STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KABUPATEN PEMALANG I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BARU HOTEL.

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GARUT

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 18 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 SERI B.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 SERI B.3 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BIAK NUMFOR NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

LEMBARAN DAERAH K O T A L H O K S E U M A W E

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 02 TAHUN 2011

SALINAN PAJAK PENERANGAN JALAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2004 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 SERI B.2 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2012 SERI B.8

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

-2- MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK SARANG BURUNG WALET. Menetapkan

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 37 TAHUN 2003

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2012 SERI B.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

BUPATI BANDUNG BARAT

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

PAJAK PENERANGAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 29 Tanggal : 27 Januari 1999 Seri : A Nomor : 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR : 13 TAHUN 2004 T E N T A N G PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG, 3. Undang...

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PAJAK PENERANGAN JALAN ATAS PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DARI PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BUPATI PATI,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN PAJAK PENERANGAN JALAN BUPATI BANTUL,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 18 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR dan BUPATI OGAN KOMERING ILIR MEMUTUSKAN:

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lemb

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 23 TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 107 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

BUPATI BANDUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA. Nomor : 6 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA. Nomor : 8 Tahun 2005 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

Transkripsi:

LAMPIRAN V : KEPUTUSAN KEPALA DPPKAD KABUPATEN PEMALANG NOMOR : 971.11/1437/DPPKAD TANGGAL : 16 DESEMBER 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BARU PENERANGAN JALAN. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara pelayanan penyelesaian pendaftaran objek pajak baru jenis pajak Penerangan Jalan oleh wajib pajak. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak. D. Formulir yang Digunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). E. Dokumen yang Dihasilkan 1. Data objek pajak Penerangan Jalan; 2. Data wajib pajak Penerangan Jalan; 1

F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pendaftaran objek pajak Penerangan Jalan dengan menggunakan SPTPD kepada Kepala DPPKAD melalui Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum kegiatan usaha dimulai, SPTPD diambil sendiri oleh Wajib Pajak atau Kuasanya di DPPKAD, SPTPD harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta di tandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya disampaikan kepada DPPKAD paling lambat 7 (tujuh) hari setelah berakhirnya masa pajak dengan melampirkan : a. Fotocopy identitas diri (KTP/SIM); b. Fotocopy akte pendirian perusahaan bagi Badan Usaha; c. Surat izin dari instansi yang berwenang. 2. Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD mengkoreksi kelengkapan persyaratan apabila persyaratan sudah lengkap, menyampaikan permohonan Pendaftaran objek pajak Penerangan Jalan Kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan menugaskan Petugas Pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk melakukan penelitian lapangan. 4. Petugas Pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan penelitian lapangan, serta membuat konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi beserta berkas permohonan pendaftaran. 5. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 6. Kepala Bidang Pendapatan menelaah dan memberikan paraf pada konsep Berita Acara Penelitian Lapangan, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 7. Kepala DPPKAD mempelajari dan apabila suadah sesuai dengan ketentuan kemudian menandatangani Berita Acara Penelitian Lapangan, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk dilakukan pemutakhiran basis data. 8. Kepala Bidang Pendapatan menerima Berita Acara Penelitian Lapangan dan menugaskan Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk melakukan pemutakhiran basis data. 9. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi menugaskan Petugas Pendataan untuk melakukan pemutakhiran basis data. 10. Petugas Pendataan melakukan pemutakhiran basis data. 2

II. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDATAAN OBJEK PAJAK PENERANGAN JALAN. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara pendataan objek pajak Penerangan Jalan oleh petugas pemungut pajak guna diperoleh basis data pajak Penerangan Jalan. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak. D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). 2. Formulir pendataan objek pajak daerah. E. Dokumen yang Dihasilkan 1. Data objek pajak Penerangan Jalan; 2. Data wajib pajak Penerangan Jalan ; F. Prosedur Kerja 1. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan inventarisasi objek pajak penerangan jalan yang belum didaftarkan. 3

2. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan pendataan. 3. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi DPPKAD melaporkan hasil pendataan pajak penerangan jalan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti hasil pendataan pajak penerangan jalan dan menugaskan Petugas pendataan untuk melakukan penyusunan basis data pajak penerangan jalan. 5. Petugas pendataan menyusun data pendaftaran objek pajak penerangan jalan dan hasil pendataan objek pajak penerangan jalan yang belum didaftarkan menjadi basis data pajak penerangan jalan. 6. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan Retribusi mengajukan laporan penyusunan basis data pajak penerangan jalan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 7. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada laporan penyusunan basis data pajak penerangan jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 8. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada laporan penyusunan basis data pajak penerangan jalan, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 9. Kepala DPPKAD mempelajari laporan penyusunan basis data pajak penerangan jalan dan apabila sudah sesuai kemudian untuk dilakukan pemutakhiran basis data. 10. Petugas pendataan pada Seksi Pajak dan retribusi melakukan pemutakhiran basis data.. III. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH (SKPD) PENERANGAN JALAN A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atas Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPTPD) dari Wajib Pajak. 4

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). F. Prosedur Kerja 1. Tata cara perhitungan pajak penerangan jalan bagi pelanggan PLN : a. Pajak dipungut berdasarkan besarnya tagihan rekening listrik setiap bulan sekali tidak termasuk beban tetap; b. Daftar rekening listrik yang telah diterbitkan oleh PLN merupakan SPTPD, SKPD, SSPD dan STPD. 2. Tata cara perhitungan pajak penerangan jalan bagi bukan pelanggan PLN Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dan SPTPD dengan jelas dan lengkap dan diserahkan ke DPPKAD Kabupaten Pemalang paling lambat 15 (lima belas) hari setelah diterima dokumen tersebut. 3. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menerima berkas Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) jenis pajak Penerangan Jalan yang telah dikoreksi dari petugas pelayanan pada Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi melakukan penghitungan atas nilai jual tenaga listrik yang dilaporkan dengan SPTPD oleh wajib pajak untuk diketahui pajak Penerangan Jalan yang terutang. 5

5. Petugas penetapan membuat nota perhitungan pajak terutang wajib pajak Penerangan Jalan, kemudian mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 6. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf pada nota perhitungan pajak terutang wajib pajak Penerangan Jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan menandatangani nota perhitungan pajak terutang wajib pajak Penerangan Jalan, kemudian memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). 8. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi memerintahkan Pelaksana penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). 9. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerat (SKPD) dan mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 10. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 11. Kepala Bidang Pendapatan meneliti, menetapkan dan menandatangani Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak. 12. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan Surat Ketetapan Pajak Daerat (SKPD) kepada wajib pajak sebagai dasar pembayaran pajak. IV. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK PENERANGAN JALAN A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian pelayanan pembayaran pajak Penerangan Jalan oleh Wajib Pajak. 6

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 2. Bendahara Penerima DPPKAD. 3. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Setor Pajak Daerah (SSPD). F. Prosedur Kerja 1. Tata cara pembayaran Pajak Penerangan Jalan Bagi Pelanggan PLN : a. Pembayaran pajak dilakukan bersamaan pembayaran rekening listrik pada ranting PLN, Loket resmi pembayaran listrik PLN atau payment poin online bank (PPOB); b. Daftar rekening listrik yang telah diterbitkan oleh PLN merupakan SPTPD, SKPD, SSPD dan STPD. 2. Tata cara pembayaran Pajak Penerangan Jalan Bukan Pelanggan PLN : Atas dasar SPTPD yang telah ditandatangani wajib pajak, DPPKAD Kabupaten Pemalang atas nama Bupati menetapkan jumlah pajak yang bersangkutan dengan SKPD; 3. Wajib pajak membayar pajak terutang di Kas Daerah melalui Bendahara Penerima DPPKAD atau tempat lain yang ditunjuk, dengan menggunakan SSPD. 4. Wajib pajak menyerahkan SKPD pajak Penerangan Jalan kepada Petugas Pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi, kemudian Petugas Pelayanan menerbitkan SSPD untuk melakukan pembayaran di Kas Daerah melalui Bendahara Penerima DPPKAD. 7

5. Bendahara Penerima DPPKAD menerima pembayaran pajak Penerangan Jalan dari wajib pajak kemudian menyerahkan lembar 1 kepada wajib pajak dan lembar 2 SSPD dan Surat Tanda Bukti Pembayaran kepada Petugas pelayanan Seksi Pajak dan Retribusi. 6. Petugas Pelayanan pada Seksi Pajak dan Retribusi mencatat pada buku register pajak Penerangan Jalan untuk bahan evaluasi penerimaan. 7. Apabila batas waktu pembayaran jatuh pada hari libur, maka batas waktu pembayaran jatuh pada satu hari kerja berikutnya. 8. Apabila pembayaran masa pajak terutang dilakukan setelah berakhirnya masa pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dan ditagih dengan STPD. V. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELAYANAN PENAGIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENERANGAN JALAN A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian pelayanan penagihan pembayaran oleh petugas penagih kepada Wajib Pajak yang telah jatuh tempo tidak / kurang bayar. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD. 2. Kepala Bidang Pendapatan. 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi. 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). 8

E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). F. Prosedur Kerja 1. Petugas Penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi menginventarisir wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran tidak melunasi pajak terutang. 2. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 3. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 4. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberi paraf laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 5. Kepala DPPKAD mempelajari laporan daftar inventarisasi wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung, Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan STPD. 6. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun STPD. 7. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat STPD. 9

8. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep STPD dan mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 9. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep STPD, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 10. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai dengan ketentuan menandatangani konsep STPD, kemudian untuk dilakukan penagihan. 11. Petugas penagihan pada Seksi Pajak dan Retribusi menatausahakan STPD kemudian melakukan penagihan kepada wajib pajak penerangan jalan yang tidak / kurang bayar. VI. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK PENERANGAN JALAN TERUTANG A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian atas permohonan dari Wajib Pajak yang mengajukan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak Penerangan Jalan terutang. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) 10

E. Dokumen yang Dihasilkan 1. Surat Keputusan Pengurangan 2. Surat Pemberitahuan Tidak Dapat Diproses F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia serta melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah dengan mencantumkan alasan secara jelas kepada Kepala DPPKAD. 2. Kepala DPPKAD menugaskan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian berkas permohonan dan kelengkapan berkas dan menelaah untuk bahan pertimbangan keputusan. 3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian berkas permohonan dan kelengkapan berkas serta menelaah permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan untuk bahan pertimbangan keputusan, kemudian memerintahkan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil telaahan. 4. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi menyusun hasil telaahan kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi untuk membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan. 5. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan, kemudian mengajukan kepada Kepala Seksi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil telaahan permohonan Pengurangan, keringanan, pembebasan pajak penerangan jalan, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 11

8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil telaahan dan memberi keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk menerbitkan Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak. 9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak. 10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak 11. Petugas Penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi membuat konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 14. Kepala DPPKAD mempelajari dan apabila sudah sesuai, menandatangani Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak, kemudian untuk disampaikan kepada pemohon. 15. Petugas penetapan menyampaikan Surat Keputusan menolak, mengabulkan seluruhnya atau sebagian keberatan wajib pajak. VII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBETULAN SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT ATAU STPD, SKPDN ATAU SKPDLB. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan untuk melakukan pembetulan atas SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dari Wajib Pajak. 12

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak. D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Keputusan Pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB kepada Kepala DPPKAD dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah Surat Ketetapan Pajak Daerah diterima, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya, dengan melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah. 2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian administrasi dan menelaah permohonan sebagai bahan keputusan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 13

3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian administrasi dan menelaah permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil telaahan. 4. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun hasil telaahan, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 5. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf konsep laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf konsep laporan hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 8. Kepala DPPKAD mempelajari hasil telaahan permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian memberi keputusan menerima atau menolak, selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan surat keputusan. 9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB. 11. Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 14

12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep surat keputusan pembetulan atau surat keputusan penolakan Pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan mempelajari dan apabila sudah sesuai menandatangani surat keputusan pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon. 14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan surat keputusan pembetulan atau penolakan pembetulan SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB, kepada wajib pajak paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterbitkan. 15. Wajib pajak harus melunasi dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Keputusan Pembetulan Ketetapan Pajak diterbitkan. VIII. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK PENERANGAN JALAN YANG TIDAK BENAR A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pembatalan ketetapan pajak Penerangan Jalan yang tidak benar. B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak 15

D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) E. Dokumen yang Dihasilkan Surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatalan ketetapan Pajak Penerangan Jalan. F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pembatalan ketetapan pajak secara tertulis didukung oleh novum atau fakta baru yang meyakinkan kepada Kepala DPPKAD dengan melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas pemohon, foto copy Surat Ketetapan Pajak Daerah. 2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian dan menelaah terhadap permohonan Pembatalan ketetapan pajak. 3. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian dan menelaah terhadap permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan. 4. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan membuat konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak. 5. Petugas Penetapan melakukan penelitian administrasi dan membuat membuat konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kasi Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf konsep lapoan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak, kemudian meneruskan kepada Kepala Kepala DPPKAD. 16

8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pembatalan ketetapan pajak kemudian memberi keputusan menerima atau menolak, selanjutnya memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan surat keputusan. 9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembatalan ketetapan pajak. 10. Kasi Pajak dan Retribusi memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep surat keputusan menerima atau menolak permohonan Pembatalan ketetapan pajak 11. Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pemabatan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pemabatan ketetapan pajak, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan mempelajari dan apabila sudah sesuai menandatangani surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatan ketetapan pajak, kemudian untuk disampaikan kepada pemohon. 14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan surat keputusan pembatalan atau surat keputusan penolakan pembatalan ketetapan pajak. 15. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat Keputusan Penolakan pembatalan ketetapan pajak. IX. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI PAJAK PENERANGAN JALAN. A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi yang diajukan oleh Wajib Pajak. 17

B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak 2. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) 3. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administasi. F. Prosedur Kerja 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang secara tertulis kepada Kepala DPPKAD dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pembayaran pajak terutang, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya dan harus mencantumkan alasan yang jelas dengan pernyataan kekhilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya, dengan melampirkan SKPD dan STPD yang telah diisi dan ditandatangani wajib pajak. 18

2. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk melakukan penelitian administrasi tentang kebenaran dan alasan Wajib Pajak maupun lampirannya permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang dan melakukan penelaahan. 3. Kepala Bidang Pendapatan penelitian administrasi tentang kebenaran dan alasan Wajib Pajak maupun lampirannya permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang dan melakukan penelaahan, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian administrasi dan telaahan. 4. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan. 5. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 6. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 7. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada konsep laporan hasil penelitian administrasi dan telaahan permohonan Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak terutang, kemudian meneruskan kepada Kepala DPPKAD. 8. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil telaahan dan memberi keputusan menyetujui atau menolak, kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan dalam hal telaahan pertimbangan disetujui, maka segera diterbitkan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD, dan dalam hal telaahan pertimbangan ditolak, maka segera menerbitkan Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi yang ditandatangani oleh Kepala DPPKAD. 19

9. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi. 10. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi, kemudian menugaskan kepada Petugas Penetapan membuat konsep surat keputusan. 11. Petugas Penetapan membuat konsep Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 12. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 13. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai kemudian menandatangani konsep Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi, selanjutnya untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon. 14. Petugas penetapan pada Seksi Pajak dan Retribusi menyampaikan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai pengganti Surat Ketetapan Pajak Daerah atau STPD semula atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administasi. 15. Wajib pajak melakukan pembayaran pajak paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan Penolakan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi administrasi. 20

X. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN A. Deskripsi Prosedur ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran dari Wajib Pajak B. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. 3. Peraturan Bupati Pemalang Nomor 9 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan. C. Pihak yang Terkait 1. Kepala DPPKAD 2. Kepala Bidang Pendapatan 3. Kepala Seksi Pajak dan Retribusi 4. Pelaksana pada Seksi Pajak dan Retribusi 5. Wajib Pajak D. Formulir yang Digunakan 1. Surat Permohonan Wajib Pajak. 2. Informasi Kesalahan Surat Keputusan Keberatan. E. Dokumen yang Dihasilkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). F. Prosedur Kerja 1. Pengembalian kelebihan pembayaran disebabkan adanya kelebihan pembayaran pajak yang telah disetorkan ke Kas Daerah atau Bendahara Penerima DPPKAD berdasarkan : a. Perhitungan dari Wajib Pajak; b. Surat Keputusan Keberatan atau Surat Keputusan pembetulan, pembatalan dan pengurangan ketetapan, dan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi; c. Putusan Banding atau putusan peninjauan kembali; d. Kebijakan pemberian pengurangan, keringanan, dan/atau pembebasan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan. 21

2. Kelebihan pembayaran pajak yang sudah disetor dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak atau Penanggung Pajak melalui restitusi dengan cara, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak mengajukan permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran secara tertulis yang dibubuhi materai cukup kepada Bupati melalui Kepala DPPKAD paling lambat 3 (tiga) bulan sejak saat timbulnya kelebihan pembayaran pajak, dengan melampirkan dokumen : a. identitas penduduk/ktp pemohon; b. SPTPD, untuk masa pajak yang menjadi dasar permohonan; c. asli tanda bukti pembayaran pajak; d. uraian perhitungan pajak menurut Wajib Pajak. 3. Kepala DPPKAD dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan harus memberikan Keputusan 4. Kepala DPPKAD memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk mengadakan penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya oleh Wajib Pajak. 5. Kepala Bidang Pendapatan melakukan penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun hasil penelitian atau pemeriksaan. 6. Kasi Pajak dan Retribusi melakukan penyusunan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep laporan hasil penelitian atau pemeriksaan. 7. Petugas Penetapan membuat konsep laporan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 8. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberikan paraf pada hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian meneruskan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 22

9. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan memberikan paraf pada hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, kemudian mengajukan kepada Kepala DPPKAD. 10. Kepala DPPKAD mempelajari laporan hasil penelitian atau pemeriksaan terhadap kebenaran kelebihan pembayaran pajak dan pemenuhan kewajiban pembayaran Pajak Daerah lainnya, apabila sudah sesuai kemudian memerintahkan kepada Kepala Bidang Pendapatan untuk diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). 11. Kepala Bidang Pendapatan memerintahkan kepada Kasi Pajak dan Retribusi untuk menyusun Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB). 12. Kasi Pajak dan Retribusi menyusun Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian memerintahkan kepada Petugas Penetapan untuk membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) 13. Petugas Penetapan membuat konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian mengajukan kepada Kasi Pajak dan Retribusi. 14. Kasi Pajak dan Retribusi meneliti dan memberi paraf konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian mengajukan kepada Kepala Bidang Pendapatan. 15. Kepala Bidang Pendapatan meneliti dan apabila sudah sesuai, menandatangani konsep Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), kemudian untuk disampaikan kepada wajib pajak pemohon. 16. Petugas Penetapan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) kepada wajib pajak pemohon. KEPALA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN PEMALANG ttd NI WAYAN ASRINI, SH, M.Si. Pembina Utama Muda NIP. 19630910 199201 2 001 23

24