GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PINJAMAN DAERAH

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

WALIKOTA PALU PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBALIAN PINJAMAN DAERAH DALAM RANGKA INVESTASI PEMERINTAH

TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR SULAWESI BARAT

1 of 5 18/12/ :41

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PADANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 03 TAHUN

BUPATI BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 1 TAHUN 2013 TENTANG POKOK PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 063 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 024 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI SERI E 28 SEPTEMBER 2010 NO 4/E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

WALIKOTA PROBOLINGGO

Walikota Tasikmalaya

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 13 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMASNOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 6

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2014

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

- 2 - Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 2 SERI E

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 061 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 18

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

NOMOR: S TAHUN Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA TEGAL TAHUN ANGGARAN 2012

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 6 TAHUN 2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 201/PMK.07/2013 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2010 NOMOR 5

BUPATI BOYOLALI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.07/2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 069 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 7 Tahun 2015 Seri E Nomor 6 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 09

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2016

GUBERNUR BENGKULU, PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN, DAN PELAPORAN PEMBAYARAN POKOK PINJAMAN DAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pinjaman Daerah Dari Pemerintah Dalam Rangka Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Barat, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat berkewajiban membayar pokok pinjaman, bunga pinjaman, biaya management, biaya administrasi, upfront fee, dan biaya-biaya dan/atau denda (apabila ada); b. bahwa untuk menjamin pelaksanaan penganggaran kewajiban sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur tata cara penganggaran pembayaran pokok pinjaman dan bunga; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Tata Cara Penganggaran Pembayaran Pokok Pinjaman dan Bunga; Mengingat : 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 1

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nornor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4700); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi (Lembaran Negara Republik Indonesia T'ahun 2008 N0mor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4812); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5219); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 16. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008 2

Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 26); 17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2009 Nomor 6,Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 39); 18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pinjaman Daerah Dari Pemerintah Dalam Rangka Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015 Nomor 2,Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 73). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN, DAN PELAPORAN PEMBAYARAN POKOK PINJAMAN DAN BUNGA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini,yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Provinsi Sulawesi Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. 3. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Barat. 4. Biro Keuangan Daerah adalah Biro Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Barat. 5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sulawesi Barat, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. 6. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerimah sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. 7. Pusat Investasi Pemerintah yang selanjutnya disingkat PIP adalah lembaga di bawa Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang dibentuk sejak tahun 2006 lalu sebagai instansi Pemarintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan yang berbentuk badan layanan umum, dengan ruang lingkup investasi meliputi, investasi jangka panjang berupa pembelian surat berharga,saham, dan surat hutang, serta investasi langsung yang meliputi penyertaan modal dan pemberian pinjaman. 8. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 9. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber sebagai pendapatan Anggaran pendapatan dan Belanaja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentase untuk 3

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 10. Pinjaman jangka panjang adalah Pinjaman Daerah jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dengan kewajiban pembayaran kembali pinjaman jangka panjang yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan / atau kewajiban lain seluruhnya harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. 11. Rekening Induk Dana Investasi adalah rekening milik dan atas nama Pusat Investasi Pemerintah pada Perseroan Terbatas PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Jakarta Veteran dengan rekening 0329.01.002910.30.0 yang digunakan untuk menampung pembayaran pokok pinjaman. 12. Rekening Pendapatan Pusat Investasi Pemerintah adalah rekening milik dan atas nama Pusat Investasi Pemerintah pada perseroan Terbatas PT.Bank Rakyat Indonesia (Perseroan) Tbk Cabang Jakarta Veteran dengan rekening 0329.01.002911.30.6 yang digunakan untuk menampung pembayaran bunga pinjaman, upfront fee, administrasi fee, manajemen fee, dan kewajiban lainnya. 13. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening milik Pemerintah Daerah yang digunakan sebagai rekening pengeluaran untuk pembayaran fee pinjaman, pokok pinjaman, bunga pinjaman, dan kewajiban lainnya. 14. Biaya Administrasi (Administration Fee) adalah biaya yang wajib dibayarkan di muka oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh persen) dari pagu dana investasi. 15. Biaya Manajemen (Management Fee) adalah biaya yang wajib dibayarkan dimuka oleh Pemerintah Daerah kepada pemberi pinjaman sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh persen) dari pagu dana investasi. 16. Biaya Dimuka (Up Front Fee) adalah biaya yang wajib dibayar oleh Pemerintah Daerah kepada pemberi pinjaman sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh persen) dari pagu dana investasi. 17. Keadaan kahar adalah keadaan yang terjadi diluar kemampuan manusia seperti: gempa bumi, banjir besar, tanah longsor, kebakaran, huru-hara, perang/pemberontakan, pemogokan umum dan/atau kebijakan pemerintah. BAB II ASAS, TUJUAN DAN SASARAN Pasal 2 Pembayaran pokok dan bunga Pinjaman Daerah menganut asas: a. tepat dan cepat; b. tertib anggaran; c. transparansi; d. akuntabilitas e. efektif dan efesien; dan f. kehati-hatian. Pasal 3 Tata Cara Pembayaran Pokok dan Bunga Pinjaman Daerah bertujuan sebagai pedoman dalam melakukan pembayaran pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya kepada Pusat Investasi Pemerintah. Pasal 4 Sasaran Pembayaran Pokok dan Bunga Pinjaman Daerah adalah : 4

a. menjamin ketersediaan anggaran dalam melakukan pembayaran pinjaman daerah; b. menjamin pembayaran pinjaman daerah tepat waktu dan tepat jumlah. BAB III JENIS PEMBAYARAN PINJAMAN DAERAH Pasal 5 (1) Jenis pembayaran Pinjaman Daerah adalah biaya pinjaman; pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya. (2) Kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan jika terjadi keterlambatan jatuh tempo pembayaran pokok pinjaman dan bunga pinjaman. Pasal 6 Besarnya biaya pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah sebagai berikut: a. biaya administrasi sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh perseratus) dari total pinjaman; b. biaya manajemen sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh perseratus) dari total pinjaman; dan c. biaya dimuka sebesar 0,40 % (nol koma empat puluh perseratus) dari total pinjaman. Pasal 7 Besarnya Pokok Pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) setinggitingginya sebesar Rp.239.691.000.000,00 (dua ratus tiga puluh sembilan milyar enam ratus sembilan puluh satu juta rupiah). Pasal 8 Besarnya Bunga pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah sebesar 9,75 % (sembilan koma tujuh puluh lima perseratus) efektif per tahun, dihitung dari jumlah dana yang dicairkan. Pasal 9 Besarnya biaya pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 adalah sebagai berikut : a. biaya administrasi sebesar Rp.958.764.000,00 (sembilan ratus lima puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh empat ribu rupiah); b. biaya manajemen sebesar Rp.958.764.000,00 (sembilan ratus lima puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh empat ribu rupiah); dan c. biaya dimuka sebesar Rp.958.764.000,00 (sembilan ratus lima puluh delapan juta tujuh ratus enam puluh empat ribu rupiah) Pasal 10 Besarnya kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) adalah sebesar 2 % (dua per seratus) per bulan dari jumlah kewajiban yang jatuh tempo. BAB IV TATA CARA PENGANGGARAN PEMBAYARAN PINJAMAN DAERAH 5

Pasal 11 (1) Pada APBD wajib dianggarkan biaya pinjaman; pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya. (2) Penganggaran pembayaran biaya pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada rekening 5.1.2. Belanja Bunga dalam APBD dan / atau Perubahan APBD pada DPA / DPPA-SKPKD Biro Keuangan. (3) Penganggaran pembayaran pokok pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada rekening 6.2.3. Pembayaran Pokok Utang dalam APBD dan / atau Perubahan APBD DPA / DPPA-SKPKD Biro Keuangan. BAB V JANGKA WAKTU DAN TATA CARA PENATAUSAHAAN PEMBAYARAN PINJAMAN DAERAH Pasal 12 Jangka waktu pinjaman selama 7 (tujuh) tahun terhitung sejak tanggal pencairan pinjaman tahap pertama. Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah wajib melakukan pembayaran atas biaya pinjaman; pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya. (2) Pembayaran pokok pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara pemindahbukuan/transfer dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Induk Dana Investasi PIP. (3) Pembayaran bunga pinjaman dan kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara pemindahbukuan/transfer dari Rekening Kas Umum Daerah ke Rekening Pendapatan PIP. Pasal 14 (1) Pembayaran biaya pinjaman dilakukan setelah penandatanganan perjanjian yang merupakan syarat efektif pencairan tahap pertama. (2) Pembayaran biaya pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sekaligus dan hanya 1 (satu) kali. Pasal 15 (1) Jangka waktu pinjaman ditetapkan selama 7 (tujuh) tahun, dimulai sejak tanggal pencairan tahap pertama dengan masa tenggang (grace period) pembayaran pokok pinjaman 24 (dua puluh empat) bulan. (2) Masa tenggang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak tanggal pencairan tahap pertama. (3) Pembayaran Pokok Pinjaman dilakukan mulai bulan ke 27 (dua puluh tujuh) sejak tanggal pencairan pinjaman tahap pertama, dengan rincian sebagai berikut : a. Pembayaran pada bulan ke-27 sebesar Rp. 17.827.018.125,- b. Pembayaran pada bulan ke-30 sebesar Rp. 17.534.894.719,- 6

c. Pembayaran pada bulan ke-33 sebesar Rp. 17.242.771.313,- d. Pembayaran pada bulan ke-36 sebesar Rp. 16.950.647.906,- e. Pembayaran pada bulan ke-39 sebesar Rp. 16.658.524.500,- f. Pembayaran pada bulan ke-42 sebesar Rp. 16.366.401.094,- g. Pembayaran pada bulan ke-45 sebesar Rp. 16.074.277.688,- h. Pembayaran pada bulan ke-48 sebesar Rp. 15.782.154.281,- i. Pembayaran pada bulan ke-51 sebesar Rp. 15.490.030.875,- j. Pembayaran pada bulan ke-54 sebesar Rp. 15.197.907.469,- k. Pembayaran pada bulan ke-57 sebesar Rp. 14.905.784.063,- l. Pembayaran pada bulan ke-60 sebesar Rp. 14.613.660.656,- m. Pembayaran pada bulan ke-63 sebesar Rp. 14.321.537.250,- n. Pembayaran pada bulan ke-66 sebesar Rp. 14.029.413.844,- o. Pembayaran pada bulan ke-69 sebesar Rp. 13.737.290.438,- p. Pembayaran pada bulan ke-72 sebesar Rp. 13.445.167.031,- q. Pembayaran pada bulan ke-75 sebesar Rp. 13.153.043.625,- r. Pembayaran pada bulan ke-78 sebesar Rp. 12.860.920.219,- s. Pembayaran pada bulan ke-81 sebesar Rp. 12.568.796.813,- t. Pembayaran pada bulan ke-84 sebesar Rp. 12.276.673.406,- (4) Pembayaran pokok pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setiap tanggal 25 (dua puluh lima) setiap 3 (tiga) bulan pada bulan jatuh tempo. Pasal 16 (1) Jangka waktu pembayaran Bunga Pinjaman selama 7 (tujuh) tahun. (2) Pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pencairan tahap pertama, dengan rincian sebagai berikut : a. Pembayaran pada bulan ke-3 sejak pencairan tahap pertama. b. Pembayaran pada bulan ke-6 sejak pencairan tahap pertama. c. Pembayaran pada bulan ke-9 sejak pencairan tahap pertama. d. Pembayaran pada bulan ke-12 sejak pencairan tahap pertama e. Pembayaran pada bulan ke-15 sejak pencairan tahap pertama. f. Pembayaran pada bulan ke-18 sejak pencairan tahap pertama. g. Pembayaran pada bulan ke-21 sejak pencairan tahap pertama. h. Pembayaran pada bulan ke-24 sejak pencairan tahap pertama. i. Pembayaran pada bulan ke-27 sejak pencairan tahap pertama. j. Pembayaran pada bulan ke-30 sejak pencairan tahap pertama. k. Pembayaran pada bulan ke-33 sejak pencairan tahap pertama. l. Pembayaran pada bulan ke-36 sejak pencairan tahap pertama. m. Pembayaran pada bulan ke-39 sejak pencairan tahap pertama. n. Pembayaran pada bulan ke-42 sejak pencairan tahap pertama. o. Pembayaran pada bulan ke-45 sejak pencairan tahap pertama. p. Pembayaran pada bulan ke-48 sejak pencairan tahap pertama. q. Pembayaran pada bulan ke-51 sejak pencairan tahap pertama. r. Pembayaran pada bulan ke-54 sejak pencairan tahap pertama. s. Pembayaran pada bulan ke-57 sejak pencairan tahap pertama. t. Pembayaran pada bulan ke-60 sejak pencairan tahap pertama. u. Pembayaran pada bulan ke-63 sejak pencairan tahap pertama. v. Pembayaran pada bulan ke-66 sejak pencairan tahap pertama. w. Pembayaran pada bulan ke-69 sejak pencairan tahap pertama. x. Pembayaran pada bulan ke-72 sejak pencairan tahap pertama. y. Pembayaran pada bulan ke-75 sejak pencairan tahap pertama. z. Pembayaran pada bulan ke-78 sejak pencairan tahap pertama. aa. Pembayaran pada bulan ke-81 sejak pencairan tahap pertama. bb. Pembayaran pada bulan ke-84 sejak pencairan tahap pertama. 7

(3) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling lambat setiap tanggal 25 (dua puluh lima) pada bulan jatuh tempo. Pasal 17 (1) Pembayaran kewajiban lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dilakukan jika terjadi keterlambatan jatuh tempo pembayaran atas pokok pinjaman dan/atau bunga pinjaman. (2) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada tahap pembayaran berikutnya. Pasal 18 (1) Pembayaran pokok pinjaman, bunga pinjaman dan kewajiban lainnya dilaksanakan secara langsung, sesuai jadwal dan tepat waktu tanpa harus menunggu surat tagihan dari PIP. (2) Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur, maka pembayaran dilaksanakan pada hari berikutnya. BAB VIII TATA CARA PELAPORAN PINJAMAN DAERAH Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah wajib menyampaikan laporan posisi komulatif pinjaman dan kewajiban setiap semester dalam tahun anggaran berjalan sesuai ketentuan peraturan perundangan. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Gubernur melalui Sekretaris Daerah kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. BAB IX SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 20 (1) Dalam hal Pemerintahan Daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemotongan Dana Alokasi Umum dan/atau Dana Bagi Hasil yang menjadi hak Pemerintah Daerah. BAB X KEADAAN KAHAR Pasal 21 (1) Jika terjadi Keadaan Kahar, maka Pemerintah Daerah selambat-lambatnya 14 hari (empat belas) hari kerja wajib memberitahukan kepada PIP. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan secara tertulis dengan mencantumkan tentang keadaan kahar. (3) Jika terjadi Keadaan Kahar, maka Pemerintah Daerah dan PIP segera 8

mengambil langkah untuk membahas keadaan dan akibat yang ditimbulkan oleh Keadaan Kahar dan mempertimbangkan cara-cara penyelesaian terbaik yang dapat ditempuh. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini, dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Barat. Ditetapkan di Mamuju pada tanggal 19 Oktober 2015 GUBERNUR SULAWESI BARAT, Diundangkan di Mamuju pada tanggal 19 Oktober 2015 ttd H. ANWAR ADNAN SALEH Pj. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT, ttd H. MUH. JAMIL BARAMBANGI BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2015 NOMOR 29 Salinan Sesuai Dengan Aslinya Mamuju, tanggal KEPALA BIRO HUKUM, H. MUHAMMAD SARJAN, SH, M.Si Pangkat : Pembina Utama Madya NIP : 19560303 198703 1 007 9