(3) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(3) Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan Laporan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perhubungan Udara perlu dibuat petunjuk teknis sebagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 14 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI PERATURAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 02/PER/SM/IV/2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 15 /PER/M.KOMINFO/9/2005 TENTANG

KATA PENGANTAR. Hari Sudaryanto, SE, MM. NIP

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN

-3- BAB I KETENTUAN UMUM

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG : TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

Naskah peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya

2017, No tentang Kebijakan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Informasi Cuaca untuk Penerbangan pada Badan Meteorologi, Klima

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Service Obligation sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, sehingga perlu diganti dengan Peraturan Menteri yang baru; c. bahwa d

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

KEPUTUSANBERSAMA DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA DAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN SALINAN NOMOR : KEP-57/KN/2010 NOMOR: KEP-174/PB/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 22/PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

2015, No dan Gas Bumi kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagaimana ditetapkan dalam Pera

2011, No b. bahwa biaya pelayanan jasa hukum di bidang notariat, fidusia, dan kewarganegaraan sebagaimana dimaksuddalam huruf a berdasarkan Pera

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 75 / HUK / 2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Penerimaan Negara

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 100/PMK.010/2007 TENTANG LAPORAN TEKNIS DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/MENHUT-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 109/KMK. 06/2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/PMK. 07/2015 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2016, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Pasal 64D ayat (4) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 209/KMK.01/1999 TENTANG

91/PMK.02/2009 TATA CARA PENGENAAN, PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 27/BC/2004 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P - 34/BC/2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SOSIALISASI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/KMK.06/2004 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2007 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 210/KMK.03/2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

SE - 33/PJ/2009 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEHUBUNGAN DENGAN DITETAPKANNYA PERATURAN DIREKTUR

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PEKERJAAN UMUM

2011, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

Transkripsi:

-7- (3) Tata cara penyusunan target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini. Pasal 4 (1) Penyusunan target PNBP setiap Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal untuk tahun anggaran berikutnya disampaikan kepada Direktur Jenderal Cq. Sekretaris Direktorat Jenderal paling lambat bulan Februari tahun anggaran berjalan. (2) Penyampaian target PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan data dukung. Pasal 5 Target PNBP harus dicantumkan dalam DIPA masing - masing Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal. BAB III TATA CARA PENAGIHAN Pasal 6 (1) Penagihan atas PNBP dilakukan oleh Petugas Operasional yang menangani bidang jasa atau pegawai yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran. (2) Petugas Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan nota penagihan kepada Wajib Bayar paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pelayanan jasa diberikan dengan tembusan kepada Bendahara Penerimaan dan Petugas Akuntansi. Pasal 7 (1) Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Petugas Operasional dan Petugas Akuntansi terhadap posisi nota penagihan yang telah jatuh tempo setiap akhir bulan secara berkala. (2) Bendahara Penerimaan, Petugas Operasional, dan Petugas Akuntansi wajib melakukan rekonsiliasi setiap akhir bulan terhadap nota penagihan yang sudah dibayarkan. (3) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.

-8- Pasal 8 (1) Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah pelayanan jasa diberikan Wajib Bayar tidak membayar nota penagihan, dikeluarkan surat penagihan pertama oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja. (2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah surat penagihan pertama diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib Bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan kedua oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja. (3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah surat penagihan kedua diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Wajib Bayar tidak membayar, dikeluarkan surat penagihan ketiga oleh Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja. Pasal 9 Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Penagihan Ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Wajib Bayar tidak membayar, Direktur Jenderal menerbitkan Surat Penyerahan Tagihan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan. Pasal 10 Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibuat dalam 3 (tiga) rangkap, terdiri atas : a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan; dan c. Lembar 3 untuk Petugas Akuntansi. Pasal 11 (1) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 memuat: a. rincian perhitungan tagihan; b. jumlah tagihan; c. nomor tagihan; d. tanggal penerbitan surat penagihan; dan e. tanggal jatuh tempo surat penagihan. (2) Rincian perhitungan tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan penjelasan perhitungan atas jumlah tagihan yang disampaikan kepada Wajib Bayar. (3) Jumlah tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan nilai yang harus dibayarkan oleh Wajib Bayar terkait pelayanan yang telah diberikan.

-9- (4) Nomor tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan nomor registrasi atas penerbitan nota tagihan agar dapat tertib administrasi. (5) Tanggal penerbitan surat penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan tanggal diterbitkannya penagihan dan sebagai tanggal dimulainya piutang atas tagihan yang diterbitkan. (6) Tanggal jatuh tempo surat penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir e, merupakan masa pembayaran dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Penagihan Pertama. BAB IV TATA CARA PENERIMAAN Pasal 12 (1) Wajib Bayar membayar PNBP melalui Bendahara Penerimaan atau menyetorkan langsung ke Kas Negara. (2) Bendahara Penerimaan harus memberikan bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) kepada Wajib Bayar setelah pembayaran tersebut diterima. (3) Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mencantumkan nomor unit transaksi. (4) Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran III Peraturan ini. Pasal 13 Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dibuat dalam 4 (empat) rangkap, terdiri atas : a. Lembar 1 untuk Wajib Bayar; b. Lembar 2 untuk Bendahara Penerimaan; c. Lembar 3 untuk Petugas Operasional; dan c. Lembar 4 untuk Petugas Akuntansi. Pasal 14 Bukti penerimaan pembayaran (kuitansi) akan menjadi dasar pencatatan/pembukuan oleh Bendahara Penerimaan.

-10- Pasal 15 (1) PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan wajib disetor ke Kas Negara melalui Bank/Pos Persepsi yang terdekat. (2) Penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan 1 (satu) hari kerja setelah PNBP diterima. Pasal 16 (1) Seluruh penyetoran PNBP ke Kas Negara menggunakan Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang tersedia di Bank/Pos Persepsi atau Bendahara Penerimaan dan mencantumkan Mata Anggaran Penerimaan sesuai dengan jenis PNBP berdasarkan Bagan Akun Standar. (2) Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus melampirkan Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN) dari Bank/Pos Persepsi. (3) Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang asli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diserahkan kepada Bendahara Penerimaan. (4) Formulir Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) yang asli yang telah diserahkan kepada Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dicatat dan dibukukan oleh Bendahara Penerimaan. Pasal 17 Tata cara penagihan dan penerimaan PNBP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 12, tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini. BAB V PIUTANG Pasal 18 (1) Piutang PNBP tcrhitung setelah pelayanan jasa diberikan dan harus dicatat dan dibukukan oleh Petugas Akuntansi. (2) Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak terbayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran, dibuatkan Laporan tersendiri oleh Petugas Akuntansi.

-11- Pasal 19 Piutang PNBP yang tidak terbayarkan sampai dengan jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan, akan diserahkan kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Pasal 20 (1) Petugas Akuntansi harus membuat : a. kartu piutang PNBP pada setiap transaksi; dan b. laporan rekapitulasi piutang PNBP. (2) Kartu piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, paling sedikit memuat : a. Tanggal; b. Wajib Bayar; c. Mutasi Debet maupun Kredit; d. Saldo Piutang. (3) laporan rekapitulasi piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, paling sedikit memuat: a. kartu piutang; b. daftar rekapitulasi piutang; c. daftar saldo piutang; d. daftar umur piutang; dan e. daftar reklasifikasi saldo piutang. (4) Laporan rekapitulasi piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada (5) Contoh Kartu piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, tercantum dalam Lampiran V Peraturan ini. BAB VI DENDA Pasal 21 (1) Dalam hal terjadi kekurangan pembayaran piutang PNBP, Wajib Bayar wajib membayar seluruh PNBP yang terhutang secara tunai paling lambat pada saat jatuh tempo pembayaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam hal pembayaran PNBP yang terhutang melampaui jatuh tempo pembayaran yang ditetapkan, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2 % (dua persen) per bulan dari bagian yang terhutang dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.

-12- (3) Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. BAB VII TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Bagian Kesatu Pembukuan Pasal 22 (1) Bendahara Penerimaan harus membuat pembukuan terhadap seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP. (2) Pembukuan seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam buku kas umum dan buku kas pembantu. (3) Buku kas umum dan buku kas pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tercantum dalam Lampiran VI dan Lampiran VII Peraturan ini. Bagian Kedua Pelaporan Pasal 23 (1) Setiap Kepala Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal wajib menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP setiap bulan selambatlambatnya tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada : a. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan c.q Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan; b. Direktur Jenderal cq. Sekretaris Direktorat Jenderal; dan c. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan (tembusan). (2) Direktur Jenderal menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi PNBP seluruh Kantor/UPT/Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal paling lambat 14 (empat belas) hari sejak akhir bulan/triwulan/semester/tahun, kepada : a. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; dan b. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan (tembusan).