MANAJEMEN PEMBERDAYAAN KURIKULUM DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Oleh: Samsidar (Dosen FAI-PAI UMTS) Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
Manajemen Kurikulum Drs. Toto Ruhimat, M.Pd. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan Negara yang otentik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

STUDI TENTANG PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 yaitu : untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Makna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prinsip Pengembangan Kurikulum. Aris Fajar Pambudi

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PENGEMBANGAN KTSP PERT KE-11

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam. menentukan output pendidikan. Peran sentral tersebut terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

Transkripsi:

1 MANAJEMEN PEMBERDAYAAN KURIKULUM DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Oleh: Samsidar (Dosen FAI-PAI UMTS) Abstract Curriculum is all of the experiences that already planned to prepare the students in achieving the goal of education. The curriculum planning needs collection, formation, selection of related information from various resources. Afterwards, the information will use to design the learning experience so that students can achieve the goal of curriculum. There are some efforts of school curriculum must be provide such as a competent and professional teacher with appropriate education background to the subject in teaching, society and parents support, then the available references in Indonesian, Arabic and English language. Kata Kunci: Management, Effort, Curriculum, Education A. PENDAHULUAN Sejak tahun 2001, berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, telah diberlakukan otonomi daerah bidang pendidikan dan kebudayaan. Visi pokok dari otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat setempat untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah, fasilitas dan sarana belajar untuk putra putri mereka.

2 Berdasarkan visi tersebut, maka kata kunci dari otonomi daerah adalah kewenangan dan pemberdayaan. 1 Otonomi daerah di bidang pendidikan berusaha memberikan kembali pendidikan kepada masyarakat agar hidup dari, oleh dan untuk masyarakat di daerah tersebut, atau berusaha memandirikan suatu lembaga atau suatu daerah untuk mengurus dirinya sendiri melalui pemberdayaan SDM yang ada di daerahnya. Adapun otonomi yang lebih besar diberikan kepada sekolah adalah menyangkut pengembangan kurikulum, yakni kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baik dan tepat, maka akan sulit dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicita-citakan. Pengayaan dan pengembangan kurikulum oleh setiap guru bidang studi adalah penting untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan sekolah. Sergiovanni, Thomas J dan Starratt mengemukakan dalam buku Muhaimin bahwa guru sering terlibat dalam kegiatan pengembangan kurikulum dengan mengubah, memperluas, mengorganisasi ulang, dan menginterpretasikan apa yang telah disusun oleh ahli pengembang kurikulum di luar kelas. 2 Mengingat masyarakat senantiasa berubah, maka kurikulumpun akan selalu berubah, mengalami perbaikan dan 1 Muhaimin, Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 1. 2 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan; Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah, (Bandung: Alfabeta, 2007) hal. 122.

3 pembaharuan. Indonesia, dalam sejarah pendidikannya, telah mengalami beberapa kali perubahan kurikulum seiring dengan perubahan dan tuntunan kebutuhan masyarakat. Namun, mengubah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Praktek pendidikan di sekolah senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum. Bukan sesuatu yang aneh, bila suatu teori kurikulum baru menjadi kenyataan setelah beberapa tahun kemudian. Kelambanan ini terjadi antara lain karena guru-guru banyak yang lebih ingin berpegang pada yang telah ada, merasa lebih aman dengan praktek-praktek rutin dan tradisional dari pada mencoba hal-hal baru, yang memerlukan pemikiran dan usaha yang lebih banyak dan ada kalanya menuntut perubahan pada diri guru itu sendiri. Hal di atas menunjukkan bahwa kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Mengingat madrasah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka madrasah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan mutu pendidikan, hal ini akan dapat dilaksanakan jika madrasah dengan berbagai keragamannya itu, mampu menyusun kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat. Mutu pendidikan merupakan salah satu pilar

4 dalam menghasilkan sumber daya manusia yang baik. Semua unsur yang ada di madrasah bertanggung jawab dalam keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. B. PENGERTIAN MANAJEMEN PEMBERDAYAAN KURIKULUM Manajemen adalah suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerja sama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. 3 Berarti manajemen merupakan perilaku anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Reeser berpendapat bahwa manajemen ialah pemanfaatan sumber daya fisik dan manusia melalui usaha yang terkoordinasi dan diselesaikan dengan mengerjakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengarahan dan pengawasan. 4 Pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau bertenaga. 5 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Pemberdayaan berarti proses atau cara. 6 Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya, kekuatan, atau bertenaga. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan 3 Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) hal. 42. 4 Ibid, hal. 43. 5 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976) hal. 233. 6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001) hal. 242.

5 sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 7 Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa manajemen pemberdayaan kurikulum di sini adalah serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis yang mencerminkan pentahapan upaya mengubah kurikulum yang belum berdaya menuju keberdayaan. Untuk mendukung upaya pemberdayaan kurikulum sekolah harus menyediakan para pendidik yang memiliki kompetensi, profesionalisme, latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. 8 Guru merupakan titik sentral, yaitu ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru. Supaya kurikulum madrasah dapat berjalan secara efektif dan efesien diperlukan dukungan moral masyarakat, terutama para wali peserta didik. 9 Keterlibatan masyarakat dan wali peserta didik dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau madrasah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah. 7 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Grafindo Persada, 2009) hal. 3. 8 Al Rasyidin, Pendidikan dan Psikologi Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2007) hal. 72. 9 Ibid

6 Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang tua siswa yang dilibatkan, yaitu mereka yang mempunyai latar belakang memadai. Peranan mereka lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum, saat diperlukan adanya kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan orang tua siswa. Oleh karena sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah. Pemberdayaan kurikulum madrasah harus didukung pula oleh tersedianya buku-buku teks dan buku-buku referensi yang berbahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, untuk peserta didik dan guru pada setiap mata pelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk pengayaan materi pelajaran dalam rangka perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan peserta didik. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah dalam rangka pemberdayaan kurikulum madrasah adalah menyediakan tempat praktek Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yakni laboratorium dan tempat praktek sholat yakni musholla atau mesjid. 10 Di samping itu bahan-bahan kajian dalam kurikulum madrasah harus diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sebagaimana diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 10 Ibid, hal. 73.

7 Berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tersebut, kurikulum madrasah hendaknya memuat bahan-bahan kajian yang meliputi: 1. Mata pelajaran ilmu agama untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pendidikan kewarganegaraan dengan maksud untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. 3. Mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab yang diperlukan untuk menumbuh perasaan nasionalisme, pergaulan global, dan memahami ajaran-ajaran Islam dari sumbernya yang asli. 4. Mata pelajaran matematika dengan maksud untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir peserta didik. 5. Ilmu pengetahuan alam dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam sekitarnya. 6. Ilmu pengetahuan sosial dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. 7. Seni dan budaya dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. 8. Pendidikan jasmani dan olah raga dimaksudkan untuk membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportifitas. 9. keterampilan/kejuruan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki keterampilan. 10. Muatan lokal dimaksudkan untuk membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya yang kuat, serta berakhlak mulia. 11 Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efesien, dan optimal dalam memberdayakan 11 Ibid, hal. 72.

8 berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya sebagai berikut: 1. Meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang terencana dan efektif. 2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal. Kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. 3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekita peserta didik. Kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar. 4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru amupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam belajar. 5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar. Proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, ketidaksuksesan antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum. 6. meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum. Kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan masyarakat, khususnya dlam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat. 12 12 Rusman, Manajemen Kurikulum, hal. 5.

9 C. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KURIKULUM Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, yaitu: 1. Produktivitas: hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangakan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai denganb tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum. 2. Demokratisasi: pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum. 3. Kooperatif: untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positip dari berbagai pihak yang terlibat. 4. Efektivitas dan efesiensi: Rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut membrikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat. 5. Mengarahkan visi, misi, daan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum. 13 Realita di lapangan bahwa titik lemah pendidikan di sekolah selama ini, terletak pada proses pembelajaran. Maka arah dan pengembangan kurikulum selayaknya mampu dipersepsi secara mudah dan luwes oleh para guru maupu peserta didik, serta mudah disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar. Artinya, kepentingan dan kebutuhan peserta didik memperoleh mutu layanan belajar menjadi dasar pertimbangan utama dalam pengembangan kurikulum. 13 Ibid, hal. 4.

10 Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman, maka ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Di bawah ini akan diuraikan sejumlah prinsip yang dianggap penting: 1. Prinsip Relevansi Kurikulum merupakan relnya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian antara komponenkomponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum. Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Ada tiga relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum yaitu: 1. Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Proses pengembangan dan penataan isi kurikulum hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. 2. Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang. Isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa

11 yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang. 3. Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. 14 2. Prinsip Fleksibilitas Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadangf-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah.kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan. Prinsip fleksibel memiliki dua sisi: pertama fleksiber bagi guru, artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa. 15 3. Prinsip Kontinuitas Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada 14 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran; Teori Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Press, 2008) hal. 40. 15 Ibid, hal. 41.

12 waktu mereka berada pada jenjang sebelumnya. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran tidak efektif dan efesien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu. 4. Prinsip Efektifitas Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektifitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektifitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektifitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Efektifitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. 5. Efisiensi Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. 16 16 Ibid, hal. 42.

13 6. Prinsip Berorientasi pada Tujuan Prinsip yang berorientasi pada tujuan berarti bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah pertama yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar semua jam dan aktivitas pengajaran yang dilaksanakan oleh para pendidik maupun anak didik diharapkan betul-betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tersebut. 17 D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI KURIKULUM Implementasi kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: a. Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup bahan ajar, tujuan, fungsi, sifat, dan sebagainya. b. Strategi implementasi, yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi kurikulum, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya penyediaan buku kurikulum, dan berbagai kegiatan lain yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan. c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap guru terhadap kurikulum dalam pembelajaran. 18 Dalam pengimplementasian kurikulum diperlukan komitmen semua pihak yang terlibat, dan didukung oleh kemampuan profesional seperti guru sebagai salah satu implementator kurikulum. Dalam buku Kunandar, Mars mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang 17 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media, 1999) hal. 116. 18 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (bandung: Remaja Rosdakarya,2009), hal. 239.

14 datang dari dalam diri guru sendiri. 19 Dari berbagai faktor tersebut, guru merupakan faktor penentu utama. Dengan kata lain, keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimana pun baiknya sarana pendidikan, jika guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka implementasi kurikulum tidak akan berhasil. Untuk mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan, dibutuhkan beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksana. Sebagus apa pun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya sangat tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhana pun apabila gurunya memiliki kemampuan, semangat, dan dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih baik dari pada desain kurikulum yang hebat, tetapi kemampuan, semangat, dan dedikasi gurunya rendah. Guru adalah kunci utama keberhasilan implementasi kurikulum. Sumber daya pendidikan yang lain pun seperti sarana prasarana, biaya, organisasi, lingkungan, juga merupakan kunci keberhasilan pendidikan, tetapi kunci utamanya adalah guru. Dengan sarana, prasarana, dan biaya terbatas, guru yang kreatif dan berdedikasi tinggi, dapat mengembangkan program, kegiatan, dan alat bantu pembelajaran yang inovatif. E. KESIMPULAN Pemberdayaan kurikulum di sekolah sudah sepantasnya menerapkan pendekatan idiograpik (membolehkan adanya keberbagaian cara melaksanakannya) dan bukan lagi menggunakan 19 Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal 234.

15 pendekatan nomotetik (cara pelaksanaan yang cenderung seragam untuk semua sekolah). Oleh karena itu, dalam arti yang sebenarnya, tidak ada satu resep pelaksanaan pemberdayaan kurikulum yang sama untuk diberlakukan ke semua sekolah. Tetapi satu hal yang perlu diperhatikan bahwa pengubahan pendekatan manajemen dalam meningkatkan mutu pendidikan bukanlah merupakan proses sekali jadi dan bagus hasilnya. Akan tetapi, merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan. Untuk mendukung upaya pemberdayaan kurikulum sekolah harus menyediakan para pendidik yang memiliki kompetensi, profesionalisme, latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Juga diperlukan dukungan moral masyarakat, terutama para wali peserta didik. Keterlibatan masyarakat dan wali peserta didik dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum. Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang tua siswa yang dilibatkan, yaitu mereka yang mempunyai latar belakang memadai. Peranan mereka lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum, saat diperlukan adanya kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan orang tua siswa. Oleh karena sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah, orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya di rumah. Pemberdayaan kurikulum madrasah harus didukung pula oleh tersedianya buku-buku teks dan buku-buku referensi yang berbahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, untuk peserta didik dan guru pada setiap mata pelajaran. Hal ini

16 dimaksudkan untuk pengayaan materi pelajaran dalam rangka perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Al Rasyidin. Pendidikan dan Psikologi Islam. Bandung: Citapustaka Media. 2007. Depdiknas. UUSPN No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas, 2003. Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek. Jakarta: Gaya Media, 1999. Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Kunandar. 2007. Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Muhaimin. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah $ Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976. Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009. Sagala, Syaiful. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan; Pembuka Ruang Kreativitas, Inovasi dan Pemberdayaan Potensi Sekolah dalam Sistem Otonomi Sekolah. Bandung: Alfabeta, 2007.

17 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran; Teori Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Press, 2008. Syafaruddin. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2005.