BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin, maka dapat diambil beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah peradaban manusia terlihat jelas bahwa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perundang-undangan dan pengelolaan pendidikan. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang-undang tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

2014 PENGARUH LAYANAN ADMINISTRASI TERHADAP PEMIMPIN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

Pendidikan merupakan bentuk perkembangnya potensi menjadi. manusia yang peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala bidang kehidupannya, sehingga

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, pendidikan dapat mempengaruhi manusia dalam semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil. Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju. Dalam Allah SWT berfirman Q.S. surah Ar-Ra du ayat 11,

A Leading and Outstanding University

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan ilmu yang lebih tinggi, serta sikap dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Muhammad Noor Syam bahwa...nampaknya hubungan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Oleh karena itu sangat diperlukan adanya peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan kualitas manusia Indonesia. Hal ini tercantum dalam rumusan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2 1 h.2 UU RI, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003) 2 Ibid., h.7 1

2 Pendidikan yang semestinya adalah pendidikan yang dapat mengembangkan siswa secara maksimal dengan suatu keharusan yang mutlak dimana guru sebagai pendidik hendaknya memiliki rentra dalam mengembangkan kompetensi yang dimilikinya sehingga dapat memberikan peluang bagi peserta didik dalam upayanya memupuk bakat, minat serta kecakapan yang harus dikuasai sehingga siswa memiliki kualitas pendidikan yang sejalan dengan dalam tujuan pembangunan pendidikan nasional. Tetapi sepertinya di sekolah-sekolah kinerjanya kurang maksimal dalam memberikan peluang bagi siswa dalam upayanya memupuk bakat, minat serta kecakapan mereka dikarenakan kompetensi guru yang kurang memahami kecakapan peserta didik dalam karakter kecerdasannya. Oleh karena itu diperlukannya suatu pendekatan yang memahami karakter kecerdasan siswa. Diketahui dalam penyelenggaraan pendidikan, berkaitan erat dengan upaya meningkatkan kecerdasan manusia. Pembicaraan mengenai makna kecerdasan sangatlah luas. Teori-teori kecerdasan terus berkembang, mulai dari Plato, Aristoteles, Darwin, Alferd Binet, Stanberg, Piaget sampai Howard Gardner. Perkembangan yang pesat ini mengurucut pada pola yang sama, yaitu kecerdasan banyak ditentukan oleh faktor situasi dan kondisi atau konteks yang terjadi pada saat teori tersebut muncul. Pada akhirnya makna kecerdasan sangatlah bergantung pada banyaknnya kepentingan eksternal dari hakikat kecerdasan itu sendiri. Teori kecerdasan mengalami puncak perubahan paradigma pada 1983 saat Dr. Howard Gardner, pemimpin Project Zero Hardvard University mengumumkan

3 perubahan makna kecerdasan dari pemahaman sebelumnnya. 3 Bahwa menurut Howard Gardner kecerdasan (inteligensi) itu beragam (majemuk) yang lebih dikenal sebagai Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk). Multiple Intelligences dikemukakan (Kecerdasan oleh Majemuk) Howard Gardner merupakan bahwa teori setiap kecerdasan anak yang mempunyai kecendurungan kecerdasan dari sembilan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa (linguistik), cerdas logis-matematis, cerdas gambar dan ruang (visual-spasial), cerdas musik, cerdas gerak (kinestetik), cerdas bergaul (interpersonal), cerdas diri (intrapersonal), cerdas alam dan cerdas eksistensial.4 Setiap kecerdasan punya perkembangan sendiri, tumbuh dan meljelma dalam kurun waktu berbeda untuk setiap individu. Dinamika teori Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) Gardner bersifat jamak: bermakna banyak dan luas, menandakan kecerdasan pada hakikatnya tidak terbatas. Hanya karena keterbatasan manusialah yang membuatnya terbatas menjadi tujuh, lalu berkembang lagi menjadi sembilan kecerdasan. Suatu waktu, bisa saja jenis kecerdasan lain akan bertambah.5 Pada dasarnya, setiap manusia terlahir dengan potensi inteligensinya masing-masing sebagai anugerah Allah. Persoalannya justru terletak pada bagaimana cara mengembangkan potensi inteligensi yang beragam tersebut, 3 Munib Chatib dan Alamsyah Said, Sekolah Anak-anak Juara, (Bandung: Kaifa, 2011), 4 Munib Chatib, Orangtuanya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2012), h. 87-88. 5 Munib Chatib dan Alamsyah Said, Op. cit., h. 80 h.69-70.

4 karena inteligensi telah ada dan mengakar dalam saraf manusia, terutama dalam otak yang merupakan pusat seluruh aktifitas manusia. Di sebutkan dalam Surah Al-Isra ayat 70: Surah Al-Isra ayat 70 ini mengindikasikan bahwa Allah telah memuliakan anak-anak Adam dari makhuk lainnya, yaitu dengan Ia beri kelebihan, salah satunya ialah dilebihkan akal atas manusia. Disebutkan juga dalam Surah AdzDzariyaat ayat 21: Menurut tafsir Jalalayn; (Dan juga pada diri kalian sendiri) terdapat pula tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan dan keesaan-nya, yaitu mulai dari permulaan penciptaan kalian terkandung pula keajaiban-keajaiban. (Maka apakah kalian tidak memperhatikan?) akan hal tersebut yang karena itu lalu kalian dapat menyimpulkan akan Penciptanya dan kekuasaan-nya yang Maha Besar.6 Surat Adz-Dzariyaat ayat 21 ini mengindikasikan bahwa Allah memberikan keajaiban-keajaiban (kelebihan) atas manusia, karena Allah tidak menciptakan makhluk secara percuma. Juga dengan bentuk pertanyaan, Allah SWT memotivasi manusia agar selalu berusaha mengetahui, mengenali dirinya, 6 http://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-70. Tgl akses 17 November 2015.15.57 WITA.

5 menggali potensi yang ada pada diri. Pepatah Arab juga mengatakan; Jangan kau anggap sepele segala sesuatu yang lebih rendah darimu karena segala sesuatu pasti ada kelebihannya. Kedua ayat tersebut dan pepatah ini mengindikasikan adanya potensi superiority dalam diri setiap manusia. Dengan inteligensinya, manusia dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya melalui proses berpikir dan belajar secara terus-menerus, melalui pendidikan. Banyaknya bentuk inteligensi yang telah menjadi potensi siswa, tentu memberikan peluang yang lebih besar untuk mengembangkan kemampuan inteligensi. 7 Teori kecerdasan majemuk menawarkan pola yang dapat digunakan para pendidik untuk melihat beberapa faktor ekologis yang penting dalam proses belajar.8 Teori kecerdasan majemuk membantu guru menyampaikan keberadaan pelajaran ke dalam kegiatan belajar yang banyak melibatkan perasaan siswa. Banyak siswa yang selama ini sudah dididik dengan berbagai pelajaran, namun kesadaran tentang akan pentingnnya apa yang dipelajari itu belum muncul dari siswa. Untuk itu pembelajaran yang melibatkan kecerdasan majemuk berusaha bagaimana guru membangun semua potensi siswa sehingga keterbakatan yang merupakan variabel internal siswa dapat dikembangkan.9 7 Sultan Surya, Melejitkan Multiple Intelligences Anak Sejak Usia Dini, (Yogyakarta: ANDI, 2007), h.3 8 Hamzah B Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.124 9 Ibid., h. 162.

6 Kecerdasan biasanya diukur dari kemampuan menjawab soal-soal tes tes standar diruang kelas (tes IQ). Tes tersebut menurut Thomas R. Hoerr sebenarnya hanya mengukur kecerdasan secara sempit karena hanya menekankan pada kecerdasan linguistik dan matematis-logis. Walaupun dapat mengukur keberhasilan anak disekolah, namun tidak bisa memprediksi keberhasilan didunia nyata, karena keberhasilan didunia nyata saat ini mencakup lebih dari sekedar kecakapan linguistik dan logis-matematis.10 Pengagungan terhadap IQ dalam menentukan kesuksesan masih mendominasi pembelajaran disekolah dan salah satunya tampak pada penggunaan metode-metode pembelajaran tradisional, seperti ceramah dan cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik, dan penggunaan pendekatan rasional dengan logika yang lebih sesuai dengan kecerdasan matematis-logis. Misalnya pada pembelajaran Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah pun kebanyakan masih diisi dengan muatan menghapal. Akibatnya pembelajarannya kurang menarik bagi siswa yang kecerdasan linguistik dan matematis-logisnya kurang menonjol. Padahal usia sekolah dasar (6-12 tahun) adalah masa terpenting bagi anak, karena hal-hal yang dipelajari pada usia tersebut menjadi pijakan untuk perkembangan selanjutnya. Untuk mengatasi persoalan tersebut, penerapan teori Mulitiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) perlu dilakukan. Teori Multiple Intteligence (Kecerdasan Majemuk) sangat menekankan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna karena menghargai seluruh kecerdasan siswa dan Alhamdulillah 10 Thomas R. Hoerr, diterjemahkan oleh Ary Nilandari, Buku Kerja Multiple Intelligences, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), h. 9-10.

7 SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin sudah mulai menerapkan sistem pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences (Kecedasan Majemuk) ini untuk menjamin semua siswa belajar dalam kondisi yang nyaman. SDIT Al-Firdaus membagi kelompok kelas kecerdasan berdasarkan hasil dari Multiple Intelligence Research (MIR), yang mana Multiple Intelligence Research (MIR) ini dilaksanakan sebelum peserta didik masuk kelas I. Setelah hasil Multiple Intelligence Research (MIR) ini selesai, maka peserta didik dikelompokkan sesuai kelompok kecerdasannya masing-masing. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik lebih dalam untuk melakukan penelitian ilmiah yang berjudul: Pembelajaran dengan Kecerdasan Majemuk Pada Siswa Kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin? 2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT AlFirdaus di Banjarmasin? 3. Bagaimana evaluasi dari pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin?

8 4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin? C. Batasan Masalah/Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahfahaman interpretasi terhadap judul diatas, maka penulis merasa perlu memberikan batasan istilah dan penegasan judul tersebut, yaitu: 1. Pembelajaran Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru agar terjadi proses belajar pada diri anak didik.11 Yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu proses belajar mengajar, yang mana guru dalam mengajar bertujuan untuk mengoptimalkan kecerdasan majemuk siswa agar hasil belajar siswa lebih bermakna. 2. Pendekatan Kecerdasan Majemuk Pendekatan dalam pembelajaran adalah sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses dan sifatnya masih sangat umum. Proses tersebut mewadahi, menginspirai, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran sesuai dengan cakupan teoritis tertentu.12 Kemudian yang dimaksud dengan kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences), menurut teori Multiple Intelligences Gardner 11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 325. 12 Munib Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2011), h. 128

9 menyatakan bahwa kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) ialah kecerdasan yang bersifat jamak: yang bermakna banyak dan luas, menandakan kecerdasan yang pada hakikatnya tidak terbatas.13 Jadi yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk disini ialah bahwa pada dasarnya setiap manusia terlahir dengan potensi inteligensinya masing-masing sebagai anugerah Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan kecerdasan majemuk adalah suatu cara bagaimana guru memberikan strategi belajar atau kegiatan belajar yang mengarahkan pada potensi inteligensi yang telah dimiliki siswa. Jadi dengan pendekatan kecerdasan majemuk ini, potensi yang dimiliki siswa lebih dapat dikembangkan dan siswa lebih mampu memahami pelajaran karena kegiatan belajarnya mengarahkan sesuai potensi inteligensi masing-masing siswa. 3. Siswa kelas I: Anak-anak yang menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada kelas I. Anak-anak pada kelas I ini biasanya usia mereka sekitar 7 tahun. Dalam penelitian ini, ada dua kelas yang penulis teliti yaitu kelas Al-Khawarizmi dan kelas Al-Fatih. 13 h. 80 Munib Chatib dan Alamsyah Said, Sekolah Anak-anak Juara, (Bandung: Kaifa, 2012),

10 D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran (aktivitas guru dan siswa) dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin. 3. Untuk mengetahui evaluasi dari pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk pada siswa kelas I SDIT Al-Firdaus di Banjarmasin? E. Alasan Memilih Judul Alasan penulis dalam memilih judul ini diantaranya adalah: 1. Pendidikan yang semestinya adalah pendidikan yang berkualitas yang mana dapat mengembangkan potensi peserta didik siswa, maka sangat diperlukan adanya peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan kualitas manusia. 2. Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk) merupakan salah satu dari teori kecerdasan, menurut teori ini kecerdasan bersifat jamak yaitu yang bermakna banyak dan luas, menandakan kecerdasan yang pada hakikatnya tidak terbatas. Teori ini menghargai potensi yang ada pada diri masing-

11 masing manusia. Sehingga pendekatan pembelajaran yang menggunakan teori ini akan lebih menghargai potensi yang di miliki siswa dan lebih optimal dalam menumbuhkembangkan kecerdasan yang dimiliki siswa. F. Signifikasi Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan: 1. Dijadikan sebagai bahan bacaan (pengetahuan) untuk guru-guru dalam menerapkan serta mengembangkan konsep kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences). 2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi penulis dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan. G. Signifikasi Penulisan Penulis memberikan sistematika yang befungsi sebagai pedoman penyusunan laporan penilitian sebagai berikut: Bab I pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, alasan memilih judul, signifikasi penelitian, signifikasi penulisan. Bab II landasan teori, yang berisikan tentang teori teori yang berhubungan dengan pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan majemuk. Bab III metode penelitian, yang berisikan jenis dan pendekatan penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan prosedur penelitian, pengecekan dan keabsahan data.

12 Bab IV, laporan hasil penelitian, yang berisikan tentang latar belakang objek, penyajian data dan analisis data. Bab V penutup, yang berisikan simpulan dan saran-saran.