MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

2016, No Dana Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, per

1 of 5 18/12/ :41

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 60 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213 /PMK.07/2015 '

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INQONES!A SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 /PMK.08/2017 TENTANG

PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA.

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.05/2016

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); MEMUTUSKAN: Menetap

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/PMK.02/2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 31

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK JNQONES!A SALIN AN

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

MENTER!KEUANGAN REPUBLIK!NDONESIA SALIN AN

2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, perlu mengatur kembali mekanisme pelaksanaan dan pertanggungjawaban transfer ke daerah dan dana desa; d. bah

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 16 TAHUN 2O16 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERIKEUANGAN REPUBLJK INDONESIA SALIN AN

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Jaminan Penugasan Pembiayaan Infrastruktur Dae

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALINAN TENTANG PEDOMAN UMUM PENYUSUNAN TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2O17 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DANA DESA DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERJKEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.02/2014 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

2016, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYALURAN D

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2 1. Pemerintah Asing/Lembaga Asing adalah pemerintah/lembaga yang berasal dari luar negeri yang menerima hibah dari Pemerintah Republik Indonesia. 2.

MENTERI KEUANGAN REPUBLI K INDONESI A SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/PMK.02/2015 TENT ANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTER!KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK I N DONESIA NOMOR 174 /PMK.08/2016

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

Workshop Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Mengenai Tata Cara Penghitungan Pembagian dan Penetapan Rincian Dana Desa TA 2017

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

SALINAN WALIKOTA BATU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERJKEUANGAN HEPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENGALOKASIAN DAN PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2 atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Mengingat : 1. Pasal 5 a

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DAN PENGGUNAAN DANA DESA

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

2 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENT

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 / PMK.02 / 2006 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH MENTERI KEUANGAN,

BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

Transkripsi:

. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN DAN/ATAU PEMOTONGAN DANA PERiMBANGAN TERHADAP DAERAH YANG TIDAK MEMENUHI ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa untuk melak&anakan ketentuan Pasal 96 ayat (8) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Nomor 20 14 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20 14 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 20 15, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Penundaan dan/ atau Pemotongan Dana Perimbangan Terhadap Daerah Yang Tidak Memenuhi Alokasi Dana Desa; Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 43 Nomor 20 14 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20 14 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 14 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 20 15 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 15 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 57 17);

- 2 - Menetapkan MEMUTUSKAN: PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENUNDAAN DAN/ATAU PEMOTONGAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP DAE RAH YANG TIDAK MEMENUHI ALOKASI DANA DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah pendapatan desa yang bersumber dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 3. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 4. Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 5. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk,v

- 3 - mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 6. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 8. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang di transfer melalui APBD kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. 9. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. 10. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pad a kementerian negara/lembaga yang bersangkutan. 11. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan PA/ KPA untuk mengambil keputusan dan/ a tau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 12. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat PPSPM adalah pejabat yang diberi

- 4 - kewenangan oleh PA Bendahara Um um Negara/Pembantu PA Bendahara Umum Negara/KPA Bendahara Umum Negara untuk melakukan pengujian atas permintaan pembayaran dan menerbitkan perintah pembayaran. 13. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disingkat RKUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada bank sentral. 14. Rekening Kas Umum Daerah Provinsi yang selanjutnya disebut RKUD Provinsi adalah rekening tempat penyimpanan uang provinsi yang ditentukan oleh gubernur untuk menampung seluruh penenmaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan. 15. Rekening Kas Desa yang selanjutnya disingkat RKD adalah rekening tempat penyimpanan uang Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Desa pada bank yang ditetapkan. 16. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh KPA/PPK yang berisi permintaan pembayaran tagihan kepada negara. 17. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/ KPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran atau dokumen lain yang dipersamakan. 18. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berdasarkan SPM.

- 5 - BAB II RUANG LINGKUP PENUNDAAN DAN/ ATAU PEMOTONGAN DANA PERIMBANGAN Pasal 2 (1) Kabupaten/kota yang memiliki Desa wajib memenuhi ADD paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari Dana Perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. (2) Dana Perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah DAU dan DBH yang diterima kabupaten/kota pada tahun anggaran berjalan. (3) Dalam hal kabupaten/kota yang tidak memenuhi ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dapat melakukan penundaan dan/ atau pemotongan DAU dan/ atau DBH. BAB III PERATURAN BUPATI/WALIKOTA MENGENAI PEMBAGIAN ADD Pasal 3 (1) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengalokasikan ADD dalam APBD paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima setiap tahun anggaran. (2) ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi kepada setiap Desa dengan mempertimbangkan: a. kebutuhan penghasilan tetap kepala Desa dan perangkat Desa; dan b. jumlah penduduk Desa, angka kemiskinan Desa, luas wilayah Desa, dan tingkat kesulitan geografis Desa.

- 6 - (3) Pengalokasian ADD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pembagian ADD setiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Pasal 4 (1) Dalam hal terdapat perubahan APBD, pengalokasian ADD dihitung paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH dalam perubahan APBD. (2) Berdasarkan perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bupati/walikota menetapkan peraturan bupati/walikota dan/ atau perubahan peraturan bupati/walikota mengenai pembagian ADD setiap Desa. Pasal 5 Bupati/walikota menyampaikan peraturan bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan Pasal 4 ayat (2) disertai softcopy besaran ADD setiap Desa kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan gubernur paling lambat bulan Oktober tahun anggaran berjalan. BAB IV TATA CARA PENUNDAAN DAN/ATAU PEMOTONGAN DAU DAN/ATAU DBH Bagian Pertama Evaluasi Pemenuhan ADD Dalam Peraturan Bupati/Walikota Mengenai Pembagian ADD dan/ atau Dalam Peraturan Daerah Mengenai APBD Pasal 6 (1) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan evaluasi pemenuhan ADD dalam #

- 7 - peraturan bupati/walikota mengenai pembagian ADD setiap Desa. (2) Dalam hal peraturan bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum diterima, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan evaluasi pemenuhan ADD dalam peraturan daerah mengenai APBD tahun anggaran berjalan. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan membandingkan jumlah ADD dengan jumlah DAU dan DBH dalam APBD kabupaten/kota yang bersangkutan. (4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan mulai bulan Januari sampai dengan akhir bulan April tahun anggaran berjalan. Pasal 7 (1) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, besaran ADD yang dianggarkan telah memenuhi paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima kabupaten/kota yang bersangkutan, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyampaikan bu pa ti/ walikota. surat pemberitahuan kepada (2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. ADD telah dianggarkan paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima; b. dalam hal terdapat perubahan APBD, agar besaran ADD dihitung dari DAU dan DBH yang dianggarkan dalam perubahan APBD; c. bupati/walikota menetapkan peraturan bupati/walikota mengenai pembagian ADD setiap Desa berdasarkan perubahan APBD dan menyampaikan peraturan bupati/walikota tersebut

- 8 - paling lambat akhir bulan Oktober tahun anggaran berjalan; dan d. dalam hal besaran ADD kurang dari 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH dalam perubahan APBD, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dapat melakukan penundaan dan/ atau pemotongan DAU dan/ atau DBH. (3) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) disusun sesuai dengan format se bagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Kedua Penundaan DAU dan/ atau DBH Pasal 8 (1) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, besaran ADD yang dianggarkan kurang dari 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima kabupaten/kota yang bersangkutan, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyampaikan surat peringatan kepada bupati/walikota. (2) Surat peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a. ADD yang dianggarkan kurang dari 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima; b. bupati/walikota segera menyampaikan surat komitmen untuk menganggarkan ADD paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH dalam perubahan APBD; c. bupati/walikota segera menetapkan peraturan bupati/walikota mengenai pembagian ADD setiap Desa berdasarkan perubahan APBD dan menyampaikan peraturan bupati/walikota tersebut

- 9 - paling lambat akhir bulan Oktober tahun anggaran berjalan; clan cl. clalam hal besaran ADD kurang clari 10% (sepuluh per seratus) clari DAU dan DBH yang diterima, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan clapat melakukan penundaan clan/ atau pemotongan DAU dan/ atau DBH. (3) Bupati/walikota menyampaikan surat komitmen sebagaimana dimaksucl pacla ayat (2) huruf b kepacla Menteri Keuangan c.q. Direktur Jencleral Perimbangan Keuangan clengan tembusan kepada gubernur paling lambat akhir minggu keclua bulan Agustus tahun anggaran berj alan (4) Surat peringatan sebagaiman l climaksud pacla ayat (1) disusun sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (5) Surat komitmen sebagaimana climaksud pada ayat (2) huruf b clisusun sesuai clengan format sebagaimana tercantum clalam Lampiran III yang merupakan bagian ticlak terpisahkan clari Peraturan Menteri ini. Pasal 9 ( 1) Dalam hal sampai dengan akhir m1nggu kedua bulan Agustus, bupati/walikota ticlak menyampaikan surat komitmen sebagaimana climaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jencleral Perimbangan Keuangan melakukan penundaan pertama penyaluran DAU dan/ atau DBH. (2) Penunclaan pertama penyaluran DAU dan/ atau DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 25% (clua puluh lima per seratus) clari selisih kewajiban ADD yang harus dipenuhi. (3) Penundaan pertama penyaluran DAU dan/ atau DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diprioritaskan

- 10 - terhadap penyaluran DAU bulan September tahun anggaran berj alan. (4) Penyaluran kembali DAU dan/ atau DBH dilakukan dalam hal bupati/walikota telah menyampaikan surat komitmen kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Pasal 10 (1) Dalam hal sampai dengan mmggu kedua bulan September, bupati/walikota tidak menyampaikan surat komitmen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan penundaan kedua penyaluran DAU dan/ atau DBH. (2) Penundaan kedua penyaluran DAU dan/ atau DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 25% (dua puluh lima per seratus) dari selisih kewajiban ADD yang harus dipenuhi. (3) Penundaan kedua penyaluran DAU dan/ atau DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan terhadap penyaluran DAU bulan Oktober tahun anggaran berjalan. (4) Penyaluran kembali DAU dan/ atau DBH dilakukan dalam hal bupati/walikota telah menyampaikan surat komitmen. Pasal 11 (1) Penundaan DAU dan/atau DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban transfer ke daerah dan dana desa. (2) Penundaan DAU dan/ atau DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan atas nama Menteri Keuangan. #

- 11 - Bagian Ketiga Evaluasi Pemenuhan ADD Dalam Perubahan Peraturan Bupati/Walikota Mengenai Pembagian ADD dan/ atau Dalam Peraturan Daerah Mengenai Perubahan APBD Pasal 12 (1) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan evaluasi pemenuhan ADD dalam perubahan peraturan bupati/walikota mengena1 pembagian ADD setiap Desa dan/ atau dalam peraturan daerah mengenai perubahan APBD. (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dilakukan dengan membandingkan jumlah ADD dengan jumlah DAU dan DBH dalam perubahan APBD kabupaten/kota yang bersangkutan. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan mulai bulan September sampai dengan akhir bulan November tahun anggaran berjalan. Bagian Keempat Pemotongan DAU dan/ a tau DBH Pasal 13 Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan pemotongan DAU dan/ atau DBH dalam hal: a. sampai dengan akhir bulan Oktober, bupati/walikota tidak menyampaikan surat komitmen dan/ atau tidak terdapat perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b; atau b. berdasarkan basil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), besaran ADD yang dianggarkan kurang dari 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima kabupaten/kota yang bersangkutan,

- 12 - Pasal 14 (1). Pemotongan DAU clan/atau DBH sebagaimana climaksucl clalam Pasal 13 clilaksanakan pacla periocle penyaluran berikutnya sebesar kekurangan pemenuhan ADD clengan memperhitungkan besarnya DAU clan/ a tau DBH yang ditunda. (2) Pemotongan DAU dan/ atau DBH sebagaimana dimaksud pacla ayat (1) clilaksanakan clengan antara lain mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah. (3) Pemotongan DAU dan/ a tau DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan setelah berkoorclinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Keinenterian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (4) Koorclinasi sebagaimana dimaksucl pacla ayat (3) clituangkan clalam berita acara yang clisusun clengan menggunakan format sebagaimana tercantum clalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan clari Peraturan Menteri ini Pasal 15 (1) Berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksucl dalam Pasal 14 ayat (4), Menteri Keuangan c.q. Direktur Jencleral Perimbangan Keuangan menetapkan pemotongan DAU dan/ atau DBH dan pembagian ADD setiap Desa untuk kabupaten/kota yang bersangkutan. (2) Pembagian ADD setiap Desa sebagaimana climaksucl pada ayat ( 1) clihitung secara proporsional dengan besaran ADD yang ditetapkan clalam peraturan bupati/walikota mengenai pembagian ADD setiap Desa. (3) Pemotongan DAU dan/ a tau DBH clan pembagian ADD setiap Desa sebagaimana climaksucl pacla ayat (1) clitetapkan clalam Keputusan Menteri Keuangan yang clitandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan atas nama Menteri Keuangan. (4) Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyampaikan keputusan mengenai,(//

- 13 - pemotongan DAU dan/ atau DBH dan pembagian ADD setiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada gubernur. Pasal 16 (1) Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai pemotongan DAU dan/ a tau DBH dan pembagian ADD setiap Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3), KPA Transfer ke Daerah dan Dana Desa melakukan pemotongan DAU dan/atau DBH. (2) Pemotongan DAU dan/ atau DBH sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban transfer ke daerah dan dana desa. (3) PPSPM Transfer ke Daerah dan Dana Desa menyampaikan salinan SPM pemotongan DAU dan/atau DBH kepada KPA penyaluran kembali dana hasil pemotongan DAU dan/atau DBH paling lama 5 (lima) hari kerja setelah SP2D pemotongan DAU dan/ a tau DBH diterbitkan. (4) Dana hasil pemotongan DAU dan/ atau DBH dicatat dalam akun Penerimaan Transito Hasil Pemotongan DAU atau DBH. Bagian Kelima Penyaluran Kembali Dana Hasil Pemotongan DAU dan/ atau DBH Pasal 17 (1) Dalam rangka penyaluran kembali dana hasil pemotongan DAU dan/ atau DBH, Menteri Keuangan selaku PA Bendahara. Umum Negera menetapkan pejabat eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan yang mempunyai tugas dan

- 14 - fungsi terkait Dana Desa sebagai KPA penyaluran kembali clana hasil pemotongan DAU clan/atau DBH. (2) KPA penyaluran kembali clana hasil pemotongan DAU clan/ atau DBH mempunyai tugas clan fungsi menyalurkan kembali clana hasil pemotongan DAU clan/ atau DBH. (3) Dalam rangka pelaksanaan tugas clan fungsi sebagaimana climaksucl pacla ayat (2) KPA penyaluran kembali clana hasil pemotongan DAU clan/atau DBH menetapkan PPK clan PPSPM. (4) KPA, PPK, dan PPSPM penyaluran kembali dana hasil pemotongan DAU clan/ atau DBH melaksanakan tugas dan fungsi sesuai clengan ketentuan peraturan perunclang-undangan. Pasal 18 (1) PPK menerbitkan SPP penyaluran kembali clana hasil pemotongan DAU dan/ atau DBH berdasarkan: a. Keputusan Menteri Keuangan mengenai pemotongan DAU dan/ a tau DBH clan pembagian ADD setiap Desa sebagaimana climaksucl clalam Pasal 15 ayat (3); clan b. salinan SPM pemotongan DAU clan/ atau DBH sebagaimana climaksucl clalam Pasal 16 ayat (3). (2) Berclasarkan SPP sebagaimana climaksucl pacla ayat ( 1), PPSPM menerbitkan SPM penyaluran kembali clana hasil pemotongan DAU dan/ atau DBH. (3) PPSPM menyampaikan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepacla Kantor Pelayanan Perbenclaharaan Negara Jakarta II. (4) Berdasarkan SPM sebagaimana climaksucl pacla ayat (3), Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta II menerbitkan SP2D. (5) Penerbitan SPP, SPM, dan SP2D sebagaimana climaksud pacla ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dilaksanakan sesua1 dengan ketentuan peraturan perunclang-unclangan.

- 15 - Pasal 19 (1) Dana hasil pemotongan DAU dan/atau DBH disalurkan dari RKUN ke RKUD Provinsi pada bulan Desember tahun anggaran berjalan. (2) Gubernur menyalurkan dana hasil pemotongan DAU clan/ a tau DBH ke RKD paling lam bat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di RKUD Provinsi. (3) Gubernur menyampaikan laporan penyaluran dana hasil pemotongan DAU clan/ atau DBH ke RKD kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Pasal 20 (1) Dana hasil pemotongan DAU dan/atau DBH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) dicatat dalam Anggaran Pendapatan clan Belanja Desa sebagai penambah pendapatan dari ADD. (2) Penggunaan pendapatan dari ADD sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penggunaan ADD. Bagian Keenam Penatausahaan, Akuntansi, clan Pelaporan Pasal 21 (1) KPA Transfer ke Daerah clan Dana Desa clan KPA penyaluran kembali dana hasil pemotongan DAU clan/ atau DBH melakukan penatausahaan, akuntansi, clan pelaporan penyaluran kembali dana hasil pemotongan DAU clan/ atau DBH. (2) Penatausahaan, akuntansi, clan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

. - 16 - BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Menteri 1m mulai, berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2015 MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 31 Desember 2015 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 20 15 NOMOR 2055 aslinya

- 17 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 7 /PMK. 07 /2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN DAN/ ATAU PEMOTONGAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP DAERAH YANG TIDAK MEMENUHI ALOKASI DANA DESA FORMAT SURAT PEMBERITAHUAN Nomor Lampiran Hal MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Pemberitahuan Penganggaran Alokasi Dana Desa (ADD)... 20... Yth. Bupati/walikota.... di..... Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 TaJrnn 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015, pemerintah kabupaten/kota diwajibkan untuk menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari Dana Alokasi Umum (DAU) ditambah Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima kabupaten/kota dalam APBD. Dalam ha! kabupaten/kota tidak mengalokasikan ADD paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan DAU dan/atau DBH sebesar selisih ADD yang seharusnya disalurkan ke Desa. Bahwa berdasarkan Peraturan Bupati/Walikota... nomor... tanggal..... tentang... a tau Peraturan Daerah No... Tahun... tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daeran Tahun Anggaran..., dianggarkan: a. Dana Alokasi Um um : Rp... b. Dana Bagi Hasil : Rp...... + Jumlah : Rp... c. ADD : Rp... (...%) Sehubungan dengan ha! tersebut, dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut: a. Jumlah ADD Kabupaten/Kota... telah dianggarkan paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima; b. Dalam ha! terdapat perubahan APBD, agar besaran ADD dihitung dari DAU dan DBH yang dianggarkan dalam perubahan APBD; c. Pembagian ADD ke setiap Desa berdasarkan perubahan APBD tersebut agar ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota dan disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat akhir bulan Oktober; dan d. Dalam ha! besaran ADD kurang dari 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH dalam perubahan APBD, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan DAU dan/atau DBH. Demikian diberitahukan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. a.n. Menteri Keuangan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, NIP... Tembusan : I. Menteri Dalam Negeri. 2. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 3. Ketua DPRD Kabupaten/Kota.... MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

- 18 - LAMPIRAN II PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257 /PMK.07 /2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN DAN/ ATAU PEMOTONGAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP DAERAH YANG TIDAK MEMENUHI ALOKASI DANA DESA FORMAT SURAT PERINGATAN Nomor Lampiran Hal MENTERI KE'uANGAN REPUBLIK INOONESIA Peringatan Penganggaran Alokasi Dana Desa (ADD)... 20... Yth. Bupati/walikota.... di.... Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015, pemerintah kabupaten/kota diwajibkan untuk menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari Dana Alokasi Umum (DAU) ditambah Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima kabupaten/kota dalam APBD. Dalam ha! kabupaten/kota tidak mengalokasikan ADD paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan DAU dan/atau DBH sebesar selisih ADD yang seharusnya disalurkan ke Desa. Bahwa berdasarkan Peraturan Bupati/Walikota... nomor... tanggal.... ten tang... a tau Peraturan Daerah No... Tahun... tentang Anggaran Pendapatan Belanja Daeran Tahun Anggaran..., dianggarkan: a. Dana Alokasi Urn um Rp............ b. Dana Bagi Hasil Rp... + Jumlah : Rp......... c. ADD : Rp......... (...%) Sehubungan dengan ha! tersebut, dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut: a. Jumlah ADD Kabupaten/Kota... kurang dari 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima; b. Bupati/walikota segera menyampaikan surat komitmen untuk menganggarkan ADD paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari jumlah DAU dan DBH dalam perubahan APBD; c. Bupati/walikota segera menyampaikan peraturan bupati/walikota mengenai pembagian ADD berdasarkan perubahan APBD tersebut paling lambat akhir bulan Oktober tahun anggaran berjalan; dan d. Dalam ha! besaran ADD kurang dari 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH yang diterima, Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan DAU dan/atau DBH. Demikian diberitahukan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. a.n. Menteri Keuangan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, NIP... Tembusan: 1. Menteri Dalam Negeri. 2. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 3. Ketua DPRD Kabupaten/Kota.... MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

- 19 - LAMPIRAN III PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257 /PMK.07 /2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN DAN/ ATAU PEMOTONGAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP DAERAH YANG TIDAK MEMENUHI ALOKASI DANA DESA FORMAT SURAT KOMITMEN LAMBANG DAERAH Norn or Lampiran Hal Komitmen Penganggaran Alokasi Dana Desa (ADD)... 20... Yth. Menteri Keuangan RI c.q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan JI. Wahidin No. 1 Jakarta Pusat Menunjuk surat Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Nomor.... tanggal..... hal. Peringatan Penganggaran Alokasi Dana Desa (ADD), dengan ini kami menyatakan akan berkomitmen untuk menganggarkan ADD pada perubahan APBD kabupaten/kota... tahun anggaran... sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Apabila dalam perubahan APBD kabupaten/kota... tahun anggaran... ternyata jumlah ADD yang dianggarkan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka kami bersedia untuk ditunda dan/ atau dipotong DAU dan/ atau DBH sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Demikian disampaikan, atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih. Bupati/Walikota..., Tembusan: 1. Menteri Dalam Negeri. 2. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 3. Menteri Keuangan. 4. Gubernur... 5. Ketua DPRD Kabupaten/Kota... MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

- 20 - LAMPIRAN IV PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENT ANG TATA CARA PENUNDAAN DAN/ ATAU PEMOTONGAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP DAERAH YANG TIDAK MEMENUHI ALOKASI DANA DESA FORMAT SERITA ACARA DERITA ACARA KOORDINASI PEMOTONGAN DAU DAN/ATAU DBH TERHADAP DAERAH YANG TIDAK MEMENUHI ALOKASI DANA DESA Pada hari ini..... tanggal...... bulan..... tahun... telah diselenggarakan Rapat Koordinasi antara Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Memperhatikan besaran APBD kabupaten/kota dan belanja-belanja wajib kabupaten/kota... serta memperhatikan pendapat peserta rapat, maka sesuai dengan ketentuan Pasal... ayat... Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015, kami memutuskan terhadap kabupaten/kota... yang tidak menganggarkan Alokasi Dana Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari DAU dan DBH Kabupaten/Kota........ dilakukan/tidak dilakukan*) pemotongan DAU dan/atau DBH yang menjadi penerimaan Kabupaten/Kota... untuk penyaluran bulan/tahap... tahun... sebagaimana lampiran Serita Acara Koordinasi ini. Demikian berita acara ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya. Kementerian Keuangan RI (eselon 11) NIP..... Kementerian Dalam Negeri (eselon 11) Kementerian Desa PDDT (eselon II) NIP..... NIP.......... MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. BAMBANG P. S. BRODJONEGORO