Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, April 2002

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Oleh Pemda 24 Oktober 2002

HASIL PENELITIAN PEMETAAN PARTISIPATIF

Koordinasi Antar Pihak: Desa Mandiri, Tata Ruang dan Pelestarian Hutan

Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002

Dana Reboisasi: Pengertian dan pelaksanaannya

Kabar dari Lokakarya Membangun Agenda Bersama II Setulang, 4-6 Desember 2000

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Governance Brief. Bagaimana masyarakat dapat dilibatkan dalam perencanaan tata ruang kabupaten? Penglaman dari Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief

Pelatihan Penyusunan Peraturan Desa di Bidang Tata Ruang

Pelatihan Legislative Drafting di Malinau Februari 2003

Governance Brief. Dampak Kebijakan IPPK dan IUPHHK Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Malinau

Njau Anau Miriam van Heist Ramses Iwan Godwin Limberg Made Sudana Eva Wollenberg

1. Apakah perlu atau ada keinginan untuk kerja sama dengan pihak lain, atau bisa mengembangkan usaha sendiri?

Warta Kebijakan. Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dasar Hukum

Bagaimana Kemiskinan di Malinau bisa dipantau?

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: WAKIL MASYARAKAT HULU SUNGAI MALINAU BELAJAR DI KABUPATEN PASIR, KALIMANTAN TIMUR

Hutan Kita, Keputusan Kita Sebuah survei mengenai prinsip-prinsip untuk pengambilan keputusan di Malinau

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Decentralisation Brief

Pesta Seni Budaya: Leten Bangen di Sengayan 7 12 Juli 2003

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR: 09 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN KHUSUS PENEBANGAN JENIS KAYU ULIN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

STUDI TENTANG PROSES PEMEKARAN KECAMATAN MALINAU SELATAN MENJADI TIGA KECAMATAN KABUPATEN MALINAU

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KUTAI BARAT

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

Decentralisation Brief

HASIL STUDI BANDING KE KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

RUMUSAN LOKAKARYA NASIONAL PENYUSUNAN MASTER PLAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BOGOR, TANGGAL DESEMBER 2002

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Media Background MEWUJUDKAN KABUPATEN MALINAU SEBAGAI KABUPATEN KONSERVASI

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SINTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB V PENUTUP I. KESIMPULAN

Keterlibatan. Masyarakat. dalam AMDAL. Buku Kecil untuk Masyarakat. Lingkungan Hidup

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Governance Brief. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam Daerah Provinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota yang bersifat otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Kajian Tinjauan Kritis Pengelolaan Hutan di Pulau Jawa

Nomor : S. /PHM-1/2011 Desember 2011 Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Laporan Rekap Berita Bulan November 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA SARANG BURUNG WALET

PELAKSANAAN MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN

PELAKSANAAN MUSRENBANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

LAPORAN KINERJA FORUM DAS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERIODE (SAMPAI DENGAN APRIL 2017)

KATA PENGANTAR. Palu, April 2008 KEPALA DINAS KEHUTANAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH. Ir. ANWAR MANNAN Pembina Tingkat I NIP.

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

JUKNIS PENYUSUNAN RKPDESA KABUPATEN REMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG SEKRETARIAT DAERAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

Fasilitas Kemakmuran Hijau. Hibah Pengelolaan Sumber

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Warta Kebijakan. Dampak Desentralisasi dan Otonomi Daerah terhadap Hutan dan Masyarakat Hutan. Pendahuluan. Pengurusan Hutan di Masa Desentralisasi

NGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.382/Menhut-II/2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU (IPK) MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/ SIJUNJUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN IZIN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN DALAM PEMBANGUNAN PLANOLOGI KEHUTANAN KATA PENGANTAR

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DINAS KEHUTANAN

Tindak Lanjut dan Monitoring: PROSES PROSPEKTIF PARTISIPATIF ANALISIS (PPA) DI KABUPATEN KAPUAS HULU

DRAFT KERANGKA ACUAN

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

KEPUTUSAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR: 08 TAHUN 2002 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR: 03 TAHUN 2001 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 11 TAHUN 2000

Transkripsi:

Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, 23-25 April 2002 Kabar dari TIM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA HULU SUNGAI MALINAU No. 9, Agustus 2002 Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang baik, Lokakarya yang telah lama dinantikan akhirnya terlaksana pada tanggal 23 sampai dengan 25 April 2002 di Tanjung Nanga di Hulu S. Malinau. Lokakarya yang bertema Pengelolaan Hutan Bersama ini dihadiri oleh 81 orang peserta dari 25 desa di DAS Malinau. Tujuan lokakarya ini membangun paham bersama mengenai pengelolaan hutan dan bagaimana masyarakat bisa bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Malinau. Lokakarya ini terselenggara dengan lancar berkat kerja keras panitia pelaksana di Tanjung Nanga, didukung oleh dua pendamping dari Samarinda yaitu Ade Cahyat dan Roedy AMZ serta tim CIFOR. Hasilnya juga cukup memuaskan baik dari segi isi maupun pelaksanaan. Inti lokakarya ini yaitu bagaimana pengelolaan hutan bersama dibahas berdasarkan visi tiap desa yang kemudian diperdalam dari segi kemungkinan realisasinya. Sebagai bahan pendukung pihak CIFOR menyampaikan beberapa pemikiran mengenai pengelolaan hutan. Diskusi mengenai pengelolaan hutan bersama didahului oleh acara yang sangat diharapkan masyarakat yaitu Dialog dengan Pemkab. Berikut ulasan singkat mengenai hasil lokakarya. Dialog dengan Pemerintah Kabupaten Malinau Acara ini dihadiri oleh Asisten I Bpk Bernard yang didampingi Ketua Bappeda Bpk Junus Poddalah, Camat Malinau Bpk Saparudin dan tiga orang stafnya, ketua BPN Bpk Tantowi Jauhari dan satu orang stafnya, serta staf Bagian Hukum, staf Bagian Tata Pemerintahan dan staf Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa. CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH

Dialog berlangsung cukup lancar selama kurang lebih dua jam meliputi berbagai hal yang menjadi perhatian masyarakat, yaitu masalah batas desa, ketidak-jelasan mengenai hak masyarakat atas hutan dan sumber daya hutan, ketidak-jelasan mengenai hak pewaris atas gua sarang burung, nasib masyarakat Punan dan tidak diketahuinya peraturan daerah. Masyarakat juga meminta bantuan Pemkab dalam menyelesaikan batas desa, pemasaran barang kerajinan dan pengelolaan proyek Pemkab. Rangkuman jawaban Pemkab: Konflik Batas 1. Ada rencana penataan batas desa mulai Mei 2002 (mulai dengan batas Kabupaten). 2. Prioritas pemetaan batas administratif. 3. Jika ada IPK tidak memenuhi janji, akan dilaporkan kepada Bupati (surat peringatan dari masyarakat dikirim kepada perusahaan dengan tembusan kepada Camat dan Bupati). 4. Rekomendasi penggabungan desa yang berdekatan. Pengelolaan Hutan 1. Fee berdasarkan negosiasi desa dengan investor: tidak ada penetapan dari Pemkab 2. Pemkab mencari cara pengelolaan hutan yang dapat mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian hutan. 3. Tidak ada lagi penerbitan IPK yang baru. 2

4. Ada ide pembuatan peraturan daerah tentang luas daerah penyangga goa sarang burung. 5. Pemasaran kerajinan dengan cara magang, dan informasi pasar (misalnya melalui Dinas Perindagkop). 6. Perda pertambangan sudah ada (Perda No. 23/2001) tapi belum ada SK Bupati untuk pelaksanaannya. Kelembagaan 1. Sudah ada Perda mengenai Badan Perwakilan Desa, tapi belum ada sosialisasi. Infrastruktur 1. Ada sistem pengawasan proyek-proyek di desa secara partisipatif (buku putih, kuning, merah). 2. Ada perhatian supaya tidak ada proyek yang diwakili. 3. Proyek 2002 masih tahap penyusunan DIP, belum ada dana. 4. Ada keterlambatan desa mengirimkan data/informasi sehingga tidak dapat proyek. Awal bulan Mei 2002 usulan pembangunan desa harus sampai di Bappeda. 5. Kabupaten harus mengirim daftar isian proyek untuk setiap desa ke kecamatan lebih cepat, pengaturannya harus lebih baik. 6. Harapan masyarakat mendukung pembangunan desa. Visi Masyarakat tentang Pengelolaan Hutan dan bagaimana realisasinya Dalam sesi ini masing-masing desa menyampaikan cita-cita mereka untuk desanya khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan hutan. Cita-cita ini disampaikan dalam 3

bentuk gambar sehingga sekaligus terlihat pandangan masyarakat mengenai tata ruang di wilayah desa mereka. Dari hasil presentasi jelas terlihat perkembangan pandangan mengenai IPPK dan hubungan masyarakat dengan investor. Ada desa yang menolak IPPK (Long Jalan, Setulang, Metut), ada yang justru mengharapkan adanya investor (Bila Bekayuk, Long Rat, Gong Solok). Desa-desa di hulu cenderung untuk mempertahankan hutan untuk berburu (Metut, Long Jalan) dan yang di tengah menghendaki berbagai penggunaan untuk mensejahterakan masyarakat, seperti misalnya perkebunan, penanaman kayu. Yang menarik dari cita-cita desa ini adalah adanya pemikiran masyarakat untuk menanam kembali hutan, mengembangkan perkebunan dan persawahan dan menginginkan adanya sarana ekonomi seperti pasar dan bank. Bahkan satu desa membayangkan adanya usaha kehutanan yang terkelola dengan baik sehingga menghasilkan cukup uang bagi desa untuk dapat mengadakan rumah sakit serta pelayanannya secara mandiri (Long Loreh) dan satu desa mencita-citakan adanya HPH Konservasi (Setulang). Sesi ini dilanjutkan dengan diskusi kelompok bagaimana mencapai visi. Pertanyaan dan jawabannya disajikan di bawah ini: 1. Hal-hal apa yang membuat anda ragu terhadap pencapaian visi dan persoalan apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu agar visi dapat terwujud? Hampir semua peserta mengatakan bahwa batas desa serta kejelasan batas hak pewaris merupakan hal yang perlu diselesaikan sebelum visi dapat diwujudkan. Selain itu masyarakat meminta kejelasan peraturan pemerintah tentang pengelolaan hutan, pengaturan hak dan tata ruang. Yang menarik adalah bahwa masyarakat juga mengemukakan perlunya persatuan masyarakat dan kelembagaan desa. 4

Hal-hal lain yang dirasa perlu untuk mewujudkan visi adalah modal, dana pendidikan dan pemasaran. 2. Kemampuan/keterampilan apa yang harus dimiliki masyarakat untuk pencapaian visi? Yang utama dirasakan perlu adalah keterampilan di bidang kehutanan (perencanaan, pengaturan penebangan pohon), pertanian dan perkebunan. Tetapi keterampilan teknis ini perlu didukung dengan keterampilan membangun persatuan, menghimpun modal, kemampuan komunikasi dengan pihak luar, pengelolaan pemerintahan desa dan pengetahuan mengenai hukum. 3. Dukungan apa yang masyarakat perlukan dari pihak lain dan siapa pihak lain itu? Meskipun bentuk dukungan tidak terjawab, masyarakat dengan tegas menjawab perlunya dukungan Pemkab (Perindag, Dinas Kehutanan, BPN) dan Pemerintah Kecamatan. Disamping itu juga disebut Investor, CIFOR dan LSM. Sesi lain Dalam lokakarya ini ada dua sesi pendukung lainnya. Dalam diskusi mengenai Siapa Pemerintah? ternyata masyarakat baru mulai memahami sepenuhnya peran pemerintah. Masyarakat juga belum mengerti siapa yang seharusnya dihubungi untuk penyampaian usulan ataupun tanggapan. Dengan demikian peran pengawasan proyek pembangunan oleh masyarakat tidak akan terlaksana dengan baik bila tidak didahului oleh penjelasan yang lebih baik oleh pihak pemerintah. Dalam diskusi mengenai usulan, peserta dibagi dua, Satu kelompok kecil membicarakan secara khusus bentuk dan persyaratan usulan tertulis. Kelompok kedua diminta memainkan sandiwara bagaimana menyampaikan usulan lisan kepada pemerintah. Kesimpulan sandiwara dan diskusi sesudahnya adalah bahwa usulan yang baik harus mempunyai tujuan yang jelas, disampaikan secara singkat dan tegas dengan kesimpulan dan atau kesepakatan, bila ada, secara tertulis. Sandiwara masyarakat juga menunjukkan betapa seringnya jawaban tidak nyambung dengan pertanyaan, bahwa 5

pegawai maupun masyarakat yang hadir sering tidak mempunyai cukup informasi, bahwa perempuan punya kepentingan yang tidak selamanya sama dengan laki-laki dan bahwa suasana harus dibangun. Tentang penyusunan usulan secara baik akan dibahas dalam surat kabar tersendiri. Tindak lanjut Setelah diskusi kelompok maka disimpulkan rencana tindak lanjut sbb: Apa? Siapa harus terlibat? Kapan? Penyelesaian batas wilayah Desa Metut-Tj Nanga-Pelencau, G.Solok-Bt.Kajang, Sentaban-L.Bila- Kenipe-Setulang, L.Lake-L.Jalan. Desember 2002 kalau bisa tetapi paling lambat Juni 2003 Camat, BPN dan Kehutanan Kejelasan mengenai hak waris gua sarang burung Punan G.Solok dan Gong Solok, Langap-P.Seturan-Punan Rian Setarap dan Punan Setarap Bt.Kajang Desember 2002 Bupati, Camat, Pertanahan dan Kehutanan Pengakuan hak milik sumber daya alam Pelancau-Loreh, Langap-L.Rat, L.Jalan, L.Lake, Sentaban, Sengayan Desember 2002 kalau bisa tetapi paling lambat Juni 2003 HPH, BDMS, IPK Pengusulan dan Pengawasan Proyek Pembangunan Desa (Proses DUP-DIP) Semua desa Camat Awal Mei 2002 6

KESIMPULAN Dari semua sesi dan diskusi maka di bawah ini disampaikan beberapa kesimpulan umum: Hubungan masyarakat dan Pemkab makin baik dan meskipun dialog dengan Pemkab belum memuaskan semua pihak, masyarakat menganggapnya sebagai salah satu puncak kegiatan dalam lokakarya dan mengharapkan tetap merupakan bagian dari lokakarya yang akan datang. Batas: Masyarakat merasa masalah batas harus segera diselesaikan dan sangat mengharapkan dukungan pemerintah. Meskipun sudah disadari bahwa batas hanya dapat diselesaikan melalui kerja sama antar desa, rupanya hal ini masih belum sepenuhnya dihayati untuk dilaksanakan. Visi masyarakat: Masyarakat mempunyai visi yang makin mempertimbangkan keseimbangan fungsi ekonomi dengan jasa lingkungan dari hutan. Terbukti dari usulan untuk pengembangan usaha-usaha di desa selain IPPK dan eksploitasi hutan yaitu hutan lindung, HPH Konservasi dan wisata alam. Partisipasi: Kelompok rentan, khususnya perempuan dan masyarakat Punan makin berperan. Dalam lokakarya ini partisipasi perempuan tercermin dari sumbangan pikiran yang berarti. 7

CIFOR bisa dihubungi di lapangan di Desa Long Loreh dan Stasiun Seturan. Atau di Bogor: Atau lewat surat: Jl. CIFOR, Situgede CIFOR Sindang Barang PO Box 6596 JKPWB Bogor 16680 Jakarta 10065 Telp. (0251) 622-622 Fax. (0251) 622-100 E-mail: cifor@cgiar.org 8