Keywords: Learning Tool, Problem Solving, Creative Thinking.



dokumen-dokumen yang mirip
ISBN : PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH

Azi Nugraha. mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku terjadi. Tingkah laku yang tergantung pada insight (pengamatan atau

Analisis Perangkat Pembelajaran Group Investigation Berbasis RME untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Kalkulus

Laily Anisa Nurhidayati 38, Susanto 39, Dafik 40

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT 2 BERBASIS PEMECAHAN MASALAH. Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

Journal of Primary Educational

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

Key Words: Whole Brain Teaching, Quantum Learning, Lesson Plan, Student Book, Worksheet and Final Test.

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

Pengembangan Instrumen Tes Program Aplikasi Berorientasi Performance Assessment

PEMBELAJARAN RECIPROCAL DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MATERI BARISAN DAN DERET GEOMETRI DI KELAS XI SMK N 1 NGAWI

PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PEMBELAJARAN CORE DENGAN TEKNIK MIND MAPPING

BAB III METODE PENELITIAN

Siti Nurhayati 21, Didik S. Pambudi 22, Dinawati Trapsilasiwi 23

Siti Masruha 21, Sunardi 22, Arika Indah K 23

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AKTIF BERBASIS MODEL PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI BANGUN RUANG DI SMP SE PROVINSI GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA

MODEL TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN TARI KUNTULAN BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL BAGI SISWA SEKOLAH DASAR

Rositasari et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendekatan Contextual...

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK

Nurul Afisa 24, Titik Sugiarti 25, Dinawati Trapsilasiwi 26

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN KELAS VIII SMP

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

Ellan 1, Hobri 2, Nurcholif 3

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN BRPIKIR MATEMATIS RIGOROUS (RMT) PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII D SMP NUSANTARA KRIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN R X O 1 R O 2

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SEGIEMPAT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa melalui

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH MATERI GEOMETRI NON EUCLIDES UNTUK MELATIHKAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA BERPIKIR SECARA KRITIS DALAM MENGHADAPI MEA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

Keefektifan Pembelajaran Model Quantum Teaching Berbantuan Cabri 3D Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

Maharani Gita K. 4, Dinawati Trapsilasiwi 5, Arika Indah K. 6

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS VII TAMAN DEWASA IBU PAWIYATANYOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Dimana, O : Pretes atau postes. X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. : Subjek tidak dipilih secara acak.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER PADA MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN BENDA LANGIT

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. Info Artikel. Abstra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Problem Based Learning dengan Soal Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN SETTING

BAB III METODE PENELITIAN

Novi Dwi Lestari 10, Hobri 11, Dinawati Trapsilasiwi 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM-BASED LEARNING) PADA MATERI PELUANG KEJADIAN SEDERHANA DI KELAS IX SMP NEGERI 3 TULUNGAGUNG

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS IV SEKOLAH DASAR. Budhi Rahayu Sri Wulan STKIP PGRI SIDOARJO

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DENGAN MICROSOFT POWER POINT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DIPADUKAN BUDAYA LOKAL PAPUA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISSN: X 1 PENGEMBANGAN MODUL TRIGONOMETRI BERCIRIKAN OPEN-ENDED PROBLEM

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

JKPM,VOLUME 1 NOMOR 1 JANUARI 2014 ISSN :

Sinta Hartini Dewi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berstandar...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Siska Ryane Muslim Program Pascasarjana Universitas Terbuka Graduate Studies Program Indonesia Open University ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGI EMPAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF Sumaji *) ABSTRACT This study is the developmental researh. The purpose of this study is obtain of mathematics learning tools with problem-solving learning model to enhance creative thinking skills of students with valid and effective. Learning devices, developed are (1) Syllabus, (2) Learning Implementation Plan, (3) Student Book, (4) Student Worksheet, and (5) Creative Thinking Ability Test. Learning tool development refers to the type of development model 4-D (Four D Model) proposed Thiagarajan, Semmel and Semmel a modified consisting of four stages. The fourth stage is the stage of defining (define), the design stage (design), stage of development (develop) and the phase spread (disseminate). The population are research class VII are the student of MTs Miftahul Falah school year 2009/2010. The samples randomly selected into two from classes. The result of the development is experimentally tested with the dependent variable in the form of test results of creative thinking learning skills and creative activities of students the independent variables. The data analysis technique is a descriptive statistical analysis are: (1) learning completeness test (One Sample T Test), (2) vs Test (Indepandent Sample T Test. The device is said to effective learning, (1) the ability of creative thinking of students achieving mastery that is an average of 65.43 over 60, (2) There is a difference between creative thinking ability of an experimental class with the control class. It seems that the mean value of creative thinking ability test experimental class 65.43 is better than the mean value of creative thinking ability test control class 60.97, (3) Activities of student influence ability to think creative of 31.3%. Keywords: Learning Tool, Problem Solving, Creative Thinking. *) Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Muria Kudus. A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Hal ini dikarenakan matematika memiliki ciri obyek abstrak, deduktif dan konsisten. Kesulitan belajar matematika ini, ditunjukkan dengan hasil pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dimana hasil Ujian Nasional (UN) dari tahun ketahun hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain, kecuali ditingkat sekolah dasar (Puspendik 2005). Rendahnya hasil belajar matematika dapat disebabkan 1

oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kemampuan guru dalam menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat, misalnya proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru dan siswa cenderung pasif (Ratumanan, 2000:431). Guru-guru sering dihantui oleh kehawatiran tidak dapat menyampaikan topik-topik yang harus diajarkan sesuai dengan waktu yang tersedia. Akibatnya, guru lebih suka mengajar dengan cara tradisional/konvensional dengan hanya menggunakan metode ceramah dan memberikan latihan mengerjakan soal-soal matematika yang bersifat mekanisitik dengan metode drill (Marpaung 2003). Pembelajaran dilakukan melalui proses penyampaian informasi atau transfer of knowledge bukan melalui pemrosesan informasi. Pembelajaran matematika secara konvensional akan menghasilkan akumulasi pengetahuan yang satu dengan yang lain terisolasi. Saat ini pembelajaran matematika di Sekolah lebih berorientasi pada penyiapan siswa untuk menghadapi Ujian Nasional (UN). Pembelajaran hanya menekankan drill dari pada pemecahan masalah. Pembelajaran konvensional sulit untuk dapat menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Daya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tidak akan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan pembelajaran yang disetting agar siswa hanya duduk dengan manis untuk mendengar dan menerima informasi dari guru. Untuk itu, perlu upaya inovatif mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif matematika. Acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif adalah model pembelajaran yang didesain menurut pandangan konstruktivisme yang salah satunya adalah pemecahan masalah. Pandangan konstruktivisme bertujuan membantu siswa untuk membangun konsep-konsep/prinsipprinsip matematika dengan kemampuannya sendiri (Suparno 1997). Proses membangun pemahaman inilah yang lebih penting dari pada hasil belajar, sebab pemahaman terhadap materi yang dipelajari akan lebih bermakna apabila dilakukan sendiri. Untuk itu dalam belajar matematika itu memerlukan pemahaman terhadap konsep-konsep dan konsepkonsep itu akan melahirkan teorema/rumus, agar teorema dapat diaplikasikan ke situasi yang lain maka perlu adanya ketrampilan. Salah satu keunggulan dari pemecahan masalah adalah dapat melatih siswa untuk dapat menggunakan berbagai konsep, prinsip dan ketrampilan matematika yang telah dipelajari atau sedang dipelajarinya untuk memecahkan masalah matematika bahkan untuk memecahkan masalah sehari-hari. 2

Dalam setiap pemecahan masalah matematika diperlukan adanya kemampuan berpikir kreatif. Usaha mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika dapat dilakukan melalui situasi tugas. Pehkonen (1997) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan kinerja (performance) seorang individu yang menghasilkan sesuatu yang baru. Kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang dalam budaya yang terlalu menekankan konformitas dan tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru. Dalam bermacam-macam definisi yang disebutkan di atas terdapat komponen yang sama, yaitu menghasilkan sesuatu yang baru atau memperhatikan kebaruan. Secara umum pembelajaran matematika di sekolah masih terpusat pada guru sehingga kurang menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Dengan pembelajaran yang masih konvensional siswa masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Salah satu materi yang dianggap sulit siswa adalah materi segi empat karena dianggap abstrak oleh siswa, sehubungan dengan hal tersebut mendorong penulis untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika materi segi empat yang menggunakan model pemecahan masalah dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1. Apakah hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa valid? 2. Apakah implementasi perangkat pembelajaran matematika dengan perangkat yang telah dikembangkan efektif meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Untuk mendapatkan produk pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa yang valid. 2. Untuk menganalisis implementasi perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran pemecahan masalah materi segi empat yang dikembangkan efektif. 3

D. Penegasan Istilah 1. Perangkat pembelajaran adalah seperangkat alat yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Silabus, Buku Siswa, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), tes kemampuan berpikir kreatif siswa (Ibrahim, 2003: 3). 2. Pengembangan perangkat adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran yang dapat dikategorikan valid. 3. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikategorikan valid, jika perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan perangkat dan telah divalidasi oleh validator dengan penilaian valid serta memberikan rekomendasi untuk dipakai. Khusus untuk tes kemampuan berpikir kreatif setelah dilakukan uji coba memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan yaitu: valid, reliable, tingkat kesukaran seimbang, dan daya beda signifikan. Uji coba perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika (1) tuntas kemampuan berpikir kreatif, (2) kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol, dan (3) aktivitas siswa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif. 4. Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam penelitian ini yang dimaksud kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir kreatif dalam matematik. Menurut Munandar (dalam Dwijanto) kemampuan berpikir kreatif meliputi empat aspek sebagai berikut: kelancan, keluwes, keaslian, elaborasi. 5. Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Model pembelajaran pemecahan masalah adalah merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends dalam Trianto, 2007). E. Masalah dan Pemecahan masalah matematika Masalah adalah sebuah fenomena yang memerlukan individu untuk memilih strategi dan membuat keputusan untuk sebuah solusi dalam setiap menghadapi situasi (Wall-E dalam Ozsoya 2009:1). Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan kemampuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan dalam pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. 4

Kemampuan memecahkan masalah meningkat ketika siswa mempunyai peluang untuk memecahkan masalah mereka sendiri dan melihat masalah yang dipecahkan (Chapman 2005: 1). E.1 Langkah- langkah pemecahan masalah Berbicara tentang pemecahan masalah tidak lepas dari tokoh utamanya yaitu G. Polya. Menurut Polya (dalam Tripathy 2008:1), dalam pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahannya, (3) menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Empat tahap pemecahan malsalah dari Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan. E.2 Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Pembelajaran pemecahan masalah adalah merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Arends dalam Trianto, 2007). Pembelajaran melalui pemecahan masalah dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pemecahan masalah lebih dekat dengan pandangan konstruktivis, dimana dalam pembelajaran guru tidak hanya mengajarkan bagaimana menyelesaikan persoalan, namun juga mendorong siswa untuk dapat menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Dismping itu pembelajaran pemecahan masalah bukan hanya sekedar mengetahui bagaimana menyelesaikan serangkaian masalah standar, tapi juga memiliki keterampilan untuk mengadaptasi dan menyelesaikan masalah baru yang belum dikenal (Bransford dalam Gerace & Beatt, 2005). Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan model pemecahan masalah dengan sintaks pembelajaran terdiri dari 5 fase yang dijelaskan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Sintaks pembelajaran dengan model pembelajaran pemecahan masalah (Arends 2008: 55). 5

Fase Indikator Kegiatan Guru 1. Orientasi siswa kepada masalah 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan Masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. E.3 Teori-teori yang terkait pembelajaran pemecahan masalah Gagne ( dalam Orton 1991: 93) berpendapat bahwa pemecahan masalah sebagai proses dimana siswa dapat mencari solusi yang baik berdasarkan penemuannya dan kombinasi dari pembelajar tentang aturan yang telah dipelajari dan dapat menerapkannya dalam permasalahan yang ada. Dalam belajar matematika Gagne memakai dua obyek yang dapat diperoleh siswa, yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung. Kapabilitas ketrampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar meliputi belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaiaan verbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, belajar pemecahan masalah. Menurut Gagne agar siswa dapat memecahkan masalah syaratnya siswa harus melampaui tipe-tipe belajar sebelumnya. Contoh belajar pemecahan masalah, carilah keliling dan luas belah ketupat berdasarkan gambar dibawah ini bila diketahui diagonal masing-masing belah ketupat 6 m dan 8 m kemudian hitunglah keliling dan luasnya dengan berbagai cara! Untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut siswa harus melampaui tipe-tipe belajar sebelumnya. Memecahkan masalah merupakan suatu pekerjaan yang biasa yang dilakukan manusia. Setiap hari dia melakukan problem solving banyak sekali. Untuk memecahkan masalah matematika dia harus memiliki aturan-aturan atau pengetahuan dan pengalaman, 6

melalui pengetahuan aturan-aturan inilah dia dapat melakukan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Dalam penelitian ini teori Gagne berhubungan erat dengan model pembelajaran pemecahan masalah ketika para siswa dapat menemukan konsep-konsep kemudian mereka dapat menggunakan konsep-konsep yang dimiliki dengan menggunakan aturan tertentu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi baik masalah matematika maupun masalah sehari- hari. Sedangkan menurut Piaget (dalam somakim 2007:1-2) berpendapat bahwa proses berpikir manusia merupakan suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat tahap perkembangan yaitu (1) Periode Sensori Motor (0-2) tahun, (2) Periode Pra-operasional (2-7) tahun, (3) Periode Operasi Konkret (7-12) tahun, dan (4) Periode Operasi Formal (>12) tahun. Anak secara aktif membangun pengetahuannya dengan terus- menerus melakukan akomodasi dan asimilasi terhadap informasi-informasi baru yang diterima. Contoh Joko memiliki kebun berbentuk jajargenjang setelah diukur kelilingnya adalah 60 m, jika panjang salah satu sisinya adalah 12 m, tentukan panjang sisi yang lain! Untuk dapat menjawab masalah tersebut karena siswa sudah duduk dikelas VII MTS menurut piaget sudah pada tahap operasional formal walaupun tanpa gambar mereka sudah dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, teori dan pandangan konstruktivisme ini adalah bahwa untuk memperoleh konsep baru, siswa selalu diajak bahkan ditugaskan dalam kerja kelompok untuk mencari, menyelesaikan masalah, menggeneralisasikan, dan menyimpulkan hasil kajian mereka. F. Kemampuan berpikir kreatif Dalam setiap pemecahan masalah matematika diperlukan adanya kreativitas. Dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika digunakan konsep masalah dalam suatu situasi tugas. Menurut Dwijanto (2007), kemampuan berpikir kreatif matematika adalah kemampuan dalam matematika yang meliputi empat kemampuan yaitu (1) fluency (kelancaran) adalah kemampuan menjawab masalah matematika secara tepat, (2) flekxibility (keluwesan) adalah kempuan menjawab masalah matematika melalui cara yang tidak baku, (3) orisonil (keaslian) adalah kemapuan menjawab masalah matematika dengan menggunakan bahasa, cara, kerja sendiri, (4) elaboration (elaborasi) adalah 7

kemampuan memmemperluas jawaban masalah, memunculkan masalah masalah baru atau gagasan gagasan baru. G. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori yang telah ada. Tujuannya adalah (1) pengembangan untuk mendapatkan prototype produk, (2) perumusan saran saran metodologis untuk pendesainan dan ealuasi prototype tersebut (vanden Akker dan Plomp dalam Hadi 2001: 4). Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada pengembangan perangkat Model Thigarajan (1974: 5) yang terdiri dari empat tahap yang dikenal dengan model 4-D (four D Model). Keempat tahap tersebut adalah tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). H. Hipotesis Berdasarkan kajian teori yang dijabarkan diatas dimunculkan hipotesis sebagai berikut. 1. Hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran pemecahan masalah pada materi segi empat yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid. 2. Implementasi pengembangan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran pemecahan masalah materi segi empat yang dikembangkan efektif meningkatkan kemampuan berpikir kreatif I. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran topik segi empat dengan model pembelajaran pemecahan masalah. J. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pada akhir bab II telah disebutkan bahwa model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada jenis pengembangan model 4-D (Four D Model) yang dikemukakan Thiagarajan, Semmel dan Semmel. K. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Miftahul Falah Rembang tahun pelajaran 2009/2010. Sampel penelitian dipilih dua kelas secara acak untuk ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengembangan diujicobakan 8

secara eksperimen dengan variabel dependent yaitu kemampuan berpikir kreatif dan variabel independent aktivitas siswa. L. Instrumen Penelitian L.1 Lembar Validasi perangkat Instrumen Lembar validasi perangkat digunakan untuk memperoleh masukan, saran dan kritik dari validator terhadap draft I (perangkat pembelajaran yang dihasilkan pada tahap perancangan). Instrumen Lembar validasi sebagai berikut. L.2 Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar selama ujicoba. Lembar observasi terdiri dari: L.3 Tes Kemampuan berpikir kreatif Siswa Tes kemampuan berpikir kreatif digunakan untuk memperoleh data siswa yang digunakan oleh guru untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif. M. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Hasil analisis ini digunakan sebagai salah satu dasar terhadap revisi perangkat pembelajaran dan revisi instrumen penelitian. Adapun jenis data yang dianalisis dapat dijelaskan sebagai berikut. M.1 Data Validasi Ahli Penilaian yang telah diberikan oleh validator terhadap perangkat pembelajaran materi segi empat terdiri dari lima kategori, sesuai dengan rubrik dari masing-masing indikator yang telah dibuat peneliti. Untuk melihat kevalidan perangkat pembelajaran langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1) Merekap semua pernyataan validator. 2) Mencari rata-rata tiap indikator semua validator. 3) Mencari rata-rata tiap aspek dari semua validator. 4) Mencari rata-rata Va dari semua validator (Va = rata-rata penilaian ahli). 5) Mencocokkan rata-rata total dengan kategori yang telah ditetapkan. 6) Apabila hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat belum valid, maka dilakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran yang sedang dikembangkan. M.2 Data aktivitas Guru Data hasil penilaian pengamat untuk aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran 9

dengan model pemecahan masalah dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan ratarata. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Merekap semua pernyataan dari pengamat. 2) Mencari rata-rata tiap indikator semua pengamat. 3) Mencari rata-rata tiap aspek dari semua pengamat. 4) Mencocokkan rata-rata total dengan kategori yang telah ditetapkan. Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dikategorikan efektif apabila rata-rata nilai setiap aspek yang diamati > 2,50. M.3 Data Aktivitas siswa Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan persentase. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dikategorikan efektif apabila persentase aktivitas siswa > 40 % M.4 Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 1) Validitas butir soal r xy Untuk menguji validitas item digunakan korelasi product moment berikut. N X N 2 XY X Y 2 2 2 X N Y Y dengan: X = skor butir Y = skor total N = banyak siswa yang mengikuti tes r xy = koefisien korelasi skor butir dan skor total. (Arikunto,2007:72) Tes kemampuan berpikir kreatif siswa dikatakan valid jika koefisien validitas (r xy ) > 0,40. 2) Reliabilitas Tes Suatu tes kemampuan berpikir kreatif mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk menentukan reliabilitas tes 2 K s i digunakan rumus Alpha ( ), yaitu: 1 2 (Arikunto 2007 : 109) K 1 sx keterangan: = koefisien reliabilitas s 2 i = jumlah varians butir soal 10

K = banyak butir soal 2 s x = varians skor total Tes kemampuan berpikir kreatif siswa dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas > 0,40. 3) Tingkat kesukaran Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran adalah sebagai berikut P = (Surapranata 2004: 12) P = tingkat kesukaran x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar Sm = skor maksimum N = jumlah peserta N. Kevalidan dan Keefektifan Perangkat Pembelajaran Kriteria kevalidan dan keefektifan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Kriteria kevalidan perangkat pembelajaran Pengembangan perangkat pembelajaran matematika materi segi empat dengan model pembelajaran pemecahan masalah dikatakan valid apabila perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan perangkat dan telah divalidasi oleh validator dengan penilaian valid serta memberikan rekomendasi untuk dipakai. 2. Kriteria keefektivan perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria (1) tuntas kemampuan berpikir kreatif, (2) kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. O. Analisis Statistik data uji coba O.1 Uji ketuntasan kemampuan berpikir kreatif 1) Uji rata-rata ( uji fihak kanan) Untuk mengetahui ketuntasan kemampuan berpikir kreatif dilakukan uji rata-rata yakni dengan analisis One Sample T Test. Pengolahan data menggunakan program SPSS. Hipotesis yang akan diuji adalah: H 0 : µ 0 60 = rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai 60 H a : µ 0 > 60 = rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai > 60 µ 0 = rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen Rumus uji statistik menggunakan : x 0 t n ( Sugiono, 2007 ) s n 11

Dengan t = Nilai t yang dihitung s = Simpangan baku x = Banyaknya siswa yang tuntas berpikir kreatif n = Jumlah anggota sampel π 0 = Nilai yang dihipotesiskan 2) Uji proporsi ( uji fihak kanan) H 0 : π π 0, Proporsi siswa yang mendapat nilai 60 mencapai 65% H a : π > πο, Proporsi siswa yang mendapat nilai 60 mencapai > 65% kriteria : tolak Ho jika z hitung > z 0,5-α Untuk pengujian ini digunakan statistik z yang rumusnya : z x o n o 1 o n (Sudjana, 2002) Dengan z = Nilai z yang dihitung selanjutnya disebut z hitung. x = Banyaknya siswa yang tuntas berpikir kreatif n = Jumlah anggota sampel 0 = Nilai yang dihipotesiskan O.2 Uji kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menguji hal tersebut dilakukan melalui analisis uji banding yakni dengan analisis Independent sample T test, mana yang lebih baik dilihat dari rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengolahan data menggunakan program SPSS. Sebelum dilakuan uji banding terlebih dahulu dilakukan uji kesamaan varian. Uji kesamaan varian dilakukan untuk menguji hipotesis: H 0 : Varian variabel 1 = Varian variabel 2 H 1 : Varian variabel 1 Varian variabel 2 dengan menggunakan rumus P. Hasil Penelitian Varian besar F Varian kecil Berikut adalah deskripsi hasil penelitian mengenai pengembangan tersebut. P.1 Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat 12

Salah satu tujuan penelitian ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran matematika yang valid dan efektif dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah pada materi keliling dan luas segi empat untuk siswa SMP/MTs kelas VII semester 2 (dua). Hasil pengembangan berupa perangkat pembelajaran yang meliputi (1) Silabus, (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) Buku Siswa, (4) Lembar Kerja Siswa (LKS), dan (5) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Berikut adalah deskripsi proses pengembangan perangkat. P.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisian (Define) P.1.1.2 Analisis ujung depan 1. Analisis Siswa Karakteristik siswa kelas VII SMP/MTs yang ditelaah adalah kemampuan berpikir kreatifnya. Siswa kelas VII SMP/MTs rata-rata berusia 12-14 tahun. Jika dikaitan dengan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, maka siswa kelas VII SMP/MTs berada pada tahap perkembangan operasional formal. Hal ini dijadikan pertimbangan dalam penyusunan materi pembelajaran. 2. Analisis Materi Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi bagian-bagian utama yang akan dipelajari siswa pada materi ajar keliling dan luas segi empat. 3. Analisis Tugas Analisis tugas meliputi tugas umum dan tugas khusus. Tugas umum merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar sedangkan tugas khusus merujuk pada indikator pencapaian kemampuan berpikir kreatif yang disesuaikan dengan analisis materi. 4. Perumusan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran yang dicapai adalah sebagai berikut. (1) Siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segi empat dengan tepat (fluency), menggunakan cara yang tidak baku/rutin (flexibily), dengan bahasa/cara/idenya sendiri (orisonil). (2) Memperluas jawaban masalah/memunculkan masalah-masalah baru/gagasan-gagasan baru (elaboration) yang berkaitan dengan keliling dan luas segi empat. P.1.1.3 Deskripsi Tahap Perancangan (Design) Hasil dari setiap kegiatan pada tahap perancangan (design) ini adalah sebagai berikut. 13

1. Penyusunan Tes Penyusunan tes berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif yang ingin dicapai dan disusun berbentuk tes uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. 2. Pemilian Media Media pembelajaran digunakan guru agar materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa. Guru harus dapat memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 3. Pemilihan Format Pemilihan format untuk perangkat pembelajaran disesuaikan dengan tahapan-tahapan model pembelajaran pemecahan masalah. Didalam rencana pelaksanaan pembelajaran tercantum kompetensi dasar, indikator, pencapaian kemampuan berpikir kreatif, materi prasyarat, kegiatan pembelajaran, skenario pembelajaran dan sumber belajar. 4. Hasil Perancangan Awal Pada tahap ini dihasilkan rancangan awal berupa (1) Silabus, (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) Buku Siswa, (4) Lembar Kerja Siswa (LKS), (5) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif siswa. Semua hasil pada tahap perancangan ini disebut Draf 1. P. 1.1.4 Deskripsi Tahap Pengembangan (Research and Development) Hasil pengembangan perangkat pembelajaran dari setiap kegiatan pada tahap pengembangan (Research and development) adalah sebagai berikut. 1. Validasi ahli Draf 1 yang divalidasi oleh para ahli dilakukan untuk melihat validitas perangkat pembelajaran yang meliputi format, isi dan bahasa yang mencakup semua perangkat pembelajaran yang dikembangkan. 2. Uji Coba Lapangan Uji coba lapangan bertujuan untuk penyempurnaan perangkat pembelajaran. Uji coba dilaksanakan 4 (empat) kali pertemuan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta tes kemampuan berpikir kreatif. 3. Tahap Analisis Uji Coba Soal Suatu tes dapat dikatakan valid sebagai alat ukur kemampuan berpikir kreatif harus memenuhi persyaratan tes yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. 14

4. Tahap Implementasi Setelah perangkat pembelajaran dilakukan uji coba (pengujian, evaluasi, dan revisi), sehingga dihasilkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan perangkat model pembelajaran pemecahan masalah materi segi empat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, kemudian dilanjutkan dengan mengimplementasikan perangkat tersebut pada situasi yang sesungguhnya. Q. Analisis Kualitas Perangkat Pembelajaran Telah disebutkan pada bab II bahwa kriteria hasil pengembangan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran pemecahan masalah materi segi empat adalah valid dan efektif. Q.1 Uji Kevalidan Q.1.2 Uji Keefektifan Perangkat Pembelajaran 1. Tuntas Kemampuan Berpikir Kreatif. Uji rata-rata (uji fihak kanan) H 0 : rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai 60. H a : rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai > 60. Tabel 4.20 Output SPSS No Jenis Output Model F Sig Sig (2-tailed) R Square 1. One-sample Test 2. Independent Samples Test Tes kemampuan berpikir kreatif Equal variances assumed.001 1.383.244.017 Berdasarkan tabel 4.20 output One-Sample Test di atas, diperoleh nilai signifikansi (sig) 0,001= 1%, ini berarti nilai sig = 1% < 5%. Dengan demikian hipotesis nol (H 0 ) di tolak, artinya rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai > 60. Uji proporsi (uji fihak kanan) H 0 : π πο, Proporsi siswa yang mendapat nilai 60 mencapai 65% H a : π > πο, Proporsi siswa yang mendapat nilai 60 mencapai > 65% z = = 0,44 Dengan taraf nyata α = 0,01 dari daftar normal baku memberikan z 0, 49 = 2,33. Harga z hitung = 0,44 lebih kecil dari z tabel = 2,33. Maka H 0 diterima artinya proporsi siswa yang mendapat nilai 60 paling besar 65%. 15

2. Kemampuan Berpikir Kreatif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis H 0 : Kedua varians adalah homogen (varians kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen) H a : Kedua varians adalah tidak homogen (varians kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak homogen) Pengambilan keputusan Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak Keputusan Berdasarkan Tabel 4.20 output Independent Samples Test F hitung untuk tes kemampuan berpikir kreatif siswa adalah 1,383 dengan probabilitas 0,244, oleh karena probabilitas > 0,05, maka H 0 diterima, atau kedua varians homogen, sehingga kita pilih asumsi: equal variances assumed. Uji lanjut yaitu uji beda H 0 = Kedua rata-rata kelas eksperimen dan kontrol adalah sama H a = Kedua rata-rata kelas eksperimen dan kontrol adalah tidak sama Keputusan Dilihat dari deretan equal variances assumed pada Tabel 4.20 output Independent Samples Test. Sig = 0,017 < 0,05 artinya Ho di tolak, atau terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kontrol. R. Pembahasan Hasil Penelitian R.1 Pembahasan hasil perangkat pembelajaran yang Valid. Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran pemecahan masalah yang valid dan efektif. Perangkat pembelajaran dikatakan valid adalah perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan perangkat dan telah divalidasi oleh validator dengan penilaian valid serta memberikan rekomendasi untuk dipakai. Khusus untuk tes kemampuan berpikir kreatif setelah dilakukan uji coba memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan yaitu: valid, reliabel, tingkat kesukaran seimbang, dan daya beda signifikan. R.2 Pembahasan pengembangan perangkat pembelajaran yang efektif. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi kriteria sebagai berikut. 16

Tuntas kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan ketuntasan berpikir kreatif yang telah ditentukan oleh peneliti di MTs Miftahul Falah Rembang, standar ketuntasan berpikir kreatif = 60 (µ = 60). Dengan menggunakan SPSS versi 12, dengan uji rata-rata diperoleh nilai signifikansi (sig) 0,001 =1 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif siswa telah mencapai nilai lebih dari sama dengan 60. Sedangkan berdasarkan uji proporsi diperoleh paling besar 65% siswa yang mencapai nilai lebih dari sama dengan 60 pada materi segi empat dengan model pembelajaran pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Hasil analisis data dengan menggunakan SPSS 12 dilihat dari deretan equal variances assumed. Sig = 0,017 < 0,05 artinya Ho di tolak, atau terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kontrol. Tabel 4.20 di atas menunjukkan angka sig sebesar 0,000 dan jauh dibawah 0,005. Hal ini berarti aktivitas siswa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif, dengan melihat pada R square = 0,333 artinya variable keaktifan memberi kontribusi terhadap Y sebesar 33,3% sisanya 66,7% dipengarui faktor lain. S. Kesimpulan Perangkat pembelajaran menunjukkan hasil valid, hasil validasi Silabus 3,34; RPP 3,39; hasil validasi Buku Siswa 3,59; hasil validasi LKS 3,58; test kemampuan berpikir kreatif 3,84; semuanya memiliki skor validasi lebih dari 3 yang artinya valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan valid. Perangkat pembelajaran efektif, ditunjukkan 2 indikator efektif sudah dipenuhi, yaitu (1) Kemampuan berpikir kreatif siswa mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 65,43 diatas 60 paling besar 65% siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan 60. Jadi dapat disimpulkan bahwa pencapaian rata-rata nilai tes kemampuan berpikir kreatif telah mencapai ketuntasan, (2) kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. T. Saran- saran Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan (1) dalam pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah perlu melibatkan minimal 2 orang pengamat untuk mengamati proses pembelajaran, (2) dalam pembelajaran matematika dengan model pemecahan masalah dalam proses pembelajarannya memerlukan banyak waktu untuk itu guru perlu membiasakan soal-soal pemecahan masalah, (3) guru perlu minimal seminggu 17

sekali menerapkan model pembelajaran pemecahan masalah disekolah kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya. DAFTAR PUSTAKA Arends, RI.2008. Learning to Teach. Belajar untuk Mengajar. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Terjemahan Drs. Helly Prajitno Soejidno, M.A. dan Dra. Sri Mulyani Soejipto. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arikunto. S. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Chapman. 2005. Constructing Pedagocical Knowledge of Problim Solving. Preservice Mathematics Theachers. 3(1) : 2-6. Dwijanto. 2007. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Komputer Terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matemtik Mahasiswa. Disertasi Universitas Pendidikan Indonesia. Gerace & Beatt, 2005. Teaching vs. Learning: Changing Perspectives on Problem Solving in Physics Instruction. Amherst, Massachusetts, USA. 5(1): 7-71. Hadi. 2001. Memperkenalkan RME kepada Guru SLTP. Makalah disajikan pada Seminar Nasional RME di FPMIPA Uniersitas Negeri Surabaya pada tanggal 24 februari 2001. Ibrahim, M. 2003. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Marpaung, Y. (2003). Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika di Sekolah. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma, tanggal 27&28 Maret. Orton. Anthony. 1991. Learning Mathematics: Issue, theory and Classroom Practice. Can Pupils. Discover Mathematics for Themselves.Caseel: University of Leeds Centre for Studies Science and Mathematics Education. Ozsoya. 2009. The effect Metacognitive Strategy Training on Matematical Problim Solving Achievement. International Academic Journal of Elemen Education. 3(2): 6-12. Pehkonen. 1997. The State-of-Art in Mathematical Creativity. Philosophy, University of Connecticut. http://www.gifted.uconn.edu/siegle. Puspendik (2005). Informasi Ujian Nasional dan Ebtanas. [Online].Tersedia: http://www.puspendik. Com. Resnick, L.B dan Ford, W.W. (1981). The Psychology of Mathematics for Instruction. New. 18

Ratnaningsih, Nani. 2004. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siwa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia. http://digilip.upi.edu/pasca/ /etd-1011106-095949/ [accessed 25/5/2010]. Ratumanan, T.G. 2000. Pengajaran Interaktif : Arah Baru dalam Pengajaran. Siswono, T.Y.E. 2007-a. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika. http://tatagyeswordpress.com/2007/10/03/simposium nasional-25-26-juli- 2007/. (accessed 26/1/2010). Somakim. 2006. Paket Bahan Ajar PJJ SI PGSD Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Siswa Matematika, Jakarta, Depdikbud. Sujdana. 2002. Metode Statistika. Bandung :Tarsito. Suparno, P.(1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Witkin. Surapranata, 2004. Analisis, Validitas, Realibulitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: Remaja Rosdakarya Thiagarajan, S. & Semmel, D.S. & Semmel, I.M. 1974. Instructional Development for Trainning Teachers of Exceptional Children. Bloomington: Indiana University. Trianto. 2007. Pengembangan Perangkat dalam Teori dan Praktek. Surabaya:Prestasi Pustaka. 19