-7- (3) Tata cara penyusunan target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini. Pasal 4 (1) Penyusunan target PNBP setiap Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal untuk tahun anggaran berikutnya disampaikan kepada Direktur Jenderal Cq. Sekretaris Direktorat Jenderal paling lambat bulan Februari tahun anggaran berjalan. (2) Penyampaian target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan data dukung. Pasal 5 Target PNBP harus dicantumkan dalam DIPA masing - masing Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal. BAB III TATA CARA PENAGIHAN Pasal 6 (1) Penagihan atas PNBP dilakukan oleh Petugas Operasional yang menangani bidang jasa atau pegawai yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran. (2) Petugas Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan nota penagihan kepada Wajib Bayar paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pelayanan jasa diberikan dengan tembusan kepada Bendahara Penerimaan dan Petugas Akuntansi. Pasal 7 (1) Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Petugas Operasional dan Petugas Akuntansi terhadap posisi nota penagihan yang telah jatuh tempo setiap akhir bulan secara berkala. (2) Bendahara Penerimaan, Petugas Operasional, dan Petugas Akuntansi wajib melakukan rekonsiliasi setiap akhir bulan terhadap nota penagihan yang sudah dibayarkan. (3) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.
-8- Pasal 8 (1) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pelayanan jasa diberikan Wajib Bayar tidak membayar nota penagihan, dikeluarkan surat penagihan pertama oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja. (2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah surat penagihan pertama diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib Bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan kedua oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja. (3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah surat penagihan kedua diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Wajib Bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan ketiga oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja. Pasal 9 Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Penagihan Ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Wajib Bayar tidak membayar, Direktur Jenderal menerbitkan Surat Penyerahan Tagihan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan. Pasal 10 Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibuat dalam 3 (tiga) rangkap, terdiri atas : a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan; dan c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi. Pasal 11 (1) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 memuat: a. rincian perhitungan tagihan; b. jumlah tagihan; c. nomor tagihan; d. tanggal penerbitan surat penagihan; dan e. tanggal jatuh tempo surat penagihan. (2) Rincian perhitungan tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan penjelasan perhitungan atas jumlah tagihan yang disampaikan kepada Wajib Bayar. (3) Jumlah tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan nilai yang harus dibayarkan oleh Wajib Bayar terkait pelayanan yang telah diberikan.
-9- (4) Nomor tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan nomor registrasi atas penerbitan nota tagihan agar dapat tertib administrasi. (5) Tanggal penerbitan surat penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan tanggal diterbitkannya penagihan dan sebagai tanggal dimulainya piutang atas tagihan yang diterbitkan. (6) Tanggal jatuh tempo surat penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir e, merupakan masa pembayaran dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Penagihan Pertama. BAB IV TATA CARA PENERIMAAN Pasal 12 (1) Wajib Bayar membayar PNBP melalui Bendahara Penerimaan atau menyetorkan langsung ke Kas Negara. (2) Bendahara Penerimaan harus memberikan bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) kepada Wajib Bayar setelah pembayaran tersebut diterima. (3) Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mencantumkan nomor unit transaksi. (4) Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran III Peraturan ini. Pasal 13 Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dibuat dalam 4 (empat) rangkap, terdiri atas : a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan; c. Lembar 3 untuk Petugas Operasional; dan c. Lembar 4 untuk Petugas Akuntansi. Pasal 14 Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) akan menjadi dasar pencatatan/pembukuan oleh Bendahara Penerimaan.
-10- Pasal 15 (1) PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan wajib disetor ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi yang terdekat. (2) Penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 1 (satu) hari kerja setelah PNBP diterima. Pasal 16 (1) Seluruh penyetoran PNBP ke Kas Negara menggunakan Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang tersedia di Bank/Pos Persepsi atau Bendahara Penerimaan dan mencantumkan Mata Anggaran Penerimaan sesuai dengan jenis PNBP berdasarkan Bagan Akun Standar. (2) Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN) dari Bank/Pos Persepsi. (3) Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang asli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diserahkan kepada Bendahara Penerimaan. (4) Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang asli yang telah diserahkan kepada Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dicatat dan dibukukan oleh Bendahara Penerimaan. Pasal 17 Tata cara penagihan dan penerimaan PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 12, tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini. BAB V PIUTANG Pasal 18 (1) Piutang PNBP tcrhitung setelah pelayanan jasa diberikan dan harus dicatat dan dibukukan oleh Petugas Akuntansi. (2) Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak terbayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran, dibuatkan Laporan tersendiri oleh Petugas Akuntansi.
-11- Pasal 19 Piutang PNBP yang tidak terbayarkan sampai dengan jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan, akan diserahkan kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Pasal 20 (1) Petugas Akuntansi harus membuat : a. kartu piutang PNBP pada setiap transaksi; dan b. laporan rekapitulasi piutang PNBP. (2) Kartu piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat : a. Tanggal; b. Wajib Bayar; c. Mutasi Debet maupun Kredit; d. Saldo Piutang. (3) laporan rekapitulasi piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling sedikit memuat: a. kartu piutang; b. daftar rekapitulasi piutang; c. daftar saldo piutang; d. daftar umur piutang; dan e. daftar reklasifikasi saldo piutang. (4) Laporan rekapitulasi piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada (5) Contoh Kartu piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, tercantum dalam Lampiran V Peraturan ini. BAB VI DENDA Pasal 21 (1) Dalam hal terjadi kekurangan pembayaran piutang PNBP, Wajib Bayar wajib membayar seluruh PNBP yang terhutang secara tunai paling lambat pada saat jatuh tempo pembayaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal pembayaran PNBP yang terhutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) per bulan dari bagian yang terhutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.
-12- (3) Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. BAB VII TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Bagian Kesatu Pembukuan Pasal 22 (1) Bendahara Penerimaan harus membuat pembukuan terhadap seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP. (2) Pembukuan seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam buku kas umum dan buku kas pembantu. (3) Buku kas umum dan buku kas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran VI dan Lampiran VII Peraturan ini. Bagian Kedua Pelaporan Pasal 23 (1) Setiap Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal wajib menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP setiap bulan selambatlambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada : a. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan c.q Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan; b. Direktur Jenderal cq. Sekretaris Direktorat Jenderal; dan c. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan (tembusan). (2) Direktur Jenderal menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP seluruh Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal paling lambat 14 (empat belas) hari sejak akhir bulan/triwulan/semester/tahun, kepada : a. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; dan b. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan (tembusan).