BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan angkutan umum. SD Negeri Minomartani I terletak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh negara lain, seperti perubahan sistim pendidikan, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. harkat dan martabat bangsa dapat terjaga. Pemerintah telah mencanangkan program

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari pembinaan kesiswaan Pasal 1 (a) Mengembangkan potensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerakan yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang. dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari belum mengerti sampai mengerti agar lebih maju dan handal dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (Arif Rohman, 2009: 8). Sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penunjang keberhasilan pembangunan, selain itu pendidikan yang telah berkembang juga menggambarkan tingkat kemajuan yang dicapai sebuah bangsa. Indonesia salah satu negara yang sedang berupaya memajukan kualitas pendidikan, salah satu upaya pemerintah untuk memajukan kualitas pendidikan dapat dilihat dari tujuan nasional pendidikan Indonesia yang telah dicanangkan pemerintah dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang berbunyi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai bentuk keseriusan dalam mewujudkan tujuan pendidikan, pemerintah mengalokasikan 20% Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan ini dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, memperbaiki gedung sekolah yang rusak, membeli media belajar dan memberikan bantuan kepada siswa berprestasi yang kurang mampu. Pemerintah berharap dengan anggaran yang begitu besar ini diharapkan Indonesia dapat meningkatkan dan memperbaiki 1

sistem pendidikan nasional sehingga dapat menciptakan lulusan sumber daya manusia yang berkualitas. Pemerintah selain meningkatkan anggaran pendidikan juga telah membuat kebijakan wajib belajar sembilan tahun bagi seluruh warga Indonesia. Kebijakan Wajib Belajar Sembilan Tahun bertujuan agar seluruh rakyat Indonesia minimal dapat mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah menegah pertama. Fungsi kebijakan pemerintah ini untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, hal ini dapat dilihat dari hubungan antara pendidikan dengan sumber daya manusia (SDM), semakin tinggi tingkat pendidikannya maka tingkat kesejahteraannya juga akan semakin tinggi. Keberhasilan sebuah pendidikan nasional dipengaruhi oleh beberapa komponen, Dwi Siswoyo, dkk (2008: 33) mengungkapkan komponenkomponen pendidikan yaitu: 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik, 3) pendidik, 4) isi atau materi pendidikan, 5) metode pendidikan, 6) alat pendidikan, 7) dan lingkungan pendidikan. Setiap komponen dalam pendidikan ini saling terkait satu sama lain, sehingga antara komponen yang satu dengan komponen yang lain tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu untuk mewujudkan pendidikan nasional yang telah dicanangkan pemerintah dibutuhkan kerjasama yang kuat antara pemerintah selaku pembuat peraturan, pendidik selaku pelaksana peraturan, dan peserta didik. Pendidikan tidak hanya berfungsi menyampaikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga digunakan untuk membiasakan nilai-nilai moral, membentuk karakter dan mengembangkan bakat serta minat siswa. Sesuai dengan 2

pernyataan tersebut pemerintah menuangkan dalam (Undang-Undang Dasar RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 2) yang berbunyi pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntunan perubahan jaman. Sesuai dengan peraturan tersebut maka pelaksanaan pendidikan di sekolah harus berakar pada kebudayaan nasional dan nilai-nilai agama. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah. Sekolah mempunyai peran penting dalam membiasakan nilai-nilai karakter dan membentuk karakter siswa. Guru berperan sebagai modeling/teladan dalam pembentukan karakter siswa, apalagi bagi anak usia sekolah dasar, pada masa ini anak berada pada masa golden age/usia emas. Pada usia ini anak akan berkembang dengan sangat pesat, baik tingkat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan figur untuk dijadikan teladan dalam pembentukan karakternya. Guru selain bertugas mendidik dan mengajar peserta didik juga berperan untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang dibutuhkan dalam proses pendidikan, yaitu disiplin, tanggung jawab, saling menghormati, jujur, demokrasi, dan nasionalisme. Azyumardi Azra (Arif Rohman, 2009: 203) mengungkapkan proses pendidikan karakter di sekolah adalah sebagai berikut. 1. Menerapkan pendekatan modeling, yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah untuk menghidupkan nilai-nilai akhlak dan moral yang benar melalui model/teladan. 2. Menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada peserta didik secara terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan buruk. Usaha ini diiringi 3

dengan langkah-langkah memberi penghargaan (prizing), menumbuh suburkan (cherishing) nilai-nilai baik, dan mengecam dan mencegah nilainilai yang buruk, menegaskan nilai yang baik dan buruk secara kontinu. 3. Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character based education). Lingkungan sekolah memiliki pengaruh yang besar dalam pembiasaan nilai-nilai karakter dan perilaku anak, oleh karena itu, sekolah harus berperan secara maksimal, pelaksanaan pendidikan di lingkungan sekolah yang salah dapat menyebabkan anak tumbuh menjadi warga negara yang berperilaku menyimpang dan bertentangan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa, sedangkan pelaksanaan pendidikan yang benar dapat mengembangkan anak tumbuh menjadi warga negara yang memiliki karakter dan kepribadian bangsa yang kuat, salah satunya nilai nasionalisme. Noeng M & Burhan N (2011: 172) mengatakan pendidikan berperan mengembangkan pada diri peserta didik rasa cinta kepada bangsa dan tanah air, yang diekspresikan dalam perilaku mencintai hidup bersama dan bekerja sama guna kemajuan bangsanya. Jika dikaji banyak sekali kegiatan yang dilaksanakan di sekolah demi menciptakan rasa nasionalisme dan persatuan di sanubari setiap siswa, misalnya pada bulan agustus banyak kegiatan dilakukan sebelum tanggal 17 agustus sekolah menyelenggarakan lomba-lomba seperti menyanyikan lagu-lagu nasional bertema kemerdekaan yang dilakukan secara berkelompok/ dalam satu kelas, kemudian lomba menghias kelas dengan berbagai atribut kemerdekaan seperti memajang foto-foto pahlawan, merangkai bendera merah putih, dan lain-lain. Lingkungan sekolah yang selama ini menjadi salah satu tempat untuk melaksanakan pendidikan belum berjalan secara optimal. Pelaksanaan 4

pendidikan yang telah berlangsung hanya terpusat pada pengembangkan intelektual, sedangkan nilai-nilai nasionalisme, sikap dan keterampilan anak kurang mendapatkan perhatian guru. Azyumardi Azra (Nurul Zuriah, 2011: 161) mengatakan lembaga pendidikan kita umumnya cenderung lupa pada fungsinya sebagai tempat sosialisasi dan pembudayaan peserta didik (enkulturisasi). Senada dengan pendapat di atas Jamal Ma mur A (2012: 121) mengemukakan bahwa internalisasi nasionalisme dan patriotisme harus diintensifkan di lembaga pendidikan, RT, (Rukun Warga) pada setiap desa, bahkan bisa memanfaatkan mushala dan masjid di seluruh negeri. Berdasarkan dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan mempunyai peranan penting dalam membiasakan nilai-nilai nasionalisme pada siswa. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat menyalurkan pengetahuan (transfer of knowledge) juga berperan sebagai wadah untuk membiasakan nilainilai karakter pada anak, nilai-nilai karakter yang dibiasakan di sekolah misalnya kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab, dan nasionalisme. Ilmu pengetahuan diberikan melalui kegiatan intrakurikuler (dalam pengajaran), sedangkan pembiasaan nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler (di luar pengajaran) seperti dalam kegiatan peringatan upacara bendera, pramuka, latihan baris berbaris, latihan tarian daerah, dan lain-lain. Kegitan-kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai sarana untuk membiasakan nilai-nilai nasionalisme pada anak di lingkungan sekolah. 5

Setelah melaksanakan prapengamatan yang dilaksanakan di SD Negeri Minomartani I Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY dapat ditemukan bahwa sekolah telah berupaya membuat program-program yang berfungsi sebagai sarana pembiasaan nilai-nilai nasionalisme, program yang ada di sekolah misalnya sekolah mengadakan peringatan hari-hari besar nasional, pelaksanaan ekstrakurikuler tari daerah, pramuka dan juga memberikan wawasan kebangsaan pada saat kegiatan masa orientasi sekolah (MOS), akan tetapi pembiasaan nilai-nilai nasionalisme yang dilaksanakan di SD Negeri Minomartani I belum berjalan maksimal karena dalam pelaksanaannya mengalami kendala. Nilai-nilai nasionalisme yang dimiliki anak di SD Negeri Minomartani I masih rendah, hal ini dapat dilihat dari kurangnya sikap kepedulian anak terhadap lingkungan sekitar, kurangnyanya rasa kepedulian yang dimiliki siswa dapat diketahui dari perilaku anak yang tidak mau menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan menjaga dan merawat taman sekolah, selain itu kurangnya nilai-nilai nasionalisme anak juga dapat diketahui dari sedikitnya anak yang mau mengikuti latihan tari daerah, kurangnya minat anak dalam belajar gamelan, dan lain-lain. Ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki SD negeri Minomartani I kurang memadai, seperti media pembelajaran dan kelengkapan buku-buku pelajaran masih terbatas. Sekolah juga belum mempunyai ruang untuk berlatih tari dan musik daerah, selain itu ketersediaan alat-alat untuk berlatih tari dan musik daerah juga belum memadai, misalnya perlengkapan 6

tari, kostum dan gamelan. Berdasarkan uraian di atas, pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I masih mengalami kendala, sehingga pelaksanaannya belum maksimal. Proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri Minomartani I telah berjalan dengan baik, akan tetapi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru lebih berorientasi pada aspek pengembangan kognitif siswa, sehingga aspek nilai, sikap dan keterampilan siswa kurang diperhatikan. Selain itu, beban kurikulum yang harus diajarkan guru terlau banyak dengan alokasi waktu yang terbatas, beban kurikulum yang terlalu besar mengakibatkan guru lebih memprioritaskan untuk menyelesaikan seluruh isi kurikulum. Kegiatan sekolah yang berupa ekstrakurikuler tari daerah dan gamelan kurang menarik minat siswa untuk mengikuti dan mempelajarinya. Sebagian besar siswa lebih menyukai kebudayaan baru yang sedang menjadi tren, sehingga program sekolah yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan daerah kurang berjalan dengan maksimal karena kurangnya kesadaran siswa akan melestarikan kebudayaan daerah sebagai identitas nasional. Bertitik tolak dari permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian dan penelitian mengenai kendala pembiasaaan nilainilai nasionalisme. Dengan demikian, penelitian ini mengangkat judul Kendala Pembiasaan Nilai-nilai Nasionalisme di Sekolah Dasar Negeri Minomartani I Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. 7

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latarbelakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I mengalami kendala. 2. Pendidikan di lingkungan sekolah terlalu menitikberatkan pada pengembangan intelektual anak, sedangkan nilai, sikap dan perilaku anak kurang mendapatkan perhatian. 3. Rendahnya minat anak untuk ikut melestarikan dan mengembangkan kebudayaan asli daerah, karena anak lebih menyukai kebudayaan baru yang datang dari luar. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih fokus dan akurat perlu dilakukan batasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada kendala pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. Mengapa guru mengalami kendala dalam pembiasaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY? 8

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam pembiasaaan nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri Minomartani I Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. F. Manfaat Penelitian Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar dalam pengembangan nilai nasionalisme pada anak, sehingga dalam pelaksanaan pendidikan, sekolah dapat mengembangkan dan menyusun kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme kebangsaan. b. Sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut yang juga membahas tentang upaya pembiasaan nilai-nilai nasionalisme anak di sekolah. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi acuan dalam meyampaikan pembelajaran, sehingga dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya terpusat dalam pengembangan intelektual saja, tetapi juga pengembangan nilai dan keterampilan. 9

b. Bagi siswa Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi dasar dalam bersikap untuk mengembangkan nilai-nilai nasionalisme, sehingga dapat menjadi warga Negara yang mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. c. Bagi Kepala Sekolah Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan program-program yang dapat direncanakan untuk membina dan mengembangkan nilai-nilai nasionalisme siswa. G. Definisi Istilah Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan adalah segala sesuatu yang dilakukan secara berulang untuk membiasakan anak didik dalam bersikap, berperilaku, dan berpikir dengan benar. Nilai merupakan suatu kualitas, ukuran, dasar dan acuan dalam berperilaku, bersikap dan bertindak yang memberikan dorongan kepada individu untuk menentukan pilihan dan tujuan tertentu. Nilai berhubungan dengan tingkah laku individu, selain itu nilai bersifat abstrak. Nasionalisme merupakan sebuah idiologi, cara pandang, sikap dan wujud kecintaan seseorang terhadap bangsa dan tanah airnya yang diwujudkan dengan cara menempatkan kepentingan bangsanya di atas kepentingan kelompok maupun individu, rela berkorban demi mempertahankan eksistensi, 10

keberadaan, dan harkat martabat bangsanya dan juga menunjukkan sikap kecintaan pada bahasa dan budayanya sendiri. Nilai nasionalisme merupakan acuan dan dasar yang digunakan individu dalam berperilaku yang menunjukkan rasa cinta dan bangga pada bangsa dan negara yang diwujudkan dengan cara mencintai bangsa dan budaya sendiri. Nilai nasionalisme penting dimiliki untuk tetap menjaga eksistensi sebuah bangsa agar bisa menghadapi pengaruh perkembangan jaman yang semakin maju. 11