SKRIP KARYA SENI RETRO OLEH : I GEDE YUDI KRISNAJAYA NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

SKRIP KARYA SENI KREASIKU

ARTIKEL KARYA SENI PIS BOLONG

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

Bentuk Dan Deskripsi Karya Tawur Agung Oleh : I Ketut Partha, SSKar., M.Si. Bentuk Karya 4.2 Deskripsi Karya

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabuh Kreasi Pepanggulan Gamelan Smarandhana Lemayung, Bagian II

SKRIP KARYA SENI YOWANA GIRANG OLEH : IDA BAGUS KESUMA ANANDA NIM

Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

SKRIP KARYA SENI KELANGEN

SKRIP KARYA SENI ELING OLEH : KADEK INDRA KESUMAJAYA NIM :

SKRIP KARYA SENI BUPARGA

ARTIKEL KARYA SENI BIANGLALA. Oleh : ANAK AGUNG GEDE AGUNG ARIS PRAYOGA

Tabuh Angklung Keklentangan Klasik Oleh: I Gede Yudarta (Dosen PS Seni Karawitan)

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disediakan oleh alam dengan segala fenomenanya dan bisa timbul dari manusia

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

SKRIP KARYA SENI CANDA KANDA

ARTIKEL KARYA SENI KLAPA WREKSA OLEH: I WAYAN PRADNYA PITALA NIM:

SKRIP KARYA SENI SOUND OF LOVE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gamelan Gong luang Kiriman I Wayan Putra Ivantara, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar.

KEMBANG RATNA SKRIP KARYA SENI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta MRAYUNG. Skripsi

SELIMPAT SKRIP KARYA SENI

ARTIKEL SKRIPSI KARYA SENI HARMONI TIRTA EMPUL PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

DESKRIPSI TARI TABUH TUAK OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn

SKRIP KARYA SENI BAYUH

Struktur Tabuh Lelambatan I Oleh: I Gede Yudartha, Dosen PS Seni Karawitan - Pangawit Pangawit berasal dari kata dasar yaitu ngawit/kawit yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

Artikel Karya Seni Tri Kona

GITA GESING ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : I MADE EVA YADNYA NIM :

1. Pendahuluan. Konsep Musikal Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada

RUANG TIGA SKRIP KARYA SENI

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TIRTA AMERTA

BAB III PENUTUP. diciptakannya. Pencapaian sebuah kesuksesan dalam proses berkarya

PAMIKET TRESNA SKRIP KARYA SENI

SKRIP KARYA SENI DWI SWARA TUNGGAL OLEH: I WAYAN AGUS BUDI SETIAWAN NIM :

BAB III PENUTUP. Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar

Wujud Garapan Komposisi Kung Kiriman: I Ketut Suarjana, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

SKRIP KARYA SENI GITA ARCANAM PUJA

SILABUS KOMPOSISI 2 SM 408

BAB I PENDAHULUAN. yang mendengarkan alunan musik selalu menggerak-gerakan anggota. Tuhan yang diberikan kepada seluruh manusia tanpa membedakan jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

V. PENUTUP. adalah dua unsur yang saling tarik-menarik dalam satu kesatuan. Konsepsi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Gamelan, seniman, serta pengrajin gamelan merupakan tiga unsur yang tidak dapat

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

ANALISIS THE MONDAY EFFECT DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna

LILA HREDAYA SKRIP KARYA SENI OLEH I WAYAN JUNIANTO NIM : PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

7

ARTIKEL KARYA SENI FANTASI X

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya yang diberikan untuk

SKRIP KARYA SENI SAKA CUPAK

TUGAS AKHIR MINAT KOMPOSISI APOLOGIZE FOR ORCHESTRA

Jadwal Kuliah Semester Ganjil Tahun Akademik 2015/2016 Program Studi Seni (S2) ISI Denpasar

TUTUR KELANGEN SKRIP KARYA SENI

LAPORAN PENELITIAN GENERAL MANAGER PENTAS ORCHESTRA VIOLET ORCHESTRA DALAM KEGIATAN DIES NATALIS UNY KE 46 TAHUN 2010

Elemen-Elemen Pertunjukan Tari Siwa Nataraja

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP No. 1.1) : SMP Negeri 2 Gerokgak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

(MSPI), p A. A. M. Djelantik, 1999, Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU

MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MUTU KARYA SENI KARAWITAN

PENGARUH PERTUMBUHAN TABUNGAN HARI TUA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI KANTOR CABANG RENON

SKRIP KARYA SENI GALAXY 7

DESKRIPSI TARI KONTEMPORER BIOTA LAUT

SKRIPSI CAMPUR KODE DALAM BAHASA INDONESIA PADA ACARA SAMATRA ARTIS BALI DI MEDIA MASSA BALI TV NI PUTU LILIK YUDIASTARI

CJ Percussion Rhythm Tradisi Indonesia dibalik Album Nyore

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT. BANK BPD BALI KANTOR CABANG UBUD

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB IV PENUTUP. Komposisi karawitan yang berjudul lakuku merupakan sebuah karya yang. dalam mewujudkan karya komposisi karawitan dengan judul Lakuku.

KAMANALA SKRIP KARYA SENI OLEH I PUTU EKA ARYA SETIAWAN

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bali memiliki daya tarik yang kuat dalam dunia pariwisata, baik dinikmati

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN MEKANISME TATA KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAN SKRIPSI

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

HALAMAN PENGESAHAN. Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji

SKRIP KARYA SENI MEGALA-GALA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

EFEKTIVITAS PENGUNAAN e-billing BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: NGAKAN PUTU BAYU MAHAYASA NIM:

Perspektif Musikalitas Tabuh Lelambatan Banjar Tegaltamu Kiriman: I Nyoman Kariasa,S.Sn., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar Sebagai salah satu

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

KEMAMPUAN KOMITMEN PROFESIONAL MEMODERASI PENGARUH KOMPLEKSITAS TUGAS DAN KONFLIK PERAN PADA KINERJA AUDITOR

SKRIP KARYA SENI GEBOG DOMAS

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN KPN. KAMADHUK RSUP.

Transkripsi:

SKRIP KARYA SENI RETRO OLEH : I GEDE YUDI KRISNAJAYA NIM : 2010 02 025 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2014

SKRIP KARYA SENI RETRO Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Seni (S1) MENYETUJUI : PEMBIMBING I PEMBIMBING II Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si Tri Haryanto, S.Kar., M.Si NIP. 19521215 198503 1 001 NIP. 19620709 199203 1 004 ii

Karya Seni ini telah dipergelarkan dan diuji oleh Dewan Penguji, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar pada : Hari, Tanggal : Rabu, 7 Mei 2014 Ketua : I Wayan Suharta, SSKar., M.Si Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana, SSP., M.Hum Anggota : Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum Wardizal, S.Sen., M.Si I Wayan Suweca, SSKar., M.Mus Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si Tri Haryanto, S.Kar., M.Si iii

Skrip karya ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, pada : Hari, Tanggal : Senin, 12 Mei 2014 Ketua : Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum (.. ) NIP. 19661201 199103 1 003 Anggota : Wardizal, S.Sen., M.Si (.. ) NIP. 19960624 199303 1 002 Anggota : I Wayan Suweca, SSKar., M.Mus (.. ) NIP. 19571231 198503 1 014 Anggota : Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si (.. ) NIP. 19521215 198503 1 001 Anggota : Tri Haryanto, S.Kar., M.Si (.. ) NIP. 19620709 199203 1 004 Disahkan pada tanggal : Mengesahkan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar Dekan, Mengetahui Jurusan Seni Karawitan Ketua, I Wayan Suharta, SSKar., M.Si Wardizal, S.Sen., M.Si NIP. 19630730 199002 1 001 NIP. 19960624 199303 1 002 iv

MOTTO SELALU MENJADI DIRI SENDIRI DAN JANGAN PERNAH MENJADI ORANG LAIN v

KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penata panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya penata dapat menyelesaikan Skrip Karya Seni Retro ini tepat pada waktunya. Skrip karya seni ini digunakan sebagai laporan pertanggungjawaban mengenai karya seni yang dibuat dalam penyelesaian Ujian Tugas Akhir (TA) di Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar. Penata menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia membantu baik secara moral dan spiritual, sehingga skrip karya seni ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya diberikan kepada : 1. Dr. I Gede Arya Sugiartha, SSKar., M.Hum, selaku Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah bersedia memberikan motivasi yang sangat bermanfaat dan fasilitas selama ini. 2. I Wayan Suharta, SSKar., M.Si, selaku Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah membantu persiapan terselenggaranya Ujian Tugas Akhir pada tahun 2014. 3. Wardizal, S.Sen., M.Si, selaku Ketua Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah membantu persiapan Ujian Tugas Akhir pada tahun 2014. vi

4. Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si, selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I, yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam proses penggarapan karya seni dan penulisan skrip karya seni serta banyak memberikan tuntunan dan arahan yang bermanfaat selama penata menempuh jenjang pendidikan S-1 di Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar. 5. Tri Haryanto, S.Kar., M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam proses penggarapan karya seni dan penulisan skrip karya seni dalam menyelesaikan pendidikan S-1 di Jurusan Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar. 6. I Nyoman Windha, SS.Kar., MA., I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn., I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn., dan I Gede Mawan, S.Sn., M.Sn yang telah banyak memberikan penata arahan dalam berkomposisi musik serta membantu dalam penulisan skrip karya seni. 7. Kelihan Banjar Kepisah, Kelihan Sekaa Gong Mertha Jaya, dan Pengelingsir Banjar Kepisah Sumerta yang telah memberikan fasilitas, bimbingan, dan semangat dalam berkreativitas. 8. Wayan Gde Yudane, I Ketut S. Widianta, Sang Nyoman Putra Arsa Wijaya, I Wayan Arik Wirawan, dan Saptono, S.Sen., M.Si yang telah banyak membimbing dan memberikan pencerahan pola pikir tentang musik. vii

9. Pemain Reong I Wayan Dedy Purnamanta, I Made Jaya Subandi, I Ketut Adi Wirawan dan Pemain Terompong I Putu Agus Satria Setyawan, I Putu Adi Partha, I Made Ryan Anditha Febbriana yang telah bersedia meluangkan waktu dan membantu dengan ikhlas dalam proses penggarapan karya seni. 10. Orang Tua Tercinta Drs. I Made Yadnya dan Kadek Remba Sulastri serta adik tercinta I Made Ary Dananjaya dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik moral maupun material. 11. Teman-teman Karawitan In Action angkatan 2010 sebagai teman seperjuangan yang memberikan motivasi dan saran dalam penggarapan karya seni. 12. Pacar Tercinta, Gusti Ayu Resa Dyanti, yang selalu memberikan segenap doa, saran, dan semangat dalam penggarapan karya seni dan penulisan skrip karya seni Penata menyadari tentunya dalam skrip karya ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penata mengharapkan kritik dan saran positif dari pembaca guna lebih menyempurnakan skrip karya seni ini. Om Santih, Santih, Santih Om Denpasar, Mei 2014 Penata viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN DEWAN PENGUJI KARYA SENI... HALAMAN DEWAN PENGUJI SKRIP KARYA SENI... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi ix xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Ide Garapan... 4 1.3 Tujuan Garapan... 6 1.4 Manfaat Garapan... 7 1.5 Ruang Lingkup... 7 BAB II KAJIAN SUMBER... 9 2.1 Sumber Tertulis... 9 2.2 Sumber Diskografi... 11 2.3 Wawancara... 12 ix

BAB III PROSES KREATIVITAS... 13 3.1 Tahap Penjajagan (Exploration)... 14 3.2 Tahap Percobaan (Improvisation)... 18 3.3 Tahap Pembentukan (Forming)... 21 BAB IV WUJUD GARAPAN... 24 4.1 Deskripsi Garapan... 24 4.2 Analisa Struktur... 25 4.3 Analisa Simbol... 35 4.4 Analisa Materi... 37 4.5 Analisa Estetis... 40 4.5.1 Wujud... 40 4.5.2 Bobot... 41 4.5.3 Penampilan... 42 4.6 Analisa Penyajian... 43 4.6.1 Kostum/Tata Busana... 43 4.6.2 Tata Rias... 44 4.6.3 Tata Panggung... 47 BAB V PENUTUP... 48 5.1 Simpulan... 48 5.2 Saran-saran... 49 DAFTAR PUSTAKA... 51 DAFTAR DISKOGRAFI... 52 DAFTAR INFORMAN... 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 54 x

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Tahap Penjajagan (Exploration)... 16 3.2 Tahap Percobaan (Improvisation)... 20 3.3 Tahap Pembentukan (Forming)... 22 3.4 Kegiatan Proses Kreativitas... 23 4.1 Simbol Dalam Penulisan Notasi... 36 4.2 Simbol Penganggening Aksara Bali... 37 xi

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 4.1 Foto Busana Penata... 45 4.2 Foto Busana Pendukung... 46 4.3 Tata Panggung... 47 xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Nama Pendukung Karya Musik Retro... 55 2. Sinopsis Karya Musik Retro... 56 3. Notasi Karya Musik Retro... 57 4. Susunan Panitia Pelaksana Ujian Tugas Akhir... 64 5. Foto Pementasan... 67 xiii

BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini hasil kreativitas para komposer telah menunjukan kondisi yang semakin mapan. Para komposer berkreativitas secara maksimal dengan mulai mengembangkan bentuk-bentuk musik kontemporer sebagai wujud ekspresi seni. Mengembangkan musik kontemporer dilakukan untuk mendapatkan kebebasan berekspresi dan bereksperimen secara maksimal tanpa terbelenggu oleh suatu peraturan-peraturan konvensional yang berlaku pada umumnya. Eksperimeneksperimen yang dilakukan bertujuan untuk mencari pembaharuan atau inovasi musik. Eksplorasi yang dilakukannya menghasilkan karya-karya baru dalam hal garap maupun konsep musiknya. Komposer kontemporer pada umumnya menekuni musik eksperimen sebagai sarana ekspresi seni. Komposer yang memiliki idealisme tinggi dalam kerkaryaan musik, kepuasan batin adalah sesuatu yang diutamakan dan tidak dapat diukur dengan materi. Penjelasan mengenai musik kontemporer atau musik baru mempunyai latar belakang dan landasan budaya yang berbeda-beda. Harus dimaklumi, bahwa istilah musik kontemporer yang sering diartikan sebagai seni masa kini yang sekarang berkembang dan digunakan dalam ranah seni pertunjukan di Indonesia merupakan istilah asing. Di dalam bahasa Inggris, kata contemporary memiliki beberapa pengertian antara lain : (1) hidup atau terjadi dalam kurun waktu yang sama, (2) memiliki usia yang kurang lebih sama, dan (3) berasal dari atau gaya masa kini atau mutakhir. Arti yang terakhir inilah yang sering dipakai dalam dunia 1

kesenian karena dekat dengan pengertian kata modern, yaitu (1) berkaitan dengan gaya, metode atau gagasan terbaru, dan (2) berhubungan dengan aliran seni rupa, musik, sastra maupun tari masa kini (Sal Murgiyanto, 1995:31). Musik kontemporer merupakan musik yang memiliki visi mengedepankan sifat-sifat kekinian atau kebaruan. Musik yang mengemuka sejak abad ke-20 di Indonesia ini muncul sebagai akibat pertemuan dua tradisi yaitu tradisi budaya musik Indonesia dan tradisi budaya Eropa (Purnomo, 2003:1). Pertemuan antara musik etnik yang beraneka ragam di Indonesia dengan musik klasik dari Eropa telah banyak memberikan warna baru, sehingga banyak komposer-komposer dari barat maupun Indonesia mencoba bereksplorasi serta melakukan kegiatan eksperimental dengan mengolaborasikan dua kebudayaan ini. Eksperimen inilah selanjutnya menghasilkan musik yang kebanyakan orang dikatakan sebagai musik baru, musik inovatif atau musik eksperimental. Musik baru pada umunya bebas dari ikatan-ikatan ruang, waktu, norma-norma lainnya yang terdapat pada budayabudaya lama dengan menawarkan gagasan baru, bersifat kekinian, dan mengutamakan originalitas. Proses dalam mewujudkan sebuah karya musik kontemporer sesungguhnya melalui proses pencarian, pertimbangan, pengendapan konsep, dan proses penuangan yang serius dan relatif panjang. Penemuan ide atau gagasan, penyusunan konsep, lebih detail lagi menyusun dan mengembangkan melodi, ritme, harmonisasi serta penerapan metode penuangan karya kepada musisi, sampai dengan bagaimana karya tersebut dipresentasikan biasanya hal tersebut ditempuh oleh komposer juga melalui proses yang panjang. 2

Setelah memahami pembahasan di atas mengenai musik kontemporer, maka berpijak dari sinilah muncul ide dalam diri penata yang memang benarbenar terkonsep dan tersistem secara matang untuk membuat sebuah karya musik kontemporer dengan judul Retro dalam Ujian Tugas Akhir sebagai sebuah persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana (S-1). Retro merupakan singkatan dari reong dan terompong yaitu perpaduan antara instrumen reong dan terompong Gong Kebyar yang diungkapkan ke dalam sebuah karya musik kontemporer. Pemilihan instrumen reong dan terompong Gong Kebyar sebagai media ungkap karena latar belakang penata yang merupakan seorang pemain gamelan dengan spesialisasi reong dan terompong. Instrumen reong dan terompong Gong Kebyar memiliki karakteristik warna suara yang berbeda jika dibandingkan dengan instrumen ugal, gangsa, kantil, penyacah, jublag maupun jegogan. Karakter warna suara yang berbeda dari instrumen reong dan terompong Gong Kebyar inilah, penata ingin menggarap kedua instrumen tersebut ke dalam sebuah karya musik kontemporer yang bertujuan untuk memberikan nuansa, kesan, dan fungsi yang berbeda, serta kedua instrumen tersebut juga bisa berdiri sendiri dan mempunyai kekuatan sendiri apabila digarap ke dalam bentuk musik kontemporer. Di sisi lain gamelan Gong Kebyar merupakan instrumentasi yang tidak terbatas dari sisi fungsi, karena semua lagu atau gending dalam gamelan Bali bisa disajikan dalam gamelan Gong Kebyar. Walaupun terkadang sebuah penggarapan sering terjadi suatu kesamaan ataupun kemiripan dengan garapangarapan yang telah ada, tetapi komposisi musik ini memiliki pendekatan yang berbeda (Garwa, 2006:4). Orientasi penggarapan musiknya lebih dikembangkan 3

dalam sajian dan kemasan yang lebih menarik, enak didengar, dan dinikmati. Secara keseluruhan karya musik ini dapat dipertanggungjawabkan kemurniannya, baik menyangkut dari segi konsep, proses maupun wujudnya. 1.2 Ide Garapan Ide atau gagasan merupakan hasil dari suatu proses pemikiran yang terus menerus dari seorang seniman terhadap lingkungan secara komplek dan merupakan manifestasi dari budaya dimana ia hidup. Gagasan tidak muncul begitu saja, karena apapun sumber penciptaan yang dilahirkan dalam sebuah karya seni harus ada pertanggungjawaban yang mengikutinya. Apakah itu dihadirkan secara kongkrit, mutlak ataukah selintas makna tetapi tetap dapat dirunut atau diduga penampilannya dalam sebuah karya (Garwa, 2006:2). Penata mengangkat sebuah ide penciptaan yang lahir dari eksperimen dengan reong dan terompong Gong Kebyar, mencari karakteristik warna suara, dan sumber pola garap. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesan dan fungsi yang berbeda terhadap instrumen tersebut. Dalam pengamatan penata instrumen reong dan terompong Gong Kebyar memiliki karakteristik warna suara yang lebih pendek dari segi larasan jika dibandingkan dengan instrumen ugal, gangsa, kantil, penyacah, jublag maupun jegogan. Nada yang terdapat pada instrumen reong Gong Kebyar adalah 5 7 1 3 4 5 7 1 3 4 5 7 dan terompong Gong Kebyar 1 3 4 5 7 1 3 4 5 7. Nada tersebut dipukul pada bagian puncak pencon dua nada dengan jarak satu nada secara bersamaan menghasilkan nada yang harmonis, karena nada-nada yang dipukul bersamaan tersebut ngepat/ngempyung, dalam artian setiap memukul nada dengan 4

jarak satu atau dua nada menghasilkan nada yang harmoni. Dengan penjelasan tersebut penata dapat bereksplorasi dengan mengolah karakteristik dari warna suara yang dihasilkan dari instrumen reong dan terompong. Keinginan untuk membuat karya musik dengan judul Retro yang merupakan singkatan dari reong dan terompong, berangkat dari konsep dasar yang mengambil ide dari pengalaman keseharian penata. Pengalaman bermusik penata, terutama dalam memainkan instrumen reong pada saat proses latihan Adi Merdangga di Institut Seni Indonesia Denpasar, yang menggunakan instrumen reong dan terompong sebagai pembawa melodi. Dalam pengolahan agar terbentuk menjadi karya musik, penata menggunakan konsep musik minimalis. Musik minimalis merupakan musik baru, dalam artian musik tersebut menantang penata untuk mengolah pengembangan ritme dengan penempatan pola yang berbeda, memberikan tantangan bagi yang memainkan/pendukung karya, dan menjadi tantangan bagi para penonton. Penata ingin karya musik Retro yang berbentuk musik kontemporer ini tidak sekedar hadir sebagai sarana pemenuhan syarat kelulusan saja, namun karya musik ini mampu memberikan nuansa, kesan, dan fungsi berbeda secara musikal maupun teoritis. Maka untuk mewujudkan itu penata menggunakan teknik-teknik komposisi seperti canon, counterpoint, staccato, dan mengolah unsur-unsur musik seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika. Penata tidak membawa latar belakang budaya yang berhubungan dengan konteks lazimnya instrumen reong dan terompong Gong Kebyar, namun dalam karya musik Retro ini murni berkreativitas sesuai dengan tafsir penata yang diolah sesuai dengan bobot dan kualitas karya musikalnya. 5

1.3 Tujuan Garapan Sebuah karya musik yang diciptakan dengan dasar pemikiran yang terkonsep dengan matang, memiliki sebuah tujuan yang jelas. Adapun tujuan dari penciptaan karya musik kontemporer Retro ini adalah: 1) Penata ingin memperkenalkan lebih jauh bagaimana instrumen reong dan terompong Gong Kebyar tersebut dalam gamelan Bali. 2) Menawarkan nuansa, kesan, dan fungsi berbeda dalam jenis kalimat lagu yang digarap baru secara musikal maupun teoritis dengan menggunakan teknik-teknik komposisi seperti canon, counterpoint, staccato, dan mengolah unsur-unsur musik seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika. 3) Mencoba membuka cara pandang tentang pemahaman bahwa dengan karya musik ini, kedua instrumen tersebut bisa berdiri sendiri dan mempunyai kekuatan sendiri apabila digarap ke dalam bentuk karya musik kontemporer. 1.4 Manfaat Garapan Setelah adanya tujuan dari penggarapan, kemudian tujuan tersebut implementasinya memiliki manfaat yang mampu diaplikasikan ke dalam dunia seni ataupun kebudayaan Bali. Manfaat dari karya musik kontemporer Retro ini adalah: 1) Memperkaya perbendaharaan karya cipta karawitan Bali. 2) Penata dapat mengetahui kesulitan dan tantangan dalam berkarya serta mendapat pengalaman yang cukup, sehingga bisa dipakai acuan untuk berkarya kedepannya. 6

3) Merangsang para komposer muda Bali agar lebih berani dan jeli memanfaatkan ide serta peluang untuk menciptakan sebuah karya musik baru yang berkualitas. 1.5 Ruang Lingkup Untuk memperjelas dan menghindari kesalahan dalam penafsiran karya musik ini maka perlu adanya suatu ruang lingkup yang jelas. Ruang lingkup tersebut akan mengurangi adanya salah pengertian dan diharapkan dapat menemukan adanya persepsi atau tanggapan mengenai karya musik kontemporer ini. Adapun ruang lingkupnya adalah: 1) Karya musik Retro merupakan singkatan dari reong dan terompong, yaitu perpaduan antara instrumen reong dan terompong Gong Kebyar yang berbentuk musik kontemporer dengan memberikan nuansa, kesan, dan fungsi berbeda secara musikal maupun teoritis. Dalam penggarapannya menggunakan teknik-teknik komposisi seperti canon, counterpoint, staccato, dan mengolah unsur-unsur musik seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika. 2) Karya musik Retro menggunakan media ungkap setungguh instrumen reong dan setungguh instrumen terompong Gong Kebyar yang dimainkan menggunakan panggul sebagai alat pemukul. 3) Karya musik Retro dimainkan oleh tujuh orang termasuk penata. 4) Karya musik Retro disusun atas tiga bagian garis besar yang masingmasing bagiannya memiliki karakter pola yang berbeda-beda. Dengan kebebasan rasa pemain reong dan terompong dalam penafsiran gaya dan 7

bentuk permainan, penata berikan ruang khusus terhadap pendukung, namun masih dalam bingkai penataan komposisi yang telah terkonsep. 5) Karya musik Retro disajikan secara konser pada panggung prosenium di gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar. 6) Karya musik Retro dalam pementasannya menggunakan kostum/tata busana dan tata rias minimalis, sesuai dengan kebutuhan karya musik yang telah disesuaikan dengan tata lampu. 7) Karya musik Retro ini diharapkan dapat memacu kreativitas dalam berkarya dan untuk mengembangkan potensi dalam rangka aktualisasi diri sebagai salah satu alternatif karya musik yang sudah ada. 8

BAB II KAJIAN SUMBER Dalam konteks akademik sebuah karya seni yang lahir dari seorang seniman akademis harus bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Terwujudnya sebuah komposisi musik sudah tentu tidak terlepas dari sumbersumber informasi yang dapat dijadikan acuan dalam berkarya. Tidak jarang pula kita meminjam pernyataan orang lain untuk memperkuat argumentasi yang kita temukan sendiri. Untuk itu diperlukan sebuah pengakuan secara akademis dari pengadopsian dari sumber lain (Diana Putra, 2011:12). Begitu juga dengan penggarapan karya musik Retro ini juga mengadopsi sumber lain di luar pemikiran penata baik dari sumber tertulis maupun dari sumber diskografi. 2.1 Sumber Tertulis Corat-coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Suka Hardjana, 2003. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini memberikan banyak informasi dan masukan-masukan tentang musik kontemporer termasuk perkembangannya dalam mengolah pola pikir tentang konteks dulu dan kini dalam konteks musik dan penata mendapatkan wawasan baru tentang penggarapan karya musik. Buku Ajar Komposisi Karawitan IV. I Ketut Garwa, 2009. ISI Denpasar. Buku ini merupakan pedoman yang penata gunakan dalam pembuatan karya musik kontemporer. Buku ini juga menjelaskan tentang metode penciptaan seni karawitan secara komprehensif, cara-cara penggarapan seni karawitan, dan 9

sebagai acuan yang di dalamnya berisikan penjelasan mengenai proses penciptaan seperti eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan karya, karena dalam menciptakan karya-karya baru selalu melalui proses yang cukup panjang disertai pemikiran yang matang. Skin Rhythm, Sebuah Karya Musik Kontemporer. I Ketut Garwa, 2006. Bheri Volume 5 No. 1. Dalam tulisan ini penata mendapatkan referensi yang menjabarkan garapan seni musik yang bersifat kekinian, dengan teknik permainan alat dipadukan antara teknik-teknik gamelan Bali disiasati hitungan lagu yang bervariasi dan sebagai pedoman dalam pembuatan karya musik kontemporer. Penata berusaha menggali gagasan yang muncul dari dalam diri penata untuk menciptakan karya komposisi musik. Musik Kontemporer dan Persoalan Interkultural. Dieter Mack, 2001. Artline: Bandung. Buku ini merupakan sebuah esai yang secara kritis menyoroti masalah musik kontemporer dan persoalan interkultural di Indonesia, penata mendapatkan beberapa gambaran yang membuat penata paham mengenai bentukbentuk musik kontemporer. Metode Penyusunan Karya Musik (Sebuah Alternatif). Pande Made Sukerta, 2011. ISI Press: Surakarta. Dalam buku ini penata banyak mendapat referensi mengenai cara-cara berkomposisi, proses penciptaan seperti kreativitas dan eksplorasi, serta cara penyusunan sebuah karya musik seperti proses penyusunannya, pengulangan, bentuk sajian karya, dan pengendalian diri dalam berkaya. 10

2.2 Sumber Diskografi Water One dan Water Seven, oleh Wayan Gde Yudane, CD-R Triple Two, 2011. Wayan Gde Yudane memberikan teori musik baru untuk gamelan dan menjelaskan mengenai cara-cara membuat jalinan nada agar terdengar harmonis serta cara menonjolkan karakteristik masing-masing instrumen gamelan dalam sebuah karya musik. Performed on Balinese Gamelan, oleh John Cage. Dalam video Youtube yang diunduh pada tanggal 22 November 2013. Dalam video tersebut penata menemukan teknik permainan dan pengolahan ritme serta pengembangan motifmotif baru. Puser Belah, oleh Michael Tenzer. Dalam video YouTube yang diunduh pada tanggal 22 November 2013. Dalam video tersebut penata mendapat gambaran jelas tentang pengolahan pola-pola jalinan dengan mengadopsi teknik kekilitan dalam instrumen reong. Genetik, oleh Dewa Ketut Alit, CD-R Triple Two, 2011. Dewa Alit juga memberikan teori musik baru sehingga penata mendapat masukan mengenai caracara membuat arah nada, irama (ketukan), dan membuat tingkatan bunyi pada gamelan. Clapping Music for 2 performers, oleh Steve Reich, 1972. Dalam video tersebut penata mendapat gambaran mengenai teknik-teknik ritme, bentuk, struktur, dan mengolah jalinan motif satu dengan yang lain dengan bertepuk tangan atau sering disebut dengan musik minimalis. 11

2.3 Wawancara Wawancara dengan I Wayan Arik Wirawan, S.Sn., terus membimbing penata dan memberikan masukan tentang penggunaan media ungkap reong dan terompong dalam karya musik ini. Beranjak dari obrolan tersebut penata semakin giat meneliti instrumen reong dan terompong Gong Kebyar secara langsung dan membaca sumber tertulis yang terkait dengan reong dan terompong. Penata juga banyak memperoleh ilmu tentang tata cara dalam berkomposisi khususnya dalam bidang karawitan Bali. Wawancara dengan Saptono pada hari Kamis, 16 Januari 2014. Bapak Saptono memberikan masukan dengan banyak mencari referensi musik maupun buku. Beliau sangat setuju dengan karya musik Retro yang dimana karya musik ini merupakan kepanjangan dari reong dan terompong sebagai media ungkapnya. Wawancara dengan Wayan Gde Yudane pada hari Senin, tanggal 10 Maret 2014. Pak Yud begitu nama akrab yang sering dipanggil oleh penata, memberikan masukan dengan mencari karakteristik dari warna suara reong dan nada-nada yang ada pada instrumen terompong, serta penata juga mendapat banyak ilmu mengenai harmonisasi nada. Pak Yud juga membimbing penata agar lebih terbuka dan kritis dalam membicarakan dan mempertanggungjawabkan hasil karya seni dalam konteks akademik. 12

BAB III PROSES KREATIVITAS Terwujudnya suatu karya seni diawali dengan adanya suatu proses yang merupakan tahapan-tahapan penting yang berawal dari adanya rangsangan serta dorongan batin seorang seniman untuk dapat mewujudkan sebuah karya berdasarkan pada pemikirannya serta keinginannya. Kreativitas merupakan daya cipta untuk memunculkan sesuatu yang baru sehingga dalam perwujudannya, pikiran, rasa, moral, dan mental harus bekerja secara maksimal tanpa adanya keraguan dalam mewujudkannya, serta membutuhkan kebebasan yang bersifat individu. Proses kreativitas menjadi penentu berhasil atau tidaknya sebuah penggarapan karya seni. Pada tahapan ini segala daya, upaya, trik, dan intelegensi dipertaruhkan untuk melahirkan elemen-elemen dasar musik yang kemudian ditata, disusun, dan dirangkai, sehingga menemukan identitas musik yang diinginkan ke dalam sebuah karya seni yang utuh. Keberhasilan sebuah karya seni juga tergantung pada pendukung yang dalam hal ini berfungsi sebagai mediator dalam penuangan konsep dan ide yang sudah berbentuk gending atau dalam sebuah notasi ke dalam sebuah karya musik. Dalam mewujudkan karya musik Retro penata meminjam konsep yang dipaparkan oleh Alma M. Hawkins dalam bukunya Creating Through Dance, bahwa penciptaan suatu karya seni itu ditempuh melalui tiga tahapan yaitu exploration, improvisation, dan forming. Ketiga tahapan ini disadur ke bahasa Indonesia oleh Y. Sumandiyo Hadi dalam buku Mencipta Lewat Tari menjadi 13

tahap ekplorasi (penjajagan), improvisasi (percobaan), dan forming (pembentukan) (Sumandiyo, 2003:24). Ketiga tahapan tersebut penata aplikasikan dan digunakan sebagai acuan dalam proses penggarapan karya musik Retro. 3.1 Tahap Penjajagan (Exploration) Tahapan ini merupakan langkah awal dalam suatu proses penggarapan termasuk berpikir, berimajinasi, berkontemplasi serta membayangkan tentang sesuatu yang akan dibuat. Dalam hal ini penata melakukan dua hal pokok yaitu mencari ide dan memastikan ide, selanjutnya menerjemahkan ide tersebut menjadi sebuah bentuk garapan. Dalam penggarapan karya musik Retro proses penjajagan tidak hanya dilakukan menjelang tahap pelaksanaan Ujian Tugas Akhir. Karya musik Retro ini muncul ketika penata mengikuti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang wajib dilaksanakan bagi mahasiswa-mahasiswa yang memperoleh beasiswa pada tahun 2012. Dalam penyusunan PKM penata menggunakan judul Retro yang merupakan singkatan dari reong dan terompong. Karya musik Retro lolos ditingkat masing-masing perguruan tinggi dan didokumentasikan dalam video serta diujikan di Universitas Udayana yang dilaksanakan pada pertengahan Juli sampai Oktober 2013. Awalnya penata tidak memikirkan karya musik Retro ini akan digunakan sebagai karya musik dalam Ujian Tugas Akhir. Akhirnya pada pertengahan Oktober 2013 merupakan awal dari proses penjajagan secara serius dimulai dipikirkan.penata yakin untuk memilih secara tegas ide untuk menggarap karya musik Retro atau merupakan kepanjangan dari reong dan terompong berbentuk 14

musik kontemporer dengan memadukan instrumen reong dan terompong Gong Kebyar agar memberikan nuansa berbeda secara musikal maupun teoritis, menggunakan teknik-teknik komposisi seperti canon, counterpoint, staccato, dan mengolah unsur-unsur musik seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika untuk Ujian Tugas Akhir. Dengan adanya komentar dan masukan dari teman-teman maka rencana ide untuk menggarap Retro selanjutnya penata ujikan dalam mata kuliah Komposisi Karawitan IV tepatnya pada perkuliahan semester VII yang diharuskan kepada masing-masing mahasiswa untuk menggarap sebuah komposisi musik kontemporer. Ujian mata kuliah Komposisi Karawitan IV dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Januari 2014 dan karya musik Retro mendapatkan nilai yang cukup memuaskan. Beranjak dari komentar penguji mata kuliah Komposisi Karawitan IV yang memberi dukungan dan telah mendapatkan nilai yang cukup memuaskan, maka penata semakin yakin untuk memilih karya musik ini sebagai karya dalam Ujian Tugas Akhir. Bagi penata, judul karya musik Retro merupakan judul yang dapat membingkai dan menjadi landasan teori dari karya musik ini, serta dapat mencerminkan diri penata yang memiliki spesialisasi pemain reong dan terompong semenjak usia tujuh tahun. Selanjutnya penata menentukan pendukung dan tempat yang digunakan pada saat latihan, dalam hal ini penata mencari pendukung yang memang ahli memainkan instrumen reong dan terompong yang semuanya berasal dari Kota Denpasar. Tempat yang digunakan penata untuk 15

proses latihan adalah di Banjar penata sendiri, yaitu di Banjar Kepisah, Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan pengumpulan proposal pada Ketua Jurusan Karawitan pada hari Senin, 10 Februari 2014. Kemudian dilakukan seleksi proposal pada hari Kamis, 13 Februari 2014. Setelah pengumpulan proposal, kegiatan yang dilakukan dalam memulai proses penggarapan karya musik Retro ditandai dengan sebuah upacara yang disebut nuasen, yaitu upacara mencari hari baik sebelum memulai proses penggarapan menurut kepercayaan umat Hindu agar mendapatkan keselamatan, memiliki spirit atau disebut dengan taksu dan selalu dalam lindungan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Tempat pelaksanaan upacara nuasen dilaksanakan di Banjar Kepisah Sumerta pada hari Jumat, 7 Maret 2014. Tabel 3.1 Tahap Penjajagan (Exploration) Periode Waktu per Minggu (1) Minggu II Juli sampai Oktober 2013 Kegiatan (2) Hasil yang dicapai (3) - Mengikuti PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) - Dapat menerapkan kreativitas dan mengembangkan kesenian serta memperkaya budaya nasional - Menemukan ide untuk menggarap sebuah karya musik dengan menggunakan media ungkap reong dan terompong 16

Tabel 3.1 Lanjutan (1) (2) (3) Minggu II Oktober 2013 Minggu IV Selasa, 21 Januari 2014 Minggu V Januari 2014 Minggu I Februari 2014 Minggu II Februari 2014 Minggu I Jumat, 7 Maret 2014 - Mulai berproses menggarap - Mencari referensi, berdiskusi dengan senior dan temanteman karawitan angkatan 2010 - Ujian Komposisi IV dilaksanakan dan mahasiswa diharuskan membuat karya musik kontemporer - Mulai memantapkan karya musik Retro dan mencari referensi yang mendukung karya untuk Ujian Tugas Akhir - Menentukan pendukung dan tempat latihan yang digunakan dalam proses penggarapan - Menetapkan struktur dari karya musik ini - Pengumpulan proposal pada Ketua Jurusan Karawitan - Memilih hari baik untuk upacara nuasen - Mendapatkan sebuah bentuk karya musik dengan durasi lima menit yang dipresentasikan saat PKM - Mendapatkan masukan dan saran untuk menjadikan karya musik Retro untuk Ujian Tugas Akhir - Penata yakin untuk menggunakan karya musik Retro. - Penata mendapatkan nilai yang cukup memuaskan - Penata mendapatkan wawasan dan inspirasi lebih untuk menggarap karya musik Retro - Mendapatkan pendukung sesuai harapan penata yang berjumlah tujuh orang - Tempat latihan yang digunakan adalah di Banjar Kepisah Sumerta - Tercatat struktur karya musik yang dibagi atas tiga bagian dan macammacam teknik yang akan digunakan - Proposal diterima dan Ujian proposal - Melakukan upacara nuasen di Banjar Kepisah Sumerta 17

3.2 Tahap Percobaan (Improvisation) Tahapan ini merupakan tahapan kedua dalam proses penggarapan. Dalam tahapan ini penyediaan dorongan motivasi, menyebabkan penata merespon dan membuat tindakan yang lebih dalam. Percobaan-percobaan secara intensif mulai dilakukan dengan serius untuk proses pengumpulan motif-motif yang telah ditemukan secara reflek maupun secara kontemplasi. Inspirasi yang diperoleh untuk menghasilkan temuan berupa pola-pola atau motif-motif berasal dari menonton video yang terkait dengan kebutuhan karya musik Retro ini seperti video Water One dan Water Seven karya Wayan Gd Yudane, Puser Belah karya Michael Tenzer, Genetik karya Dewa Alit, dan Clapping Music dari Steve Reich. Karya tersebut memberikan beberapa contoh gambaran tentang pengorganisasian motif dan menjelaskan mengenai cara-cara membuat jalinan nada agar terdengar harmonis serta cara menonjolkan karakteristik masing-masing instrumen dalam sebuah karya musik. Notasi-notasi telah ditulis secara bertahap untuk menghindari kehilangan bahan garap di samping sebagai bahan dokumentasi. Selanjutnya pada saat nuasen dilakukan latihan pertama pada hari Jumat, 7 Maret 2014 sore, penata terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada pendukung mengenai ide dan konsep karya musik Retro agar para pendukung dapat memahami ide dan konsep tersebut untuk kelancaran proses latihan. Setelah para pendukung memahami ide dan konsep tersebut penata selanjutnya menuangkan bagian I. Latihan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Maret 2014 sore, penata melanjutkan bagian I dengan menuangkan motif-motif ritme yang bersumber dari warna suara yang terdapat pada instrumen reong dan 18

terompong. Pada bagian I penata ingin menunjukan pengenalan nada dari masingmasing instrumen reong dan terompong dari motif dasar menjadi motif yang rumit. Latihan selanjutnya pada hari Jumat, 14 Maret 2014 sore, latihan ini lebih banyak menggunakan permainan tujuh jenis pola garap yang berbeda pada instrumen reong dan terompong. Tujuh pemain reong dan terompong penata bagi dan bermain saling sahut dengan membedakan motifnya. Pada hari Rabu, tanggal 19 Maret 2014 penata mengulang pencapaian yang telah didapatkan sekaligus memantapkan bagian I dan pada keesokan hari Kamis, 20 Maret 2014 dilakukanlah bimbingan karya oleh dosen pembimbing. Karena pada minggu ke IV dan ke V pada bulan maret bertepatan menjelang hari raya Nyepi maka latihan ditiadakan. Latihan selanjutnya dilaksanakan pada hari Jumat, 11 April 2014 dengan menuangkan transisi menuju bagian II. Latihan tersebut berjalan lancar dan dilanjutkan pada hari Rabu, 16 April 2014 dengan menuangkan bagian II, pada bagian ini bermain dengan tujuh pola jenis pola garap yang berbeda dan bermain saling sahut dengan membedakan ukuran ketukannya dan akhirnya bertemu pada titik temu yang sama. Dilanjutkan pada hari Jumat, 18 April 2014 dengan mengaplikasikan motif permainan counterpoint pada instrumen reong dan terompong serta memantapkan bagian yang telah dituangkan dari bagian I dan bagian II, dilanjutkan menuangkan transisi menuju bagian ke III. Latihan bagian ke III dilaksanakan pada hari Senin, 21 April 2014, dengan mengaplikasikan motif permainan staccato atau bermain dengan terputus-putus pada instrumen reong dan terompong. Bimbingan juga dilakukan baik pada kelas 19

maupun di luar kelas guna mendapatkan saran dan masukan kesempurnaan karya musik. Tabel 3.2 Tahap Percobaan (Improvisation) Periode Waktu per Minggu (1) Minggu II Jumat, 7 Maret 2014 Minggu III Selasa, 11 Maret 2014 Minggu III Jumat, 14 Maret 2014 Minggu IV Rabu, 19 Maret 2014 Minggu IV Kamis, 20 Maret 2014 Minggu II Jumat, 11 April 2014 Kegiatan (2) Hasil yang dicapai (3) - Melakukan nuasen serta menjelaskan ide dan konsep kepada pendukung. - Dilanjutkan dengan menuangkan awal bagian I - Pendukung memahami ide dan konsep untuk memperjelas proses latihan - Latihan bagian I - Menuangkan pengenalan nada dan mengolah motif ritme yang bersumber dari pengolahan warna suara yang dihasilkan dari kedua instrumen - Latihan bagian I - Menuangkan pola permainan tujuh pola garap yang berbeda dari masing-masing instrumen - Latihan pengulangan dan memantapkan bagian I - Bimbingan bagian I di kampus ISI Denpasar - Latihan penuangan transisi menuju bagian II - Memantapakan bagian pertama agar pendukung lebih menghayati musik yang dibawakan - Dosen pembimbing menyarankan agar mencari warna suara yang lebih banyak dan pengaturan mengenai dinamika - Bagian transisi sudah dibentuk dilanjutkan dengan latihan ringan bagian ke II 20

Tabel 3.2 Lanjutan (1) (2) (3) Minggu III Rabu, 16 April 2014 - Latihan bagian II - Menuangkan bagian dengan pola garap yang berbeda yang akhirnya bertemu pada satu titik temu yang sama Minggu III Jumat, 18 April 2014 Minggu IV Senin, 21 April 2014 - Latihan bagian II dan melanjutkan transisi menuju bagian III - Mengaplikasikan motif permainan counterpoint dan canon, memantapkan bagian I dan II dilanjutkan dengan menuangkan transisi menuju bagian III - Latihan Bagian III - Mengatur dinamika dan menuangkan motif permainan staccato permainan pada kedua instrumen 3.3 Tahap Pembentukan (Forming) Pembentukan merupakan tahapan terakhir dalam proses berkreativitas. Pada tahapan ini sudah mengarah serta terfokus pada bentuk garapan dan pembakuan karya, motif-motif yang sudah digunakan disusun sesuai dengan kebutuhan garap dan estetika karya musik. Bimbingan-bimbingan karya musik maupun karya tulis lebih intensif dilakukan agar mendapatkan motivasi, saran, dan masukan untuk menunjang karya. Penyatuan rasa juga perlu dilakukan sehingga dapat membentuk garapan yang benar-benar utuh. Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan dan aksentuasi tertentu ditonjolkan sebagai suatu identitas agar diperoleh sebuah komposisi musik yang berkualitas. 21

Pembentukan dari bagian I sampai bagian III dilakukan pada hari Rabu, 23 April 2014 dengan lebih menghayati dan menjiwai musik yang dibawakan. Pada hari Minggu, 27 April 2014 dilakukan bimbingan karya oleh kedua pembimbing penata yaitu Pande Gede Mustika, SSKar., M.Si. dan Tri Haryanto, S.Kar., M.Si di Gedung Candra Metu Institut Seni Indonesia Denpasar. Pada hari Selasa, 29 April 2014 diadakan latihan panjang untuk memperjelas pengaturan dinamika pada bagian I, II, dan III. Keesokan harinya pada hari Rabu, 30 Januari melakukan Gladi Bersih di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar. Karya musik Retro dipergelarkan dan diuji oleh Dewan Penguji pada hari Rabu, 7 Mei 2014. Tabel 3.3 Tahap Pembentukan (Forming) Periode Waktu per Minggu Minggu IV Rabu, 23 April 2014 Minggu IV Minggu, 27 April 2014 Minggu V Selasa, 29 April 2014 Minggu V Rabu, 30 April 2014 Minggu II Rabu, 7 Mei 2014 Kegiatan - Latihan bagian I, II, dan III - Bimbingan karya musik oleh kedua pembimbing penata - Latihan panjang untuk bagian I, II, dan III Hasil yang dicapai - Dilakukan pembentukan dan penjiwaan pada karya musik - Dosen pembimbing penata menyarankan untuk memperjelas pengaturan dinamika, pengolahan nada dapat dibayangkan seperti ombak lautan - Mengadakan latihan panjang untuk memperjelas dinamika dari karya musik Retro - Gladi bersih - Gladi berjalan lancar sesuai dengan harapan penata - Pergelaran Ujian Tugas Akhir - Berjalan lancar sesuai dengan harapan penata 22

Tabel 3.4 Kegiatan Proses Kreativitas Tahap Kegiatan Ujian Proposal Juli- Oktober 2013 Rentang Waktu Penggarapan Januari 2014 Februari 2014 Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Penjajagan (Exploration) Percobaan (Improvisation) Pembentukan (Forming) Gladi Bersih & Ujian TA KETERANGAN : : Perenungan ide dan menerjemahkan ide menjadi bentuk garap : Pelaksanaan Ujian Proposal : Penggarapan karya musik : Pembentukan dan perbaikan karya musik : Pelaksanaan gladi bersih dan Pergelaran Ujian Tugas Akhir 23

BAB IV WUJUD GARAPAN Wujud merupakan sesuatu yang dapat secara nyata dipersepsikan melalui mata atau telinga dan secara abstrak yang dapat dibayangkan atau dikhayalkan oleh panca indra (Djelantik, 1990:17). Segala sesuatu yang berbentuk memiliki elemen-elemen yang menyusunnya seperti isi, bobot, penampilan, dan jiwa yang semuanya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Seperti halnya dalam karya musik Retro yang berbentuk satu kesatuan utuh yang membingkainya. 4.1 Deskripsi Garapan Karya musik Retro merupakan singkatan dari reong dan terompong yaitu perpaduan antara instrumen reong dan terompong Gong Kebyar yang diungkapkan ke dalam sebuah karya musik kontemporer dengan memberikan nuansa, kesan, dan fungsi berbeda secara musikal maupun teoritis. Untuk mewujudkannya penata menggunakan teknik-teknik komposisi seperti canon, counterpoint, staccato, dan mengolah unsur-unsur musik seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika. Karya musik Retro berasal dari sebuah konsep musik minimalis yang bereksperimen dari macam-macam karakteristik warna suara yang dihasilkan dari instrumen reong dan terompong. Karya musik Retro menggunakan media ungkap satu tungguh instrumen reong dan terompong Gong Kebyar, serta dimainkan menggunakan panggul sebagai alat pukul yang dieksplorasi bebas sesuai dengan kebutuhan garap pribadi penata. 24

Karya musik Retro disajikan secara konser pada panggung prosenium gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar dengan jumlah pemain sebanyak tujuh orang termasuk penata yang memiliki spesialisasi memainkan instrumen reong dan terompong. Karya musik Retro disusun atas tiga garis besar yang masing-masing bagiannya memiliki karakter pola yang berbeda. Kebebasan rasa pemain reong dan terompong dalam menafsirkan gaya dan bentuk permainan penata berikan ruang khusus namun masih dalam bingkai penataan komposisi. Karya musik Retro ini diharapkan dapat memacu kreativitas dalam berkarya dan untuk pengembangan potensi dalam rangka aktualisasi diri. 4.2 Analisa Struktur Struktur atau susunan dari suatu karya seni adalah aspek menyangkut keseluruhan dari karya itu dan meliputi juga peranan masing-masing bagian untuk dapat dicapainya sebuah bentuk karya musik (Djelantik, 1990:32). Dalam struktur karya musik ada hubungan tertentu antara bagian-bagian yang tersusun dan saling berkaitan. Struktur karya musik dihubungkan dengan sebuah jembatan-jembatan penghubung yang disebut transisi. Secara struktural, karya musik Retro ini dibagi menjadi tiga garis besar yang terdiri dari bagian I, II, dan III. Pembagian ini dimaksudkan agar terlihat masing-masing penonjolan, perbedaan karakteristik, style, dan keragaman motif dari hasil proses kreativitas yang penuh perjuangan antara teori dan skill berkomposisi. Struktur karya musik Retro dapat diuraikan sebagai berikut : 25

Bagian I Merupakan bagian awal dari karya musik dan sebagai konklusi dari karya musik Retro. Pada dasarnya pada bagian ini, penata ingin menunjukan pengenalan nada dan macam-macam karakteristik warna suara yang dihasilkan dari instrumen reong dan terompong. Notasi Bagian I (F1) R : 5 5. 7....... 3... 4 T :. 5 5 7... 1........ R :.......77 7.. 11. 33.. T :... 5.....77 11... 33. R : 44... 55 5 G T :. 44. 55.. G (F2) R : 5 571 71 1 5 7. 1.. 3... 4. T : 5 5. 1 5 7. 1.. 3... 4. R :... 5. 77 7.. 11. 33.. 44. T :... 5... 77 11... 33.. 44 R :.. 55 5 G T :. 55.. G 26

(F3) R1: B... B... B... B... B... B... B R2: B.. B.. B.. B.. B.. B.. B.. B.. B R3: B. B. B. B. B. B. B. B. B. B. B. B. B R4: B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B T : 1 7 3 5 4 4 5 3 7 1 3 4 5 7 1 3 3 5 4 4 5 3 7 1 B 2x (F4) T1: BB B B.B.B B BB B T2:.B.B. B B.B.B. T3: BB B BB B B.B.B B R1: B B.B.B.B. B B R2:.B. B B B B.B.B R3: B.B B.B B.B.B.B R4:.B B.B B.B B.B.B R : B. B. B. B. B B B B BB BB B T :. B. B. B...B.B.B... B 27

R : G. G. G. G. G G G G GG GG G T :. G. G. G...G.G.G... G (F5) R4: C. C C. C C C R3: C C. C C. C C R2: C C C. C C. C R1: C C C C. C C. T3:. C C C C. C C T2: C. C C C C. C T1: C C. C C C C. (F6) T1: C C C B T2:.C.C.B.C T3: C C B C R1:.C.B.C.C R2: C B C C R3:.B.C.C.C R4: B C C C 28

Transisi menuju bagian II R : 45 74 57 45 7457 4574 5745 7 Jalannya Sajian Motif dasar dari reong dan terompong (F1), motif dasar merupakan motif dari pengenalan masing-masing nada yang terdapat pada kedua instrumen dengan memukul nada 5 sampai 7 pada instrumen reong dan nada 1 sampai 7 pada instrumen terompong. Motif dasar dimainkan dengan tempo lambat dilanjutkan dengan motif dasar yang dikembangkan. Motif dasar yang dikembangkan (F2) menjadi beragam motif dengan tujuan ingin menunjukan bahwa motif yang rumit berasal dari motif yang paling dasar sehingga motif dasar yang bersifat sedeharna menjadi padat dan rumit disajikan dengan tempo cepat. Setelah pengenalan nada, pada bagian I dilanjutkan dengan sajian berikut pada notasi (F3) yaitu bermain dengan empat jenis pola garap yang berbeda pada instrumen reong, pola permainan saling sahut dengan membedakan ukuran ketukannya. Permainan dengan jumlah ketukan yang berbeda ini bertemu pada satu titik temu yang sama dan dilanjutkan dengan pengenalan nada instrumen terompong yang diulang dua kali dengan tempo sedang. Selanjutnya menggunakan teknik permainan ritme, yaitu antara empat pemain reong dan tiga pemain terompong penata bagi dengan permainan motif yang berbeda (F4), (F5), dan (F6) dengan pengolahan unsur dinamika, dilanjutkan transisi menuju bagian II. Dalam transisi ini, masing-masing pemain 29

menggunakan pola Byot, yaitu dengan menabuh dua nada secara bersamaan yang berjarak satu nada dari masing-masing nada dasarnya secara bergantian. Bagian II Pada bagian ini bermain dengan tujuh pola jenis pola garap yang berbeda yang penata bagi pada instrumen reong dan terompong, bermain saling sahut dengan membedakan ukuran ketukannya. Permainan dengan jumlah ketukan berbeda antara reong dan terompong yang bertemu pada satu titik temu. Notasi Bagian II (F1) R1: 5. 57. 7. 71. 1. 15. 5. 57. 7. 71. 1. 15. 5. 57. 7. 71. 1. 15. 5. 57. 7 R2: 3... 34... 4... 45... 5... 53... 3... 34... 4... 45... 5 R3: 7.... 71.... 1.... 13.... 3.... 37.... 7.... 71.... 1 R4: 4......... 45......... 5......... 57......... 7 30

T1: 134... 341... 413... 134... 341... 413... 134... 341... 413... 134... 341 T2: 571.... 715.... 157.... 571.... 715.... 157.... 571.... 715.... 157 T3: 345. 457. 573. 734. 345. 457. 573. 734. 345. 457. 573. 734. 345. 457. 573. 734. 345. 457. 573. 734. 345 2x (F2) Motif counterpoint T1: 34. 1 4.1 3. 1 R1:. 57 1.5 7. 5 1 R3: 3.7 13..1 3.7 1 R2:.4 5. 45..4 5. T2:. 5 1.5 71..7 1 T3: 3.7.3 4 7 34 5. R4:.4 5. 4 7.4 57. (F3) Motif canon R : 17 54 35 43 1... 13 71 31 71 37 13 45 43 31

T :.... 17 54 35 43 1....... R : 1 T : 13 71 31 71 37 13 45 43 1 2x Jalannya Sajian Permainan pola garap yang berbeda dibagi menjadi tujuh (F1) yaitu tiga pada instrumen terompong dengan masing-masing pemain memukul tiga nada kecuali pemain terompong yang posisi menabuhnya paling kanan memukul empat nada dan pada instrumen reong penata bagi menjadi empat dengan masing-masing pemain memukul tiga nada. Teknik pengolahannya secara bergantian yang diawali dengan turunnya reong dan dilanjutkan turunnya terompong. Selanjutnya dimainkan bersama yang diulang dua kali dengan tempo sedang. Dengan teknik permainan counterpoint (F2) yaitu membagi tujuh pemain dengan masing-masing memiliki kalimat lagu yang berbeda, namun memiliki kaitan jalinan antara yang satu dengan lainnya yang dimainkan secara bersamaan dengan tempo sedang. Sajian selanjutnya mengaplikasikan teknik permainan canon (F3) atau masuk bersama tetapi membedakan ukuran ketukannya dan berakhir secara bergiliran pada instrumen reong dan terompong yang diulang dua kali tetapi membedakan temponya. Tempo pertama dengan tempo pelan dilanjutkan pengulangan dengan tempo cepat. Sajian selanjutnya menuju bagian III. 32

Bagian III Bagian ketiga adalah bagian akhir atau ending dari karya musik Retro. Pada bagian ketiga ini menggunakan teknik permainan staccato dengan pengolahan nada yang terputus-putus. Notasi Bagian III. (F1) R1 dan R2 : 13 71 34 5 45 34 57 13 45 54 31 75 57 1 34 5 R3 dan R4 : 71 34 57 7 57 45 71 34 57 71 34 57 54 34 317 T : 1 13 5 53 57 34 54 17 57 13 5 13 57 75 4513 57 43 31 57 3x (F2) Motif Staccato T : 11.5 5 11.3 3 51 35 13 51 3 13 R :.1 1 55.1 1 33.5 13 51 35 13 13 3x (F3) R : 54 33 33 54 33 33 43 45........ T :....... 57 13 1 57 13 1 3 7 77 R :.... 37 13 73 13 71 31 7.. CC BB B T :.7 7 77.7 3.. 1.. 71 31 7. CC BB R :. G 73 71 31 7 33

T : B G. 71 31 7 T6 : 5.. 7.. 1.. 5 5 T5 :. 1.. 3.. 4.. 1 T7 :. 5.. 7.. 7.. 5 R1 dan R2: 55 13 51 31 71 34 31 71 34 31 71 34 31 71 34 31 71 34 5 R3 dan R4:.7 13 45 77 34 73 43 13 45 43 13 45 43 13 45 43 13 45 43 13 45 43 17 R2 dan R3: 54 57 17 54 57 17 54 57 17 54 57 17 54 57 1 Jalannya sajian Pada bagian III penata membagi pemain reong menjadi dua dengan dua jenis pola garap yang berbeda, yaitu kelompok satu R1 dengan R2 dan kelompok dua R3 dengan R4 pada (F1). Antara kelompok satu dan dua bermain saling sahut yang dituntun dengan melodi pada instrumen terompong yang diulang tiga kali dengan tempo sedang. Dilanjutkan dengan motif staccato pada (F2) yaitu dengan pengolahan nada yang terputus-putus pada instrumen reong dan terompong yang diulang tiga kali dengan mengatur keras lirihnya lagu dengan tempo cepat, sedang, dan lambat. Sajian selanjutnya penata membuat jalinan ending (F3) dengan membuat arah 34

nada yang berbeda antara instrumen reong dan terompong yang bermain bebas tidak saling berkaitan antara reong dan terompong. 4.3 Analisa Simbol Simbol merupakan tanda agar penikmat seni mengetahui tujuan yang akan diapresiasikan dan juga mampu mengungkapkan ide atau gagasan dalam sebuah karya musik. Selain digunakan dalam notasi, simbol juga digunakan sebagai tanda atau kode. Dalam karya musik Retro sebagai simbol-simbol digunakan dalam penulisan notasi lagu. Simbol yang digunakan dalam pencatatan notasi karya musik Retro menggunakan dua jenis simbol yaitu huruf alfabet dan aksara Bali. Adapun simbol berupa alfabet dalam karya musik Retro sebagai berikut: 35

Tabel 4.1 Simbol Dalam Penulisan Notasi Simbol Keterangan/ Cara Membunyikan Bunyi G B K C Memukul puncak pencon dua nada yang berjarak satu nada, dengan cara melepas pukulan puncak pencon Memukul puncak pencon dua nada yang berjarak satu nada, dengan cara mendiamkan pukulan pada puncak pencon Memukul tangkar pencon dua nada yang berjarak satu nada, dengan cara mendiamkan pukulan pada tangkar pencon Memukul tangkar pencon dua nada yang berjarak satu nada, dengan cara melepas pukulan dari tangkar pencon Byong R Instrumen reong _ R1 R2 R3 R4 Pemain reong I (Penyorog) posisi penabuh paling kiri pada instrumen reong Pemain reong II (Pengenter) posisi penabuh nomor dua dari kiri pada instrument reong Pemain reong I (Penyelag) posisi penabuh nomor tiga dari kiri pada instrument reong Pemain reong I (Pemetit) posisi penabuh paling kanan pada instrumen reong T Instrumen terompong _ T1 T2 T3 Pemain terompong I, posisi penabuh paling kiri pada instrumen terompong Pemain terompong II, posisi penabuh di tengah pada instrumen terompong Pemain terompong III, posisi penabuh paling kanan pada instrumen terompong F Frase _ F1 Frase pertama pada bagian _ Byot Cek Ceng F2 Frase 2 pada bagian 36

Nama Aksara Tabel 4.2 Simbol Penganggening Aksara Bali Ulu Tedong Taleng Suku Carik Simbol 3 4 5 7 1 Dibaca Nding Ndong Ndeng Ndung Ndang Selain digunakan dalam sistem penulisan notasi, simbol juga digunakan sebagai tanda yang lazim digunakan dalam seni musik yaitu :.... Tanda ulang, artinya lagu dimainkan secara berulangulang... Garis nilai yang berharga ½, artinya setiap ketuk terdapat dua ritme.... Garis nilai yang berharga 1/3, artinya setiap ketuk terdapat tiga ritme..... Tanda ketukan. 3 Tanda yang merupakan pukulan mati pada nada yang dipukul. 4.4 Analisa Materi Materi merupakan unsur terpenting dalam membangun wujud sebuah karya musik khususnya karya musik Retro. Dalam karya musik Retro elemen penting sebagai materi yang patut dianalisa ditentukan berdasarkan motif-motif lagu, teknik pukulan, dan cara-cara mengeksplorasi bunyi untuk membentuk karakter masing-masing bagian. Tujuan analisa materi ini adalah agar karya musik 37