KEYWORDS: exclusive breastfeeding, infectious disease, nutritional status

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Anisia Mikaela Maubere ( ); Pembimbing Utama: Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU BERSALIN TERHADAP METODE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

GAMBARAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA TANGKUP KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM BALI 2014

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

ABSTRAK. Moch Erwin Jaya Sanjaya, Pembimbing: Evi Yuniawati, dr, MKM.

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI PUSKESMAS PAKUALAMAN YOGYAKARTA

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA TELUK RUMBIA KECAMATAN SINGKIL KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2012.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

: INDAH NURHAYATI J

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

Tine Agustine, 2008, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : H. Tisna Sukarna, dr., SpA

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

Transkripsi:

JURNAL GIZI DAN DIETETIK Gambaran INDONESIA status gizi anak 12-24 bulan di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2015 149 Vol. 3, No. 3, September 2015: 149-154 Gambaran status gizi anak 12-24 bulan di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2015: tinjauan riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian penyakit infeksi Nutritional status description of children aged 12-24 months: judging from the history of exclusive breastfeeding and infectious diseases at the Mergangsan Health Center Yogyakarta 2015 Nurlisa T.Hi.Abdullah 1, Yhona Paratmanitya 2, Febrina Suci Hati 3 ABSTRACT Background: Malnutrition and severe undernutrition is one of the main health problems faced in developing countries. In Indonesia, health problems and the child s growth are influenced by two main issues, namely a state of good nutrition and the prevalence of infectious diseases. Worsening child malnutrition can occur because of ignorance of the mother about the manner of breastfeeding to their children. Yogyakarta city still has the highest prevalence of malnutrition (W / A), as compared to four other districts in the amount of 1.04 % (exceeding the target of the action plan for food and nutrition is < 1%). Objectives: To know the nutritional status of children (12-24 months) in terms of the history of exclusive breastfeeding and the incidence of infectious diseases at the Mergangsan health center in Yogyakarta. Methods: This research used quantitative descriptive method with cross sectional approach. Subjects were children aged 12-24 who months were recorded in four villages Kaparakan Integrated Health Centre (RW III, VII, IX, and XII) in Puskesmas Mergangsan, Yogyakarta. The sampling technique of this study used total sampling, the number of samples were 34 respondents. Data were collected by using a questionnaire. Results: Most children did not receive exclusive breastfeeding (55.9%). All of the children had infectious diseases (diarrhea, respiratory infection) in the last one month. Most of children had good nutrition (58.8%), and 86.7% children received exclusive breastfeeding. Meanwhile, 36.8% children did not. Most of children who had infectious diseases history were included in good nutritional status. Conclusion: Children who had a history of exclusive breastfeeding was 86.7%, while those who had not breastfeeding exclusively was 36.8%. Most of children with good nutritional status had experiences of infectious diseases (diarrhea, respiratory infection). KEYWORDS: exclusive breastfeeding, infectious disease, nutritional status ABSTRAK Latar belakang: Gizi kurang dan buruk merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh negara berkembang. Di Indonesia, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu keadaan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi. Memburuknya gizi anak dapat terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Kota Yogyakarta masih memiliki prevalensi gizi buruk tertinggi (BB/U) dibandingkan empat kabupaten lainnya, yaitu sebesar 1,04% (melebihi target rencana aksi daerah pangan dan gizi yaitu <1%). 1 Prodi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat Daya no 1, Tamantirto, Yogyakarta, Telp (0274) 4342288, 4342270 2 Prodi Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat Daya no 1, Tamantirto, Yogyakarta, Telp (0274) 4342288, 4342270 3 Prodi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta, Jl. Ringroad Barat Daya no 1, Tamantirto, Yogyakarta, Telp (0274) 4342288, 4342270

150 Nurlisa T.Hi.Abdullah, Yhona Paratmanitya, Febrina Suci Hati Tujuan: Mengetahui gambaran status gizi anak (12-24 bulan) ditinjau dari riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian penyakit infeksi di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah anak usia 12-24 bulan yang tercatat di 4 Posyandu Kelurahan Kaparakan (RW III, VII, IX, dan XII) di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan, Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dengan jumlah sampel 34 responden. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil: Sebagian besar anak tidak mendapat ASI eksklusif (55,9%). Semua anak pernah mengalami penyakit infeksi (diare, ISPA) dalam 1 bulan terakhir. Mayoritas anak memiliki gizi baik (58,8%) dengan jumlah anak yang mendapat ASI eksklusif sebesar 86,7%, sedangkan yang tidak mendapat ASI ekslusif sebesar 36,8%. Mayoritas anak yang pernah mengalami penyakit infeksi berstatus gizi baik (58,8%). Kesimpulan: Sebagian besar anak memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif. Terdapat lebih dari sebagian anak dengan status gizi baik pernah mengalami penyakit infeksi (diare, ISPA). KATA KUNCI: ASI eksklusif, penyakit infeksi, status gizi PENDAHULUAN Masalah gizi kurang dan gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang terutama dihadapi oleh negara berkembang. Di Indonesia, sebagaimana halnya negara-negara berkembang lainnya, masalah kesehatan dan pertumbuhan anak dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu keadaan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi (1). Berdasarkan hasil pemantauan status gizi di DIY tahun 2012, prevalensi balita gizi buruk sebesar 0,59% (mengalami penurunan sebesar 0,095% dibandingkan angka prevalensi tahun 2011 yaitu 0,64%). Anak yang kurang gizi mengalami penurunan interaksi dengan lingkungannya. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak yang buruk (2). Memburuknya gizi anak dapat saja terjadi karena ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada anaknya. Anak berusia di bawah 3 tahun yang tidak memperoleh ASI eksklusif berisiko 3,58 kali mengalami gizi buruk dibandingkan dengan anak yang memperoleh ASI ekslusif (1). Pencapaian ASI ekslusif di Kota Yogyakarta masih jauh dari target yang diharapkan yaitu masih 43,37% (2). Kota Yogyakarta masih memiliki prevalensi gizi buruk tertinggi (BB/U) dibandingkan dengan empat kabupaten lainnya yaitu sebesar 1,04% (melebihi target rencana aksi daerah pangan dan gizi yaitu <1%). Di Kota Yogyakarta, Kecamatan Mergangsan merupakan satu-satunya kecamatan dengan prevalensi gizi buruk tertinggi yaitu sebesar >3% (2). Survei pendahuluan di Puskesmas Mergangsan membuktikan bahwa dari populasi sebanyak 120 bayi usia 12-24 bulan, terdapat 9 kasus bayi gizi kurang, 4 kasus bayi gizi buruk, 3 kasus gizi lebih, dan 104 bayi gizi baik.tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran status gizi anak (12-24 bulan) ditinjau dari riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian penyakit infeksi di Puskesmas Mergangsan tahun 2015. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2015. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status gizi dan variabel terikatnya yaitu riwayat pemberian ASI eksklusif dan kejadian penyakit infeksi. Subjek penelitian adalah anak usia 12-24 bulan yang tercatat di 4 Posyandu Kelurahan Kaparakan (RW III, VII, IX, dan XII) di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dengan jumlah sampel 37 responden. Di antara jumlah tersebut, 3 responden dikeluarkan karena 2 responden tidak bersedia dan 1 responden sedang tidak berada di tempat. Instrumen penelitian adalah kuesioner yang berisi pertanyaan dan pengukuran berat badan subjek dengan timbangan bayi dengan ketelitian

Gambaran status gizi anak 12-24 bulan di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2015 151 0,1 kg, kapasitas 20 kg dan untuk mengukur status gizi digunakan rumus z-score. HASIL Karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan ibu, serta jenis kelamin dan usia anak Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa usia ibu sebagian besar berada pada rentang 20-30 tahun dengan jumlah 21 orang (61,8%). Ibu berlatar belakang pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA sebanyak 28 orang (82,4%), dan mayoritas memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 22 orang (64,7%). Dari distribusi anak balita menurut jenis kelamin, terlihat bahwa mayoritas adalah anak perempuan yaitu sebanyak 21 orang (38,2%) dan menurut usia terlihat kelompok usia 12-18 bulan merupakan kelompok usia terbanyak yaitu sebanyak 25 orang (73,5%). Tabel. 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden dan keluarga responden berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan serta jenis kelamin dan usia anak Karakteristik n % Usia ibu (tahun) <20 2 5,9 20-30 21 61,8 >30 11 32,4 Pendidikan ibu SD 0 0 SMP 3 8,8 SMA 28 82,4 Perguruan tinggi 3 8,8 Pekerjaan ibu Bekerja 22 64,7 Tidak bekerja 12 35,3 Jenis kelamin anak Laki-laki 13 38,2 Perempuan 21 61,8 Usia anak (bulan) 12-18 25 73,5 19-24 9 26,5 Berdasarkan Tabel 2, data hasil pengukuran antropometri menggunakan indeks BB/U, mayoritas anak memiliki satus gizi baik yaitu sebesar 58,8%. Tabel 2. Distribusi frekuensi status gizi anak menurut indeks BB/U Status gizi n % Lebih 1 2,9 Baik 20 58,8 Kurang 10 29,4 Buruk 3 8,8 Total 34 100,0 Distribusi frekuensi riwayat pemberian ASI eksklusif pada anak Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan dengan jumlah sampel sebanyak 34 anak, didapatkan hasil tentang riwayat pemberian ASI eksklusif seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi frekuensi riwayat pemberian ASI eksklusif pada anak Riwayat pemberian ASI n % ASI eksklusif 15 44,1 Tidak ASI eksklusif 19 55,9 Total 34 100,0 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar anak tidak mendapatkan ASI ekslusif saat usia 0-6 bulan yaitu sebanyak 19 anak (55,9%). Distribusi frekuensi kejadian penyakit infeksi pada anak Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 34 anak (100%) pernah mengalami penyakit infeksi (diare, ISPA) dalam 1 (satu) bulan terakhir. Kejadian penyakit infeksi lebih sering terjadi pada kelompok usia 1-2 tahun. Tingginya angka kejadian pada kelompok ini disebabkan kekebalan alami pada anak di bawah usia 24 bulan belum terbentuk, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi lebih besar. Tabel 4. Distribusi frekuensi kejadian penyakit infeksi pada anak Kejadian penyakit n % infeksi Ya 34 100 Tidak 0 0 Total 34 100

152 Nurlisa T.Hi.Abdullah, Yhona Paratmanitya, Febrina Suci Hati riwayat pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa persentase status gizi baik lebih tinggi pada anak yang diberi ASI eksklusif (86,7%) dibandingkan dengan yang tidak diberi ASI eksklusif (36,8%). Sementara itu, terdapat 1 anak yang mendapatkan ASI eksklusif saat usia 0-6 bulan dan mengalami gizi buruk. kejadian penyakit infeksi Dari Tabel 6 diketahui bahwa 58,8% anak dengan status gizi baik pernah mengalami penyakit infeksi (diare,ispa). Persentase kejadian penyakit infeksi lebih tinggi pada kelompok yang berstatus gizi baik. BAHASAN Karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, serta jenis kelamin dan usia anak Tabel 2 menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan hasil pengukuran antropometri menggunakan indeks BB/U, mayoritas balita memiliki gizi baik yaitu sebanyak 20 anak (58,8%). Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaannya di dalam tubuh (3). Status gizi menggambarkan baik buruknya konsumsi zat gizi seseorang. Zat gizi sangat dibutuhkan untuk pembentukan zat-zat kekebalan tubuh seperti antibodi. Semakin baik zat gizi yang dikonsumsi, berarti semakin baik status gizinya dan semakin baik juga kekebalan tubuhnya. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fi sik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (4). Distribusi frekuensi riwayat pemberian ASI eksklusif pada anak Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar anak tidak mendapatkan ASI eksklusif saat usia 0-6 bulan, yaitu sebanyak 19 anak (55,9%). Pemberian ASI sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 0-6 bulan, sehingga bayi dengan pemberian ASI yang kurang akan mengalami gangguan pada pertumbuhan dan perkembanganya (5). Selain mengandung zat gizi yang sesuai, ASI juga mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI. Zat-zat gizi berkualitas tinggi tersebut berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (6). Distribusi frekuensi kejadian penyakit infeksi pada anak Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebanyak 34 anak (100%) pernah mengalami penyakit infeksi (diare, Tabel 5. pemberian ASI eksklusif Status gizi Pemberian Total lebih baik kurang buruk ASI n % n % n % n % n % ASI eksklusif 0 0 13 86,7 1 6,7 1 6,7 15 100 Non eksklusif 1 5,3 7 36,8 9 47,4 2 10,5 19 100 Total 1 2,9 20 58,8 10 29,4 3 8,8 34 100 Tabel 6. kejadian penyakit infeksi Status gizi Kejadian Total lebih baik kurang buruk penyakit infeksi n % n % n % n % n % Ya 1 2,9 20 58,8 10 29,4 3 8,8 34 100 Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total 1 2,9 20 58,8 10 29,4 3 8,8 34 100

Gambaran status gizi anak 12-24 bulan di Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta tahun 2015 153 ISPA) dalam 1 (satu) bulan terakhir. Kejadian penyakit infeksi lebih sering terjadi pada kelompok usia 1-2 tahun. Tingginya angka kejadian pada kelompok ini disebabkan kekebalan alami pada anak di bawah usia 24 bulan belum terbentuk, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi lebih besar. Usia di bawah 2 tahun merupakan peralihan dari ASI ke makanan pendamping ASI atau makanan sapihan. Makanan pendamping ASI maupun makanan sapihan seringkali memiliki kandungan karbohidrat tinggi, tetapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah (7). Frekuensi dan durasi terjadinya penyakit infeksi dapat mempengaruhi status gizi balita. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa status gizi dapat mempengaruhi kadar seng (Zn) serum di dalam tubuh serta durasi penyembuhan diare. Semakin baik status gizi pada penderita diare akut, semakin pendek durasi diare dan kejadian dehidrasi semakin rendah (8). riwayat pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa persentase status gizi baik lebih tinggi pada anak yang diberi ASI eksklusif (86,7,%) dibandingkan dengan yang tidak diberi ASI eksklusif (36,8%). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan. Ibu yang memberikan ASI eksklusif akan semakin baik status gizi balitanya dibanding ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada balita yang berusia 6 24 bulan (9). Namun demikian, pada penelitian di Kabupaten Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur tidak ditemukan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak berumur di bawah 2 tahun. Hal ini disebabkan pengetahuan ibu yang rendah tentang ASI serta rendahnya kualitas pemberian ASI (10). Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif tidak mendapatkan kandungan nutrisi dalam ASI secara penuh, sehingga kekebalan tubuhnya akan lebih rendah yang berdampak lebih mudah terserang penyakit yang nantinya akan mempengaruhi status gizi bayi. Asumsi ini dilatarbelakangi oleh teori yang menyatakan bahwa kandungan gizi dan komposisi ASI sangat penting bagi kesehatan bayi. Seorang bayi yang diberikan ASI akan memperoleh manfaat untuk kesehatannya, antara lain akan memiliki kekebalan atau daya tahan tubuh yang baik sehingga terlindungi dari berbagai macam penyakit seperti infeksi, virus, dan jamur (11). kejadian penyakit infeksi Hubungan gizi dengan penyakit infeksi akan lebih terlihat jika frekuensi dan durasi sakit ikut diteliti, tetapi dalam penelitian ini tidak dikaji durasi dan frekuensi sakit. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa anak-anak yang mengalami penyakit infeksi sangat mudah mengalami penurunan status gizi (12). Demikian pula penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kejadian ISPA dan diare dapat mempengaruhi status gizi balita (13-15). Status gizi buruk berdampak terhadap menurunnya produksi zat antibodi dalam tubuh. Penurunan zat antibodi ini mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam dinding usus dan mengganggu produksi beberapa enzim pencernaan makanan dan selanjutnya penyerapan zat-zat gizi yang penting menjadi terganggu. Keadaan ini dapat memperburuk status gizi anak (16). Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang penyakit bahkan serangannya lebih lama dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang (17). KESIMPULAN DAN SARAN Mayoritas anak tidak mendapatkan ASI eksklusif saat usia 0-6 bulan yaitu sebanyak 19 anak (55,9%). Sebanyak 34 anak (100%) pernah mengalami penyakit infeksi (diare, ISPA) dalam 1 (satu) bulan terakhir. Status gizi berdasarkan hasil pengukuran antropometri menggunakan indeks BB/U, mayoritas balita memiliki gizi baik yaitu sebanyak 20 anak (58,8%). Anak yang diberi ASI eksklusif memiliki gizi baik sebesar 86,7% sedangkan yang tidak diberi ASI ekslusif memiliki gizi baik sebesar 36,8%. Sebanyak 58,8% anak

154 Nurlisa T.Hi.Abdullah, Yhona Paratmanitya, Febrina Suci Hati dengan status gizi baik pernah mengalami penyakit infeksi (diare, ISPA). Bagi tenaga kesehatan, diharapkan agar lebih meningkatkan promosi kesehatan tentang gizi balita melalui pemberian pendidikan kesehatan dalam bentuk penyuluhan mengenai pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Bagi ibu, diharapkan agar lebih memperhatikan asupan gizi bagi balitanya serta memberikan ASI pada bayinya secara eksklusif dan dilanjutkan sampai usia 2 (dua) tahun. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk peneliti selanjutnya, tentunya dengan mempertimbangkan faktor keterbatasan dari penelitian ini. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memasukkan karakteristik responden yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit infeksi serta frekuensi sakit. RUJUKAN 1. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Laporan pencapaian tujuan pembangunan millenium indonesia. Jakarta: DepKes R.I. 2010. 2. Dinas Kesehatan, DIY. Peta situasi gizi DIY tahun 2012. 3. Supariasa D, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002. 4. Almatsier, S. Prinsip dasar ilmu gizi. cetakan 4 Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2006. 5. Yogi E. Pengaruh pola pemberian ASI dan pola makanan pendamping ASI terhadap status gizi bayi usia 6-12 bulan. Jurnal Delima Harapan. 2013; (2) 1: 14-8. 6. Devi M. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita di pedesaan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan. 2010; (33) 2: 183-192. 7. Rahim F. Faktor risiko underweight balita usia 7-59 bulan. Jurnal KESMAS. 2014; (2) 9: 115-121. 8. Permatasari D. Perbedaan durasi penyembuhan diare dehidrasi ringan-sedang balita yang diberikan ASI dan SENG di RSUP Dr. Kariadi. SKRIPSI Mahasiswa Universitas Diponegoro. 2012. 9. Giri M, Muliarta I dan Wahyuni N. Hubungan pemberian asi ekslusif dengan status gizi balita usia 6-24 bulan di Kampong Kajanan Buleleng. Jurnal SAINS dan Teknologi. 2013; (2) 1: 184-192. 10. Zogara A, Hadi H, Arjuna T. Riwayat pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini sebagai prediator terjadinya stunting pada baduta di Kabupaten Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. J Giz dan Diet Indones. 2014; 2(1): 41-50. 11. Handajani S dan Ishartanti D. Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) Lokal. Surakarta: Cakra Books. 2006. 12. Normayanti dan Susanti N. Status pemberian asi terhadap status gizi bayi usia 6-12 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2013; (9) 4: 155-161. 13. Nuryanto. Hubungan status gizi terhadap terjadinya penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di Palembang. Jurnal Pembangunan Manusia. 2012; (6) 2: 1-12. 14. Agus S, Handoyo, dan Widiyanti Dwi. Analisis faktor-faktor resiko yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di Puskesmas Ambal 1 Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 2009; (5) 2 : 65-79. 15. Febrianto W, Mahfoedz I, Mulyanti. Status gizi berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Wonosari I Kabupaten Gunungkidul 2014. J Giz dan Diet Indones. 2015; 3(2): 113-8 16. Tando N. Durasi dan frekuensi sakit balita dengan terjadinya stunting pada anak SD di Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Gizido. 2012; (4) 1 : 338-48. 17. Rosari A, Rini E dan Masrul. Hubungan diare dengan status gizi balita di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; (3) 2: 111-15.