GAS DAN PERHITUNGAN VOLUME GAS DI TEMPAT (IGIP) PADA AREA GTS N DAN I LAPANGAN TANGO, CEKUNGAN KUTAI, KALIMANTAN TIMUR

KARAKTERISTIK BATUPASIR SEBAGAI BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR ABC-1 DAN ABC-2, DI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara

ANALISIS SKEMA PENGENDAPAN FORMASI PEMATANG DI SUB-CEKUNGAN AMAN UTARA, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH SEBAGAI BATUAN INDUK

ANALISIS PERAMALAN PRODUKSI RESERVOIR GAS METANA BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE F.A.S.T. CBM PADA SUMUR RRP LAPANGAN LEVI

BLIND TEST WELL MATCH COLOUR LOG - SEISMIC

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i

SKRIPSI FONNY SANDRA RONSUMBRE Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Analisa konektivitas reservoir atau RCA (Reservoir Connectivity Analysis)

MEMFOKUSKAN TARGET EKSPLORASI MIGAS DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Rakhmat Fakhruddin, Suyono dan Tim Assesmen Geosains Migas

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DENGAN OUTCROP DRILLING DAERAH MUARA SELAYA, PROVINSI RIAU

PREDIKSI KANDUNGAN GAS METANA BATUBARA BERDASARKAN FORMULA KIM DENGAN STUDI KASUS DI INDONESIA BAGIAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

GEOMETRI FACIES SAND LAYER BI-24 BERDASARKAN ANALISA WELL LOG PADA LAPANGAN X PT.PERTAMINA EP

Transkripsi:

POTENSI GAS METANA BATUBARA PADA LAPANGAN AMAN, DAERAH CEKUNGAN SUMATERA SELATAN Amanda Putriyani P. 1, Edy Sunardi 2, Nurdrajat 2, Bernad Sinaga 3, Murthala Hatta 3 1 Student at the Dept. Of Geological Engineering, Padjadjaran University, Jatinangor,Sumedang 2 Lecturer at the Dept. Of Geological Engineering, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang 3 PT. Pertamina Hulu Energi SARI Daerah penelitian terletak pada lapangan AMAN yang berada pada Cekungan Sumatera Selatan, Propinsi Sumatera Selatan. Daerah penelitian memiliki luas area 173,4 km 2. Target dalam studi Gas Metana Batubara ini adalah batubara Formasi Muara Enim, Cekungan Sumatera Selatan yang merupakan salah satu formasi pembawa batubara dengan variasi ketebalan lapisan batubara dari cm hingga lebih dari satu meter. Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi litologi khususnya batubara pada well log dan laporan sumur, kemudian mengkorelasikan sumur-sumur daerah penelitian, mengkorelasi data well log dengan seismik, kemudian menghitung kandungan gas dari data lapangan dan core, kemudian menentukan luas area prospek dan menghitung sumberdaya Gas Metana Batubara. Dari 5 (lima) sumur dalam daerah penelitian yaitu Sumur AM-1, Sumur AM-2, Sumur AM-3, Sumur AM-4, dan Sumur AM-5 terdapat 3 (tiga) zona batubara yaitu Coal Zone X, Coal Zone Y, dan Coal Zone Z. Coal Zone X menunjukkan ketebalan maksimum pada bagian selatan dan mulai menipis ke bagian utara lapangan AMAN, dan Coal Zone Y menunjukkan ketebalan maksimum pada bagian utara dan mulai menipis ke arah selatan lapangan AMAN, sedangkan Coal Zone Z menunjukan ketebalan yang hampir merata pada lapangan AMAN. Coal Zone X dengan kandungan gas dari data lapangan sebesar 102.59 Scf/ton dan data core sebesar 103.02 Scf/ton memiliki luas area prospek 42.848 acre ; Coal Zone Y dengan kandungan gas dari data lapangan sebesar 109.69 Scf/ton dan data core sebesar 107.92 Scf/ton memiliki luas area prospek 42.848 acre; serta Coal Zone Z dengan kandungan gas dari data lapangan sebesar 149.76 Scf/ton dan data core sebesar 140.87 Scf/ton memiliki luas area prospek 42.848 acre. Total Gas In Place (GIP) dari keempat zona batubara dengan cut-off pada kedalaman 300-1000 m pada Lapangan AMAN berdasarkan perhitungan Kim Formula,1999 adalah 1.49 Tcf, sedangkan berdasarkan data core adalah 1.3 Tcf. Kata kunci : batubara, Gas Metana Batubara, Formasi Muara Enim, Cekungan Sumatera Selatan ABSTRACT The research area lies in the Field AMAN, that is located in South Sumatera Basin, South Sumatera Province. The research area has 173,4 km 2. Target in this Coalbed Methane study is coal of Muara Enim Formation, South Sumatera Basin which is one of coal bearing formation with variations in coal seam thickness from cm to over one meter.

The methodology used in this research is to identify the particular coal lithology on well logs and well reports, then wells correlate of the study area,and then correlate the well logs data with seismic, and then calculate the gas content of the data field and core, then identify the sweetspot area and compute resource prospects Coalbed Methane reserves as Gas In Place (GIP). According to 5 ( five ) wells in the study area are well AM-1, well AM-2, well AM -3, well AM-4 and well AM-5, there are 3 ( three ) Coal Zones, namely Coal Zone X, Coal Zone W, and Coal Zone Z. Coal Zone X shows the maximum thickness at the south of the field and beome thin to the north, while Coal Zone Y shows the maximum thickness at the north of the field and beome thin to the south, and Coal Zone Z shows the maximum thickness of almost all over the field "AMAN". Coal Zone X with gas content of the data field is 102.59 SCF/ton and the data core is 103.02 SCF/ton has 42.848 acre of sweetspot area; Coal Zone Y with gas content of the data field is 109.69 Scf/ton and the data core is 107.92 Scf/ton has 42.848 acre of sweetspot area ; as well as Coal Zone Z with gas content of the data field is 149.76 Scf/ton and the data core is 140.87 Scf/ton has an 42.848 acre of sweetspot area. Total Gas In Place ( GIP ) of the three coal zones with a cut-off at depths of 300-1000 m in the Field " AMAN " by Kim Formula,1999 calculation is 1.49 Tcf, while based on the data core is 1.3 Tcf. Keywords : coal, Coalbed Methane, Muara Enim Formation, South Sumatera Basin PENDAHULUAN Indonesia memiliki perkiraan cadangan Gas Metana Batubara (GMB) sekitar 453,3 triliun kaki kubik (Trilliun Cubic Feet (TCF)). Volume yang sangat besar tersebut tersebar di 11 cekungan (basin) batubara di berbagai lokasi di Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang memiliki potensi Gas Metana Batubara terbesar di Indonesia dan sangat memiliki prospek. Cekungan Sumatera Selatan yang merupakan cekungan penghasil batubara terbesar yang cukup signifikan, memiliki batubara yang cukup tebal dan juga menerus (continuous), serta terdapat pada kedalaman yang optimal, sehingga batubaranya memliki potensi cukup besar untuk dikaji dan dikembangkan untuk memproduksi Gas Metana Batubara (GMB) Target studi dalam Gas Metana Batubara ini termasuk dalam Formasi Muara Enim. Dalam upaya mengetahui berapa besar potensi sumberdaya Gas Metana Batubara pada formasi ini maka diperlukan studi untuk mengetahui seberapa besar potensi sumberdaya dan luas area prospektifnya. METODE PENELITIAN Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengerjaan penelitian ini terdiri atas tahap persiapan, tahap pengumpulan data berupa

data primer dan sekunder, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi litologi khususnya batubara pada well log dan laporan sumur, kemudian mengkorelasikan sumur-sumur daerah penelitian, mengkorelasi data well log dengan seismik, kemudian menghitung kandungan gas dari data lapangan dan core, kemudian menentukan luas area prospek dan menghitung sumberdaya Gas Metana Batubara (CBM). Identifikasi litologi menggunakan data primer log sumur untuk mengetahui zona-zona batubara yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik litologi dan disebandingkan dengan penamaan stratigrafi batubara pada Anggota Formasi Muara Enim dan dihitung jumlah ketebalan batubara pada setiap coal zone tersebut. Selanjutnya sumur-sumur yang telah dikelompokkan coal zone-nya dilakukan korelasi untuk mengetahui distribusi secara lateral dan vertikal batubara. Kemudian untuk mengetahui distribusi horizon seismik coal zone tersebut maka dilakukanlah pengikatan data sumur dan data seismik. Selain itu data seismik juga digunakan dalam pembuatan peta ketebalan dari setiap zona batubara tersebut. Tahap selanjutnya yaitu menghitung Gas Content (Kandungan Gas) berdasarkan analisis proximate dan ultimate batubara di lapangan menggunakan Kim Formula, 1999 dan juga secara langsung dari data core. Kemudian diperoleh Sweetspot area (area prospek) yang merupakan area penyebaran lapisan batubara di mana area prospek diperkirakan berkisar pada kedalaman antara 300-1000 m. Setelah tahap tersebut dilakukan maka dapat diketahui sumberdaya Initial Gas In Place (IGIP) dengan cut-off pada kedalaman 300-1000 m pada lapangan AMAN yang merupakan daerah penelitian. HASIL PENELITIAN Daerah penelitian terletak pada lapangan AMAN yang berada pada Cekungan Sumatera Selatan, Propinsi Sumatera Selatan. Daerah penelitian memiliki luas area 173,4 km 2. Target dalam studi Gas Metana Batubara ini adalah batubara yang terdapat pada Formasi Muara Enim pada Cekungan Sumatera Selatan yang merupakan salah satu formasi pembawa batubara dengan variasi ketebalan lapisan batubara dari cm hingga lebih puluhan meter. Secara stratigrafi, terdapat empat anggota yang termasuk pada Formasi Muara Enim yang terendapkan dalam fase pengendapan yaitu regresi. Urutan batuan diawali oleh Anggota M1 Formasi Muara Enim, kemudian dilanjutkan dengan pengendapan Anggota M2 Formasi Muara Enim, lalu Anggota M3 Formasi Muara

Enim, dan terakhir yaitu diendapkan Anggota M4 Formasi Muara Enim. Properti dan Distribusi Batubara Dalam mengetahui properti dan distribusi batubara dilakukan analisis litologi pada well-log dan laporan sumur baik data cutting ataupun data mudlog. Sumur AM-1 Sumur AM-1 merupakan sumur yang terletak di luar daerah penelitian memiliki jarak 45,74 km terhadap lapangan AMAN. Dalam mengidentifikasi litologi menggunakan data log sumur, log GR dan Rhob cukup memadai di mana fungsi log GR dan Rhob secara umum menunjukkan nilai dari defleksi kurva pada jenis litologi tertentu. Kedalaman data yang direkam pada log GR yaitu 300-1025 m. Nilai cutoff adalah 48,05 ditentukan setelah menentukan shale base line. Dalam menentukan jenis litologi harus mengombinasikan penggunaan log GR dan log Rhob. Maka dapat disimpulkan bahwa batubara menunjukkan defleksi ke arah kiri pada log GR dan Rhob, memiliki nilai gamma ray yang rendah 0 60 API, dan density <1,6 gr/cm 3. Zona batubara yang diidentifikasi ; Coal Zone X, Coal Zone Y, Coal Zone Z. Ketebalan batubara 1,6-13,86 m dengan jumlah total ketebalan adalah 70,24 m. Zona batubara pertama yaitu Coal Zone X yang terdapat pada kedalaman 476 m 655 m dengan ketebalan batubara 4,9 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone X memliki ciriciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M3 Formasi Muara Enim. Zona batubara yang kedua adalah Coal Zone Y yang terdapat pada kedalaman 655 m 807 m dengan ketebalan batubara 41,2 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Y memliki ciri- ciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M2 Formasi Muara Enim. Dan zona batubara yang ketiga adalah Coal Zone Z yang terdapat pada kedalaman 807 m 982 m dengan ketebalan batubara 24,14 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Z memliki ciri- ciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M1 Formasi Muara Enim.

Sumur AM-3 Sumur AM-3 merupakan sumur yang terletak di bagian utara darah penelitian daerah penelitian. Sumur AM-3 memiliki data masterlog yang merupakan hasil dari deskripsi data di lapangan yang dirangkum dalam suatu laporan sumur. Zona batubara yang diidentifikasi; Coal Zone X, Coal Zone Y, dan Coal Zone Z. Ketebalan batubara 1,22-12,38 m dengan jumlah total ketebalan adalah 38,6 m. Zona batubara pertama yaitu Coal Zone X yang terdapat pada kedalaman 385 m 445 m dengan ketebalan batubara 11,34 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone X memliki ciriciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M3 Formasi Muara Enim. Zona batubara yang kedua adalah Coal Zone Y yang terdapat pada kedalaman 445m 660m dengan ketebalan batubara 17,39 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Y memliki ciri- ciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M2 Formasi Muara Enim. Dan zona batubara yang ketiga adalah Coal Zone Z yang terdapat pada kedalaman 660m 736m dengan ketebalan batubara 9,87 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Z memliki ciri- ciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M1 Formasi Muara Enim. Sumur AM-4 Sumur AM-4 memiliki zona batubara yang diidentifikasi; Coal Zone X, Coal Zone Y, Coal Zone Z. Ketebalan batubara 3,1-12,2 m dengan jumlah total ketebalan adalah 40,2 m. Zona batubara pertama yaitu Coal Zone X yang terdapat pada kedalaman 385 m 441 m dengan ketebalan batubara 14,9 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone X memliki ciriciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M3 Formasi Muara Enim. Zona batubara yang kedua adalah Coal Zone Y yang terdapat pada kedalaman 441 m 660 m dengan ketebalan batubara 17 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Y memliki ciriciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M2 Formasi Muara Enim. Dan zona batubara yang ketiga adalah Coal Zone Z yang terdapat pada kedalaman 660 m 676m dengan ketebalan batubara 8,3 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Z memliki ciri- ciri yang sama

dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M1 Formasi Muara Enim. Sumur AM-5 Sumur AM-5 merupakan sumur yang terletak di dalam daerah penelitian. Zona batubara yang diidentifikasi yaitu; Coal Zone Y dan Coal Zone Z. Ketebalan batubara pada sumur AM-5 1,7-11,72 m dengan jumlah total ketebalan adalah 65,76 m. Zona batubara yang pertama adalah Coal Zone Y yang terdapat pada kedalaman 383 m 600 m dengan ketebalan batubara 53,59 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Y memliki ciri- ciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M2 Formasi Muara Enim. Dan zona batubara yang kedua adalah Coal Zone Z yang terdapat pada kedalaman 600 m 687 m dengan ketebalan batubara 12,17 m. Hasil dari identifikasi menunjukan batubara pada Coal Zone Z memliki ciri- ciri yang sama dengan seam seam batubara yang termasuk kedalam anggota M1 Formasi Muara Enim. Korelasi Korelasi dilakukan pada lintasan korelasi yang melewati 4 sumur pada daerah penelitian ini yang relative berarah Utara- Selatan. Sumur AM-1, merupakan sumur kunci pada korelasi karena memiliki data log lengkap dan data sumur serta perhitungan Gas Content pada core. Korelasi ini dilakukan dengan menghubungkan coal zone pada setiap sumur dengan datum pada Top Formasi Air Benakat. Berdasarkan coal zone yang diinterpretasi maka terdapat 3 (tiga) peta ketebalan batubara. Coal Zone X menunjukkan ketebalan maksimum pada bagian selatan dan mulai menipis ke bagian utara lapangan AMAN, dan Coal Zone Y menunjukkan ketebalan maksimum pada bagian utara dan mulai menipis ke arah selatan lapangan AMAN, sedangkan Coal Zone Z menunjukan ketebalan yang hampir merata pada lapangan AMAN. Kandungan Gas (Gas Content) Kandungan gas dengan dua cara yaitu melalui analisis proximate dan ultimate batubara pada sampel yang diperoleh dari pemetaan lapangan, dan secara langsung dari perhitungan gas pada core.analisis proximate dan ultimate dilakukan untuk mengetahui komposisi pada batubara yaitu

Ash, Moisture, Volatile matter, dan Fixed carbon. Dari analisis tersebut maka diperoleh nilai Vitrinite Reflectance (Ro) pada Lapangan AMAN ini berkisar dari 0.26 % sampai dengan 0.38 % dengan demikian Lapangan AMAN masuk kedalam kategori batubara subbituminus. Perhitungan Gas Content berdasarkan data lapangan dengan Kim Formula,1999 menunjukkan adanya kenaikan kandungan pada kedalaman 300-1000 m yaitu Coal Zone X 109.69 Scf/ton, Coal Zone Y 113.96 Scf/ton, dan Coal Zone Z 149.76 Scf/ton. Perhitungan berdasarkan analisis tersebut tidak berbeda jauh dengan perhitungan langsung pada core yaitu Coal Zone X 107.92 Scf/ton, Coal Zone Y 113.22 Scf/ton, dan Coal Zone Z 140.87 Scf/ton. Area Prospek Gas Metana Batubara (Sweetspot Area) Area prospek merupakan area di mana penyebaran lapisan batubara pada daerah penelitian. diasumsikan mempunyai nilai secara ekonomis. Kedalaman yang baik untuk gas metana yaitu pada kedalaman 300-1000 m, sehingga dilakukan cut-off pada kedalaman tersebut pada setiap zona. Peta sweet spot area ini dibuat dengan meng-overlay peta struktur kedalaman batubara (depth structure map) dengan peta ketebalan batubara (isopach map). Maka dapat diketahui luas area prospek pada Coal Zone X, Y, dan Z adalah 173,400,000.00 m 2 atau 42,848.07 acre. Kandungan Initial Gas In Place (IGIP) Dalam perhitungan Initial Gas In Place (IGIP), dihitung berdasarkan coal zone pada masing-masing sumur yang telah dibedakan menjadi 3 (tiga) zona yaitu ; Coal Zone X Coal Zone Y, dan Coal Zone Z. Perhitungan Initial Gas In Place ini dilakukan pada cut-off kedalaman 300-1000 m di mana High Grade Potential dengan penyimpanan kandungan gas yang cukup karena jika terlalu dalam gas tidak dapat tersimpan dengan baik. Daerah penelitian lapangan AMAN dengan luas area 173,4 km 2 dan area prospek dengan cut-off 300-1000 m memiliki total sumberdaya Gas Metana Batubara (Coalbed Methane) berdasarkan perhitungan data lapangan sebanyak 1.49 Tcf atau 1503.47 Bcf dan berdasarkan data core hole 1.3 Tcf atau 1410.66 Bcf. KESIMPULAN Daerah penelitian Lapangan AMAN dapat dibagi menjadi tiga zona batubara yaitu Coal Zone X, Coal Zone Y, dan Coal Zone Z. Distribusi zona batubara pada lapangan AMAN tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lipatan maupun sesar.

Coal Zone X menunjukkan ketebalan maksimum pada bagian selatan dan mulai menipis ke bagian utara lapangan AMAN, dan Coal Zone Y menunjukkan ketebalan maksimum pada bagian utara dan mulai menipis ke arah selatan lapangan AMAN, sedangkan Coal Zone Z menunjukan ketebalan yang hampir merata pada lapangan AMAN. Berdasarkan data lapangan diperoleh nilai Vitrinite Reflectance (Ro) pada Lapangan AMAN berkisar dari 0.26 % sampai dengan 0.38 %, maka Lapangan AMAN masuk kedalam kategori batubara lignit subbituminus. Daerah Lapangan AMAN memiliki luas area prospek dengan cut-off 300-1000 m pada Coal Zone X, Y, dan Z adalah 173,400,000.00 m 2 atau 42,848.07 acre dengan total sumberdaya Gas Metana Batubara (Coalbed Methane) berdasarkan perhitungan data lapangan sebanyak 1.49 Tcf atau 1503.47 Bcf dan berdasarkan data core hole 1.3 Tcf atau 1410.66 Bcf. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2006. Indonesian Basin Summaries. Jakarta. Patra Nusa Data ASTM, 2004. Annual Book of ASTM Standards, Vol. 05.06. American Society for Testing and Materials, West Conshohocken, PA Brooks, J. D., Smith, J. W.1969. The diagenesis of plant lipids during the formation of coal, petroleum and natural gas-ii. Coalification and the 68 formation of oil and gas in the Gippsland Basin. Geochimica et Cosmochimica Acta, 33, 1183-1194. Cook, A.,C.1982. The Origin and Petrology of Organic Matterin Coals, Oil Shalesand Petroleum Source Rocks. The University of Wollongong, Wollongong. De Coster, G.L. 1974. The Geology of the Central and South Sumatera Basins. Proceeding of 3 rd Annual Indonesian Petroleum Association Convention. Diesel, C.F.K. 1992. Coal Bearing Depositional Systems. Springer Verlag. Germany. Gafoer, S. et al, 1994. Peta Geologi Lembar Lahat, Sumatera Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Heidrick, Tom.L and Karsani Aulia,1993. A Structural and Tectonic Model of The Coastal Plains Block, Central Sumatra Basin, Indonesia. Proceeding of The 22 th Annual Indonesia Petroleum Association Convention, p285 317.

Horne, J.,C., 1978. Depositional Models in Coal Exploration and Mining Planning in Appalachian Region. AAPG Buletin. USA. 62. 2379-2411. Koesoemadinata, R.P., 1978. Tertiary Coal Basin of Indonesia, United Nation Escap,CCOP, Technical Buletin Vol.2. Lamberson, M.,N., Bustin, R.,M., & Kalkreuth, W. 1991. Lithotype (Maceral) Composition and Variation as Correlated with Paleowetland Environments, Gates Formations, Northeastern British Columbia, Canada. International Journal of Coal Geology 18, 87-124. Rider, Malcolm. 2000. The Geological Interpretation of Well Logs. Second Edition. Scotland. Rider- French Consulting-Ltd. Minjbouw, Shell N.V., 1978. Explanatory notes to the geological map of the South Sumatran Coal Province. 31pp (unpublished) Sosrowidjojo, ib., and saghafi, a., 1996. Development of the First Coal Seam Gas Exploration in Indonesia: Reservoir Properties of the Muaraenim Formation, South Sumatra, Vol. 25, No.6. Stevens, SC. dan Hadiyanto., 2004. Indonesia: Coalbed Methane Indicators and Basin Evaluation, SPE Asia Pacific Oil and Gas Conference and Exhibition, Perth, Australia, 18-20 Oct 2004, pp 1-8. Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut. Fakultas Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Thomas, Larry.1972. Handbook of Practical Coal Geology. John Wiley dan Sons Ltd, Baffins Lane, Chiechester, England, 338 h.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Ciri-ciri Formasi Muara Enim, Air Benakat dan Kasai. (Minjbouw, 1978).

Gambar 3. Litologi dan Zona Batubara pada Sumur AM-1

Gambar 4. Litologi dan Zona Batubara pada Sumur AM-3

Gambar 5. Litologi dan Zona Batubara pada Sumur AM-4

Gambar 6. Litologi dan Zona Batubara pada Sumur AM-5

A South B North B AM-5 AM-4 AM-3 A AM-1 Gambar 7. Korelasi sumur AM-1, AM-3, AM-4, dan AM-5 yang diratakan pada top Formasi Air Benakat.

Gambar 8. Peta Ketebalan Coal Zone X.

Gambar 9. Peta Ketebalan Coal Zone Y.

Gambar 10. Peta Ketebalan Coal Zone Z.

Gambar 11. Peta Sweetspot untuk Coal Zone X

Gambar 12. Peta Sweetspot untuk Coal Zone Y

Gambar 13. Peta Sweetspot untuk Coal Zone Z Tabel 1. Luas High Grade Potential pada masing-masing Coal Zone. No. Nama Area Luas Area (sq m) Luas Area (acre) 1 Coal Zone X 173,400,000.00 42,848.07 2 Coal Zone Y 173,400,000.00 42,848.07 3 Coal Zone Z 173,400,000.00 42,848.07

Tabel 2. Perhitungan Gas In Place (GIP) High Grade Potential (300-1000m) berdasarkan data lapangan. Zona Kedalaman 300 1000 m Coal Zone Gas Content (Scf/ton) Density Average Thickness (feet) Acreage (acre) IGIP (BCF) IGIP (TCF) X 109.69 1.3 29.626 42.848 263.36 0.26 Y 113.96 1.3 94.915 42.848 863.14 0.86 Z 149.76 1.3 33.235 42.848 376.97 0.37 Total 1503.47 1.49 Tabel 3. Perhitungan Gas In Place (GIP) High Grade Potential (300-1000m) berdasarkan data core hole. Zona Kedalaman 300 1000 m Coal Zone Gas Content (Scf/ton) Density Average Thickness (feet) Acreage (acre) IGIP (BCF) IGIP (TCF) X 107.92 1.3 29.626 42.848 205.25 0.21 Y 113.22 1.3 94.915 42.848 762.26 0.76 Z 140.87 1.3 33.235 42.848 334.98 0.33 Total 1410.66 1.3