NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ETIKA PERILAKU (CODE OF CONDUCT) ARBITER/MEDIATOR BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/ TENTANG KODE ETIK ARBITER

BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

NOMOR: 08/LAPSPI- PER/2015 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR AJUDIKASI PERBANKAN INDONESIA

o0 Lampiran 01 0o

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

DPN APPEKNAS KODE ETIK ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 01/LAPSPI-PER/2017 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA NOMOR: 09/LAPSPI- PER/2015 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR ARBITRASE

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 33/P/SK/HT/2006 TENTANG DEWAN KEHORMATAN KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS GADJAH MADA

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

07/LAPSPI- PER/2015 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI PERBANKAN INDONESIA

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen adalah seorang Anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan perlindun

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK DAN PELANGGARAN DISIPLIN BERAT

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 03/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA ADJUDIKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

BABI. Pasal 1 BAB II. Pasal2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PENGURUS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA Menimbang : a. bahwa persengketaan antara Para Pihak di bidang Perbankan atau yang berkaitan dengan Perbankan, dapat diajukan penyelesaiannya oleh Para Pihak kepada Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia (LAPSPI), melalui layanan Mediasi, Ajudikasi atau Arbitrase. b. bahwa dalam rangka memberikan panduan terhadap pelaksanaan tugas Mediator, Ajudikator dan Arbiter, LAPSPI sebagai suatu lembaga perlu menerbitkan ketentuan mengenai Kode Etik sebagai pedoman dalam pelaksanaan fungsi Mediasi, Ajudikasi dan Arbitrase c. bahwa dengan adanya Kode Etik ini, pihak Mediator, Ajudikator dan Arbiter dapat memahami hubungan kerja dengan pihak bank maupun dengan pihak nasabah yang mengadukan sengketanya d. bahwa Kode Etik dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, yakni bahwa hak hak dasar nasabah dilindungi e. bahwa menimbang hal- hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk menetapkan Kode Etik dan menuangkannya dalam suatu peraturan Mengingat : 1. Undang- undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3872), beserta perubahannya jika ada 1

2. Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Republik Indonesia Nomor 3608), beserta peraturan pelaksanaan dan perubahannya apabila ada 3. Undang- undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253), beserta peraturan pelaksanaan dan perubahannya jika ada 4 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan, yang diundangkan tanggal 6 Agustus 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2013 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5431) beserta perubahannya jika ada 5. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan, yang diundangkan tanggal 23 Januari 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5499) beserta perubahannya jika ada 6. Anggaran Dasar LAPSPI sebagaimana tertuang dalam Akta Pendirian Nomor 36 tanggal 28 April 2015 yang dibuat dihadapan Ny Ashoya Ratam, SH, M.Kn, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan KEMENKUMHAM Nomor AHU- 0004902.AH.01.07 tahun 2015, tanggal 16 September 2015 beserta perubahannya jika ada MEMUTUSKAN Menetapkan : KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA. 2

BAB I Pasal 1 PENDAHULUAN Bahwa dalam rangka memberikan panduan terhadap pelaksanaan tugas Mediator, Ajudikator dan Arbiter, LAPSPI sebagai suatu lembaga menerbitkan ketentuan mengenai sebagai pedoman yang khususnya terkait dengan etika profesi yang berpotensi timbul dalam pelaksanaan fungsi Mediasi, Ajudikasi dan Arbitrase Kode Etik ini bertujuan untuk memberikan kejelasan akan visi, misi, nilai nilai dan prinsip prinsip yang harus dianut oleh seluruh jajaran dan pihak terkait Lembaga. Mengingat didirikannya lembaga ini adalah untuk memfasilitasi sengketa antara nasabah dan bank yang dilakukan oleh pihak ketiga (Mediator, Ajudikator dan Arbiter), maka pedoman perilaku ini wajib dipahami dan dilaksanakan sebagai perilaku pihak ketiga dimaksud. Dengan adanya Kode Etik ini, pihak ketiga dimaksud dapat memahami hubungan kerja dengan pihak bank maupun dengan pihak nasabah yang mengadukan sengketanya. Prinsip ketidakberpihakan dan keadilan merupakan prinsip dasar yang menjadi landasan bagi pelaksanaan fungsi pihak ketiga tersebut. Kode Etik ini juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industry perbankan bahwa hak hak dasar mereka dilindungi dan dijamin. Mediator adalah pihak ketiga yang memiliki kompetensi yang memadai untuk memfasilitasi para pihak dalam mencari kesepakatan bersama atas sengketa yang terjadi. Ajudikator adalah pihak ketiga yang memiliki kompetensi yang ditunjuk oleh pihak yang bersengketa untuk menjatuhkan putusan atas sengketa yang terjadi antar para pihak Arbiter adalah pihak ketiga yang memiliki kompetensi yang ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa untuk memutuskan suatu persengketaan secara adil, independen dan tidak memihak. Pasal 2 Etika Lembaga dan Profesi Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI senantiasa: 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- undang Dasar 1945; 3

2. Bersikap jujur, profesional, objektif, hati- hati, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya; 3. Berorientasi kepada penegakan keadilan; bersikap independen dan tidak memihak. 4. Menggali, mengikuti dan memahami praktek, kebiasaan yang diterima secara umum dan teknologi informasi yang berjalan dalam setiap transaksi dari suatu produk dan layanan perbankan 5. Menjalankan fungsi dan profesinya berdasarkan ketentuan hukum, atau berdasarkan rasa keadilan dan kepatutan (ex aequo et bono); 6. Menjaga kewibawaan dan ketenteraman persidangan dengan Bersikap sopan, tegas dan bijaksana dalam memimpin sidang 7. Menghormati hak para pihak untuk didengar keterangannya; 8. Menjaga kerahasiaan data dan informasi yang diterima, diketahui, diperoleh dari atau sehubungan dengan pemeriksaan sengketa atau beda pendapat yang diselesaikan melalui Mediasi/Ajudikasi/Arbitrasi di LAPSPI; 9. Menghindarikan diri dari adanya benturan kepentingan pada saat melaksanakan tugasnya; 10. Memiliki kesadaran, kesetiaan dan penghargaan terhadap profesi Mediator/Ajudikator/Arbiter, lembaga Mediasi/Ajudikasi/Arbitrase dan LAPSPI; Pasal 3 Etika Hubungan Kerja Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI senantiasa: 1. Menjaga kehormatan, martabat, nama baik dan reputasi LAPSPI baik di dalam maupun di luar persidangan; 2. Menjaga, memupuk hubungan kerja yang baik dan saling menghormati dengan sesama Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI dan Pengurus LAPSPI serta Dewan Kehormatan LAPSPI. 3. Menjaga kerahasiaan para pihak dan isu yang disengketakan kepada pihak ketiga yang tidak berkepentingan kecuali terdapat Undang Undang yang menghapuskan larangan kerahasiaan ini. 4

Pasal 4 Etika Menjaga Integritas Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI tidak : 1. Melakukan perbuatan yang dapat merugikan atau bertentangan dengan kepentingan dan ketertiban umum; 2. Melakukan perbuatan yang dapat membuat cacat hukum pada putusan yang diambilnya; 3. Menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi atau golongan; 4. Menjalankan profesi atau pekerjaan yang bertentangan dengan harkat dan martabat seorang Mediator/Ajudikator/Arbiter; 5. Memangku sesuatu jabatan lain yang berpotensi dapat mengganggu kebebasan dan kemandiriannya di dalam menjalankan tugas sebagai Mediator/Ajudikator/Arbiter; 6. Menerima bantuan atau pemberian dalam bentuk apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dimaksudkan atau diduga untuk atau dapat mempengaruhi putusannya; 7. Mencari publisitas dari sengketa atau beda pendapat yang ditanganinya. BAB II PENGAWASAN DAN PENEGAKAN ETIKA PERILAKU Pasal 5 Aturan dari Kode Etik ini perlu dijaga dan ditegakkan setiap waktu agar dapat ditaati tidak hanya oleh Mediator/Ajudikator/Arbiter saja namun oleh seluruh pihak yang berkepentingan terhadap proses penyelesaian sengketa. Oleh karena itu, proses pengawasan dan penegakan etika diatur oleh mekanisme yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 6 Pengawasan oleh Pengurus 1. Pengurus wajib menjaga Kode Etik ini dilaksanakan oleh seluruh pihak terkait. 2. Apabila terjadi pelanggaran Kode Etik, Pengurus wajib melaporkan kepada Dewan Kehormatan untuk menindaklanjuti pelanggaran Kode Etik yang terjadi. 5

3. Dewan Kehormatan yang dibentuk minimal terdiri dari 3 orang dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Pengurus Pasal 7 Sidang Dewan Kehormatan 1. Dewan Kehormatan menerima dan memeriksa pengaduan mengenai dugaan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI 2. Dewan Kehormatan menetapkan jadwal sidang dan memanggil pihak yang diadukan melanggar Kode Etik 3. Sidang dilakukan dengan menjaga kehormatan para pihak, obyektif dan melalui pertimbangan yang masak. 4. Dewan Kehormatan dapat menetapkan sanksi berdasarkan asas musyawarah dan mufakat di antara anggota Dewan. Apabila musyawarah dan mufakat tidak dapat dilakukan, maka keputusan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan suara terbanyak (voting). 5. Sanksi atau hukuman terhadap Mediator/Ajudikator/Arbiter yang terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik ini ditetapkan sesuai dengan tingkat pelanggarannya yang dapat berupa : a) teguran, baik lisan maupun tertulis; b) peringatan secara tertulis; c) pemberhentian sementara sebagai Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI; d) pemberhentian selamanya sebagai Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI. 6. Keputusan pemberian sanksi yang ditetapkan Dewan Kehormatan diberikan kepada Pengurus LAPSPI untuk ditindaklanjuti. 7. Segala biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik ini menjadi beban LAPSPI. 8. Tentang tata cara penyampaian laporan/pengaduan atas dugaan pelanggaran Kode Etik, proses pemeriksaan, pengambilan dan pelaksanaan putusan diatur di dalam Hukum Acara sebagaimana tercantum pada Lampiran Kode Etik ini. 6

BAB III LAIN LAIN Pasal 8 Hal- hal yang belum diatur dalam Kode Etik dan/ataupun penyempurnaannya dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan dan disampaikan kepada Pengurus untuk diperbaiki. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 September 2015 PENGURUS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA TTD Himawan E. Subiantoro Ketua 7

LAMPIRAN HUKUM ACARA PENEGAKAN KODE ETIK Pasal 1 Pengaduan 1. Dewan Kehormatan menerima pengaduan secara tertulis dari Pengurus atau pihak lain melalui Pengurus mengenai dugaan adanya pelanggaran terhadap Kode Etik yang dilakukan oleh Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI 2. Apabila Pengurus menerima pengaduan sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas dari pihak lain, Pengurus harus segera menyampaikan pengaduan tersebut kepada Dewan Kehormatan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya pengaduan tersebut. 3. Pengaduan sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas harus disampaikan kepada Dewan Kehormatan dengan menyebutkan dan menjelaskan nama dan kepentingan pengadu, nama Mediator/Ajudikator/Arbiter yang diduga melakukan pelanggaran, jenis pelanggaran yang dilakukannya, waktu terjadinya pelanggaran, dan bukti- bukti yang mendukung dugaan tersebut. 4. Selambat- lambatnya dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah Dewan Kehormatan menerima pengaduan, Dewan Kehormatan sudah harus dapat menetapkan hari sidang pertama dan menyampaikan surat panggilan melalui surat tercatat atau kurir kepada pengadu dan teradu dengan tembusan kepada Ketua LAPSPI. Surat panggilan sudah harus disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal sidang pertama tanpa menghitung tanggal pengiriman dan tanggal sidang. 5. Surat Panggilan harus menyebutkan : a) alasan panggilan sidang, b) hari, tanggal, waktu dan tempat dilaksanakannya sidang, dengan melampirkan fotokopi surat pengaduan beserta lampirannya dan fotokopi Hukum Acara ini agar para pihak mengetahui proses beracaranya c) adanya kewajiban pihak teradu untuk menyerahkan jawaban pada sidang pertama. Pasal 2 Pemeriksaan 1. Apabila pengadu tidak hadir tanpa alasan yang sah pada sidang pertama, pengaduan dinyatakan gugur. 8

2. Apabila teradu tidak hadir tanpa alasan yang sah pada sidang pertama, Dewan Kehormatan akan melakukan panggilan kembali dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan dengan tunduk pada ketentuan ayat (5) di bawah ini. Apabila teradu tetap tidak hadir tanpa alasan yang sah pada sidang kedua, pengaduan akan diperiksa dan diputus tanpa hadirnya teradu. 3. Pada sidang pertama, teradu harus memberikan jawabannya secara tertulis, disertai bukti- bukti yang dianggapnya perlu, dalam 3 (tiga) rangkap. 4. Jika teradu tidak memberikan jawaban tertulis pada sidang pertama, Dewan Kehormatan dapat memberikan kesempatan untuk menyampaikan jawaban pada sidang kedua dalam waktu yang ditetapkan oleh Dewan Kehormatan dengan tunduk pada ketentuan ayat (5) di bawah ini. Jika teradu tetap tidak memberikan jawaban, maka ia dianggap telah melepaskan hak jawabnya dan pengaduan akan diperiksa dan diputus tanpa jawaban teradu. 5. Panggilan sidang setelah sidang pertama harus diterima oleh pihak pengadu dan teradu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum hari sidang yang ditentukan tanpa menghitung tanggal pengiriman dan tanggal sidang, dengan tembusan kepada Ketua LAPSPI 6. Pengadu dan teradu datang sendiri dalam sidang- sidang atau menguasakan kepada orang lain. 7. Di hadapan sidang, kedua belah pihak dapat mengemukakan dan/atau dapat diminta oleh Dewan Kehormatan untuk mengemukakan alasan pengaduan dan pembelaan, bukti- bukti dan saksi- saksi, dengan ketentuan biaya untuk menunjukkan bukti dan menghadirkan saksi menjadi beban biaya pihak yang mengajukan bukti dan saksi yang bersangkutan itu sendiri. Pasal 3 Bentuk Persidangan 1. Sidang- sidang untuk memproses pengaduan adanya dugaan pelanggaran Kode Etik oleh Mediator/Ajudikator/Arbiter LAPSPI dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan sebagai majelis yang dihadiri/diwakili secara sah oleh lebih dari satu perdua anggota Dewan Kehormatan, dan dipimpin oleh salah satu anggota Dewan Kehormatan yang dipilih oleh dan di antara anggota Dewan Kehormatan yang hadir untuk memimpin persidangan itu. 2. Anggota Dewan Kehormatan yang berhalangan hadir hanya dapat diwakili oleh Anggota Dewan Kehormatan lainnya dengan surat kuasa, tetapi seorang Anggota Dewan Kehormatan hanya dapat mewakili sebanyak- banyaknya seorang Anggota Dewan Kehormatan lainnya. 9

3. Persidangan dilakukan secara tertutup dengan dihadiri oleh anggota Dewan Kehormatan, pihak pengadu dan/atau kuasanya, pihak teradu dan/atau kuasanya, saksi- saksi, dan Pengurus LAPSPI Pasal 4 Putusan 1. Sidang dapat mengambil keputusan secara sah apabila pada sidang pertama hadir atau diwakili secara sah lebih dari satu perdua anggota Dewan Kehormatan. 2. Putusan diambil oleh Dewan Kehormatan berdasarkan musyawarah mufakat atau voting berdasarkan suara terbanyak biasa (lebih dari satu perdua jumlah anggota Dewan Kehormatan yang hadir) dan ditandatangani oleh semua anggota Dewan Kehormatan yang hadir. Apabila dilakukan voting, putusan tidak perlu mencantumkan adanya dissenting opinion yang mungkin ada dalam pengambilan putusan. 3. Putusan harus sudah dapat diambil oleh Dewan Kehormatan paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak tanggal sidang pertama. 4. Dewan Kehormatan menerima dan memeriksa serta memutus pengaduan atas dugaan pelanggaran Kode Etik oleh Mediator/Ajudikator/Arbiter sebagai instansi pertama dan terakhir. 5. Putusan harus memuat pertimbangan yang menjadi dasarnya dan menunjuk pada pasal- pasal Kode Etik yang dilanggar 6. Putusan dibacakan oleh Dewan Kehormatan dalam sidang terbuka dan, dalam waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah putusan diucapkan, salinan putusan tersebut disampaikan kepada pihak teradu, pengadu dan Pengurus LAPSPI 7. Segera setelah menerima salinan putusan Dewan Kehormatan, Pengurus melaksanakan putusan tersebut dan menyampaikan laporan kepada segenap Anggota LAPSPI mengenai putusan tersebut dan tindakan yang telah dilakukan. 10