Perda No. 11 / 2002 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2002

dokumen-dokumen yang mirip
Perda No. 12 / 2002 Tentang Penanggulangan Tuna Susila di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

Perda No. 9 / 2004 tentang Pelarangan Peredaran Garam Konsum Tida Beriodium di Kab Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2004

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Perda No. 15 / 2002 tentang Perubahan Pertama Perda 11/1998 tentang Pajak Penerangan jalan. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2002

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PELANGGARAN KESUSILAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda No. 8 / 2003 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa di Kabupaten Magelang.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 10

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG NOMOR 1 TAHUN 1997 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G PEDOMAN PENANGANAN GELANDANGANN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERIAN IJIN PRAKTEK TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PROPERAT Sistem Jaringan Dokumentasi & Informasi ( SJDI ) Hukum Kabupaten Magelang.

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda No. 2/2001 tentang Penetapan Sisa Perhitungan APBD Kabupaten Magelang Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG SURAT IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

Perda No. 16 / 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SOT SekretariatDPRD Kabupaten Magelang PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G LARANGAN PELACURAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG MINUMAN KERAS / BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T ANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PELACURAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR : 4 TAHUN 1993 T E N T A N G RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

PERATURAN DAERAH KOTA PAGAR ALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG WAJIB LAPOR LOWONGAN PEKERJAAN DAN IZIN PENEMPATAN TENAGA KERJA DI KOTA PAGAR ALAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1988 SERI D NOMOR 2

Perda No. 17/2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas, Fungsi, SOT Bawasda PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Perda No. 03 / 2002 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi, SOT Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan

Perda No. 20 / 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SOT Badan Pengelola Perpustaakaan, Kearsipan, dan DE.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ;

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG IJIN MEMAKAI TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Perda No.30 / 2004 Tentang Pembentukan,Kedudukan,Tugas,Fungsi, SOT Dinas Nakertrans Kab. Magelang

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda No. 18 / 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SOT BAPPEDA dan UPT Bappeda Kabupaten Magelang

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 16 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN PERMAINAN JUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

Perda No. 5 / 2004 tentang Perubahan Retribusi Pelayanan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

Perda No.36 / 2004 Tentang Pembentukan,Kedudukan,Tugas,Fungsi, SOT Dinas Lingkungan Hidup Kab. Magelang

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 05 TAHUN 2000 TENTANG KARTU KELUARGA DAN KARTU TANDA PENDUDUK DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN : 1996 SERI : A NO : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG RUMAH SUSUN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

Perda No. 27 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Perhubungan dan UPT Dinas Perhubungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 7 TAHUN 2001 T E N T A N G LARANGAN PERBUATAN PROSTITUSI DAN TUNA SUSILA DALAM DAERAH KABUPATEN WAY KANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2000 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Perda No. 25 / 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, SOT Dinas Pasar dan UPT Dinas Pasar Kab. Magelang..

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK KAMPUNG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G Nomor : 5 Tahun : 1986 Seri : D.

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN, DAN PENGEMIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Perda No. 27/2001 ttg Pembent, Keduduk, Tupoksi dan SOT Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kab.Magelang.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 23 TAHUN 1997 SERI B.8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

Transkripsi:

Perda No. 11 / 2002 Tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG Menimbang : a. bahwa gelandangan dan pengemis tidak sesuai dengan norma kehidupan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, karena itu perlu diadakan usaha-usaha penanggulangan; b. bahwa usaha penanggulangan tersebut, disamping usaha-usaha pencegahan timbulnya gelandangan dan pengemis, bertujuan pula untuk memberikan rehabilitasi kepada gelandangan dan atau pengemis agar mampu mencapai taraf hidup, kehidupan dan penghidupan yang layak sebagai seorang warga Negara Republik Indonesia pada umumnya dan khususnya sebagai warga Kabupaten Magelang; c. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas untuk itu perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Magelang. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 jis Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Tengah ( Berita Negara Tahun 1950 ) dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang ke Kecamatan Mungkid di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 36 ); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039 ); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 ); PROPERAT

2 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839 ); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis ( Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3177 ); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Nomor 36 Tahun 1983, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3358 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah ( Lembaran Negara Nomor 10 Tahun 1988, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373 ); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Magelang Nomor 5 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Magelang; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Pembentukan, Kedudukan Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Lembaga Tehnis Daerah Kabupaten Magelang; Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAGELANG M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN MAGELANG. BAB I KETENTUAN UMUM P a s a l 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Magelang. b. Daerah adalah Kabupaten Magelang. c. Bupati adalah Bupati Magelang. d. Kantor Kesejahteraan Sosial adalah Kantor Kesejahteraan Sosial Kabupaten Magelang. e. Petugas yang berwenang adalah petugas yang berwenang menangani usaha-usaha penanggulangan dan rehabilitasi yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. f. Penanggulangan adalah semua bentuk usaha/upaya meliputi usaha-usaha preventif, represif, rehabilitatif terhadap timbulnya gelandangan dan pengemis. g. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat umum.

3 h. Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta dimuka umum dengan pelbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. i. Panti sosial adalah tempat yang disediakan pemerintah maupun swasta lengkap dengan fasilitasnya, berfungsi sebagai tempat rehabilitasi/resosialisasi. j. Penyidik adalah Polri dan atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dalam lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah. B A B II L A R A N G A N P a s a l 2 (1) Bagi siapapun dilarang malakukan kegiatan pergelandangan diwilayah Kabupaten Magelang. (2) Bagi siapapun dilarang melakukan kegiatan meminta-minta/pengemisan diwilayah Kabupaten Magelang. (3) Bagi siapapun dilarang membantu kegiatan usaha penggelandangan dan atau pengemisan. B A B III USAHA PREVENTIF P a s a l 3 Usaha preventif dimaksudkan untuk mencegah timbulnya gelandangan dan pengemis didalam masyarakat, yang ditujukan baik kepada perorangan maupun kelompok masyarakat yang diperkirakan menjadi sumber timbulnya gelandangan dan pengemis. P a s a l 4 Usaha sebagaimana dimaksud pasal 3, dilakukan antara lain dengan : a. Penyuluhan, bimbingan dan pembinaan mental / sosial b. Pelatihan ketrampilan praktis c. Bantuan modal usaha dan modal kerja d. Peningkatan derajat kesehatan. B A B IV USAHA REPRESIF P a s a l 5 Usaha represif dimaksudkan untuk mengurangi dan atau meniadakan gelandangan dan pengemis yang ditujukan baik kepada seseorang maupun kelompok orang yang disangka melakukan pergelandangan dan pengemisan.

4 P a s a l 6 Usaha represif sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 meliputi : a. Razia b. Penampungan sementara untuk seleksi c. Pelimpahan. P a s a l 7 (1) Untuk menjamin terwujudnya ketertiban, keamanan dan ketentraman secara berkala dan atau sewaktu-waktu dilaksanakan razia oleh petugas yang berwenang untuk itu. (2) Razia dilaksanakan dijalan-jalan, makam-makam, tempat-tempat ibadah/rekreasi/hiburan/pariwisata, taman-taman, lapangan, trotoir, emper toko, terminal, komplek pasar, lingkungan pemukiman, dan atau tempat-tempat umum. (3) Untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini dibentuk Tim Koordinasi penanggulangan gelandangan dan pengemis dengan Keputusan Bupati. P a s a l 8 Hasil razia sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) ditampung dalam penampungan sementara untuk diseleksi. P a s a l 9 Seleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dimaksudkan untuk menetapkan kwalifikasi para gelandangan dan pengemis dan sebagai dasar untuk menetapkan tindakan selanjutnya yang terdiri dari : a. Dilepaskan tanpa syarat b. Dimasukkan/dilimpahkan ke Panti Sosial. c. Dikembalikan kepada orang tua / wali / keluarga / kampung halamannya d. Diserahkan ke Pengadilan e. Diberikan pelayanan kesehatan. P a s a l 10 Dalam hal seseorang gelandangan dan atau pengemis dikembalikan kepada orang tua/wali/keluarga/kampung halamannya baik karena hasil seleksi maupun karena putusan pengadilan dapat diberikan bantuan sosial. B A B V USAHA REHABILITATIF P a s a l 11 Usaha rehabilitatif terhadap gelandangan dan pengemis meliputi usaha-usaha penampungan, seleksi, penyantunan, penyaluran dan tindak lanjut bertujuan agar fungsi sosial mereka dapat berperan kembali sebagai warga masyarakat.

5 P a s a l 12 (1) Usaha rehabilitatif sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dilaksanakan melalui kerjasama dengan Panti Sosial yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau Swasta. (2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Bupati sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. P a s a l 13 Usaha penampungan ditujukan untuk meneliti/menseleksi gelandangan dan pengemis yang dimasukkan dalam Panti Sosial. P a s a l 14 Seleksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 bertujuan untuk menentukan kwalifikasi pelayanan sosial yang akan diberikan. P a s a l 15 Usaha penyantunan ditujukan untuk mengubah sikap mental gelandangan dan pengemis dari keadaan yang non produktif menjadi keadaan yang produktif. P a s a l 16 Dalam melaksanakan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 para gelandangan dan pengemis diberikan bimbingan mental sosial dan latihan ketrampilan kerja sesuai dengan bakat dan kemampuannya. P a s a l 17 Usaha penyaluran ditujukan kepada gelandangan dan pengemis yang telah mendapatkan bimbingan mental sosial dan latihan ketrampilan kerja dalam rangka pendayagunaan mereka terutama ke sektor produksi dan jasa. P a s a l 18 Usaha tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 antara lain dilakukan dengan : a. Meningkatkan berswadaya b. Memelihara, memantapkan dan meningkatkan kemampuan sosial ekonomi c. Menumbuhkan kesadaran hidup bermasyarakat. B A B VI P E N Y I D I K A N P a s a l 19 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Kabupaten diberi wewenang khusus sebagai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Penanggulangan gelandangan dan pengemis di Kabupaten Magelang.

6 (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah ini mempunyai wewenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan. c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka. d. Melakukan penyitaan benda dan / atau surat-surat. e Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. h. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. i. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum dan selanjutnya. j. Membuat Berita Acara atas pelaksanaan dan hasil penyidikan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. B A B VII KETENTUAN PIDANA P a s a l 20 (1) Seseorang atau lebih yang melanggar pasal 2 ayat (1), (2) dan ayat (3) Peraturan Daerah ini diancam kurungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Peraturan Daerah ini adalah pelanggaran. B A B VIII KETENTUAN PERALIHAN P a s a l 21 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan peraturan perundangan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. B A B IX KETENTUAN LAIN-LAIN P a s a l 22

7 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. B A B X KETENTUAN PENUTUP P a s a l 23 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Magelang. Ditetapkan di Kota Mungkid. Pada tanggal 15 Juli 2002 BUPATI MAGELANG TTD. DRS. H. HASYIM AFANDI. Diundangkan di Kota Mungkid Pada tanggal 16 Juli 2002 Seri E Nomor 8 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MAGELANG Ttd. Drs. H. HARTONO. Pembina Utama Muda NIP. 010 072 372 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2002 NOMOR 23 2002 Dihimpun oleh Dollut Tuge Staf Teknis SJDI Hukum Setda Kab.Magelang

8 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN MAGELANG I. U M U M. Pada prinsipnya setiap manusia mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam menentukan penghidupan dan kehidupan yang dibatasi oleh kemampuannya. Namun hak dan kesempatan tersebut tidak semua manusia dapat melaksanakan sesuai dengan harapan hidupnya karena adanya keterbatasan kemampuan baik phisik, phsykis maupun sikap mental serta terdapatnya kesenjangan dalam kehidupan masyarakat sehingga timbul permasalahan-permasalahan sosial khususnya masalah gelandangan dan pengemis. Bahwa pada hakekatnya tidak ada seorangpun yang secara sadar berkeinginan menjadi gelandangan dan pengemis dan mereka menjadi gelandangan dan pengemis karena suatu keadaan yang terpaksa, satu dan lain hal untuk mempertahankan hidupnya. Bahwa dikabupaten Magelang menunjukkan adanya gejala peningkatan gelandangan dan pengemis dan masalah ini merupakan permasalahan sosial yang komplek serta merupakan pelanggaran terhadap norma hukum maupun norma kemasyarakatan. Bertolak dari permasalahan tersebut, maka sedini mungkin perlu penanganan agar tidak membawa dampak dan citra negatif serta mengganggu ketertiban, keamanan dan ketentraman masyarakat. Upaya penanganan dan penanggulangan terhadap masalah gelandangan dan pengemis tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat baik secara preventif, represif serta rehabilitatif maupun pembinaan lanjut. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL ; Pasal 1 huruf a : Cukup jelas huruf b : Cukup jelas huruf c : Cukup jelas huruf d : Cukup jelas huruf e : Cukup jelas huruf f : - Usaha preventif adalah usaha secara terorganisir meliputi penyuluhan, bimbingan, latihan ketrampilan, pemberian bantuan pengawasan serta pembinaan lanjut kepada berbagai pihak yang ada hubungannya dengan pergelandangan dan pengemisan sehingga akan tercegah terjadinya : - Pergelandangan dan pengemisan oleh individu atau keluargakeluarga terutama yang sedang berada dalam keadaan sulit penghidupannya. - Meluasnya pengaruh dan akibat adanya pergelandangan dan pengemisan didalam masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban dan keamanan serta kesejahteraan umumnya. - Pergelandangan dan pengemisan kembali oleh para gelandangan dan pengemis yang telah direhabilitir ataupun telah dikembalikan ketengah masyarakat. - Usaha represif adalah usaha-usaha yang terorgainisir baik melalui lembaga maupun bukan dengan maksud menghilangkan

9 pergelandangan dan pengemisan serta mencegah meluasnya didalam masyrakat. - Usaha rehabilitatif adalah usaha-usaha yang terorganisir meliputi usaha-usaha penyantunan pemberian latihan ketrampilan, pemulihan kemampuan dan penyaluran kembali, pengawasan serta pembinaan lanjut. huruf g : Cukup jelas huruf h : Cukup jelas huruf i : Cukup jelas huruf j : Cukup jelas Pasal 2 ayat (1) : Cukup jelas ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas Pasal 3 : Bahwa pengemis yang dapat dilakukan pencegahan adalah : - Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan meminta-minta uang tanpa dilandasi dengan keahlian yang dimainkan dalam bentuk suara, peralatan tertentu yang dimiliki serta digunakan secara baik, benar dan lazim serta dapat dinikmati oleh orang lain baik secara lahir maupun batin. - Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan meminta-minta uang dengan cara langsung tanpa memberikan jasa apapun kepada yang dimintai ( orang lain ). - Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan meminta-minta uang dengan menggunakan pakaian kumuh dan atau berwajah kusut. - Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan meminta-minta uang dengan cara berpura-pura sakit disertai tutur kata yang memelas dan iba. Pasal 4 huruf a : Cukup jelas huruf b : Cukup jelas huruf c : Cukup jelas huruf d : Cukup jelas Pasal 5 : Bahwa yang dimaksud Pengemis adalah seseorang atau sekelompok orang yang sebagaimana dimaksud Pasal 4 namun yang bersangkutan tidak menunjukkan perubahan yang baik (tidak melakukan pengemisan) serta telah terkena beberapa kali di razia atau melakukan lagi perbuatan pengemisan. Pasal 6 huruf a : Cukup jelas huruf b : Yang dimaksud dalam penampungan sementara adalah kegiatan tindak lanjut pengumpulan kelayan/klien hasil razia untuk diidentifikasikan kwalivikasinya guna ditangani secara proposional / tepat guna, daya guna dan hasil guna. huruf c : Pelimpahan ialah kegiatan mengalihkan pelayanan kepada Instansi maupun Panti yang relefan sesuai dengan kondisi kwalifikasi gelandangan dan pengemis. Pasal 7 ayat (1) : Cukup jelas ayat (2) : Cukup jelas ayat (3) : Tim Koordinasi penanggulangan gelandangan dan pengemis terdiri dari : Asisten Administrasi Pemerintahan, Asisten Administrasi Pembangunan, Kantor Kesejahteraan Sosial, Kantor Satpol PP, Kantor Kesbanglimas, Kantor Pariwisata, Dinas Kesehatan, RSU Muntilan, RSJ Magelang, Polres, Bagian Kesra, Bagian Umum dan Keuangan, Bagian Hukum, Depag, Perekonomian, Kantor Pelatihan Tenaga Kerja dan Kantor Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pasal 8 Pasal 9 huruf a : Cukup jelas : Yang dimaksud dengan dilepaskan tanpa syarat adalah bagi seseorang terkena razia, setelah diadakan seleksi tidak terdapat indikasi sebagai gelandangan atau pengemis.

10 huruf b : Cukup jelas huruf c : Yang dimaksud dengan dikembalikan kepada orang tua / wali / keluarga / kampung halamannya yaitu penyerahannya melalui Pemerintah Desa serta masyarakat guna mendapatkan pembinaan dan pengawasan lebih lanjut. huruf d : Cukup jelas huruf e : Cukup jelas Pasal 10 : Cukup jelas. Pasal 11 : Cukup jelas Pasal 12 ayat (1) : Yang dimaksud dengan panti sosial adalah panti-panti yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan atau Swasta berdasarkan fungsi-fungsi khusus dari masing-masing panti seperti panti asuhan, panti werdha, panti karya, panti khusus. - Panti asuhan adalah unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak terlantar. - Panti Werdha adalah unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi orang jompo atau lanjut usia. - Panti Karya adalah unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi para gelandangan dan pengemis. - Panti Khusus adalah unit pelaksana teknis di bidang rehabilitasi dan pelayanan sosial bagi para gelandangan, khususnya yang mengalami gangguan jiwa (psykotik) setelah mendapat perawatan atau pengobatan dan dinyatakan telah sembuh oleh rumah sakit jiwa. ayat (2) : Cukup jelas Pasal 13 : Cukup jelas Pasal 14 : Cukup jelas Pasal 15 : Cukup jelas Pasal 16 : Cukup jelas Pasal 17 : Cukup jelas Pasal 18 huruf a : Cukup jelas huruf b : Cukup jelas huruf c : Cukup jelas Pasal 19 ayat (1) : Cukup jelas ayat (2) huruf a : Cukup jelas huruf b : Cukup jelas huruf c : Cukup jelas huruf d : Cukup jelas huruf e : Cukup jelas huruf f : Cukup jelas huruf g : Cukup jelas huruf h : Cukup jelas huruf i : Cukup jelas huruf j : Cukup jelas ayat (3) : Cukup jelas Pasal 20 ayat (1) : Cukup jelas ayat (2) : Cukup jelas Pasal 21 : Cukup jelas Pasal 22 : Cukup jelas Pasal 23 : Cukup jelas. III. PENJELASAN TAMBAHAN : Bahwa Peraturan Daerah ini telah dibahas dalam Panitia Khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pada tanggal. dan telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

11 Kabupaten Magelang Nomor :. Tanggal. tentang Persetujuan Penetapan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Magelang. 2002 Dihimpun oleh Dollut Tuge Staf Teknis SJDI Hukum Setda Kab.Magelang