BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia membentuk realitas berdasarkan pengalaman dalam hidupnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya perkembangan zaman, dunia teknologi pun ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai jutaan pendengar, namun cara penyampaiannya. ditujukannya pada pendengar secara perorangan, dan komunikasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah setelah runtuhnya Orde Baru, di era reformasi saat ini, media dengan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Komunukasi adalah suatu topik yang amat sering diperbincangkan,

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. online. Namun dari sekian banyak media masa, televisi merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB I PENDAHULUAN. akan informasi pun semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara demokrasi, dimana kedaulatan tertinggi

I. PENDAHULUAN. dan tingkatan ekonomi serta umur sudah dapat menggunakannya. Internet adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dan masyarakat tak dapat di pisahkan, maka itu ada istilah

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

SEJARAH KOMUNIKASI MASSA

ANALISIS ISI RAGAM BERITA PADA PROGRAM KABAR MALAM DI STASIUN tvone

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. penting dalam berinteraksi dan penyampaian informasi. Komunikasi telah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi semakin berkembang pesat. Dengan perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan hal penting untuk dapat berinteraksi dengan orang lain maupun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. seseorang dan begitupun sebaliknya serta dengan adanya interaksi tersebut kita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. informasi kepada masyarakat. Hal ini tergambarkan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia membentuk realitas berdasarkan pengalaman dalam hidupnya. Pengalaman individual tidak dapat dipisahkan dari dunia sosial. Realitas yang dimiliki terbentuk melalui konstruksi dari pengalaman terus menerus atas dunia yang dialaminya. Berger dan Luckmann dalam bukunya The Social Construction of Reality mengasumsikan bahwa ada sebuah persetujuan yang terus-menerus di antara makna yang dimiliki individu dengan makna yang dimiliki dunia, dan bahwa kita berbagi pemahaman yang sama mengenai realitas tersebut (Berger & Luckmann 1996:23). Berger dan Luckmann menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Wibowo, 2013: 48). Hal ini disebut dengan konstruksi realitas sosial. Untuk mempermudah pemahamannya, Baran & Davis memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Siswa seringkali diberitahu bahwa ketika mereka lulus, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan di dunia nyata. Pernyataan tersebut secara implisit menyatakan bahwa dunia perkuliahan bukanlah dunia nyata. Akan tetapi apakah arti realitas dalam konteks ini? Kehidupan anda sehari-hari di kampus bukanlah dunia khayalan. Ada kelas-kelas yang harus didatangi dan ujian-ujian yang harus dikerjakan, akan tetapi anda memiliki kontrol mengenai bagaimana anda memainkan peran anda sebagai seorang siswa. Anda memiliki kekuasaan menentukan apa yang 1

akan anda lakukan dan kapan anda akan melakukan hal tersebut. Disisi lain, alasan utama mengapa dunia pekerjaan dinilai nyata adalah karena individu memiliki kontrol yang lebih sedikit terhadap tindakan mereka dan dampak yang terjadi (Baran & Davis 2010: 383) Untuk dapat memahami suatu arti, seseorang harus menerjemahkan pengertian tentang sesuatu (Wibowo, 2013: 199). Realitas sosial menurut berger dan Luckmann adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial (Wibowo, 2013:152). Dalam perkembangan menurut Burhan Bungin, (2011:2) konstruksi realitas sosial bukan hanya terjadi dalam lingkungan, namun juga terjadi karena media (khususnya televisi) memiliki kekuatan dalam mengkonstruksi realitas sosial. Di mana melalui kekuatan itu, media memindahkan realitas sosial ke dalam pesan media, dengan atau setelah dirubah citranya. Kemudian media memindahkannya lagi melalui replikasi citra ke dalam realitas sosial yang baru di masyarakat, sehingga menjadikannya sebagai konstruksi realitas sosial media massa. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu haus akan informasi, hiburan. Menurut McQuail, Masyarakat yang tergantung pada jaringan informasi serta aktifitas komunikasi merupakan masyarakat informasi, yang ditandai dengan adanya masyarakat yang memilih menggunakan media massa sebagai sumber informasi menggantikan agen manusia (Mc Quail, 2011:114-117). 2

Adapun bentuk media massa antara lain media elektronik (radio, televisi), media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), buku, film dan, internet (Bungin, 2008: 85). Pemberitaan seperti surat kabar sangat penting bagi kehidupan masyarakat dewasa ini, dikarenakan surat kabar memiliki kemampuan mendokumentasikan berita. Namun, disamping itu, surat kabar tidak memiliki kelebihan yang dimiliki oleh media massa elektronik seperti radio, televisi (Rakhmat, 2004:224) Media massa elektronik, terutama televisi memiliki kemampuan yang sangat beragam jika dibandingkan dengan media massa cetak. Dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Televisi Mutakhir menurut Morrisan (2005:10) ada 9 kemampuan yang dimiliki oleh media massa televisi. Pertama, memiliki jangkauan yang luas. Kedua, dapat menghadirkan objek apapun lewat layar kaca. Ketiga, menyajikan pengalaman langsung kepada penonton. Keempat, tidak terikat jarak dan waktu. Kelima, mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi dan proses dengan baik. Keenam, dapat mengkoordinasikan pemanfaatan media lain dengan baik. Ketujuh, dapat menyebarluaskan berbagai data dan informasi secara serentak dengan cepat. Delapan, mudah ditonton. Terakhir dapat membangkitkan perasaan intim (Morrison, 2005:10). Sehingga, televisi yang merupakan salah satu sarana atau media informasi yang paling digemari oleh masyarakat di mana menurut CNN, menjelang tahun 2000, 98 % seluruh rumah tangga di Amerika Serikat paling tidak mempunyai 3

satu set pesawat televisi tentu membawa dampak dan pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan dalam kehidupan masyarakat (Riyanto:8) Saat ini, televisi merupakan salah satu bagian yang penting dalam masyarakat. Bagi banyak orang TV adalah teman. TV menjadi cermin perilaku masyarakat. TV memberikan ide bagaimana kita ingin menjalani hidup ini (Morissan, 2008:1) Sebagai contoh, dalam tulisannya Nicolas Manafe (2013) mengatakan bahwa dalam proses kampanye, presiden terpilih Joko Widodo tidak banyak melakukan kampanye konvensional. Popularitas yang ia miliki tidak terlepas dari tingginya frekuensi pemberitaan tentang dirinya di media massa. Pengamat politik dari Pol-Tracking Institute Arya Budi dalam Manafe (2013) mengatakan bahwa figur seperti Jokowi popular meski tidak memasang media kampanye, karena pemberitaan atas kinerjanya. Hampir semua media memasang Jokowi dalam frekuensi yang sangat tinggi. Baik sisi aktivitas personalnya maupun tema kebijakannya sebagai Gubernur. Riset Media Monitoring Pol-Tracking pada sepanjang September 2013 terhadap lima televisi, lima koran nasional, dan lima media online menunjukkan publisitas Jokowi tiga kali lipat lebih tinggi dibanding tokoh-tokoh lain (Manafe, 2013). Contoh lainnya, media massa juga dapat dijadikan alat untuk mengkonstruksi citra buruk seseorang di mata publik. Peneliti PR2 Media, Puji 4

Rianto dalam tulisan yang ditulis oleh Sinuhaji (2014) mengatakan bahwa pemilik media televisi bukan hanya menggunakan medianya untuk memberikan citra baik tapi juga untuk menjatuhkan lawan politiknya. Menjelang pelaksanaan pemilu, pemilik media yang terafiliasi partai politik, memiliki kepentingan untuk meningkatkan citranya sendiri dan menenggelamkan popularitas lawan politik. Salah satu kasus yang terbaru, imbuh Puji, terkait media yang secara sistematis berusaha menurunkan popularitas Jokowi. Bagi media, Jokowi itu diistilahkan sebagai media darling. Maka dari itu, televisi partisan berusaha mengerem pemberitaan Jokowi yang dapat menjatuhkannya (Sinuhaji, 2014). Contoh-contoh sepintas terkesan hanyalah berita dan hiburan semata yang tumbuh di masyarakat yang akan hilang seiring berjalannya waktu. Namun lebih dari itu, kenyataan semacam ini menyadarkan kita bahwa betapa besarnya kekuatan sebuah media massa dalam membangun realitas baru yang merefleksikan contoh-contoh tersebut karena seseorang dan masyarakat melihat tayangan televisi. Bahkan, lebih jauh lagi bahwa sebenarnya realitas yang ada tersebut memang sedang dikonstruksi oleh tayangan-tayangan di media televisi (Bungin, 2011: 1-2) Bungin dalam bukunya Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger dan Thomas Luckmann mencoba meneliti lebih dalam mengenai bagaimana suatu realitas sosial dapat dikonstruksi oleh iklan televisi. 5

peneliti mencoba menggali lebih dalam lagi mengenai bagaimana konstruksi realitas sosial jika dihadapkan bukan pada media massa iklan televisi melainkan media massa berita televisi (Bungin, 2011:3). Berkaitan dengan ini peneliti merasa kasus yang masih segar diingatan kita adalah kasus pelecehan seksual anak di sekolah Jakarta Internasional School. Media (dalam hal ini berita televisi) begitu gencar memberitakan tentang kasus tersebut. Media mengemas kasus tersebut hingga muncul reaksi di masyarakat bahwa sekolah kini bukan lagi merupakan tempat yang aman, melainkan salah satu tempat terjadinya kasus kejahatan. Psikolog Ratih Ibrahim Direktur Counseling and Development Center berbadan hukum mengatakan, kekerasan seksual pada anak juga menimbulkan adanya korban sosial yaitu anak-anak dan orang tua yang menjadi panik karena mendengar kasus kekerasan seksual terhadap anak-anak (liputan6.com, 2014). Sekolah, diidealkan sebagai tempat yang aman dan nyaman pengganti suasana keluarga, agar anak bisa memperoleh ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan (Supeno, 2010: 95). Namun kini, dengan pemberitaan yang begitu gencar bahwa sekolah yang seharusnya memberikan perlindungan dan pengetahuan berganti menjadi tempat yang menakutkan bagi anak, masyarakat percaya bahwa apa yang ditayangkan oleh media massa, benar-benar terjadi di dunia nyata. Menurut Ratih, Banyak orang tua yang pasti panik dan khawatir dengan keselamatan anaknya. Karena itu, pemberitaan di media harus 6

mempertimbangkan munculnya dampak kepanikan itu. Media harus memberikan informasi yang objektif dan berempati (liputan6.com, 2014). Hal tersebut, akhirnya menggiring peneliti kepada pertanyaan tentang bagaimana tayangan pelecehan seksual anak di sekolah pada media televisi mengkonstruksi suatu realitas sosial tentang fenomena tersebut? Penelitian ini difokuskan pada stasiun televisi berita Metro TV, menurut Morissan dalam penyampaian berita kepada masyarakat melalui televisi, tentu perlu adanya format atau cara membuat dan menyajikan paket atau produk berita yang baik. Mengingat komunikasi yang cepat adalah hal vital dalam pemberitaan televisi, Format berita pada televisi dapat dipilih karena adanya alasan tersebut, dan sesuai dengan berita yang disajikan (Morrisan, 2008:32-33). Dalam konteks ini, peneliti merasa Metro TV sebagai stasiun televisi berita yang sebagian besar programnya terdiri dari program berita (news) dengan presentase 70% berita, yang ditayangkan dalam tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Mandarin, ditambah dengan 30% program non berita (non news) yang edukatif memiliki format atau cara membuat dan menyajikan paket atau produk berita yang baik (Metro TV) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan maka permasalahan yang akan diangkat adalah: Bagaimana konstruksi pelecehan seksual anak di Jakarta International School dalam tayangan pemberitaan Metro TV? 7

1.3 Batasan Masalah Peneliti meneliti hanya terbatas pada program acara investigasi dan indepth televisi saja. Tidak dibandingkan dengan program acara lain. Program berita reguler misalnya. Hal ini dikarenakan berita investigasi bisa mencapai cangkupan yang jauh lebih dalam dan luas dan juga dapat menjangkau pelaporan tafsiran mendalam (Santana, 2007:285). Wartawan tidak cuma mendalami persoalan. Ia juga mesti membongkar persoalan yang buram di kaca mata publik (Santana, 2007:272). Mereka mengekspos kepentingan publik yang terganggu. Wartawan investigatif mencoba mendapatkan kebenaran yang tidak jelas, samar, atau tidak pasti (Santana, 2007:240). Para wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang mereka temukan, melaporkan adanya kesalahan-kesalahan, dan menyentuh masyarakat untuk serius terhadap soal yang dikemukakan (Santana, 2007:238). Sedangkan, program acara indepth, dapat membuat pembaca menyadari semua aspek yang diberikan subjek dengan memberikan semua kemungkinan informasi, termasuk latar belakang dan suasana (Kamath, 2009: 155) Menurut Kamath, (2009) in-depth reporting memberitahu kepada khalayak keseluruhan cerita yang tidak dipolitur atau cerita yang sebenarnya. Karena, indepth reporting menggali cerita di bawah permukaan yang tidak segera terlihat, dan berkontribusi terhadap pemahaman cerita (Kamath, 2009:154-155) 8

Penelitian ini hanya meneliti bagaimana musik pada bagian awal acara mempengaruhi suasana hati penonton. Bagaimana definisi masing-masing jenis irama musik dan maknanya tidak menjadi bagian dari analisis. Hal ini dikarenakan keterbatasan peneliti dalam menemukan teori yang dapat memberikan penjelasan mengenai definisi masing-masing jenis irama musik dan maknanya. 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui konstruksi pelecehan seksual anak di Jakarta International School dalam tayangan pemberitaan Metro TV 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akademis Kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu komunikasi dan menambah kajian ilmu komunikasi khususnya media massa pertelevisian dan dunia jurnalistik mengenai bagaimana suatu fenomena dikonstruksikan melalui media berita televisi yang diteliti menggunakan metode framing dan ditambahkan dengan alat penelitian lainnya dengan tujuan untuk mengurangi subjekifitas penelitian. Dimana penggunaan metode framing untuk media televisi masih jarang ditemukan. 1.5.2 Manfaat Praktis 1 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah pengembangan akan pembingkaian berita yang dilakukan oleh media khususnya media televisi, 9

sehingga memberikan wawasan baru kepada masyarakat dalam memahami tayangan berita televisi 2 Menjadi referensi bagi peneliti lain yang akan membuat penelitian serupa mengenai framing. 3 Untuk mengungkapkan konstruksi realitas media massa dan konstruksi realitas berita televisi dalam konteks kehidupan sosial masyarakat modern 10