PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS. Korry Novitriani M.Si Iin Intarsih A.Md.Ak. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya

dokumen-dokumen yang mirip
PENAMBAHAN BAWANG MERAH ( Allium ascalonicum ) UNTUK MENGHAMBAT LAJU PEMBENTUKAN PEROKSIDA DAN IODIUM PADA MINYAK CURAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MUTU MINYAK GORENG

EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comocus) PADA PENINGKATAN NILAI MUTU MINYAK KELAPA (Coconus nucifera)

Penurunan Bilangan Peroksida dengan kulit pisang kepok (Musa normalis L)

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

ANALISA KADAR IODIUM PADA TELUR ASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI ASAM SITRAT TERHADAP PENURUNAN BILANGAN ASAM DAN KEPEKATAN WARNA MINYAK JELANTAH MELALUI PROSES ADSORPSI.

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berbentuk padat pada suhu kamar (Wikipedia 2013).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN BUAH MENGKUDU

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai alat pengolah bahan bahan makanan. Dalam keseharian minyak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

Pemanfaatan Limbah Debu Tanur Pembakaran Laterit Nikel (Raw Gas) Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Mutu Minyak Kelapa Nohong *)

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

BAB I PENDAHULUAN. Gorengan adalah produk makanan yang diolah dengan cara menggoreng

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

EFEKTIFITAS KARBON AKTIF DALAM MENURUNKAN KADAR BILANGAN PEROKSIDA DAN PENJERNIHAN WARNA PADA MINYAK GORENG BEKAS

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

ALCHEMY, Vol. 1 No. 2 Maret 2010, hal

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Jason Mandela's Lab Report

r = pengulangan/replikasi 15 faktor nilai derajat kebebasan Penurunan bilangan peroksida pada minyak jelantah.

PENGARUH GORENGAN DAN INTENSITAS PENGGORENGAN TERHADAP KUALITAS MINYAK GORENG

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ADSORPSI TERHADAP SIFAT KIMIA-FISIKA MINYAK GORENG BEKAS HASIL PEMURNIAN MENGGUNAKAN ADSORBEN AMPAS PATI AREN DAN BENTONIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama minyak sangat menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya, karena asam

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

PROSES PEMBUATAN SABUN CAIR DARI CAMPURAN MINYAK GORENG BEKAS DAN MINYAK KELAPA

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA ALAT DESPICING DAN NETRALISASI PADA PROSES PENJERNIHAN MINYAK GORENG BEKAS

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 Pembahasan Degumming

ANGKA PEROKSIDA PADA MINYAK KELAPA HASIL OLAHAN TRADISIONAL DAN HASIL OLAHAN DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

MANFAAT DARI BEBERAPA JENIS BLEACHING EARTH TERHADAP WARNA CPO (CRUDE PALM OIL)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

ANALISIS BILANGAN PEROKSIDA MINYAK SAWIT HASIL GORENGAN TEMPE PADA BERBAGAI WAKTU PEMANASAN DENGAN TITRASI IODOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. tropis seperti di pesisir pantai dan dataran tinggi seperti lereng gunung.

Pancasakti Science Education Journal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

REGENERASI MINYAK JELANTAH SECARA ADSORBSI MENGGUNAKAN AMPAS PATI AREN DAN BENTONIT PADA BERBAGAI VARIASI ADSORBEN

Recovery Minyak Jelantah Menggunakan Mengkudu Sebagai Absorben

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

Transkripsi:

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS Korry Novitriani M.Si Iin Intarsih A.Md.Ak Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmlaya Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada ABSTRAK Alternatif pengolahan minyak goreng bekas adalah melalui proses pemurnian dengan menggunakan sejumlah adsorben. Proses pengolahan minyak goreng bekas tersebut telah dilakukan oleh Sumarni (2004), dengan menggunakan bentonit dan arang aktif untuk penjernihan minyak goreng bekas yang hasilnya menunjukkan bahwa bilangan asam dan peroksida juga mengalami penurunan, namun minyak yang dihasilkan kurang memenuhi standar umum. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan merupakan minyak goreng bekas yang diberi perlakuan melalui proses pemurnian (despicing, netralisasi, dan bleacing). Kemudian pengumpulan data berdasarkan analisa laboratorium secara kuantitatif dan analisa data dengan perhitungan angka peroksida dengan metode iodometri. Berdasarkan hasil penelitian terhadap angka peroksida pada minyak goreng bekas sebelum proses pemurnian adalah sebesar 17,0863 meq/kg, sedangkan pada minyak goreng bekas sesudah proses pemurnian sebesar 9,0080 meq/kg. Hasil yang didapat belum memenuhi standar umum minyak goreng yaitu 2 meq/kg. Adanya proses pemurnian mampu menurunkan angka peroksida sebesar 47,28 % dari minyak goreng bekas. PENDAHULUAN Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Kebutuhan minyak goreng semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, sehingga minyak goreng bekas yang dihasilkan semakin meningkat pula. Fakta yang terjadi selama ini, kebanyakan ibu rumah tangga melakukan pemakaian minyak goreng secara berulang kali bahkan sampai minyak yang digunakan tersebut habis. Padahal minyak goreng tersebut sudah tidak layak dipakai lagi dan akan berdampak pada kesehatan apabila tetap dikonsumsi. Proses kerusakan minyak berlangsung sejak pengolahan sampai siap dikonsumsi, kerusakan minyak selama proses menggoreng akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng, minyak 101 yang rusak akan menghasilkan bahan dengan penampilan yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak (Ketaren, 2008). Kerusakan minyak yang utama adalah karena peristiwa oksidasi, hasil yang diakibatkan salah satunya adalah terbentuknya peroksida dan aldehid (Sudarmadji, 2007). Bergabungnya peroksida dalam sistem peredaran darah, mengakibatkan kebutuhan vitamin E yang lebih besar. Peroksida akan membentuk persenyawaan lipoperoksida secara non enzimatis dalam otot usus dan mitochondria. Lipoperoksida dalam aliran darah mengakibatkan denaturasi lipoprotein yang mempunyai kerapatan rendah. Lipoprotein dalam keadaan normal mempunyai fungsi aktif sebagai alat transportasi trigliserida dan jika lipoprotein mengalami denaturasi, akan mengakibatkan deposisi lemak dalam pembuluh darah (aorta) sehingga

menimbulkan gejala atherosclerosis (Ketaren, 2008). METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Sampel dalam penelitian ini minyak goreng bekas diberi perlakuan melalui proses pemurnian (despicing, netralisasi, dan bleacing). Pengumpulan data berdasarkan analisa laboratorium secara kuantitatif. Analisa data dengan perhitungan angka peroksida dengan metode iodometri. B. Instrumen Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat gelas (batang pengaduk, gelas kimia, corong, corong pisah, erlenmeyer, labu ukur, mikroburet, pipet volume dan gelas ukur). C. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah amilum 1%, karbon aktif, CH 3 COOH 98%, CHCl 3, H 2 SO 4P, K 2 Cr 2 O 7 0,1N, KI, Na 2 CO 3 0,01N dan NaOH 16%. D. Prosedur 1. Pemurnian Minyak Goreng Bekas a. Proses Penghilangan Bumbu (Despicing) b. Proses Netralisasi c. Proses Pemucatan (Bleaching) (Taufik, 2007 dan Muallifah, 2009) 2. Penentuan Angka Peroksida Metode Iodometri dengan Prinsip minyak/ lemak dilarutkan dalam pelarut tertentu, dengan penambahan KI maka akan terjadi pelepasan iod (I 2 ). Iod yang bebas dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3. HASIL PENELITIAN A. Sifat Organoleptik a. Warna 102 Gambar 1 minyak sebelum dimurnikan Gambar 2 minyak setelah dimurnikan B. Angka Peroksida 1. Normalitas Na 2 S 2 O 3 Tabel 1 Data Standarisasi Na 2 S 2 O 3 dengan K 2 Cr 2 O 7 V K 2 Cr 2 O 7 V Na 2 S 2 O 3 (ml) (ml) 10,0 10,70 10,0 10,60 Rata-rata 10,65 2. Penetapan Sampel Tabel 2 Data Titrasi Blanko Titrasi Ke Volume (ml) 1 0,10 2 0,10 Rata-rata 0,10 Kode Sampel Tabel 3 Data Hasil Pemeriksaan Berat Volume Sampel (ml) (g) A 5,0242 9,00 5,0242 8,90

Rata - 8.95 rata B 5,0072 4,70 5,0072 4,80 Rata - 4.75 rata Ket : A = Sebelum Pemurnian B = Sesudah Pemurnian Tabel 4 Data Angka Peroksida Sampel Kode Berat Sampel Angka Peroksid Penurun an (%) a (meq/kg) A 5,0242 17,0863 47,28 B 5,0072 9,0080 PEMBAHASAN Minyak goreng bekas merupakan minyak goreng yang telah dipakai berulang kali, mempunyai warna yang tidak jernih, menjadi kecoklatan bahkan sampai kehitaman. Dengan adanya perubahan fisik demikian membuat mutu dari minyak tersebut berkurang. Oleh karena itu diharapkan ada alternatif untuk meningkatkan mutu minyak goreng, salah satu cara untuk meningkatkan mutu minyak goreng adalah dengan pemurnian. Pada penelitian ini dilakukan 3 tahapan pemurnian, yaitu: proses pemisahan bumbu (despicing), netralisasi dan pemucatan (bleaching). Dalam proses despicing, minyak goreng bekas ditambahkan air dengan volume yang sama, kemudian dipanaskan hingga air tinggal setengahnya. Proses ini bertujuan untuk memisahkan partikel halus tersuspensi seperti protein, karbohidrat, garam, gula dan bumbu rempah-rempah, tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak (Ketaren, 2008). Kotoran tersebut bersifat polar, sehingga kotoran akan larut dalam air dan ikut mengendap di bawah permukaan air, sehingga pada proses ini diperoleh minyak yang bebas bumbu, dengan warna minyak yang semula coklat tua menjadi coklat muda. 103 Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Minyak hasil despicing selanjutnya diolah pada tahap ke 2 yaitu proses netralisasi dengan tujuan untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa sehingga membentuk sabun. Penggunaan NaOH membantu mengurangi zat warna dan kotoran yang berupa getah serta lendir dalam minyak yang tidak dapat dihilangkan pada saat proses despicing. Minyak goreng dicampurkan dengan larutan NaOH 16 % dan dipercepat oleh pemanasan serta pengadukan akan terbentuk butiran kecil-kecil dan lama kelamaan warnanya berubah dari kecoklatan menjadi orange. Butiran tersebut merupakan sabun. Minyak netral yang dihasilkan berwarna orange jernih. Selanjutnya minyak hasil netralisasi masuk pada tahapan terakhir yaitu proses pemucatan (bleaching) yang bertujuan untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai serta senyawa-senyawa pengotor yang terkandung dalam minyak dengan menggunakan karbon aktif. Penambahan karbon aktif dilakukan pada saat mencapai suhu 70 0 C, dilakukan pengadukan dengan magnetik stirer dan suhu ditingkatkan menjadi 100 0 C. Hal ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara adsorben (karbon aktif) dan adsorbat (senyawa peroksida). Adanya proses pengadukan, maka peroksida yang terkandung dalam minyak akan sering melakukan kontak atau bertumbukan dengan karbon aktif. Bila terus-menerus mengalami tumbukan, maka senyawa peroksida berpindah dari minyak menuju kabon aktif. Angka Peroksida bisa dijadikan sebagai indikator kerusakan minyak dan lemak karena peroksida sebagai senyawa antara dalam proses oksidasi yang menyebabkan ketengikan. Angka peroksida ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan KI. Lemak direaksikan dengan KI dalam pelarut asam asetat dan kloroform, kemudian iodin yang terbentuk

ditentukan dengan titrasi memakai Na 2 S 2 O 3 (Winarno, 2002). Berdasarkan hasil penelitian terhadap angka peroksida pada minyak goreng bekas sebelum dan sesudah proses pemurnian dapat dilihat pada tabel 5: Tabel 5 Angka Peroksida pada Minyak Goreng Baru, Bekas, dan Hasil Reprocessing Angka Peroksida (meq/kg) Standar Umum Minyak Baru Minyak Bekas Hasil Reprocessing Maks. 2 1,8388 17,0863 9,0080 Data hasil penelitian menunjukkan bahwa angka peroksida tertinggi adalah pada minyak goreng bekas, hal ini dikarenakan adanya proses oksidasi pada saat proses pemasakan atau penyimpanan, sehingga meningkatkan peroksida. Oksidasi terjadi pada ikatan tidak jenuh dalam asam lemak. Pada suhu kamar sampai dengan suhu 100 0 C, setiap satu ikatan tidak jenuh dapat mengabsorpsi 2 atom oksigen, sehingga terbentuk persenyawaan yang bersifat labil. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka peroksida pada minyak yaitu besarnya derajat ketidakjenuhan minyak dan lemak, tingginya suhu penggorengan, penyimpanan minyak, adanya cahaya, katalis logam, serta banyaknya oksigen di dalam bahan berlemak/berminyak. Angka peroksida pada minyak goreng bekas sebesar 17,0863 meq/kg, sedangkan angka peroksida minyak hasil reprocessing sebesar 9,0080 meq/kg, yang mana belum memenuhi standar umum minyak goreng. Sehingga tidak layak dikonsumsi, apabila masih tetap dikonsumsi maka akan menyebabkan penyakit dan membahayakan bagi kesehatan tubuh. Adanya proses pemurnian mampu menurunkan angka peroksida sebesar 47,28 % dari minyak goreng bekas. Proses penurunan angka peroksida disebabkan karena adanya fungsi karbon aktif (bleaching carbon) yaitu untuk memucatkan minyak, dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak, misalnya peroksida (Ketaren, 2008). Karbon aktif adalah suatu padatan berpori, sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masingmasing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Proses adsorpsi antara peroksida dengan karbon aktif dikarenakan adanya perbedaan energi potensial antara permukaan adsorben dan zat yang diserap (Ketaren, 2008). Setiap partikel adsorbat yang mendekati ke permukaan adsorben melalui gaya Van der Waals atau ikatan hidrogen (Muchtaridi, 2006). Peroksida merupakan molekul nonpolar, dan karbon aktif juga termasuk nonpolar, sehingga gaya yang terjadi yaitu gaya London (molekul nonpolar dengan nonpolar). Proses pemurnian ini dapat menurunkan angka peroksida, tetapi belum bisa mencapai nilai standar berdasarkan SNI 3741-1995 yaitu 2 meq//kg peroksida (Lampiran 11). Penggunaan karbon aktif pada penelitian ini yaitu karbon aktif yang bersifat teknis berasal dari pasaran. Penggunaan bahan teknis mampu untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak dikehendaki, tetapi belum optimal. Hal ini karena proses pembuatannya karbon aktif tidak diketahui, sehingga kandungan karbonnya pun tidak diketahui dengan pasti. Selain itu kandungan peroksida pada minyak goreng bekas yang tinggi dengan proses pengadukan yang dilakukan selama 3 jam, kemungkinan tidak cukup untuk memindahkan peroksida menuju karbon aktif. 104

Untuk mengidentifikasi adanya peroksida dilakukan titrasi metode iodometri dan dilakukan pula pemeriksaan untuk kualitas minyak goreng menggunakan spektrofotometer uv-vis dengan melihat ikatan rangkapnya. Pada pemeriksaan ini dilakukan scaning terhadap panjang gelombang maksimum dengan rentang panjang gelombang 270 nm 450 nm (Tabel 5.2). Tabel 5.2 Panjang Gelombang Maksimum pada Minyak Goreng Baru, Bekas, dan Hasil Reprocessing Panjang Jenis Minyak Gelombang Absorban (nm) Minyak Baru 372.2 3.474 Minyak Bekas 395.2 3.650 Minyak Hasil Reprocessing 377.2 3.474 Minyak goreng baru mengandung lebih banyak ikatan dien dengan panjang gelombang maksimum antara 230 nm -240 nm berwarna putih jernih, sedangkan minyak goreng yang telah mengalami pengolahan akan lebih banyak mengandung ikatan tetraen dengan panjang gelombang > 300 nm. Berdasarkan hasil penelitian untuk sampel minyak goreng baru saja panjang gelombang maksimal berada pada 372.2 nm. Sampel berwarna kuning jernih dikarenakan sampel berupa minyak goreng yang berasal dari minyak kelapa sawit. Sumber minyak dapat berpengaruh pada kandungan dari minyak goreng tersebut. Minyak goreng berwarna kuning kemerahan berasal dari betakaroten (provitamin A). Adapun untuk minyak goreng bekas berada pada panjang gelombang maksimum 395.2 nm. Minyak goreng bekas telah mengalami pengolahan atau pemanasan yang lebih lama maka warnanya menjadi coklat, hal ini dapat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehid dan gugus amin dari protein yang disebabkan oleh aktivitas enzim-enzim. Minyak goreng hasil reprocessing berada pada panjang gelombang 377.2 nm memiliki absorban yang sama dengan minyak goreng baru yaitu 3.474. Hal ini menunjukan bahwa hasil pemurnian dapat mengembalikan warna dari minyak goreng bekas mendekati warna minyak baru, sehingga absorban serta panjang gelombang dari minyak goreng bekas tersebut mirip dengan minyak baru. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap angka peroksida pada minyak goreng bekas sebelum proses pemurnian adalah sebesar 17,0863 meq/kg, sedangkan pada minyak goreng bekas sesudah proses pemurnian sebesar 9,0080 meq/kg. Hasil yang didapat belum memenuhi standar umum minyak goreng yaitu 2 meq/kg. Adanya proses pemurnian mampu menurunkan angka peroksida sebesar 47,28 % dari minyak goreng bekas. DAFTAR PUSTAKA Ketaren, S, Pengantar Tekhnologi Minyak dan Lemak Pangan, Edisi I, Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 2008. Muallifah, S, Penentuan Angka Asam Thiobarbiturat Dan Angka Peroksida Pada Minyak Goreng Bekas Hasil Pemurnian Dengan Karbon Aktif Dari Biji Kelor (Moringa Oleifera, Lamk) (Skripsi), 2009. Muchtadi, D, Pengantar Ilmu Gizi, Alfabeta, Bandung, 2009. Muchtaridi, Kimia 2, Yudisthira, 2006. SNI, Minyak Goreng, BSN (Badan Standarisasi Nasional), Jakarta, 2002. Sumarni, dkk, Proses Penjernihan Minyak Goreng Bekas Menggunakan Campuran Bentonit dan Arang Aktif, Jurnal Teknik Kimia, Yogyakarta, 2004. 105

Taufiq, M, Pemurnian Minyak Goreng Bekas (Jelantah) Menggunakan Biji Kelor (Moringa olifera Lamk) (Skripsi), 2007, hal 47. Wijana, S, Arif, H, dan Nur, H, Tekno Pangan: Mengolah Minyak Goreng Bekas, Trubus Agrisarana, Surabaya, 2005. Winarno, F.G, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002. Winarno, F.G, Fardiaz Srikandi, Dedi, Pengantar Tekhnologi Pangan, Cetakan Ketiga, Gramedia, Jakarta, 1980. 106