KERACUNAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH BAHAN PENGAWET KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TELAAH RESIDU ORGANOKLOR PADA WORTEL Daucus Carota L. DI KAWASAN SENTRA KAB. KARO SUMUT

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KOMPONEN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 2. BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGALatihan soal 2.4. Jamur. Cacing. Serangga. Tikus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

BAHAN PENGAWET KAYU. 1. Persyaratan Bahan Pengawet Kayu

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

FAKTOR EKOLOGI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

HAMA DAN PENYAKIT IKAN

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

Pencemaran Lingkungan

KISI-KISI INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGA. Nur Moh Ahadi

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

1. Pengertian Makanan

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

PENGARUH PESTISIDA DALAM LINGKUNGAN PERTANIAN. Diana Sofia Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

TOKSIKOLOGI PESTISIDA

Teknologi Arang Aktif untuk Pengendali Residu Pestisida di Lingkungan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I. PENDAHULUAN. Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses. dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PESTISIDA ORGANIK RAMAH LINGKUNGAN PEMBASMI HAMA TANAMAN SAYUR

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

STUDI OPTIMASI PERBANDINGAN PERANCANGAN SEWAGE TREATMENT PLANT UNTUK KAPAL CORVETE UKURAN 90 METER, DENGAN MENGGUNAKAN METODE BIOLOGI DAN KIMIAWI

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

BAHAN PENCEMAR MAKANAN LAINNYA. Modul 4

Annual Report 2013 Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENGOLAHAN SAMPAH SEDERHANA. widyagama mahakam

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

LEMBAR DATA KESELAMATAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

KEDARURATAN LINGKUNGAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

TENTANG LIMBAH PADAT

LEMBAR DATA KESELAMATAN

ANDA BERTANYA, APOTEKER MENJAWAB. Diasuh oleh para Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas. Apakah Pantangan Makanan Ibu Hamil?

Transkripsi:

KERACUNAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH BAHAN PENGAWET KAYU 8 Untuk mengawetkan kayu di samping dengan cara-cara tradisional yang tidak menggunakan racun seperti perendaman dalam air dan pengeringan, sebagian besar dilakukan dengan cara memasukkan bahan pengawet (preservatif) ke dalam kayu. Bahan pengawet yang dimasukkan umumnya merupakan bahan-bahan beracun (toxic materials), agar jasadjasad hidup perusak kayu tidak menyerang. Dengan kata lain, sebagian besar dari bahan pengawet ini adalah racun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kayu yang diawetkan dengan bahan preservatif yang beracun berpotensi untuk menjadi bahan pencemar lingkungan hidup manusia dan lingkungan hidup umumnya. Untuk mencegah akibat-akibat buruk yang dapat timbul terhadap manusia dan lingkungan oleh penggunaan bahan pengawet dan penggunaan kayu yang telah diawetkan, masyarakat perlu diberi pengertian mengenai masalah ini. Terjadinya keracunan oleh bahan pengawet dapat terjadi karena halhal berikut: 1. Keracunan karena bahan pengawet yang tercecer disebabkan oleh kemasan dan penyimpanannya yang kurang baik. 1

2. Keracunan karena pelakuan yang kurang hati-hati dalam proses pegawetan. Untuk mencegahnya ikutilah petunjuk-petunjuk pemakaian, misalnya menjaga agar bahan racun tidak mengenai kulit, dan bila bahan pengawet bersifat volatif (mudah menguap) agar menghindar untuk tidak menghirupnya melalui hidung (pakai masker). 3. Keracunan yang timbul karena bersentuhan atau dalam lingkungan kayu yang telah diawetkan. Walaupun kebanyakan kayu yang telah diawetkan dianggap tidak membahayakan manusia dan lingkungannya, perlu diingat bahwa kayu yang diawetkan mengandung racun di dalamnya. 4. Pembuangan sisa-sisa bahan pengawet setelah proses pengawetan (waste disposal) perlu dilakukan dengan saksama. Sisa-sisa bahan pengawet tidak boleh dibuang di sungai, selokan dsb. yang dapat mengakibatkan kematian biota air. Sebaiknya diusahakan agar bahan-bahan buangan ini dirembeskan ke dalam tanah yang jauh dari sumber air atau diusahakan agar diadakan perlakuan (treatment) tertentu yang dapat mengubah atau menguraikan bahan-bahan tersebut menjadi tidak beracun. 5. Penggunaan wadah (kaleng, plastik dsb.) bekas kemasan dan alat dalam proses pengawetan untuk keperluan lain sebaiknya dihindari, apalagi bila digunakan untuk menaruh bahan makanan. Hal tersebut di atas perlu dihindari agar keracunan oleh bahan pengawet tidak terjadi. Mekanisme fisiologis keracunan Bahan-bahan racun seperti preservatif, pestisida dsb. masuk ke dalam tubuh organisme (jasad hidup) melalui: 2

1. Kulit luar 2. Mulut dan saluran makanan 3. Saluran pernapasan Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut minyak (polar). Melalui mulut, racun dapat terserap seperti halnya makanan, langsung masuk peredaran darah. Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat langsung mempengaruhi sistem pernapasan (pengambilan oksigen dan pembuangan CO 2 ). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun (acute toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat pula terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan di bahan racun penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity). Racun jenis organofosfat seperti malathion yang biasa digunakan untuk pencegah serangan kumbang ambrosia (Scolytidae) dan kumbang bubuk (pinhole borers: Lyctus, Heterobostrychus, Dinoderus) merupakan racun akut. Racun jenis organokhlorin atau hidrokarboberkhlor seperti DDT, Chlordan, Lindane dll. merupakan racun kronis yang baru terasa efeknya setelah bertahun-tahun karena diperlukan waktu yang lama untuk menumpuk (akumulasi) racun ini dalam lemak tubuh. Sebaliknya, racun akut yang sebagian besar terdiri dari senyawa-senyawa larut dalam air bekerja sangat cepat tapi tidak bersifat akumulatif dan mudah tercuci serta terurai menjadi komponen yang tidak beracun. Pada umumnya bahan pengawet yang beracun dapat digolongkan dalam tiga golongan besar yaitu: 1. Pengawet yang bersifat minyak, 3

2. Pengawet larut minyak dan 3. Pengawet larut air. Di antara pengawet minyak terdapat kreosost yang merupakan campuran bermacam-macam senyawa organik yang berasal dari residu destilasi minyak bumi. Bahan pengawet larut minyak biasanya terdiri atas senyawa-senyawa organik yang bersifat racun kronis, memliki afinitas terhadap lemak tubuh sehingga bersifat akumulatif dalam tubuh jasad hidup. Contoh racun yang larut dalam minyak adalah semua senyawa organokhlorin seperti DDT, endrin, Chlordane, lindane yang sampai kini sebagian masih digunakan untuk melindungi bangunan dari serangan rayap tanah. Senyawa bahan pengawet larut air adalah racun-racun dari golongan organofosfat (malathion dll.) serta garam-garam sulfat, arsenat, Cu,, Cr, dan boron. Bahan pengawet larut air sebagian besar merupakan racun akut. Racun kronis Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Racun ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya. Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi hasil rombakan masih juga merupakan racun. Demikian pula halnya, ada yang dapat terurai di dalam tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit yang juga masih beracun. Misalnya sejenis insektisida organoklorin, Dieldrin yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk 4

menghindari serangan rayap tidak akan berubah selama 50 tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian dikeluarkan dalam susu perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan keracunan. Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak akan hilang dari lingkungan, mungkin untuk waktu yang sangat lama. Racun akut Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup. Contoh yang paling nyata dari racun akut adalah Baygon yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau racun serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk meracuni manusia, yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit setelah racun masuk ke dalam tubuh. Walaupun semua racun akut ini dapat menyebabkan gejala sakit atau kematian hanya dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam tubuh, namun sifatnya yang sangat mudah dirombak oleh suhu yang tinggi, pencucian oleh air hujan dan sungai serta faktor-faktor fisik dan biologis lainnya menyebabkan racun ini tidak memegang peranan penting dalam pencemaran lingkungan. Pestisida dan pencemaran lingkungan Racun kronis sangat berbahaya bagi lingkungan karena daya bertahannya (residual effects) yang sangat lama disebabkan sukar terurai sehingga sekali racun ini digunakan ia akan berada dalam lingkungan untuk 5

waktu yang sangat lama sampai berpuluh-puluh tahun. Sebagai contoh, Ddt tidak terurai oleh sinar matahari ataupun sinar ultraviolet. Tekanan uapnya 1.5 x 10-7 mm Hg -- demikian rendahnya sehingga DDT merupakan racun yang sangat besar efek residunya. Salah satu sifat buruk DDT dan pestisidapestisida organokhlorin lainnya adalah kecenderungannya untuk menempel pada lemak (lipofilik), sebagaimana telah disinggung di atas. Pestisida golongan organokhlorin dan senyawa-senyawa heterosiklin yang bersifat racun kronis kuat adalah: DDT, Rothane, Dilan, Kelthane, gamma BHC, Chlordane, Heptachlor, Aldrin, Endrin, Toxaphene, Strobane, Kepone dan Mirex. Daya larut bahan-bahan racun ini dalam air sangat rendah: DDT hanya 0,2 part per billion (ppb). Untuk menilai derajat pencemaran oleh pestisida digunakan jasadjasad indikator baik nabati (tumbuh-tumbuhan) maupun hewani. Jasad indikator ini cenderung menyerap bahan pestisida dari lingkungan hidupnya. Salah satu jasad indikator pencemaran adalah moluska (jenis-jenis kerang). Makin besar kandungan racun dalam air, makin besar pula kandungan pestisida dalam tubuh kerang. Ikan cenderung menumpuk pestisida dalam lemak tubuhnya dan bila ikan ini pindah ke perairan lain yang belum tercemar, racunpun ikut terbawa sehingga daerah pencemaran menjadi lebih luas lagi. Cacing tanah merupakan binatang indikator pencemaran untuk tanah-tanah yang tercemar karena cacing tanah menelan tanah dalam jumlah yang besar untuk menjaring sejumlah kecil jasad renik untuk makanannya, sebagaimana kerang menelan air dalam jumlah yang besar untuk menyaring makannya. Literatur Tarumingkeng, Rudy C. 1992. Insektisida sifat, mekanisme kerja dan dampak penggunaannya. UKRIDA Press, 250 p. 6

7