BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil pekerjaan kreatif manusia. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui para tokoh imajinatifnya, dan memberikan cara-cara memahami

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. moral bagi masyarakat, salah satunya ialah melalui karya sastra. Karya sastra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang kajian struktural-genetik belum ada yang meneliti di Kampus

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari imajinasi pengarang. Imajinasi yang dituangkan dalam karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu (Junus dalam Siswanto, 2008: 192). Segala peristiwa yang menjadi latar dalam suatu karya sastra merupakan hasil dari cerminan keadaan sosial dari masyarakat yang melatarbelakanginya. Oleh karenanya, masyarakat yang dimunculkan merupakan keberadaan yang faktual. Sebuah karya sastra ditulis oleh pengarang untuk menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Karya sastra mengandung penerapan moraldalam sikap dan tingkah laku para tokoh dengan pandangannya tentang moral.melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkandapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, dandiamanatkan. Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat danpesan. Bahkan unsur amanat itu sebenarnya merupakan gagasan yangmendasari penulisan karya sastra itu sendiri, gagasan yang mendasaridiciptakannya karya sastra sebagai pendukung pesan (Nurgiyantoro, 2007:321). Karya sastra lahir bukan dari kekosongan sosial. Karya sastra tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat sosial. Tidak dipungkiri sosial budaya memengaruhi lahirnya karya sastra seperti sekarang ini. Menurut Endraswara (2003: 78)Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. Endraswara (2003: 56) Karya dipandang sebagai sebuah refleksi zaman yang dapat mengungkap aspek sosial budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Peristiwaperistiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung dengan unsur-unsur instrinsik karya sastra. Semi (1993: 8) berpendapat bahwa sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia. Sastra juga dimaknai sebagai karya fiksi yang sifatnya imajinatif karena dapat mentrasformasikan kenyataan ke dalam teks. Sastra menyajikan dunia dalam kata, yang bukan dunia sesungguhnya, tetapi dunia yang mungkin ada. 1

2 Jika ditarik jauh ke belakang penelitian mengenai karya sastra diawali dengan kajian strukturalisme. Penafsiran metode strukturalisme murni atau strukturalisme klasik kurang berhasil karena pemaknaan teks sastra yang mengabaikan pengarang sebagai pemberi makna akan berbahaya karena penafsiran tersebut akan mengorbankan ciri khas, kepribadian, cita-cita, dan juga norma-norma yang dipegang teguh oleh pengarang tersebut dalam kultur sosial tertentu (Teeuw dalam Endraswara, 2003: 56). Strukturalisme dalam kajiannya memerlukan adanya kajian lain untuk memperkuat. Menurut Ratna (2009:121)Dalam rangka memberikan keseimbangan antara karya sastra dengan aspek-aspek yang ada di luarnya, yaitu antara hakikat ekonomi dengan hakikat ketergantungan sosialnya, Goldmann tidak secara langsung menghubungkan karya dengan struktur sosial yang menghasilkannya, melainkan mengaitkannya dengan kelas sosial dominan. Dalam hal ini dikaitkan bahwa Goldmann mendasrkan teorinya pada konsep kunci Marx (Ratna, 2009:121). Dengan demikian kajian poststrukturalisme memperkuat dengan adanya sosiologi sastra. Metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan memepertimbangkan bentuk, isi dan sifat sastra sebagai subyek kajian. Penelitian sastra akan berusaha menerangjelaskan kepadasiapa bentang maksud yang ada di balik karaya sastra. Pendek kata penelitian sastra akan menjadi jembatan antara penulis, teks, dan pembaca. Metode semestinya menyangkut cara yang operasional dalam penelitian. Sedangkan pendekatan adalah sebuah prspektif penelitian sastra. Pendekatan akan membingkai objek apa saja yang mungkim diungkap dalam penelitian. Penelitian sastra dapat berfungsi sebagai kepentingan di luar sastra dan kemajuan sastra itu sendiri. Kepentingan di luar sastra adalah jika penelitian tersebut berhubungan dengan aspek aspek di luar sastra seperti agama, filsafat, moral dan lain sebagainya. Sedangkan perannan penelitian sastra bagi aspek di luar sastra dipengaruhi oleh kandungan sastra sebagai dokumen zaman. Di dalamnya karya sastra akan menjadi saksi sejarah yang dapat mengembangkan ilmu lain begitu juga sebaliknya (faruk, 1999:10) Tujuan dan peranan penelitian sastra adalah untuk memahami karya sastra sedalam-dalamnya (pradopo dalam faruk, 1999:10). Penelitian sastra diharapkan

3 mampu mengungkap fenomena dibalik obyek sastra sebagai ungkapan hidup manusia (faruk, 1999:11). Oleh karena karya sastra sarat dengan imajinasi itulah sebabnya penelitian sastra memiliki tugas untuk mengungkap kekaburan itu menjadi jelas. Penelitian sastra memiliki tugas untuk mengungkap elemen-elemen dasar pembentukan sosial dan menafsirkan sesuai paradigma dan atau teori yang digunakan (Endraswara, 2003: 7). Penelitian sastra yang banyak digemari oleh para peneliti adalah sosiologi sastra. Hal ini dikarenakan sosial tidak bisa dilepas dari latar belakang sosial budaya yang mengiringi pembentukannya. Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat(endraswara, 2003: 77). Penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu(endraswara, 2003: 78).Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi, bahkan dianggap sebagai involusi. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang justru asal-usulnya(ratna, 2009:332). Salah satu genre karyasastra yang paling sering dikaji dengan kajian sosiologi sastra adalah novel. Sesuai dengan pendapat Ratna (2009: 335-336) Di antara genre utama karya sastra yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah khususnya novel, yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Alasan yang dapat dikemukakan di antaranya: a) novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang juga paling luas. Selain itu Klasifikasi yang diberikan oleh Aristoteles yang dianggap sebagai genre utama sastra adalah klasifikasi yang ketiga (Ratna, 2009: 72). Klasifikasi yang dianggap sebagai genre utama sastra yaitu epik, lirik, dan dramatik d Indonesia dikenal dengan nama prosa, puisi, dan drama (Ratna, 2009: 72). Dalam perkembangan kemudian sebutan fiksi kembali menduduki posisi dominan, digunakan secara bergantian dengan istilah cerita rekaan yang terdiri atas cerita pendek (cerpen), novel, dan atau roman (Ratna, 2009: 72-73).

4 Nurgiyantoro (2012: 9-10) menyatakan bahwa sebutan novel dalam bahasa inggris berasal dari bahasa Italia novella. Secara harafiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Perubahan nasib yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam novel menyebabkan novel menjadi salah satu jenis fiksi yang paling banyak diteliti. Sementara itu Girald mendefinisikan novel sebagai sebuah dunia fiksi yang tergradasi yang memunculkan kerinduan ontologis untuk berhubungan dalam dunia fiksi, dalam bentuk hasrat metafiskal yang juga dalam bentuk hasrat yang tergradasi (Anwar, 2012: 108). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel merupakan karya sastra yang berbentuk prosa. Berbeda dengan karya sastra lain, tokoh dalam novel mengalami perubahn nasib.tokoh-tokoh dalam novel yang mengalami perubahan nasib inilah membuat jenis fiksi ini paling banya diteliti. Perebuhan nasib tokoh dalam novel yang dipengaruhi oleh latar belakang penulisnya. Latar belakang penulis, baik latar belakang sosial, budaya, masyarakat dan lain sebagainya. Salah satu hal yang dikaji dalam sosiologi sastra adalah moral. Norma moral adalah norma untuk mengukur betul-salahnya tindakan manusia sebagai manusia (suseno, 1994:14). Moral, seperti halnya tema, dilihat dari segi dikhotomi bentuk isi karya sastra merupakan unsur isi. Ia merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makan yang disarankan lewat cerita. Moral kadang-kadang, diidentikkan pengertiannya dengan tema walau sebenarnya tidak selalu menyaran pada maksud yang sama. Moral dan tema, karena keduanya merupakan sesuatu yang terkandung, dapat ditafsirkan, diambil dari cerita, dapat dipandang sebagai memiliki kemiripan. Namun, tema lebih kompleks daripada moral di samping tidak memiliki nilai langsung sebagai saran yang ditunjuk kepada pembaca. Moral, dengan demikian, dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang sederhan, namun tidak semua tema merupakan moral (Kenny dalam Nurgiantoro, 2012:320). Dengan demikian moral merupakan perilaku baik-buruk, dalam hal ini terdapat moral baik dan moral buruk. Salah satu novel yang didalamya banyak mengandung aspek moral adalah novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora. Kirana Kejora merupakan

5 penulis perempuan kelahiran Ngawi, Jawa Timur. Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir bercerita tentang seorang ayah yang membesarkan anaknya seorang diri. Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhirkarya Kirana Kejora ini banyak menamkan aspek maral. Aspek moral yang ada dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir ini terkit dengan perilaku baik-buruk yang ada dalam novel. Seperti pendapat bahwa Norma moral adalah norma untuk mengukur betul-salahnya tindakan manusia sebagai manusia (suseno, 1994:14). Tokoh-tokoh dalam novel tersebut banyak menanamkan tindakan baik-buruk. Oleh karena itu pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian ini diharapkan mampu mengungkapaspek moral yang ada dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir. Ratna (2003: 3) menyatakan bahwa sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya. Oleh karena itu penggunaan pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian ini diharapkan mampu memaparkan aspek moral yang terkandung di dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana kejora.novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhiryang dikaji dengan sosiologi sastra yang berusaha memaparkanaspek-aspek moral dalam novel. Aspek moral tersebut akan berguna sebagai stimulus bagi masyarakat terutama murid di sekolah menengah pertama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Latif bahwa pendidikan karakter menggarap berbagai aspek dari pendidikan moral, pendidikan kewarganegaraan, dan pengembangan karakter (Latif, 2009: 20). Oleh karena itu, aspek moral yang diungkap dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir diharapkan mampu memberikan pandangan akan pendidikan moral dan pengembangan karakter di tengah masyarakat bagi siswa menengah atas. Merujuk pada uraian di atas,guna mengetahui lebih lanjut mengenai berbagai aspek moral yang terterkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir, maka peneliti berusaha untuk meneliti novel tersebut dengan judul Aspek moral dalam Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora : Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya bagi Pembelajaran di SMA.

6 B. Pembatasan Masalah Supaya tidak terjadi kerancuan masalah yang ingin diteliti dan mengarahkan penelitian ini agar lebih intensif, efisien, dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah pada Penelitian mencangkup unsur-unsur struktural dan Aspek moral yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora. Jadi penelitian dibatasi hanya pada Apek moral, yaitu moral baik dan moral buruk yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora dan Implementasinya bagi Pembelajaran di SMA. C. Perumusan Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang terarah, maka diperlukan suatu perumusan masalah. Di dalam penelitian ini permasalahan dirumuskan sabagai berikut. a. Bagaimanakah struktur yang membangun novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora? b. Bagaimanakah aspek moral yang ada dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora dengan tinjauan Sosiologi Sastra? c. Bagaimana pengimplementasian hasil penelitian novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhirkarya Kirana Kejora berdasarkan pendekatan sosiologi sastra sebagai pembelajaran di SMA? D. Tujuan Penelitian Agar penelitian tercapai dengan baik dan memuaskan, maka harus ada tujuan yang jelas. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. mendeskripsikan struktur yang membangun novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora yang meliputi tema, alur, penokohan, dan latar, b. mendeskripsikan aspek moral yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora, c. memaparkan pengimplementasian hasil penelitian Ayah Menyayangi Tanpa Akhirkarya Kirana Kejora berdasarkan pendekatan sosiologi sastra sebagai pembelajaran di SMA.

7 E. Manfaat Penelitian Pada prisipnya penelitian ini diharapkan dapat berhasil mencapai tujuan penelitian secara optimal, menghasilakn laporan dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini antara lain: a. Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan terkait studi analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian novel Indonesia yang memanfaatkan tinjauan sosiologi sastra. 2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan teori sastra dan teori sosiologi sastra dalam mengungkap novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora. b. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini, antara lain 1) Penelitian ini dapat menambah referensi penelitian karya sastra Indonesia dan menambah wawasan kepada pembaca tentang aspek moral. 2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pembaca tentang aspek moral. 3) Pemahaman mengenai aspek maoral diharapkan dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan makna yang terkandung dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya Kirana Kejora.