I. A. Gede Widihati. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

Ind. J. Chem. Res, 2015, 3, INTERCALATION OF CLAY BY SURFACTANT AND ITS APPLICATION AS ADSORBENT OF LEAD ION (Pb 2+ )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

Emmy Sahara. Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT

KARAKTERISASI ADSORBEN KOMPOSIT ALUMINIUM OKSIDA PADA LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM. P. Suarya. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB I PENDAHULUAN. mengandung bahan anorganik yang berisi kumpulan mineral-mineral berdiameter

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

KARAKTERISASI KEASAMAN DAN LUAS PERMUKAAN TEMPURUNG KELAPA HIJAU (Cocos nucifera) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BIOSORBEN ION Cd 2+

MODIFIKASI DAN KARAKTERISASI BENTONIT ALAM JAMBI YANG DIINTERKALASI ALANIN, SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORPSI LOGAM CADMIUM DAN TIMBAL

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

Kajian adsorpsi linear alkyl benzene sulphonate (Miftah Rifai dan Irwan Nugraha)

MODIFIKASI LEMPUNG BENTONIT TERAKTIVASI ASAM SULFAT DENGAN BENZALKONIUM KLORIDA DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA RHODAMINE B SKRIPSI

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BAB III METODE PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

2. Metodologi 2.1. Sampling Tanah Gambut 2.2. Studi Adsorpsi Kation Kobal(II) dengan Tanah Gambut (Alimin,2000) Pengaruh Waktu Adsorpsi

Modifikasi Lempung Menjadi Adsorben dan Pemanfaatannya sebagai Penyerap Limbah Deterjen

Online Jurnal of Natural Science Vol 4(1) :84-88 ISSN: Maret 2015

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

ADSORPSI ION FOSFAT OLEH LEMPUNG TERAKTIVASI ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) Ida Norma Sinta*, Putu Suarya, dan Sri Rahayu Santi

KARAKTERISASI BENTONIT TERPILAR Fe 2 O 3 SEBAGAI ADSORBEN

KAPASITAS ADSORPSI BENTONIT TEKNIS SEBAGAI ADSORBEN ION Cd 2+ CAPACITY OF ADSORPTION TECHNICAL BENTONITE AS ADSORBENT Cd 2+ IONS

FOTODEGRADASI METILEN BIRU MENGGUNAKAN KATALIS TiO 2 -MONTMORILONIT DAN SINAR UV

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

STUDI KINETIKA ADSORPSI LARUTAN ION LOGAM KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN ARANG BATANG PISANG (Musa paradisiaca)

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

ADSORPSI DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3 SKRIPSI

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BENTONIT ALAM JAMBI DIINTERKALASI DENGAN SURFAKTAN KATIONIK BENZIL TRIMETIL AMMONIUM KLORIDA

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

KAPASITAS ADSORPSI KOMPOSIT BESI OKSIDA KITOSAN TERHADAP ION LOGAM Pb(II) DALAM MEDIUM CAIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

Kajian Termodinamika Adsorpsi Hibrida Merkapto-Silika dari Abu Sekam Padi Terhadap Ion Co(II)

UJI KINERJA ADSORBEN KITOSAN-BENTONIT TERHADAP LOGAM BERAT DAN DIAZINON SECARA SIMULTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Modifikasi dan Karakterisasi Bentonit Alam Jambi Terinterkalasi Alanin dengan Variasi ph Sebagai Adsorben Ion Logam Berat Timbal dan Kadmium

Putu Aprilliana Indah Kumala Dewi*, Putu Suarya, dan James Sibarani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini telah disintesis tiga cairan ionik

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

ADSORPSI KATION Pb(II) DAN Cr(III) OLEH BATU PADAS JENIS LADGESTONE TERAKTIVASI H 2 SO 4 DAN NaOH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PREPARASI DAN APLIKASI SILIKA GEL YANG BERSUMBER DARI BIOMASSA UNTUK ADSORPSI LOGAM BERAT

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

ADSORPSI Pb(II) PADA SILIKA GEL ABU SEKAM PADI. Adsorption Pb(II) on Silica Gel from Rice Husk Ash

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

KAPASITAS ADSORPSI METILEN BIRU OLEH LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

PENGARUH MASSA BENTONIT TERAKTIVASI H 2 SO 4 TERHADAP DAYA ADSORPSI IODIUM

KAJIAN ph DAN WAKTU KONTAK OPTIMUM ADSORPSI Cd(II) DAN Zn(II) PADA HUMIN. Study of ph and EquilibriumTime on Cd(II) and Zn(II) Adsorption by Humin

PURIFIKASI DAN KARAKTERISASI KAOLIN ALAM ASAL TATAKAN, TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

SINTESIS LEMPUNG TERINTERKALASI ANILIN DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ADSORBEN FENOL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL KIMIA 9 (2), JULI 2015:

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science

DAYA SERAP KULIT KACANG TANAH TERAKTIVASI ASAM BASA DALAM MENYERAP ION FOSFAT SECARA BATH DENGAN METODE BATH

Studi Daya Adsorpsi Bentonit Alam Tapanuli Terinterkalasi Monosodium Glutamat terhadap Ion Logam Berat Kadmium dan Timbal pada Berbagai Variasi ph

PEMBUATAN DAN UJI FOTOAKTIVITAS KOMPOSIT Ti02-BENTONIT UNTUK DEGRADASI SENYAWA PEWARNA METILEN BIRU

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI DAN WAKTU KONTAK CAMPURAN ANDISOL DAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP ADSORBSI ION LOGAM Pb(II)

EFEKTIVITAS ADSORPSI BENTONIT TERAKTIVASI DAN MENGGUNAKAN DESORPSI NaOH UNTUK PEMURNIAN IODIUM

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

4 Hasil dan Pembahasan

ADSORPSI PEWARNA METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN PASIR VULKANIK GUNUNG MERAPI SKRIPSI

BAB III. METODE PENELITIAN

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

KIMIA ANORGANIK (Kode : D-02) MODIFIKASI BENTONIT DENGAN N-CETIL-N,N,N-TRIMETILAMMONIUM BROMIDA (CTAB) UNTUK ADSORPSI ANION [Fe(CN) 6 ] 3-

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

PILARISASI DAN KARAKTERISASI MONTMORILLONIT

Adsorpsi Logam Nikel dan Analisis Kristalinitas H-Faujasit dari Abu Layang Batubara

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

ISSN 1907-9850 ADSORPSI ION Pb 2+ OLEH LEMPUNG TERINTERKALASI SURFAKTAN I. A. Gede Widihati Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang interkalasi lempung bentonit dengan garam ammonium kuartener jenis N Cetyl,N,N,N Trimetil Amonium Bromida yang sebanding dengan kapasitas tukar kationnya yaitu sebesar 8 mmol garam ammonium kuarterner per 10 gram bentonit. Kemudian lempung yang telah terinterkalasi tersebut ditambah asam palmitat dan digunakan sebagai adsorben ion Pb 2+. Sifat kimia fisik hasil modifikasi tersebut dianalisis menggunakan metode difraksi sinar X, spektrofotometer Infra merah. Adsorpsi yang dianalisis meliputi isotherm adsorpsi, waktu setimbang dan kapasitas adsorpsi menggunakan spetrofotometer serapan atom. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan interkalasi N-Cetyl,N,N,N-Trimetil Amonium Bromida ke dalam antar lapis lempung bentonit menghasilkan peningkatan jarak antar lapis (basal spacing) dari 15,9236Å menjadi 21,0534 Å, situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1419,5 cm -1, dan peningkatan kapasitas adsorpsi dari 1,9565mg/g menjadi 4,0263 mg/g. Kata Kunci : interkalasi, bentonit, garam ammonium kuarterner, adsorpsi ABSTRACT Intercalation of Bentonit clay with quaternary ammonium salt, N-cetyl, N,N,N trimethyl ammonium bromide in the presence of palmitic acid was investigated in this research. The aim was to improve the capacity of Bentonit clay as adsorbent for lead ion (Pb 2+ ). The salt used has a capacity of 8 mmol/10kg clay, which equal to its capacity as cation exchanged. After intercalating process, palmitic acid was added and then clay was ready to be used as adsorbent for lead ion (Pb 2+ ). Characterisation of physical chemistry properties of the intercalated Bentonit clay was performed using X- ray diffractometer for basal spacing distance between interlayer Bentonit clay, infra red spectrometer for Brownstead acid site, and atomic adsorption spectroscopy to determine the capacity of adsorption by analyzing isotherm adsorption and equilibrium temperature data. It was found that the intercalation of Bentonit clay with quaternary ammonium salt, N-cetyl, N,N,N trimethyl ammonium bromide increased the distance between interlayer Bentonit clay (basal spacing from 15.9236 A o to 21.0554 A o. The infra red spectra data revealed the appearance of Brownstead acid site at ν 1419.5 cm -1. The result also found that the capacity of Bentonit clay as adsorbent for lead ion (Pb 2+ ) improved from 1.9565 mg/g before intercalation to 4.0263 mg/g (after intercalation process). Keywords : intercalation, clay, ammonium quaternary salt, adsorption PENDAHULUAN Cadangan tanah lempung cukup berlimpah hampir di seluruh wilayah Indonesia namun pemanfaatannya masih perlu dikembangkan secara berkelanjutan. Berdasarkan kandungan mineralnya tanah lempung dibedakan menjadi bentonit (smektit), kaolinit, haloisit, klorit dan ilit (Wiley,1977). Bentonit adalah istilah yang digunakan dalam dunia perdagangan untuk tanah lempung yang mengandung lebih dari 80% montmorillonit. 27

JURNAL KIMIA 3 (1), JANUARI 2009 : 27-32 Mineral montmorillonit merupakan mineral lempung yang penyebarannya paling luas dan bersifat unik karena memiliki kemampuan mengembang (swelling), kapasitas tukar kation yang tinggi, dan dapat diinterkalasi. Karena sifatnya yang unik tersebut montmorillonit (yang terdapat dalam bentonit) dapat dimodifikasi untuk memperoleh produk senyawa alumino silikat yang memiliki sifat-sifat kimia fisik yang lebih baik dari sebelumnya. Sifat-sifat kimia fisik tersebut meliputi kristalinitas, basal spcing d 001, keasaman permukaan dan stabilitas termal yang merupakan syarat mutlak sebagai katalis, pengemban katalis, dan adsorben. Beberapa senyawa lempung termodifikasi telah dibuat untuk mengadsorpsi logam logam berat melalui proses pertukaran kation. Modifikasi lempung dengan senyawasenyawa organik menghasilkan kompleks yang dapat digunakan sebagai adsorben, salah satunya sebagai adsorben ion Pb 2+. Surfaktan kationik seperti garam amonium kuarterner merupakan senyawa organik yang dapat digunakan dalam modifikasi lempung yang akan membentuk kompleks lempung-surfaktan yang dapat digunakan sebagai adsorben logam berat dalam larutan encer. Senyawa kationik ini akan menggantikan kation-kation permukaan lempung dan mengubah permukaan lempung menjadi sangat hidrofobik. Modifikasi permukaan lempung montmorillonit lebih lanjut digunakan untuk menjangkar ligan-ligan seperti asam palmitat melalui interaksi hidrofibik. Asam palmitat atau ligan tersebut akan membentuk senyawa kompleks dengan ion Pb 2+ yang teradsorpsi. MATERI DAN METODE Bahan Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbal(ii)nitrat, garam amonium kuarterner jenis N cetyl N,N,N trimetil amonium Bromida, asam palmitat, akuades, lempung bentonit yang diperoleh dari PT. Tunas Inti Makmur Semarang. Peralatan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peratan gelas, penggerus porselin, ayakan 105µm, oven, pengaduk magnetik, pemanas, kertas saring, timbangan analitik. Peralatan instrumen yang digunakan meliputi XRD-6000, spektrofotometer infra merah, dan spektrofotometer serapan atom. Cara Kerja Proses Interkalasi Sepuluh gram lempung dilarutkan ke dalam 1000ml akuades, diaduk selama 5 jam untuk membuat suspensi lempung bentonit. Kemudian ke dalamnya dimasukkan 2,9155 g garam amonium kuarterner jenis N cetyl N,N,N trimetil amonium Bromida dan diaduk selama 24 jam. Selanjutnya dimasukkan ke dalam suspensi tersebut 2,0480 g asam palmitat, diaduk selama 48 jam. Kemudian campuran disaring, dicuci dengan akuades dan dikeringkan dalam oven pada temperatur 60ºC. Setelah kering lempung termodifikasi tersebut digerus dan diayak, kemudian dianalisis dengan XRD dan keasaman permukaan dianalisis dengan spektrofotometer FTIR. Penentuan Waktu Setimbang Ke dalam 5 buah erlenmeyer 100 ml masing masing dimasukkan 0,2 g lempung bentonit yang tidak terinterkalsi. Kemudian ke dalam masing-masing erlenmeyer tersebut ditambahkan adsorbat 20 ml Pb(II) 80 ppm. Campuran diaduk dengan waktu yang berbedabeda yaitu selama 10, 20, 40, 80, dan 120 menit. Selanjutnya disaring dan filtratnya diukur dengan spektrofotometer serapan atom. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk lempung terinterkalasi. Absorbansi yang terbaca kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi sehingga konsentrasi Pb(II) dalam filtrat bisa ditentukan. Untuk mengetahui waktu setimbang dibuat grafik antara banyaknya Pb(II)yang teradsorpsi pergram adsorben dan waktu yang diberikan. Waktu setimbang ditentukan dari grafik dimana waktu memberikan konsentrasi Pb(II) tertinggi yang teradsorpsi. 28

ISSN 1907-9850 Penentuan Isoterm Adsorpsi Ke dalam 5 buah erlenmeyer 100 ml masing masing dimasukkan 0,2 g lempung bentonit yang tidak terinterkalsi.kemudian ke dalam masing-masing erlenmeyer tersebut ditambahkan adsorbat Pb(II) dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 40, 60, 80, 100, dan 120 ppm. Campuran diaduk selama waktu yang diperoleh dari penentuan waktu setimbang, selanjutnya disaring dan filtratnya diukur dengan spektrofotometer serapan atom. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk lempung terinterkalasi. Konsentrasi Pb(II) maksimum yang diserap pada isoterm adsorpsi diperoleh dengan cara membuat kurva antara jumlah Pb(II) yang teradsorpsi oleh adsorben (mg/g)dan konsentrasi ion Pb(II)dalam larutan. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Masing-masing ke dalam erlenmeyer 100 ml dimasukkan 0,2 g lempung tanpa terinterkalasi dan lempung terinterkalasi. Kemudian ditambahkan 20 ml larutan Pb (II) dengan konsentrasi yang didapat dari penentuan isoterm adsorpsi dan diaduk selama waktu setimbang adsorpsi. Selanjutnya disaring dan filtratnya diukur dengan spektrofotometer serapan atom. Perhitungan Kapasitas Adsorpsi Kapasitas adsorpsi ditentukan berdasarkan banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi oleh setiap gram adsorben pada keadaan jenuh.perhitungan kapasitas adsorpsi lempung bentonit dilakukan dengan rumusan : C1 C A = 1000 2 1 V B Dimana A adalah jumlah Pb(II) yang teradsorpsi oleh lempung bentonit (mg/g), C 1 adalah konsentrasi Pb(II) awal, C 2 konsentrasi Pb(II) yang tersisa dalam filtrat (ppm), V adalah volume Pb(II) yang digunakan (ml) dan B adalah berat lempung yang digunakan (g). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi basal spacing d 001 Dilakukan dengan menggunakan metode XRD,hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan besarnya pergeseran jarak antar lapis silikat lempung. Jika terjadi interkalasi maka akan terlihat pergeseran jarak antarlapis nya yang ditandai dengan perubahan basal spacing d 001. Jika jarak antar lapisnya meningkat maka luas permukaannya juga akan meningkat. Gambar 1. Difraktogram lempung Na-Bentonit tanpa terinterkalasi(ltt) dan Lempung terinterkalasi garam amonium kuartener(lt) Tabel 1. Peningkatan jarak antar lapis karena interkalasi SAMPEL 2(º) d(å) Na-bentonit(LTT) 5,5455 15,9236 L+GAK+AP (LT) 4,1936 21,05341 Dari difraktogram dan peak list XRD dapat dinyatakan bahwa garam amonium kuartener dan asam palmitat telah terinterkalasi ke dalam antar lapis lempung yang ditandai dengan pergeseran sudut 2 ke arah yang lebih kecil dan terjadi peningkatan jarak antar lapis sebesar 5,1298 Å 29

JURNAL KIMIA 3 (1), JANUARI 2009 : 27-32 Analisis Spektra Infra Merah Karakterisasi produk interkalasi dengan menggunakan spektrofotometer infra merah dilakukan untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam produk tersebut. Dari spektra yang dihasilkan dapat dilihat tejadinya pergeseran beberapa frekuensi vibrasi., Seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel 2. Serapan karakteristik lempung bentonit (cm -1 ) Gugus serap 3433,1 Rentangan H 2 O dan OH oktahedral 1629,7 -OH tekuk 1033,8 Rentangan Si-O-Si 916,1 Rentangan OH yang terikat pada Al 518,8 Rentangan Si-O Tabel 3. Pergeseran serapan yang terjadi pada lempung terinterkalasi (cm -1 ) Gugus serap 3425,3 -OH regang 1635,5 -OH tekuk 1041,5 Si-O-Si regang 914,2 Al-O regang 524,6 Si-O regang Keasaman Permukaan Hasil analisis keasaman permukaan secara kualitatif dengan spektrofotometer FTIR menunjukkan bahwa dengan interkalasi muncul situs asam Lewis pada bilangan gelombang 1542,9 cm -1 dengan pita serapan yang tajam.munculnya situs asam Lewis karena terinterkalasinya asam palmitat pada ruang antar lapis lempung yang sebelumnya telah mengikat N + dari garam amonium kuartener yang berfungsi sebagai akseptor elektron dan asam palmitat sebagai donor elektron yang nantinya membentuk senywa koordinasi. Dari spektra FTIR juga terdeteksi situs asam Bronsted yang muncul pada bilangan gelombang1419,5 cm -1 yang disebabkan karena adanya kation H + yang terperangkap dalam lempung. Gambar 2. Spektra FTIR dari LTT dan LT Waktu Setimbang Adsorpsi Dari grafik diperoleh lempung teinterkalasi mempunyai waktu setimbang yang lebih besar dibandingkan dengan lempung yang tidak terinterkalasi yaitu 40 menit untuk lempung terinterkalsi dan 20 menit untuk lempung tak terinterkalasi. Ini disebabkab karena lempung terinterkalasi mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga memerlukan waktu kontak dengan adsorbat yang lebih lama. Gambar 3. Grafik Waktu Penyerapan vs Adsorpsi Isoterm Adsorpsi Penentuan pola isoterm adsorpsi dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ion logam Pb(II) yang diinteraksikan terhadap jumlah ion Pb (II) yang teradsorpsi baik oleh lempung tidak terinterkalasi(ltt) maupun lempung terinterkalasi (LT). Dari isoterm adsorpsi diperoleh konsentrasi yang memberikan peneyerapan maksimum masing- 30

ISSN 1907-9850 masing untuk LTT dan LT adalah 80 ppm dan 100 ppm. Pola isoterm adsorpsi yang dihasilkan diklasifikasikan ke dalam tipe H yang merupakan bentuk khusus dari isoterm tipe Langmuir yang mengindikasikan adanya afinitas yang sangat tinggi antara adsorbat dengan adsorben. Kapasitas Adsorpsi Penentuan kapasitas adsorpsi dilakukan untuk menegetahui kemampuan lempung bentonit terinterkalasi mengikat ion Pb(II). Didapatkan bahwa lempung terinterkalasi mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih besar dibandingkan lempung yang tidak terinterkalasi. Peningkatan kapasitas adsorpsi ini disebabkan karena lempung terinterkalasi telah membentuk senyawa kompleks dengan garam amonium kuartener yang menjadi interkalatnya yang kemudian menjangkar asam palmitat sebagai ligannya melalui interaksi hidrofob. Ligan-ligan tersebut kemudian akan mengikat ion Pb(II). Peningkatan kapasitas adsorpsi juga disebabkan karena meningkatnya jarak antar lapis lempung yang dengan sendirinya juga meningkatkan luas permukaan lempung. Gambar 4. Grafik Konsentrasi vs Adsorpsi Tabel 4. Nilai Kapasitas Adsorpsi LTT dan LT terhadap ion Pb(II) Adsorben d 001 Konsentrasi awal Kapasitas Adsorpsi Persentase Adsorpsi (Å) (mg/g) (mg/g) LTT 15,9136 8,0000 1,9565 24,46 LT 21,05341 10,0000 4,0263 40,26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Interkalasi garam amonium kuartener dan asam palmitat ke dalam antar lapis lempung meningkatkan jarak antar lapis lempung (basal spacing) sebesar 5,12981Å. 2) Interkalasi juga menyebabkan munculnya situs asam Lewis pada 1542,9 cm -1 dan asam Bronsted pada 1419,5 cm -1. 3) Interkalasi juga meningkatkan kapasitas adsorpsi dari 1,9764 mg/g menjadi 4,0263 mg/g. Saran Perlu dilakukan variasi konsentrasi garam amonium kuartener yang ditambahkan sehingga didapatkan peningkatan jarak antar lapis yang maksimal dan variasi jenis ligan yang ditambahkan sehingga didapatkan kapasitas adsorpsi yang lebih besar. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada saudari Ni Wayan Sekarini atas kerjasamanya dan semua pihak yang telah membantu dari pelaksanaan penelitian hingga penerbitan tulisan ini. 31

JURNAL KIMIA 3 (1), JANUARI 2009 : 27-32 DAFTAR PUSTAKA Brady, J. E., and Holum, J. R., 1992, Chemistry: The Study of Matter and Its Change, WilleyInc, Canada Fietcher, A., 1992, Biosurfactan: Moving Toward Industrial Application, Tibtech, 10 : 208-217 Malakul, P., 1998, Metal Adsorption and Desorption Characteristic of Surfactan- Modified Clay Complexes, Ind. Eng.Chem.Res., 37 : 4296-4301 Shaw, D. J. FRSC., 1996, Introduction to Colloid and Surface Chemistry, Departement of Chemistry and Biochemistry, Liverpool Polytechnic, Butterworth Heinemann, Canada Wiley, J., 1977, Clay Colloid Chemistry, For Clay Technologist, Geologist, and Soil Scientist, Second Edition, a Wiley Interscience Publication, New York 32