BUPATI B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H N O M O R T A H U N 2015 D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI

PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PROVINSI J A W A T E N G A H N O M O R -S'TAHUN D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

BUKU PINTAR PENYUSUNAN RANCANGAN APBDESA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KECAMATAN BUAYAN

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 2 0 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS,

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 50 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

15. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2017 Nomor 1);

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN WALIKOTA BATU

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 55

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DESA BUPATI CIAMIS,

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 10 Tahun : 2013

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X8 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X9 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 09 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN KATINGAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI GROBOGAN PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BUPATI B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H R A N C A N G A N P E R A T U R A N D A E R A H K A B U P A T E N B A T A N G N O M O R T A H U N 2015 T E N T A N G P E N G E L O L A A N K E U A N G A N D A N A S E T D E S A D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A BUPATI BATANG, M e n i m b a n g :a. b a h w a dengan d i u n d a n g k a n n y a U n d a n g - U n d a n g N o m o r 6 T a h u n 2 0 1 4 tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 T a h u n 2 0 1 4 tentang Peraturan Pelaksanaan U n d a n g - U n d a n g N o m o r 6 T a h u n 2 0 1 4 tentang Desa d a n Peraturan Pemerintah Nomor 22 T a h u n 2 0 1 5 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah N o m o r 60 T a h u n 2 0 1 4 tentang D a n a Desa Yang Bersumber D a r i Anggaran Pendapatan D a n Belanja Negara, m a k a perlu adanya pengaturan mengenai pengelolaan k e u a n g a n dan aset desa di Kabupaten Batang; b. b a h w a berdasarkan pertimbangan sebagaimana d i m a k s u d pada h u r u f a, m a k a perlu m e n e t a p k a n Peraturan Daerah Kabupaten Batang tentang Pengelolaan Keuangan D a n Aset Desa; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n 1945; 2. Undang-Undang Nomor 9 T a h u n 1965 tentang tentang P e m b e n t u k a n Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1965 Nomor 52, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757); 3. Undang-Undang Nomor 8 T a h u n 1981 tentang H u k u m Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1981 Nomor 76, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3029); 4. Undang-Undang Nomor 12 T a h u n 2 0 1 1 tentang P e m b e n t u k a n Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2 0 1 1 Nomor 52, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); - 1 -

5. Undang-Undang Nomor 6 T a h u n 2 0 1 4 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2014 Nomor 7, T a m b a h a n Lembaran Negara Nomor 5495 ); 6. Undang-Undang Nomor 23 T a h u n 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2014 Nomor 7, T a m b a h a n Lembaran Negara Nomor 5495 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 1 T a h u n 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1988 N o m o r 42, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 T a h u n 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 T a h u n 2014 Tentang D a n a Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan D a n Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2015 Nomor 88, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5694 ); Dengan Persetujuan Bersama D E W A N P E R W A K I L A N R A K Y A T D A E R A H K A B U P A T E N B A T A N G D a n BUPATI B A T A N G M E M U T U S K A N : Menetapkan: P E R A T U R A N D A E R A H T E N T A N G P E N G E L O L A A N K E U A N G A N D A N A S E T DESA. B A B I K E T E N T U A N U M U M Pasal 1 D a l a m Peraturan Daerah ini yang d i m a k s u d dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Batang. 2. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang k e k u a s a a n pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana d i m a k s u d dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T a h u n 1945. - 2 -

3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan u r u s a n pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan D e w a n Perwakilan Rakyat Daerah m e n u r u t asas otonomi dan tugas p e m b a n t u a n dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem d a n prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimanan d i m a k s u d dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia T a h u n 1945. 4. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai u n s u r penyelenggara Pemerintahan Daerah yang m e m i m p i n pelaksanaan u r u s a n pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 5. Bupati adalah B u p a t i Batang. 6. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Batang. 7. Kecamatan adalah bagian wilayah dari daerah Kabupaten Batang yang dipimpin oleh Camat. 8. Camat adalah C a m a t di wilayah Kabupaten Batang. 9. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan n a m a lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat h u k u m yang memiliki batas wilayah yang berwenang u n t u k mengatur dan m e n g u r u s u r u s a n pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, h a k asal u s u l, d a n / a t a u h a k tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesiadan berada di wilayah Kabupaten Batang 10. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan u r u s a n pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 11. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai u n s u r penyelenggara Pemerintahan Desa. 12. Kepala Desa adalah Kepala Desa di wilayah Kabupaten Batang. 13. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat B P D adalah lembaga yang m e l a k s a n a k a n fungsi pemerintahan yang anggotanya m e r u p a k a n wakil dari p e n d u d u k desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 14. M u s y a w a r a h Desa adalah m u s y a w a r a h antara B a d a n Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa dan u n s u r masyarakat yang diselenggarakan oleh B a d a n Permusyawaratan Desa u n t u k menyepakati hal yang bersifat strategis. 15. Perangkat Desa adalah u n s u r p e m b a n t u Kepala Desa yang terdiri dari Sekretariat Desa, Pelaksana Kewilayahan D a n Pelaksana Teknis. 16. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disingkat PTPKD adalah u n s u r perangkat desa yang m e m b a n t u Kepala Desa u n t u k m e l a k s a n a k a n pengelolaan keuangan desa. 17. Sekretaris Desa adalah Sekretaris Desa diwilayah Kabupaten Batang yang dalam hal ini bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa. 18. Kepala Seksi adalah u n s u r dari pelaksana teknis kegiatan dengan bidangnya. 19. Bendahara adalah u n s u r staf sekretariat desa yang membidangi u r u s a n administrasi keuangan u n t u k m e n a t a u s a h a k a n keuangan desa. 20. Keuangan Desa adalah semua h a k dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan u a n g serta segala sesuatu berupa u a n g d a n barang yang b e r h u b u n g a n dengan pelaksanaan h a k dan kewajiban Desa. 2 1. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, d a n pertanggungjawaban keuangan desa. -3-

22. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa atau sebutan n a m a lain yang karena jabatannya m e m p u n y a i kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa. 23. Rencana P e m b a n g u n a n Jangka Menengah Desa, selanjutnya disingkat R P J M Desa, adalah Rencana Kegiatan P e m b a n g u n a n Desa u n t u k jangka w a k t u 6 (enam) t a h u n. 24. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut R K P Desa, adalah penjabaran dari R P J M Desa u n t u k jangka w a k t u 1 (satu) t a h u n. 25. Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut B U M D e s a, adalah badan u s a h a yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan u s a h a lainnya u n t u k sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa 26. D a n a Desa adalah dana yang d i p e r u n t u k k a n bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten dan digunakan u n t u k membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. 27. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat A P B D adalah Anggaran Pendapatan D a n Belanja Daerah Kabupaten Batang. 28. Anggaran Pendapatan D a n Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APBDesa adalahanggaran Pendapatan D a n Belanja Desa di wilayah Kabupaten Batang. 29. Pendapatan Asli Desa yang selanjutnya disingkat PADesa adalah Pendapatan Asli Desa di wilayah Kabupaten Batang. 30. Penerimaan Desa adalah Uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa yang m a s u k ke APBDesa melalui rekening kas desa. 3 1. Pengeluaran Desa adalah Uang yang dikeluarkan dari APBDesa melalui rekening kas desa. 32. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dengan belanja desa. 33. Defisit Anggaran Desa adalah selisih k u r a n g antara pedapatan desa dengan belanja desa. 34. Rekening Kas U m u m Negara, yang selanjutnya disingkat RKUN,adalah rekening tempat penyimpanan u a n g negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara U m u m Negara u n t u k m e n a m p u n g seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral. 35. Rekening Kas U m u m Daerah, yang selanjutnya disingkat R K U D, adalah rekening tempat penyimpanan u a n g daerah yang d i t e n t u k a n oleh Bupati u n t u k m e n a m p u n g seluruh penerimaan daerah d a n membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. 36. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat m e n y i m p a n u a n g PemerintahanDesa yang m e n a m p u n g seluruh penerimaan Desa dan digunakan u n t u k membayar seluruh pengeluaran Desa pada B a n k yang ditetapkan. 37. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, yang selanjutnya disingkat SiLPA, adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. 38. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli a t a u diperoleh atas beban APB Desa atau perolehan h a k lainnya yang sah. -4-

39. Barang Milik Desa adalah kekayaan milik Desa berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak. 40. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan h a k lainnya yang sah. 4 1. T a n a h Desa adalah barang milik desa berupa t a n a h bengkok, k u b u r a n, dan titisara. 42. Pengelolaan adalah rangkaian kegiatan m u l a i dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindah-tanganan, penatausahaan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian. 43. Inventarisasi adalah kegiatan u n t u k m e l a k u k a n pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan kekayaan milik Desa. 44. Perencanaan k e b u t u h a n adalah kegiatan m e r u m u s k a n rincian k e b u t u h a n Kekayaan Desa u n t u k m e n g h u b u n g k a n pengadaan barang yang telah ada dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar m e l a k u k a n tindakan yang a k a n datang. 45. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Kekayaan Desa yang tidak dipergunakan d a l a m b e n t u k sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak m e n g u b a h status Kekayaan Desa. 46. Sewa adalah pemanfaatan Kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka w a k t u tertentu u n t u k m e n e r i m a imbalan u a n g tunai. 47. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan Kekayaan Desa antar Pemerintah Desa dalam jangka w a k t u tertentu tanpa m e n e r i m a imbalan dan setelah jangka w a k t u tersebut berakhir h a r u s diserahkan kembali kepada Pemerintah Desa yang bersangkutan. 48. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan Kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka w a k t u tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Desa b u k a n pajak dan sumber pembiayaan lainnya. 49. B a n g u n guna serah adalah pemanfa.atan Kekayaan Desa berupa t a n a h oleh pihak lain dengan cara mendirikan b a n g u n a n d a n / a t a u sarana berikut fasilitasnya, k e m u d i a n didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka w a k t u tertentu yang telah disepakati u n t u k selanjutnya diserahkan kembali t a n a h beserta bangunan. d a n / a t a u sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka w a k t u. 50. B a n g u n serah guna adalah pemanfaatan Kekayaan Desa berupa t a n a h oleh pihak lain dengan cara mendirikan. b a n g u n a n d a n / a t a u sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai p e m b a n g u n a n n y a diserahkan u n t u k didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka w a k t u tertentu yang disepakati. 5 1. Hibah aelalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Desa, antar Pemerintah Desa a t a u dari Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian. 52. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. 53. Keputusan Kepala Desa adalah penetapan yang bersifat konkrit, individual, d a n final. 54. Hari adalah hari kerja. 55. Menteri Keuangan yang selanjutnya disebut sebagai Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan u r u s a n pemerintahan bidang keuangan negara. -5-

B A B II K E U A N G A N D E S A Bagian Kesatu U m u m Pasal 2 Pelaksanaan H a k d a n kewajiban Desa dalam Keuangan Desa sebagaimana d i m a k s u d pada Pasal 1 angka 20 m e n i m b u l k a n pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan Keuangan Desa. Bagian Kedua Asas Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 3 (1) Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif serta d i l a k u k a n dengan tertib dan disiplin anggaran. (2) Pengelolaan keuangan desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1), dikelola dalam m a s a 1 (satu) t a h u n anggaran y a k n i m u l a i tanggal 1 J a n u a r i sampai dengan tanggal 31 Desember. Bagian Ketiga Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa Pasal 4 (1) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. (2) Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1), m e m p u n y a i kewenangan: a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa; b. menetapkan PTPKD; c. menetapkan petugas yang m e l a k u k a n p e m u n g u t a n penerimaan desa; d. menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; dan e. m e l a k u k a n t i n d a k a n yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa. (3) Kepala Desa dalam m e l a k s a n a k a n pengelolaan keuangan desa, dibantu oleh PTPKD. (4) Kepala Desa d a l a m pelaksanaan kewenangan menetapkan kebijakan pelaksanaan APBDesa sebagaimana d i m a k s u d pada Ayat (2) h u r u f a, difasilitasi oleh B u p a t i melalui perangkat daerah bidang keuangan. Pasal 5 (1) PTPKDsebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 4 ayat (3) berasal dari u n s u r Perangkat Desa,terdiri dari: a. Sekretaris Desa; -6-

b. Kepala Seksi; dan c. Kepala U r u s a n Keuangan sebagai Bendahara. (2) PTPKD sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 6 (1) Sekretaris Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 5 ayat (1) h u r u f a bertindak selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa (2) Sekretaris Desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e m p u n y a i tugas: a. m e n y u s u n d a n m e l a k s a n a k a n Kebijakan Pengelolaan APBDesa; b. m e n y u s u n Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; c. m e l a k u k a n pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa; d. m e n y u s u n pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; dan e. m e l a k u k a n verifikasi terhadap b u k t i - b u k t i penerimaan d a n pengeluaran APBDesa. Pasal 7 (1) Kepala Seksi sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 5 ayat (1) h u r u f b bertindak sebagai pelaksana kegiatan sesuai dengan bidangnya. (2) Kepala Seksi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e m p u n y a i tugas: a. m e n y u s u n rencana pelaksanaan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya; b. m e l a k s a n a k a n kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa yang telah ditetapkan di dalam APBDesa; c. m e l a k u k a n t i n d a k a n pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan; d. mengendalikan pelaksanaan kegiatan; e. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa; dan f. m e n y i a p k a n d o k u m e n anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan. Pasal 8 (1) Bendahara sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 5 ayat (1) h u r u f c dijabat oleh Staf U r u s a n Keuangan. (2) Bendahara sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) m e m p u n y a i tugas: menerima, m e n y i m p a n, menyetorkan/membayar, m e n a t a u s a h a k a n, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

B A B III S U M B E R P E N D A P A T A N D E S A Bagian Kesatu S u m b e r Pendapatan Desa dari A P B N ParagrafI D a n a Desa Pasal 9 G u n a membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat pemerintah mengalokasikan dana desa yang ditransfer melalui rekening kas u m u m daerah. Paragraf II Pengalokasian D a n a Desa Setiap Desa Pasal 10 (1) Bupati menetapkan D a n a Desa di setiap Desa. (2) D a n Desa setiap Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dihitung secara berkeadilan berdasarkan : a. Alokasi dasar; dan b. Alokasi yang dihitung dengan m e m p e r h a t i k a n j u m l a h penduduk, angka k e m i s k i n a n, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis setiap desa. (3) Tingkat kesulitan geografis setiap Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f b d i t u n j u k k a n oleh Indeks Kesulitasn Geografis Desa yang ditentukan oleh indikator yang terdiri dari atas : a. Ketersediaan prasaranan pelayanan dasar; b. Kondisi infrastruktur; dan c. Aksesibilitas/ transportasi. (4) Bupati m e n y u s u n dan menetapkan Indeks Kesulitasn Geografis Desa berdasarkan faktor sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) (5) Data j u m l a h penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks k e m a h a l a n k o n s t r u k s i sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f b bersumber dari Kementerian yang berwenang dan/ a t a u lembaga yang menyelenggarakan u r u s a n pemerintahan di bidang statistik. (6) Tata Cara pembagian dan penetapan rincian D a n a Desa setiap Desa ditetapkan dengan peraturan Bupati. (7) Bupati m e n y a m p a i k a n peraturan Bupati sebagimana d i m a k s u d ayat (6) kepada Menteri dengan tembusan kepada Menteri D a l a m Negeri dan Menteri Desa, P e m b a n g u n a n Daerah Tertinggal D a n Transmigrasi, serta G u b e r n u r d a n Kepala Desa. Pasal 11 (1) Tata cara penghitungan dan penetapan rincian D a n a Desa setiap Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati berdasarkan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. -8-

(2) Peraturan B u p a t i sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1), paling sedikit mengatur mengenai : a. tata cara penghitungan D a n a Desa setiap Desa; b. penetapan rincian D a n a Desa; c. mekanisme dan tahapan penyaluran D a n a Desa; d. prioritas penggunaan D a n a Desa; e. p e n y u s u n a n dan penyampaian laporan realisasi penggunaan D a n a Desa; dan f. sanksi berupa penundaan penyaluran dan pemotongan D a n a Desa. Pasal 12 D a l a m hal terdapat p e m b e n t u k a n atau penetapan Desa b a r u yang mengakibatkan bertambahnya j u m l a h Desa, pengalokasian D a n a Desa d i l a k u k a n dengan cara sebagai berikut : a. Pada t a h u n anggaran berikutnya apabila Desa tersebut ditetapkan sebelum tanggal 30 J u n i t a h u n anggaran berjalan; a t a u b. Pada t a h u n kedua setelah penetapan Desa apabila Desa tersebut ditetapkan setelah tanggal 30 J u n i t a h u n anggaran berjalan. Paragraf III Penyaluran Pasal 13 (1) Pemerintah kabupaten m e n y a l u r k a n D a n a Desa setiap Desa. (2) Penyaluran sebagaimana d i m a k s u d ayat (1) d i l a k u k a n setelah p e m i n d a h b u k u a n dari R K U N ke R K U D. (3) Penyaluran sebagaimana d i m a k s u d ayat (1) d i l a k u k a n dengan cara p e m i n d a h b u k u a n dari R K U D ke Rekening Kas Desa. Pasal 14 (1) Penyaluran sebagaimana d i m a k s u d Pasal 13 d i l a k u k a n secara bertahap pada t a h u n anggaran berjalan dengan ketentuan : a. Tahap I pada b u l a n April sebesar 4 0 % (empat p u l u h perseratus); b. Tahap II pada b u l a n Agustus sebesar 4 0 % (empat p u l u h perseratus); dan c. Tahap III pada bulan Oktober sebesar 2 0 % (dua p u l u h perseratus). (2) Penyaluran D a n a Desa setiap tahap sebagaimana d i m a k s u d pada Pasal 13 ayat (3) d i l a k u k a n paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima Kas Daerah. Pasal 15 (1) Bupati m e n y u s u n d a n menetapkan Peraturan Daerah tentang A P B D Kabupaten d a n Peraturan Bupati tentang tata cara pembagian dan penetapan rincian D a n a Desa setiap Desa. (2) Peraturan Daerah d a n Peraturan Bupati sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri Cq. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat minggu keempat bulan Maret sebagai dasar penyaluran D a n a Desa. (3) D a l a m hal Peraturan Daerah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) b e l u m ditetapkan, B u p a t i m e n g i r i m k a n Peraturan Bupati tentang APBD. - 9 -

Pasal 16 (1) Bupati m e l a k s a n a k a n penyaluran D a n a Desa dari R K U D ke R K D. (2) Penyaluran D a n a Desa dari R K U D ke R K D tahap I d i l a k u k a n setelah Kepala Desa m e n y a m p a i k a n Peraturan Desa mengenai APBDesa kepada Bupati. (3) Penyampaian Peraturan Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) paling lambat pada b u l a n Maret. (4) Penyaluran D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d ayat (1) d i l a k u k a n sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Bupati mengatur lebih lanjut tentang penarikan D a n a Desa dari R K D u n t u k Desa terpencil yang belum terjangkau layanan perbankan dengan Peraturan Bupati. ParagrafIV Penggunaan Pasal 17 (1) D a n a Desa digunakan u n t u k membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. (2) D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) diprioritaskan u n t u k membiayai p e m b a n g u n a n dan pemberdayaan masyarakat. (3) Penggunaan D a n a Desa mengacu pada Rencana P e m b a n g u n a n Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja Pemerintah Desa. (4) Penggunaan D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d k a n pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan prioritas penggunaan D a n a Desa yang ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal D a n Transmigrasi dan mengacu pada pedoman u m u m penggunaan D a n a Desa. Pasal 18 Bupati menetapkan pedoman teknis kegiatan yang didanai dari D a n a Desa sesuai pedoman u m u m yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 19 (1) D a n a Desa dapat digunakan u n t u k membiayai kegiatan yang tidak t e r m a s u k dalam prioritas penggunaan D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 17 ayat (4) setelah mendapat persetujuan Bupati. (2) Persetujuan B u p a t i sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) diberikan pada saat evaluasi rancangan Peraturan Desa mengenai APBDesa.. (3) D a l a m m e m b e r i k a n persetujuan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1), Bupasti m e m a s t i k a n pengalokasian D a n a Desa u n t u k kegiatan yang menjadi prioritas telah terpenuhi. Pasal 20 (1) Kepala Desa bertanggung jawab atas penggunaan D a n a Desa. (2) Pemerintah kabupaten dapat m e l a k u k a n pendampingan atas penggunaan D a n a Desa. - 1 0 -

(3) Tata cara pendampingan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan Menteri Desa, P e m b a n g u n a n Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Paragraf V Pelaporan Pasal 21 (1) Bupati m e n y a m p a i k a n laporan realisasi penyaluran d a n konsolidasi penggunaan D a n a Desa kepada Menteri Cq. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dengan t e m b u s a n Menteri D a l a m Negeri, Menteri Desa, P e m b a n g u n a n Daerah Tertinggal, D a n Transmigrasi dan G u b e r n u r paling lambat minggu keempat b u l a n Maret t a h u n anggaran berikutnya. (2) Laporan realisasi penyaluran dan konsolidasi penggunaan D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) d i s u s u n sesuai dengan format yang ditetapkan oleh Menteri. (3) Penyampaian laporan konsolidasi sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) d i l a k u k a n setiap t a h u n. (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pasal 22 Kepala Desa m e n y a m p a i k a n laporan realisasi penggunaan D a n a Desa kepada bupati setiap semester. Penyampaian laporan realisasi penggunaan D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) d i l a k u k a n dengan ketentuan: a. semester I paling lambat minggu keempat b u l a n J u l i t a h u n anggaran berjalan; dan b. semester II paling lambat minggu keempat b u l a n J a n u a r i t a h u n anggaran berikutnya). Bupati dapat memfasilitasi percepatan penyampaian laporan realisasi penggunaan D a n a Desa oleh Kepala Desa. Laporan Realisasi penggunaan D a n a Desa semester I menjadi persyaratan penyaluran D a n a Desa dari R K U D ke R K D tahap II t a h u n anggaran berjalan. Laporan realisasi penggunaan penyaluran D a n a Dese dari berikutnya. Laporan realisasi penggunaar yang ditetapkan oleh Menteri. D a n a Desa semester II menjadi persyaratan R K U D ke R K D tahap I t a h u n anggaran D a n a Desa d i s u s u n sesuai dengan format Pasal 23 D a l a m hal kepala Desa tidak atau terlambat m e n y a m p a i k a n laporan sebagaimana d i m a k s u d dalam ll'asal 22 ayat (2), Bupati dapat m e n u n d a penyaluran D a n a Desa sampai dengan disampaikannya laporan realisasi penggunaan D a n a Desa.

Paragraf V I P e m a n t a u a n D a n Evaluasi Pasal 24 Bupati m e l a k u k a n p e m a n t a u a n dan evaluasi atas SiLPA D a n a Desa. Pasal 25 (1) D a l a m hal p e m a n t a u a n dan evaluasi atas SiLPA D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 24 d i t e m u k a n SiLPA D a n a Desa lebih dari 3 0 % (tiga p u l u h per seratus), Bupati : a. m e m i n t a penjelasan kepada Kepala Desa mengenai SiLPA D a n a Desa tersebut; d a n / a t a u b. m e m i n t a aparat pengawas fungsional daerah u n t u k m e l a k u k a n pemeriksaan. (2) SiLPA D a n a Desa lebih dari 3 0 % (tiga p u l u h per seratus) sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1), dihitung dari D a n a Desa yang diterima Desa pada t a h u n anggaran berjalan. (3) SiLPA D a n a Desa wajib dianggarkan kembali dan digunakan sesuai dengan p e r u n t u k a n n y a pada t a h u n anggaran berikutnya. Pasal 26 (1) Bupati dapat m e n u n d a penyaluran D a n a Desa, d a l a m hal : a. Kepala Desa tidak m e n y a m p a i k a n Peraturan Desa mengenai APBDesa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 16 ayat (2); b. terdapat SiLPA D a n a Desa lebih dari 3 0 % (tiga p u l u h per seratus); d a n / a t a u c. terdapat u s u l a n dari aparat pengawas daerah. (2) Penyaluran D a n a Desa yang ditunda sebagimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a d i l a k u k a n setelah Kepala Desa m e n y a m p a i k a n Peraturan Desa mengenai APBDesa dan realisasi penggunaan D a n a Desa semester II kepada Bupati. (3) Penundaan penyaluran D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f b d i l a k u k a n terhadap penyaluran D a n a Desa tahap I t a h u n anggaran berjalan sebesar SiLPA D a n a Desa t a h u n anggaran sebelumnya. (4) D a l a m hal SiLPA D a n a Desa lebih besar dari j u m l a h D a n a Desa yang a k a n disalurkan pada tahap I, m a k a penyaluran D a n a Desa tahap I tidak dilakukan. (5) Penundaan penyaluran D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) d i l a k u k a n sampai dengan penyaluran D a n a Desa tahap II. (6) D a l a m hal p e n u n d a a n penyaluran D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) berlangsung sampai dengan akhir t a h u n anggaran berjalan, Bupati melaporkan p e n u n d a a n tersebut kepada Menteri C q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. (7) Bupati wajib menganggarkan kembali D a n a Desa yang ditunda penyalurannya sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (6) u n t u k diperhitungkan dalam penyaluran pada t a h u n anggaran berikutnya. - 1 2 -

Pasal 27 (1) Bupati m e l a k u k a n pemotongan penyaluran D a n a Desa d a l a m hal setelah dikenakan sanksi penundaan penyaluran D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam pasal 26 ayat (3), m a s i h terdapat SiLPA D a n a Desa lebih dari 3 0 % (tiga p u l u h per seratus) pada t a h u n anggaran berjalan. (2) Pemotongan penyaluran D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) d i l a k u k a n pada penyaluran D a n a Desa t a h u n anggaran berikutnya. (3) Bupati melaporkan pemotongan penyaluran D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) kepada Menteri cq. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Bagian Kedua S u m b e r Pendapatan Desa Dari A P B D ParagrafI Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah Pasal 28 (1) Pemerintah kabupaten mengalokasikan bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten kepada Desa paling sedikit 1 0 % (sepuluh perseratus) dari realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten. (2) Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) d i l a k u k a n berdasarkan ketentuan: a. 6 0 % (enam p u l u h perseratus) dibagi secara merata kepada seluruh Desa; dan b. 4 0 % (empat p u l u h perseratus) dibagi secara proporsional realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari Desa masing-masing. (3) Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten kepada Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan Bupati. (4) Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten kepada Desa diatur dengan peraturan Bupati. Paragraf Alokasi D a n a II Desa Pasal 29 (1) Pemerintah kabupaten mengalokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten A D D setiap t a h u n anggaran. (2) Pengalokasian A D D sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) mempertimbangk a n : a. k e b u t u h a n penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa; dan b. j u m l a h p e n d u d u k Desa, angka k e m i s k i n a n Desa, luas wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa. c. Pelunasan Pajak B u m i D a n B a n g u n a n dan j u m l a h anggota BPD. (3) Pengalokasian A D D sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan Bupati. (4) Ketentuan mengenai tata cara pengalokasian A D D diatur dengan peraturan Bupati. - 1 3 -

Paragraf III B a n t u a n Keuangan dari A P B D Provinsi D a n A P B D Kabupaten Pasal 30 (1) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten dapat m e m b e r i k a n b a n t u a n keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah Provinsi m a u p u n Kabupaten kepada Desa. (2) B a n t u a n keuangan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dapat bersifat u m u m dan k h u s u s. (3) B a n t u a n keuangan yang bersifat u m u m sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) p e r u n t u k a n d a n penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Desa penerima b a n t u a n dalam rangka m e m b a n t u pelaksanaan tugas pemerintah daerah di Desa. (4) B a n t u a n keuangan yang bersifat k h u s u s sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) p e r u n t u k a n d a n pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah kabupaten dalam rangka percepatan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat. ParagrafIV Pendapatan Lain-Lain Pasal 31 (1) Kelompok pendapatan lain-lain terdiri atas jenis Hibah dan S u m b a n g a n dari pihak ketiga yang tidak mengikat dan Lain-lain pendapatan Desa yang sah. (2) Hibah dan s u m b a n g a n dari pihak ketiga yang tidak mengikat sebagaimana d i m a k s u d d a l a m ayat (1) adalah pemberian berupa u a n g dari pihak ketiga. (3) Lain-lain pendapatan Desa yang sah sebagaimana d i m a k s u d dalam ayat (1), antara lain pendapatan sebagai hasil kerjasama dengan pihak ketiga dan b a n t u a n perusahaan yang berlokasi di desa. Paragraf V Penyaluran D a n a Desa Yang Bersumber Dari A P B D Pasal 32 (1) Tata cara penyaluran D a n a Desa diatur dalam peraturan Bupati dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. (2) Penyaluran b a n t u a n keuangan yang bersumber dari A P B D Provinsi dan A P B D Kabupaten ke Desa d i l a k u k a n sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Pencairan Anggaran Desa Pasal 33 Pencairan Anggaran Desa dalam rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan bendahara Desa. - 1 4 -

B A B IV APBDesa Pasal 34 (1) Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama oleh kepala Desa dan B a d a n Permusyawaratan Desa paling lambat b u l a n Oktober t a h u n berjalan. (2) Rancangan peraturan Desa tentang APB Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) disampaikan oleh kepala Desa kepada bupati melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati u n t u k dievaluasi. (3) Bupati dapat mendelegasikan evaluasi rancangan peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat. (4) Peraturan Desa tentang APBDesa ditetapkan paling lambat tanggal 3 1 Desember t a h u n anggaran berjalan. (1) APBDesa,terdiri atas: a. Pendapatan Desa; b. Belanja Desa; dan Pasal 35 c. Pembiayaan Desa. (2) Pendapatan Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a diklasifikasikan m e n u r u t kelompok dan jenis. (3) Belanja Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f b diklasifikasikan m e n u r u t kelompok, kegiatan, dan jenis. (4) Pembiayaan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f c diklasifikasikan m e n u r u t kelompok dan jenis. (5) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa diajukan oleh Kepala Desa dan d i m u s y a w a r a h k a n bersama Badan Permusyawaratan Desa. (6) Sesuai dengan hasil m u s y a w a r a h sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (5), Kepala Desa menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap t a h u n dengan Peraturan Desa. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa a k a n diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Bagian Kesatu Pendapatan Desa Pasal 36 (1) Pendapatan Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 35 ayat ( l ) h u r u f a, meliputi s e m u a penerimaan u a n g melalui rekening desa yang m e r u p a k a n h a k desa dalam 1 (satu) t a h u n anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. (2) Pendapatan Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 35 ayat (2) terdiri atas kelompok: a. Pendapatan Asli Desa (PADesa); b. Transfer; d a n c. Pendapatan lain-lain. - 1 5 -

(3) Kelompok PADesa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f a, terdiri atas jenis: a. Hasil usaha; b. Hasil aset; c. Swadaya, partisipasi dan Gotong royong; dan d. Lain-lain pendapatan asli desa (4) Hasil u s a h a desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) h u r u f a antara lain hasil Bumdes, t a n a h kas desa. (5) Hasil aset sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) h u r u f b antara lain t a m b a t a n perahu, pasar desa, tempat pemandian u m u m, jaringan irigasi. (6) Swadaya, partisipasi dan gotong royong sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) h u r u f 0 adalah m e m b a n g u n dengan k e k u a t a n sendiri yang melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang. (7) Lain-lain pendapatan asli desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) h u r u f d antara lain hasil p u n g u t a n desa. Pasal 37 (1) Kelompok transfer sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 36 ayat (2) h u r u f b, terdiri atas jenis: a. D a n a Desa; b. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten dan Retribusi Daerah; c. Alokasi D a n a Desa (ADD); d. B a n t u a n Keuangan dari A P B D Provinsi; dan e. B a n t u a n Keuangan A P B D Kabupaten. (2) B a n t u a n Keuangan dari A P B D Provinsi dan Kabupaten sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f d dan e dapat bersifat u m u m dan k h u s u s. (3) B a n t u a n Keuangan bersifat k h u s u s sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) dikelola dalam APBDesa tetapi tidak diterapkan dalam ketentuan penggunaan paling sedikit 7 0 % (tujuh p u l u h perseratus) dan paling banyak 3 0 % (tiga p u l u h perseratus). (4) pendapatan lain-lain sebagaimana d i m a k s u d pada Pasal 36 ayat (2) h u r u f c, terdiri atas jenis: a. Hibah dan S u m b a n g a n dari pihak ketiga yang tidak mengikat; dan b. Lain-lain pendapatan Desa yang sah. Pasal 38 (1) Pengelolaan D a n a Desa sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 37 Ayat (1) h u r u f c, dalam A P B D kabupaten dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah, (2) Pengelolaan D a n a Desa dalam APBDesa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan Desa. Pasal 39 (1) (2) Hibah dan s u m b a n g a n dari pihak ketiga yang tidak mengikat sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 37 ayat (4) h u r u f a adalah pemberian berupa u a n g dari pihak ketiga. Lain-lain pendapatan Desa yang sah sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 37 ayat (4) h u r u f b, antara lain pendapatan sebagai hasil kerjasama dengan pihak ketiga dan b a n t u a n perusahaan yang berlokasi di desa. - 1 6 -

Pasal 40 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Segala p u n g u t a n baik berupa uang, benda d a n / a t a u barang yang sifatnya membebani masyarakat yang d i l a k u k a n oleh Pemerintah Desa h a r u s ditetapkan dengan Peraturan Desa. Jenis-jenis P u n g u t a n Desa antara lain : a. p u n g u t a n yang berasal dari i u r a n sesuai dengan m a t a pencaharian masyarakat Desa berdasarkan k e m a m p u a n ekonomi; b. p u n g u t a n yang berasal dari perusahaan yang berada di Desa sesuai dengan klasifikasi; c. p u n g u t a n yang berasal dari transaksi peralihan h a k yang belum dipungut oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan ataia Pemerintah Kabupaten sesuai Peraturan Perundang-undangan yang be -laku; e. p u n g u t a n - p u n g u t a n lain yang ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. Selain jenis-jenis p u n g u t a n sebagaimana d i m a k s u d pada eyat (2) dapat d i l a k u k a n P u n g u t a n Desa u n t u k kegiatan sosial tertentu yang bersifat mendesak dengan K e p u t u s a n Kepala Desa atas persetujuan BPD. Desa dapat m e n e n t u k a n jenis-jenis hasil u s a h a dan hasi aset sendiri disesuaikan dengan potensi dan k e m a m p u a n desa. Swadaya adalah pendapatan desa yang diperoleh dari k e m a m p u a n s u a t u kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri u n t u k m e m e n u h i k e b u t u h a n jangka pendek m a u p u n jangka panjang yang dirasakan dalam masyarakat Hasil partisipasi masyarakat dan gotong-royong adalah sumtiangan tenaga warga desa dalam b e n t u k kerjasama timbal balik yang bersifat sukarela dengan Pemerintah Desa u n t u k m e m e n u h i k e b u t u h a n yang bersifat ensidental m a u p u n berkelangsungan dalam rangka m e n i n g k a t k a n kerja sama bersama. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerimaan pendapatan desa a k a n diatur lebih lanjut d a l a m Peraturan Bupati. Pasal 4 1 S e l u r u h pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa dan penggunaannya ditetapkan dalam APBDesa. Bagian Belanja Kedua Desa Pasal 42 (1) Belanja desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 35 ayat (1) h u r u f b, meliputi s e m u a pengeluaran dari rekening desa yang m e r u p a k a n kewajiban desa dalam 1 (satu) t a h u n anggaran yang tidak a k a n diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. (2) Belanja desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) diperguriakan dalam rangka m e n d a n a i penyelenggaraan kewenangan Desa.! (3) Belanja desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) diprioritaskan u n t u k m e m e n u h i k e b u t u h a n pembangunan yang disepakati d a l a m M u s y a w a r a h Desa d a n sesuai dengan prioritas Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah Provinsi, d a n Pemerintah. (4) K e b u t u h a n p e m b a n g u n a n sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3), tidak terbatas pada k e b u t u h a n primer, pelayanan dasar, lingkungan dan pemberdayaan masyarakat desa. - 1 7 -

Pasal 43 Belanja Desa yang ditetapkan dalam APBDesa digunakan dengan ketentuan: a. paling sedikit 7 0 % (tujuh p u l u h perseratus) dari j u m l a h anggaran belanja Desa digunakan u n t u k mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan p e m b a n g u n a n Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan b. paling banyak 3 0 % (tiga p u l u h perseratus) dari j u m l a h anggaran belanja Desa digunakan u n t u k : 1. penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa dan perangkat Desa; 2. operasional Pemerintah Desa; 3. tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; dan 4. insentif r u k u n tetangga dan r u k u n warga. Pasal 44 (1) Klasifikasi Belanja Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam pasal 35 ayat (1) h u r u f b, terdiri atas kelompok: a. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa; b. Pelaksanaan P e m b a n g u n a n Desa; c. Pembinaan Kemasyarakatan Desa; d. Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan e. Belanja T a k Terduga. (2) Kelompok belanja sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dibagi dalam kegiatan sesuai dengan k e b u t u h a n Desa yang telah dituangkan dalam RKPDesa. (3) Kegiatan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) terdiri atas jenis belanja : a. Pegawai; b. Barang dan Jasa; dan c. Modal. Pasal 45 (1) Jenis belanja pegawai sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasa:l 44 ayat (3) h u r u f a, dianggarkan u n t u k pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan B P D j (2) Belanja Pegawai sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) dianggarkan dalam kelompok Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kegiatan! pembayaran penghasilan tetap dan tunjangan.! (3) Belanja pegawai sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) pelaksanaannya dibayarkan setiap bulan.! Pasal 46 (1) Belanja Barang dan Jasa sebagaimana d i m a k s u d d a l a m Pasal 44 ayat (3) h u r u f b digunakan u n t u k pengeluaran pembelian dan/ atau pengadaan barang yang nilai manfaatnya k u r a n g dari 12 (dua belas) bulajn. (2) Belanja barang dan/ a t a u jasa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) antara lain: a. alat tulis kantor; b. benda pos; c. bahan/material; d. pemeliharaan; e. cetak/penggandaan; - 1 8 -

f. sewa kantor desa; g. sewa perlengkapan dan peralatan kantor; h. m a k a n a n d a n m i n u m a n rapat; i. pakaian dinas dan atributnya; j. perjalanan dinas; k. u p a h kerja; 1. h o n o r a r i u m narasumber/ahli; m. operasional Pemerintah Desa; n. operasional BPD; o. insentif R u k u n Tetangga / R u k u n Warga; d a n p. pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat. (3) Insentif R u k u n Tetangga / R u k u n Warga sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f o adalah b a n t u a n u a n g u n t u k operasional lembaga : R T / R W dalam rangka m e m b a n t u pelaksanaan tugas pelayanan pemerintahan, perencanaan pembangunan, ketentraman dan ketertiban, serta pemberdayaan masyarakat desa. (4) Pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) h u r u f p d i l a k u k a n u n t u k m e n u n j a n g pelaksanaan kegiatan Pasal 47 Pengadaan barang d a n / a t a u jasa di Desa diatur dengan peraturan bupati dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undaijigan. (1) (2) Pasal 48 Belanja Modal sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 44 ayat (3) h u r u f c, digunakan u n t u k pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau b a n g u n a n yang nilai manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan Pembelian dan/ a t a u pengadaan barang atau b a n g u n a n sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) digunakan u n t u k kegiatan peayelenggaraan kewenangan desa.! Bagian Ketiga Pembiayaan Desa (1) (2) (3) Pasal 49 Pembiayaan Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 35 a-'^at (1) h u r u f c meliputi s e m u a penerimaan yang perlu dibayar kembali d a n / a t a u pengeluaran yang a k a n diterima kembali, baik pada t a h u n ajnggaran yang a. terdiri atas bersangkutan m a u p u n pada t a h u n - t a h u n anggaran berikutn) Pembiayaan Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) kelompok: a. Penerimaan Pembiayaan; dan b. Pengeluaran Pembiayaan. Penerimaan Pembiayaan sebagaimana d i m a k s u d pada ayalj (2) h u r u f a, mencakup: a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) t a h u n sebelumnya b. Pencairan D a n a Cadangan; dan c. Hasilpcnjualan kekayaan desa yang dipisahkan. - 1 9 -

[ (4) SiLPA sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a antara lain pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, jpenghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. i (5) SilPA sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (4) m e r u p a k a n penerimaan pembiayaan yang digunakan u n t u k : a. m e n u t u p i defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja; b. m e n d a n a i pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan i akhir t a h u n anggaran b e l u m diselesaikan. i (6) Pencairan dana cadangan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) h u r u f b digunakan u n t u k menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas Desa dalam t a h u n anggaran Derkenaan. (7) Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) h u r u f c digunakan u n t u k menganggarkan h i s i l penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. Pasal 50 (1) Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana d i m a k s u d dalam Padal 49 ayat (2) h u r u f b, terdiri dari : a. P e m b e n t u k a n D a n a Cadangan; dan b. Penyertaan Modal Desa. (2) Pemerintah Desa dapat m e m b e n t u k dana cadangan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a u n t u k mendanai kegiatan yahg penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu t a h u n anggaran. (3) P e m b e n t u k a n dana cadangan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan desa. (4) Peraturan desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) ^Daling sedikit m e m u a t : a. penetapan t u j u a n p e m b e n t u k a n dana cadangan; b. program dan kegiatan yang a k a n dibiayai dari dana cadandan; c. bcsaran d a n rincian t a h u n a n dana cadangan yang h a r u s dianggarkan; d. sumber d a n a cadangan; dan e. t a h u n anggaran pelaksanaan dana cadangan. (5) P e m b e n t u k a n dana cadangan sebagaimana d i m a k s u d pada layat (2) d a p a t berslimber dari penyisihan atas penerimaan Desa, kecuali dari penerimaan yang penggunaannya telah ditentukan secara k h u s u s berdasarkan peraturan perundang-undangan. (6) P e m b e n t u k a n dana cadangan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) h u r u f a ditcmpatkan pada rekening tersendiri. (7) Penganggaran dana cadangan tidak melebihi t a h u n akhir m a s a jabatan Kepala Desa. Pasal 51 (1) D a l a m keadaan darurat dan/atau Keadaan Luar Biasa (KLB pemerintah Desa dapat m e l a k u k a n belanja yang b e l u m tersedia anggarannya. (2) Keadaan darurat d a n / a t a u K L B sebagaimana d i m a k s u d ^ada ayat (1) m e r u p a k a n keadaan yang sifatnya tidak biasa a t a u tidak diharapkan berulang d a n / a t a u mendesak. (3) Keadaan darurat sebagaimana d i m a k s u d ayat (1) yaitu antara lain dikaicnakan bencana alam, sosial, k e r u s a k a n sarana d a n prasarana. - 2 0 -

(4) Keadaan luar biasa sebagaimana d i m a k s u d ayat (1) karena h LB/wabah. (5) Keadaan darurat dan luar biasa sebagaimana ayat (3) dite.apkan dengan Keputusan Bupati. (6) Kegiatan dalam keadaan darurat sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) dianggarkan dalam belanja tidak terduga. B A B V P E N G E L O L A A N K E U A N G A N D E S A Pasal 52 (1) Pengelolaan keuangan Desa meliputi: a. perencanaan; b. pelaksanaan; c. penatausahaan; d. pelaporan; dan (2) Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan k e u a n g a n Desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) (3) D a l a m m e l a k s a n a k a n kekuasaan pengelolaan keuangan Desa d i m a k s u d pada ayat (2), kepala Desa menguasakan sebagi n a n nya kepada perangkat Desa. sebagaimana kekuasaan- Pasal 53 (1) Penyelenggaraan kewenangan desa berdasarkan h a k a^al u s u l dan kewenangan lokal berskala Desa didanai oleh APBDesa. (2) Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala desa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (1) selain didanai oleh APBDesa, juga dapat didanai oleh APBN dan APBD. (3) Penyelenggaraan kewenangan desa yang ditugaskan oleh Pemerintah didanai oleh APBN. i (4) Penyelenggaraan kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh APBD. Pasal 54 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Keuangan Desa diatur dalam Peraturan Bupati. Bagian Kesatu Perencanaan Keuangan Desa Pasal 55 (1) Sekretaris Desa m e n y u s u n Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa t a h u n berkenaan. (2) Sekretaris Desa m e n y a m p a i k a n rancangan Peraturan \j^esa tentang APBDesa kepada Kepala Desa. (3) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Pernjiusyawaratan Desa u n t u k dibahas dan disepakati bersama. - 2 1-1

(4) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) paling lambat bulan otktober t a h u n berjalan. (1) (2) (3) (4) Pasal 56 Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telih disepakati bersama sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 55 ayat (3) disempaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat paling lambat 3 (ti disepakati u n t u k dievaluasi. Bupati menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa ga) hari sejak sebagaimana kerja sejak d i m a k s u d pada ayat (l)paling lama 20 (dua puluh) harii diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. D a l a m hal Bupati tidak m e m b e r i k a n hasil evaluasi dalam batas w a k t u sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) Peraturan Desa tersebut berlaku dengan sendirinya. D a l a m hal Bupati m e n y a t a k a n hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan u m u m can peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa m e l a k u k a n penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja ter)iitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Pasal 57 (1) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa sebagaimana d i m a k s u d dalam Pasal 56 ayat (4) dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, Bupati m e m b a t a l k a n Peraturan Desa dengan Keputusan Bupati. (2) Pembatalan Peraturan Desa sebagaimana d i m a k s u d pada sekaligus m e n y a t a k a n berlakunya pagu APBDesa t a h u n sebelumnya. (3) D a l a m hal Pembatalan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) ayat (1) anggaran Kepala Desa hanya dapat m e l a k u k a n pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan Pemerintah Desa. (4) Kepala Desa m e m b e r h e n t i k a n pelaksanaan Peraturan Desa Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (3) dan selanjutnya Kepala Desa bersama B P D mencabut pei"aturan desa dimaksud. Pasal 58 (1) Bupati dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan APBDesa kepada Camat. (2) Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa d i m a k s u d pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) bar diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. (3) D a l a m hal C a m a t tidak m e m b e r i k a n hasil evaluasi dalam sebagaimana d i m a k s u d pada ayat (2) Peraturan Desa ters Desa tentang sebagaimana kerja sejak batas w a k t u ^but berlaku dengan sendirinya. (4) D a l a m hal C a m a t m e n y a t a k a n hasil evaluasi Rancangan Pefaturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan u m u m dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Desa m e l a k u k a n penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. -22-