HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012 Millati Hayati, Yuyun Wahyu I.I., S.S.T (Program DIII Kebidanan STIKES YPIB Majalengka) ABSTRAK Prestasi belajar Mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka sebagian kecil masih rendah, dapat dilihat dari nilai IPK semester I sebanyak 20 orang (13,7%) dari 146 mahasiswa masih dibawah rata-rata IPK yang ditentukan yaitu sebesar 2,75. Salah satu factor yang mempengaruhi prestasi adalah kecerdasan emosi siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2012 sebanyak 146 mahasiswa, dengan jumlah sampel sebanyak 59 mahasiswa. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan α = (0,05). Hasil penelitian menunjukkan kurang dari setengahnya mahasiswa dengan kecerdasan emosi rendah sebesar (40,7%) dan sebagaian kecil mahasiswa dengan prestasi belajar rendah (15,3%). Ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2012, dengan nilai p(0,024). Kata Kunci : Kecerdasan Emosi, Prestasi Belajar. PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal (Wahyuningsih, 2004). Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajar nya sebagaimana dicantumkan dalam nilai rapor. Melalui prestasi belajar, siswa dapat mengetahui kemajuankemajuan yang telah dicapai dalam belajar (Santrock, 2007).
Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang juga tinggi. Hal ini karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, dan untuk menilai keadaan diri sendiri secara kritis dan objektif (Winkel, 1997). Dalam kenyataannya, ada siswa yang mempunyai inteligensi tinggi, tetapi memperoleh prestasi belajarnya yang relatif rendah. Sebaliknya, ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya inteligensi bukan merupakan satusatunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, Karena ada faktor lain yang mempengaruhinya.kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya kecerdasan emosi (EQ), yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta bekerjasama (Goelman, 2002). Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan sendiri bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence, yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa.walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan kecerdsan emosi tidak kalah penting dengan IQ (Goelman, 2002). Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosi atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama (Goleman, 2002).
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosi terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa (Goleman, 2002). Hasil beberapa penelitian di University of Vermont mengenai analisis struktur neurologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam prestasi belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan suamiistri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan remaja (Goleman, 2002). Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Goleman (2002), khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosinya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosinya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Hasil studi pendahuluan di Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka didapatkan prestasi belajar Mahasiswa tingkat I sebagian kecil masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai IPK semester I
sebanyak 20 orang (13,7%) dari 146 mahasiswa masih dibawah rata-rata IPK yang ditentukan yaitu sebesar 2,75. Masih adanya mahasiswa yang berprestasi rendah dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantranya adalah kecerdasan emosi, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosi pada diri siswa sebagai salah satu faktor penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis tertarik untuk meneliti : Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2012 Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka, secara rinci: Diketahuinya gambaran kecerdasan emosi mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Diketahuinya gambaran prestasi belajar mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Diketahuinya hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2012 sebanyak 146 mahasiswa. Prosedur pengambilan sampel ini menggunakan pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling) sehingga didapatkan sampel 59 mahasiswa. Instrumen pada penulisan ini berupa kuesioner yang dilakukan dulu uji coba untuk mendapatkan Instrumen yang valid dan reliable. Pengumpulan data dilakukan di Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka pada Bulan Mei Tahun 2012. HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi Mahasiswa Tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Tahun 2012 Kecerdasan Emosi F % Rendah 24 40.7 Tinggi 35 59.3 Total 59 100.0 Berdasarkan tabel 1. Gambaran kecerdasan emosi mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Tahun 2012 didapatkan responden dengan kecerdasan emosi rendah 24 orang (40,7%) dan dengan kecerdasan emosi tinggi 35 orang (59,3%). Hal tersebut menunjukan bahwa lebih dari setengahnya responden dengan kecerdasan emosi tinggi (59,3%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Mahasiswa Tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Tahun 2012 Prestasi Belajar f % Rendah 9 15.3 Tinggi 50 84.7 Jumlah 59 100.0 Berdasarkan tabel 2. gambaran prestasi belajar mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Tahun 2012 didapatkan responden dengan prestasi belajar rendah 9 orang (15,3%) dan dengan prestasi belajar tinggi 50 orang (84,7%). Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar reponden dengan prestasi belajar tinggi (84,7%). Tabel 3. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka Tahun 2012
Kecerdasan Prestasi Belajar Total Emosi Rendah Tinggi n % n % N % Rendah 7 29.2 17 70.8 24 100 Tinggi 2 5.7 33 94.3 35 100 Jumlah 9 15.3 50 84.7 59 100 p value 0,024
Berdasarkan tabel 4.3 hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka didapatkan bahwa mahasiswa dengan kecerdasan emosi rendah dan prestasi belajar rendah sebesar (29,2%), sedangkan mahsiswa dengan kecerdasan emosi tinggi dan prestasi belajar rendah sebesar (5,7%). Hasil tersebut menunjukan bahwa proporsi mahasiswa dengan kecerdasan emosi rendah dan prestasi belajar rendah lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi mahsiswa dengan kecerdasan emosi tinggi dan prestasi belajar rendah. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka didapatkan kurang dari setengahnya mahasiswa dengan kecerdasan emosi rendah, mahasiswa dengan kecerdasan emosinya rendah cenderung terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress Berdasarkan hasil penelitian pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka didapatkan kurang dari setengahnya mahasiswa dengan kecerdasan emosi rendah, prestasi mahasiswa dapat dilihat dari masih ditemukannya mahasiswa dengan nilai IPK masih dibawah rata-rata 2,75. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil uji statistik menunjukan nilai p=0,024 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2012. Dari hasil ditemukan mahasiswa dengan kecerdasan emosi rendah hasi prestasi belajar rendah sedangkan mahsiswa dengan kecerdasan emosi tinggi denderung hasil prestasi belajar tinggi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2012 dapat disimpulkan mahasiswa tingkat I prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka lebih dari setengahnya dengan kecerdasan emosi tinggi (59,3%). Mahasiswa tingkat I prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka sebagaian besar dengan prestasi belajar tinggi (84,7%). Ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Prodi DIII Kebidanan STIKes YPIB Majalengka tahun 2012, dengan p (0,024). SARAN Institusi pendidikan dalam hal ini STIKes YPIB diharapkan lebih menambah pustaka dan literature kesehatan ataupun aspek lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan mahasiswa dalam melakukan penelitian, dapat menjadi salah satu lembaga yang dapat mengajarkan kecerdasan emosi dengan mencantumkan ketrampilan emosi dalam kurikulumnya yaitu adanya rancangan yang lebih luas dengan mempersiapkan dosen yang berkompeten untuk membantu mengajarkan ketrampilan emosi.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, 2008. Prestasi Belajar. http://spesialis- torch.com Djamara. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Goelman, 2002. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003. Kecerdasan Emosi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Media Gottman, 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, dkk. 2003. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Hawari. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2 Ilyas, 2008. Peranan Ideal Dosen Pembimbing Akademik dan Prestasi Belajar Mahasiswa. http://educare.e-fkipunla.net Lanawati, 1999. Hubungan antara Persepsi Anak terhadap Suasana Keluarga, Citra Diri, dan Motif Berprestasi dengan Prestasi Belajar. Jurnal Anima Vol XI No. 42. Penebaker, 1995. JPEG Still Image Data Compression Standart, Van Nostrand Reinhold, New York. Roberts, 2001. Perfomance Management. Jakarta : Surya Darma Santrock, 2007. Psikologi Pendidikan, Terjemahan oleh: Tri Wibowo B.S., Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta. Stein & Book, 2004. Ledakan EQ; 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses, terj. Trinanda Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, Cet. V, Bandung: Kaifa Suryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Syah M, 2006. Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Wahyuningsih, 2004. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Skripsi. Winkel, 1997. Psikologi Pen