BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nike Yuliana Anggraini, 2014

PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA BALI BAGI GURU-GURU SAINS SMP DI KECAMATAN BULELENG. oleh,

PENINGKATAN PENGUSAAN KONSEP GETARAN MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BUDAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang diperlukan bagi setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Dasar (SD) yang perlu ditingkatkan kualitasnya. SD

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan profesional, serta memiliki kompetensi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Majunya dunia pendidikan sebaiknya diikuti oleh kemampuan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah program, pendidikan merupakan aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI. Bab ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama diuraikan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling mendasar yang dapat

Model Pembelajaran Guided Discovery dan Direct Instruction Berbasis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 4 Palu

1. PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia khususnya Lampung masih banyak. menggunakan pembelajaran yang bersifat tradisional. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yaitu guru, kurikulum, lingkungan belajar, dan siswa. Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. berhenti. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah/madrasah,

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah warisan intelektual manusia yang telah sampai kepada kita (Ataha,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh pendidik yang

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan unsur prosedur. Salah satu upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah mengubah paradigma dari pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dewasa ini, pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial dan sistem pembelajaran yang hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut sebagai dead knowledge, yaitu pengetahuan yang terlalu bersifat hafalan (teks bookish), sehingga bagaikan sudah diceraikan dari akar sumbernya dan aplikasinya, dengan perkataan lain pelajaran sains yang dipelajari di sekolah menjadi kering dan tidak bermakna bagi siswa (Suastra, 2005). Perubahan paradigma ini menuntut guru agar lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berprestasi melalui kegiatan-kegiatan nyata yang menyenangkan dan mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. Namun praktiknya, hal-hal sebagaimana tersebut di atas sering terlupakan, pembelajaran cenderung dilakukan untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian sehingga pembelajaran terkesan monoton dan lebih difokuskan dalam mengerjakan soal-soal latihan. Akibat pembelajaran yang terkesan monoton, siswa merasa jenuh dan kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran. 1

2 Pemahaman konsep siswa dianggap kurang bermakna dan cenderung mudah dilupakan. Hal ini terjadi karena siswa mengikuti pembelajaran tidak diikuti dengan perhatian, minat dan motivasi untuk belajar. Pembelajaran seperti ini hampir terjadi di setiap mata pelajaran di sekolah dasar, termasuk di dalamnya dalam pembelajaran IPA. Dalam mengembangkan pembelajaran banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru diantaranya pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, karakteristik siswa, lingkungan sebagai sumber pembelajaran hingga kebudayaan tradisional masyarakat. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas diharapkan proses pembelajaran melahirkan siswa intelektual dan menghargai budaya-budaya lokal. Maddock (dalam Wahidin, 2006) menemukan bahwa, Pendidikan IPA di Papua Nugini telah melahirkan rasa terasing pada diri siswa di sekolahnya. Guru seolah-olah telah memisahkan mereka dengan kebudayaan tradisonal masyarakatnya. Tegasnya semakin tinggi pendidikan formal seseorang, semakin besar efek keterasingan dari budaya lokalnya. Dalam kondisi seperti ini, sekolah hanya berguna memenuhi keperluan batin yaitu kepuasan intelektual yang bersangkutan. Sedangkan apabila ditinjau dari aspek produktivitas dan optimalisasi potensi daerah kurang menguntungkan. Selanjutnya Suastra (2005) menemukan bahwa ada dua pengaruh budaya lokal yang dimiliki siswa di desa penglipuran (Bali) terhadap pembelajaran sains di sekolah. pertama: Pengaruh positif akan muncul jika materi pembelajaran sains di sekolah yang sedang dipelajari sesuai dengan pengetahuan (budaya) sehari-hari. Pada keadaan ini proses pembelajaran mendukung cara pandang siswa terhadap alam sekitarnya

3 (inkulturasi), maka pembelajaran menjadi meningkatkan pemahaman siswa atau belajar siswa menjadi lebih bermakna. Sebaliknya yang kedua: Proses pembelajaran sains menjadi pengganggu ketika materi pelajaran sains di sekolah tidak selaras dengan latar belakang budaya yang sudah mengakar pada sebelumnya, maka siswa akan terasing dari budayanya sendiri. Lebih lanjut, Jegede & Okebukola (dalam Wahidin, 2006) menyatakan bahwa, memadukan sains asli siswa (sains sosial budaya) dengan pelajaran sains di sekolah ternyata dapat menigkatkan prestasi belajar siswa. Dalam kaitannya dengan hasil penelitian tersebut, maka pembelajaran sains di sekolah dasar (SD) perlu diupayakan adanya keseimbangan/keharmonisan antara pengetahuan sains itu sendiri dengan pemahaman konsep ilmiah, serta nilai-nilai kearifan lokal yang ada dalam sains itu sendiri. Oleh karena itu, lingkungan sosial budaya siswa perlu mendapatkan perhatian serius dalam meningkatkan pendidikan sains di sekolah dasar karena di dalamnya terpendam sains asli yang dapat berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian, pembelajaran berbasis budaya lokal yang diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar akan betul-betul bermanfaat bagi dirinya, untuk itu pembelajaran sains di sekolah dasar perlu memperhatikan pendekatan atau model pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman sains dengan tidak meninggalkan aspek-aspek budaya lokal siswa. Selanjutnya Baker et.al, (dalam Suastra, 2005) menyatakan bahwa jika pembelajaran sains di sekolah tidak memperhatikan budaya anak, maka konsekuensinya siswa akan menolak atau menerima hanya sebagian konsep-

4 konsep sains yang dikembangkan dalam pembelajaran. Untuk menghindari masalah ini, dibutuhkan suatu pendekatan atau model pembelajaran yang dapat meningkatkan intelektual siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal. Diantara model atau pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan intelektual siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal adalah pembelajaran berbasis budaya lokal. Pembelajaran berbasis budaya lokal merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memadukan sekolah dengan budaya masyarakat. Proses pembelajaran melibatkan masyarakat setempat dengan cara membawa dan menyesuaikan budaya masyarakat setempat dengan bahan ajar di sekolah. Dalam konteks ini tujuan pembelajaran dirumuskan bersama antara guru, masyarakat (komite sekolah), pengusaha, pejabat pendidikan setempat, dan komponen lainnya. Guru menjabarkan tujuan dan harapan masyarakat, tentu saja porsi yang diambil waktunya sesuai ketentuan kurikulum yang berlaku antara kurikulum nasional (kurnas) dengan muatan lokal. Dalam perspektif antropologi, pembelajaran di sekolah dianggap sebagai transmisi budaya (cultural transmission), sehingga proses kegiatan pembelajaran di kelas diibaratkan sebagai proses pemindahan dan peralihan dari guru kepada siswa. Menurut Okebukola (dalam Wahidin, 2006) bahwa latar belakang budaya siswa mempengaruhi efek yang besar dalam proses pendidikan. Latar belakang budaya siswa mempunyai pengaruh yang kuat pada cara belajar siswa. Selanjutnya Ogunniyi, Jegede, Ogawa, Yandila dan Oladede (dalam Wahyudi, 2008) menyatakan bahwa latar belakang budaya yang dibawa oleh guru dan siswa ke dalam kelas sangat menentukan kondisi dan suasana pembelajaran yang

5 bermakna dan berkonteks. Latar belakang budaya siswa tidak hanya membawa pengaruh positif. Artinya bahan ajar yang dipelajari selaras dengan pengetahuan dan budaya siswa sehari-hari, mendukung cara pandang siswa sebelumnya. Proses pembelajaran siswa tersebut disebut proses Inkulturasi sedangkan pembelajaran yang dilakukan dengan cara memarjinalkan pengetahuan budaya siswa sebelumnya disebut Asimilasi. Penelitian-penelitian tentang pengaruh budaya terhadap pembelajaran IPA diikuti oleh pemilihan wacana model pembelajaran yang cocok untuk melaksanakan kurikulum yang dikembangkan. George (dalam Wahidin, 2006) menyarankan kepada guru agar memperhatikan empat hal selama membawakan pembelajaran, yaitu; (1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya untuk mengakomodasi konsep-konsep atau keyakinan yang dimiliki yang berakar pada sains tradisional, (2) Menyajikan kepada siswa contoh-contoh keganjilan atau keajaiban (discrepant event) yang sebenarnya hal biasa menurut konsep-konsep sains, (3) Mendorong siswa untuk aktif bertanya, dan (4) Mendorong siswa untuk membuat serangkaian skemaskema tentang konsep yang dikembangkan selama proses pembelajaran. Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang pembelajaran berbasis budaya lokal pada materi Bumi dan Alam Semesta, dan menuangkan dalam bentuk tulisan ilmiah dengan judul Aplikasi Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Konsep Siswa SD. (Studi eksperimen pada topik bumi dan alam semesta di kelas VI SD Negeri Salero 1 Kota Ternate)

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diungkap jawabannya dalam penelitian ini adalah: Apakah aplikasi pembelajaran sains berbasis budaya lokal dapat meningkatkan minat dan pemahaman konsep siswa kelas VI sekolah dasar? Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaanpertanyaan penelitian berikut: 1) Bagaimana proses pembelajaran sains berbasis budaya lokal? 2) Bagaimana peningkatan minat siswa terhadap materi bumi dan alam semesta setelah pembelajaran sains berbasis budaya lokal diterapkan? 3) Bagaimana perbedaan peningkatan pemahaman konsep bumi dan alam semesta antara siswa yang mendapatkan pembelajaran sains berbasis budaya lokal dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran sains secara biasa? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan proses pembelajaran sains berbasis budaya lokal. 2) Mengetahui peningkatan minat siswa terhadap materi Bumi dan Alam Semesta setelah pembelajaran sains berbasis budaya lokal diterapkan. 3) Mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman konsep bumi dan alam semesta antara siswa yang mendapatkan pembelajaran sains berbasis budaya lokal dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran sains secara biasa.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Dapat menjadi masukan bagi guru sekolah dasar dalam memperoleh wawasan untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas pembelajaran IPA SD pada konsep Bumi dan Alam Semesta. 2) Dapat meningkatkan minat dan pemahaman konsep sains siswa pada topik bumi dan alam semesta. 3) Sebagai referensi bagi guru dan calon guru dalam merencanakan pembelajaran IPA dengan memperhatikan budaya lokal dan pengetahuan awal siswa. 4) Dapat mendorong guru untuk melaksanakan penelitian sains berbasis budaya lokal sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 5) Konsep-konsep yang ditemukan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai kegiatan penelitian lanjutan. E. Definisi Operasional Terdapat beberapa istilah yang digunakan baik dalam judul maupun isi penelitian ini yang perlu diklarifikasi agar diperoleh kesamaan persepsi, istilahistilah tersebut antara lain: 1. Minat Siswa Pengertian minat dalam konteks penelitian ini adalah perasaan senang yang mewarnai siswa dan dorongan yang tinggi terhadap pembelajaran bumi dan alam semesta yang diukur melalui angket minat.

8 2. Pemahaman Konsep Dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan siswa memahami konsep bumi dan alam semesta melalui pembelajaran sains berbasis budaya lokal, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dari hasil tes pemahaman konsep atau jawaban siswa melalui pretest dan posttest. 3. Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal Pembelajaran berbasis budaya lokal dalam konteks penelitian ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengaitkan materi dan bahan ajar pembelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari. F. Asumsi Penelitian Asumsi atau anggapan dasar harus harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti. Oleh karena itu dalam penelitian ini diasumsikan bahwa: 1) Keterkaitan antara materi yang diajarkan di kelas dengan kehidupan seharihari siswa akan meningkatkan minat siswa dalam belajar (Jegede & Okebukola dalam Wahidin, 2006). 2) Pembelajaran berbasis budaya lokal membantu siswa dalam memahami konsep karena materi yang diajar dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa (Suastra, 2005).

9 G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) Terdapat peningkatan minat siswa tentang bumi dan alam semesta setelah penerapan pembelajaran sains berbasis budaya lokal. 2) Terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep bumi dan alam semesta antara siswa yang mendapatkan pembelajaran sains berbasis budaya lokal dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran sains secara biasa.