Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENGKAJIAN KEAMANAN PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

PANGAN TRANSGENIK DALAM DILEMA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN DAN JAMINAN KEAMANAN PANGAN RAKYAT. Oleh : Anton Rahmadi

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

PANDUAN PERMOHONAN IZIN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PENELITIAN

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GMO. Genetically Modified Organism (GMO): Peraturan dan Keresahan Pangan di Indonesia

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BIOTEKNOLOGI BERASAL 2 KATA YAITU BIOS = HIDUP, TEKNOLOGI DAN LOGOS = ILMU ILMU YANG MEMPELAJARI MENGENAI BAGAIMANA CARA MEMANFAATKAN MAKHLUK HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : Mengingat :

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Ruang lingkup dan perkembangan bioteknologi tanah

1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries, stroberi, ubi jalar

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

InfoPOM PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIKA DAN PENGKAJIAN KEAMANANNYA DI INDONESIA ISSN DAFTAR ISI

BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP. Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

Ilmu Pengetahuan Alam. Bioteknologi. Kelas IX L/O/G/O

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Bioteknologi berasal 2 kata yaitu Bios = hidup, Teknologi dan Logos = ilmu Ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara memanfaatkan makhluk hidup

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Advertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP. Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

2016, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

Silabus Olimpiade BOF XI Soal SMP

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.480,2014 BADAN POM. Formula Bayi. Pengawasan. Keperluan Medis. Khusus. Perubahan.

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

d. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari peredaran pangan yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau karakteristik dasar pangan;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Saat ini masyarakat mengkonsumsi mie sebagai bahan pangan pokok

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2014 BADAN POM. Kemasan Pangan. Pengawasan. Perubahan.

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

OECD: NEGARA-NEGARA BERKEMBANG TINGKATKAN HASIL PERTANIAN

MATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK. Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI ( ) RISKA AMELIA ( )

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

Pemuliaan Tanaman dan Hewan

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

TERKENDALI. PERALATAN/PERLENGKAPAN: 1. ATK. 2. Printer dan Komputer.

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup murah. Selain itu, jambu biji juga memiliki khasiat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mengkonsumsi makanan sebagai kebutuhan pokok untuk

PERAN ASOHI DALAM PELAKSANAAN IMPORTASI, PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ANTIBIOTIKA DI SEKTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan. Salah satunya berupa pangan produk rekayasa genetik (PRG) yang diproduksi menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik. Rekayasa genetik atau yang lebih dikenal dengan istilah transgenik dilakukan dengan cara pemindahan gen antara satu makhluk hidup lainnya. Penerapan bioteknologi modern ini bertujuan untuk menghasilkan hewan/tanaman dengan varietas unggul yang memiliki berbagai kelebihan, seperti produktivitas yang tinggi, tahan hama, dan lingkungan ekstrim. Dengan harapan teknologi rekayasa genetik dapat menjawab persoalan krisis pangan dunia yang kini tengah menjadi isu global. Makhluk hidup hasil rekayasa genetik kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pengolahan pangan yang sebagian besar berasal dari tanaman. Pasalnya saat ini tanaman yang paling banyak dibudidayakan secara transgenik. Di satu sisi produk pangan hasil rekayasa genetik semakin beragam dan menarik untuk dikonsumsi. Namun di sisi lain, konsumsi pangan PRG masih menuai kekhawatiran bahwa pangan tersebut mungkin dapat beresiko terhadap kesehatan manusia. Kekhawatiran terhadap pangan PRG mencakup berbagai aspek yang sering dipermasalahkan antara lain kecenderungan untuk menyebabkan reaksi alergi (alergenisitas), transfer gen dan outcrossing. Pada prinsipnya pangan PRG harus melalui pengujian terkait alergenisitas yang mungkin timbul akibat transfer gen pada saat proses budidaya melalui bioteknologi modern. Protokol untuk pengujian tersebut telah disiapkan dan dievaluasi oleh FAO dan WHO. Faktanya selama ini tidak ditemukan adanya efek alergi dalam pangan PRG yang beredar di pasar internasional. Selain itu transfer gen dari pangan PRG ke dalam sel tubuh atau ke bakteri di dalam sistem pencernaan menimbulkan kekhawatiran jika material genetik yang ditransfer dapat merugikan kesehatan manusia. Hal ini bisa terjadi jika terjadi transfer gen yang resisten terhadap antibiotik digunakan dalam pembuatan produk organisme rekayasa genetik. Para ahli dari FAO dan WHO telah menyarankan penggunaan teknologi tanpa gen resisten antibiotika meskipun sangat kecil kemungkinan terjadinya transfer tersebut. Sementara itu hal lain yang tak kalah penting yaitu peluang terjadinya perpindahan atau pergerakan gen dari tanaman rekayasa genetik ke tanaman konvensional atau spesies yang terdapat di alam sekitarnya (outcrossing) mungkin saja

terjadi. Misalnya percampuran produk pasca hasil panen dari bibit konvensional dengan produk tanaman rekayasa genetik, mungkin mempunyai efek tidak langsung terhadap keamanan pangan dan ketahanan pangan. Untuk mengatasi migrasi gen kini beberapa negara telah menggunakan strategi pemisahan lahan pertanian tanaman rekayasa genetik dengan lahan tanaman konvensional. Oleh karena itu penanganan pangan PRG melalui pendekatan kehati-hatian (precautionary approach) perlu dilakukan guna memastikan keamanannya. Pangan PRG harus memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan sebelum diedarkan. Pemerintah telah menetapkan regulasi terkait sebagai upaya untuk melindungi masyarakat. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 109 menegaskan bahwa Setiap orang dan/atau badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa genetik harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan manusia, dan lingkungan. Pemerintah mewajibkan pemeriksaan keamanan pangan PRG sebelum diedarkan (pre-market food safety assessment). Pengkajian keamanan dilakukan oleh Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG). Pencantuman Keterangan Pangan PRG Pangan PRG yang telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi wajib mencantumkan label keterangan pangan PRG pada kemasan sebelum diedarkan. Pelabelan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekaya Genetik. Pelabelan pangan PRG dapat mempermudah publik dalam memperoleh informasi suatu produk, sehingga konsumen teredukasi untuk semakin selektif memilih suatu produk yang aman dan berkualitas. Dalam rangka upaya persamaan persepsi antar berbagai pihak, baik pemerintah, dunia industri, maupun masyarakat luas terkait pelabelan pangan PRG tersebut, maka disusun Panduan Pencantuman Keterangan Pangan Produk Rekayasa Genetik pada Label Pangan. Label sebagai salah satu sumber informasi harus memuat informasi secara benar agar konsumen mengetahui bahwa produk tersebut berasal atau mengandung bahan pangan PRG. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan beberapa persyaratan pelabelan pangan PRG yang meliputi: 1. Pangan PRG yang diperdagangkan dalam bentuk curah atau dalam keadaan tidak dikemas harus diberi informasi yang jelas bahwa pangan tersebut merupakan

pangan PRG. Informasi tersebut ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah terlihat dan harus berada dalam wadah atau berdekatan dengan wadah tempat penjualan pangan tersebut. 2. Pangan PRG yang telah memenuhi persyaratan dan diedarkan dalam kemasan wajib mencantumkan keterangan tertulis berupa Pangan Produk Rekayasa Genetik. 3. Tulisan Pangan Produk Rekayasa Genetik dicantumkan jika pangan mengandung paling sedikit 5 (lima) persen pangan PRG, berdasarkan presentase kandungan Asam Deoksiribonukleat (Deoxyribo Nucleic Acid/DNA) PRG terhadap kandungan DNA non PRG. 4. Pangan yang menggunakan 1 (satu) pangan PRG (ingredient tunggal), tulisan Pangan Produk Rekayasa Genetik dicantumkan setelah penulisan nama jenis pangan pada bagian utama label. Contoh: a. Bagian Utama Label 1) Pangan Segar Contoh jenis pangan: Baby Corn Segar (Kategori Pangan 04.2.1.1) Contoh produk : Baby Corn Segar (dalam kaleng) Baby Corn Segar Pangan Produk Rekayasa Genetik Komposisi : Baby corn Hasil Analisis : Baby corn = Jagung PRG 100% 2) Pangan Olahan Contoh jenis pangan : Nama Dagang Tepung Kedelai Pangan Produk Rekayasa Genetik Tepung Kedelai, Tepung Terigu, Tepung Jagung (Kategori Pangan 06.2.1) Contoh produk : Tepung kedelai Komposisi : Tepung kedelai Hasil Analisis : Tepung kedelai = kedelai PRG 100%

5. Dalam hal pangan mengandung lebih dari 1 (satu) pangan PRG, perhitungan presentase kandungan dilakukan terhadap masing-masing pangan PRG, tulisan Pangan Produk Rekayasa Genetik dicantumkan setelah penulisan nama bahan pangan yang bersangkutan pada bagian daftar bahan yang digunakan. Contoh: a. Bagian Daftar Bahan 1) Pangan Segar Nama Dagang Nama Jenis Pangan Contoh jenis pangan : Buah segar kupas/potong (Kategori Pangan 04.1.1.3) Contoh Produk : Buah potong (terkemas) Komposisi : Apel potong, papaya potong, jambu biji potong Hasil Analisis : Apel = Apel PRG 30% Pepaya = Pepaya PRG 30% Komposisi: Apel Pangan Produk Rekayasa Genetik, Pepaya Pangan Produk Rekayasa Genetik, Jambu. 2) Pangan Olahan Contoh jenis pangan : Kecap Manis (Kategori Pangan 12.9.2.3), Sari Kedelai (Kategori Pangan 06.8.1), Biskuit (Kategori Pangan 07.1.3) Contoh produk 1 : Kecap Manis Hasil Analisis : Sari Kedelai = PRG 10% ------ Komposisi : Gula merah, sari kedelai Pangan Produk Rekayasa Genetik, air, garam, BTP

Contoh produk 2 : Biskuit Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai, gula, margarine dan BTP Hasil Analisis : Tepung jagung = jagung PRG 4%, tepung kedelai = kedelai PRG 4% Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai, gula, margari, dan BTP Keterangan : a) Produk mengandung jagung PRG 4% dan kedelai PRG 4%. b) Jumlah kandungan pangan PRG adalah 8% (4% + 4%), tetapi kandungan masing-masing pangan PRG adalah 4%. c) Pada label bagian daftar bahan yang digunakan, tidak diberi keterangan Pangan Produk Rekayasa Genetik untuk tepung jagung dan tepung kedelai karena mengandung jagung PRG dan kedelai PRG kurang dari 5%. Contoh produk 3 : Biskuit Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai, gula, margarine dan BTP Hasil Analisis : Tepung jagung = jagung PRG 4%, tepung kedelai = kedelai PRG 6% Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai Pangan Produk Rekayasa Genetik, gula, margarine dan BTP Keterangan : a) Produk mengandung jagung PRG 4% dan kedelai PRG 6%. b) Pada label bagian daftar bahan yang digunakan, tidak diberi keterangan Pangan Produk Rekayasa Genetik untuk tepung jagung karena mengandung jagung PRG dalam jumlah kurang dari 5% (4%). c) Pada label bagian daftar bahan yang digunakan, diberi keterangan Pangan Produk Rekayasa Genetik untuk tepung kedelai karena mengandung kedelai PRG lebih dari 5% (6%).

Contoh produk 4 : Biskuit Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai, gula, margarine dan BTP Hasil Analisis : Tepung jagung = jagung PRG 8%, tepung kedelai = kedelai PRG 6% Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung Pangan Produk rekayasa Genetik, tepung kedelai Pangan Produk Rekayasa Genetik, gula, margarine dan BTP Keterangan : a) Produk mengandung jagung PRG 8% dan kedelai PRG 6%. b) Jagung PRG yang digunakan adalah 4% Jagung PRG event BT11 dan 4% Jagung PRG event MON89034 (telah memiliki keputusan izin edar pangan PRG dari Badan POM). c) Pada label bagian daftar bahan yang digunakan, diberi keterangan Pangan Produk Rekayasa Genetik untuk tepung jagung karena mengandung jagung PRG lebih besar dari 5% (8%). d) Pada label bagian daftar bahan yang digunakan, diberi keterangan Pangan Produk Rekayasa Genetik untuk tepung kedelai karena mengandung kedelai PRG lebih dari 5% (6%). 6. Ukuran huruf untuk tulisan Pangan Produk Rekayasa Genetik harus sama dengan ukuran huruf nama jenis pangan atau nama bahan pangan. 7. Pangan yang telah mengalami proses pemurnian lebih lanjut sehingga tidak teridentifikasi mengandung protein PRG seperti minyak, lemak, gula, dan pati, tidak wajib diberi keterangan PRG. Adapun prinsip pencantuman keterangan pangan PRG pada label yakni persentase pangan PRG dalam produk pangan dibuktikan dengan hasil analisis masing-masing pangan PRG yang menunjukkan: DNA Pangan PRG DNA Seluruh Pangan Non PRG X 100%

Atau, Perbandingan jumlah DNA PRG terhadap jumlah keseluruhan DNA pangan non PRG sejenis. Jika persentase kandungan DNA PRG terhadap kandungan DNA Non PRG di bawah 5 (lima) persen, tidak wajib mencantumkan keterangan pangan PRG. Berikut ketentuan pencantuman keterangan tentang PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK : WAJIB : Jika % DNA PRG 5% TIDAK WAJIB : Jika % DNA PRG < 5% Daftar Pustaka 1. Panduan Pencantuman Keterangan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pada Label Pangan, Direktorat Standarisasi Produk Pangan, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM, 2012. 2. Pangan Produk Rekayasa Genetika dan Pengkajian Keamanannya di Indonesia, Info POM, Volume XI, No.1, Maret-April 2010. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian Keamanan Pangan Produk Rekaya Genetik. 5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekaya Genetik. 6. Publikasi WHO (2003) : 20 Questions On Genetically Modified (GM) Foods http://www.who.int/foodsafety/publications/biotech/20questions/en/