KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.189/LATTAS/XII/2013

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA. No.364, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Standar. Kompetensi. Kerja. Nasional. Indonesia. Pencabutan.

STRUKTUR DAN FORMAT PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.218/LATTAS/XII/2012

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.187/LATTAS/XII/2013

KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMORKEP.280 / LATTAS/ XI/2014

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NOMOR KEP.280/LATTAS/XI/2014

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratu

PERATURAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN,

MENTERI TENAGA KERJA DAN THANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI PADA KEMENTERIAN AGAMA.

KEPMEN NO. 227 TH 2003

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA

PANDUAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR :PER.21/MEN/X/2007. TENTANG

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN MAGANG

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTER! KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA PEDOMAN PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS PEGAWAI NEGERI SIPIL

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN UMUM PERUMUSAN STANDAR KOMPETENSI TEKNIS URUSAN PEMERINTAHAN

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

-5- BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1 P E D O M A N _ F E _

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL SKRIPSI

PEDOMAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA. Tim Penyusun : Prodi Sistem Informasi

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

PANDUAN PENULISAN. Lomba Karya Tulis Imiah makinpintar.com 1

Jika ketentuan dari pengaturan yang diacu memang dapat diberlakukan seluruhnya, maka istilah tetap berlaku dapat digunakan. BUPATI BARITO UTARA, ttd

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB III CARA PENULISAN

PEDOMAN PENULISAN MUSABAQAH KARYA TULIS ILMIAH ALQURAN MTQ REGIONAL JAWA TIMUR TINGKAT SLTA 2014 FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.188/LATTAS/XII/2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 42 Tahun : 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN PENULISAN LAPORAN KERJA PRAKTIK. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta 2012

PENYUNTINGAN NASKAH JURNAL

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI WIDYAISWARA

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

PANDUAN MAGANG FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

LAMPIRAN I PERATURAN FAKULTAS NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA PEMBENTUKAN PERATURAN FAKULTAS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI OLEH: TIM PENYUSUN

TEKNIK DAN TATA CARA PENULISAN LAPORAN STUDI BANDING/ MAGANG

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

2013, No.568 6

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Transkripsi:

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav 51 Lt. 6A Telepon (021) 52961311, Faximile (021) 52960456 Jakarta Selatan 12950 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI NOMOR : KEP.189/LATTAS/XII/2013 TENTANG PEDOMAN TATACARA PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 32 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas tentang Pedoman Tatacara Penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4637); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 5. Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia; 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional;

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU KEDUA : Pedoman Tatacara Penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Direktur Jenderal ini, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. : Pedoman Tatacara Penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU sebagai acuan dalam pelaksanaan Penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. KETIGA : Dengan ditetapkannya Keputusan Direktur Jenderal ini, maka Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas nomor Kep. 161/Lattas/X/2008 tentang Pedoman Tatacara Penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2013

KATA PENGANTAR Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) disusun untuk mendefinisikan kemampuan seseorang dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam melaksanakan suatu pekerjaan sebagaimana yang dipersyaratkan oleh industri. Agar SKKNI yang disusun dapat memenuhi sebagaimana yang dipersyaratkan oleh industri atau pengguna, maka standar kompetensi harus menggambarkan dan menguraikan tentang tugas atau fungsi seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Oleh karena itu dalam penyusunannya selain melibatkan industri, juga mengikutsertakan pemangku kepentingan yang terkait seperti lembaga pendidikan dan pelatihan, asosiasi profesi serta profesional/praktisi di bidangnya. Penulisan SKKNI sebagai bagian dari proses perumusan SKKNI harus sistematis, jelas, tepat, lugas, tegas, tidak menimbulkan interpretasi lain dan mudah dipahami oleh pihak yang tidak berpartisipasi dalam perumusan SKKNI. Tata cara Penulisan SKKNI ini disusun dengan maksud agar kegiatan penyusunan SKKNI di setiap sektor atau lapangan usaha dapat dilakukan dengan penulisan yang sesuai dengan acuan yang sama. Dengan demikian, terdapat keseragaman dalam penyusunan SKKNI di setiap sektor atau lapangan usaha.

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.189/LATTAS/XII/2013 TENTANG PEDOMAN TATACARA PENULISAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) disusun untuk mendefinisikan kemampuan seseorang dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam melaksanakan suatu pekerjaan sebagaimana yang dipersyaratkan oleh industri. Penulisan SKKNI sebagai bagian dari proses perumusan SKKNI harus sistematis, jelas, tepat, lugas, tegas, tidak menimbulkan interpretasi lain dan mudah dipahami oleh pihak yang tidak berpartisipasi dalam perumusan SKKNI. Dalam rangka penyusunan SKKNI di setiap sektor atau lapangan usaha sebagaimana dimaksud di atas, dipandang perlu adanya Tata Cara Penulisan SKKNI yang dapat dipakai sebagai acuan bersama. Hal ini penting agar ada kesamaan penulisan SKKNI dalam setiap penyusunan SKKNI di setiap sektor atau lapangan usaha. B. Maksud dan Tujuan Maksud disusunnya tata cara penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sebagai acuan dalam penulisan SKKNI untuk menjamin SKKNI yang disiapkan oleh tim penyusun dirancang dan disusun secara seragam dengan cara yang praktis dan tidak mempengaruhi kandungan teknisnya. Sedangkan tujuannya adalah: 1

1. Tersusunnya SKKNI sesuai kaidah penulisan yang baik dan benar. 2. Tersusunnya SKKNI sesuai dengan format dan tatacara penulisan yang efektif. 3. Tersedianya SKKNI yang dapat diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan di berbagai lapangan usaha/pekerjaan dalam rangka memproduksi barang dan jasa. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi struktur dan format SKKNI serta penulisan SKKNI. D. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional. 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional; 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan SKKNI. E. Pengertian Dalam Keputusan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan : 1. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 2

2. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. 3. Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut RSKKNI adalah rancangan SKKNI yang disusun dan dirumuskan sebagai bahan pra konvensi dan konvensi RSKKNI. 4. Regional Model Competency Standards (RMCS) adalah model standar kompetensi yang dikembangkan berdasarkan tugas atau pekerjaan dari suatu bidang pekerjaan atau sektor dan dirumuskan ke dalam unit kompetensi. 3

Bab II Struktur dan Format Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia A. Sistematika Penulisan SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pada dasarnya terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu : 1. Bagian 1 adalah Bab I, merupakan Bab Pendahuluan. 2. Bagian 2 adalah Bab II, merupakan Batang Tubuh SKKNI 3. Bagian 3 adalah Bab III, merupakan Bab Penutup B. Struktur dan Format SKKNI Penulisan unit-unit kompetensi, menggunakan Regional Model Competency Standards (RMCS) yang rekomendasikan oleh International Labour Organization (ILO) dan telah diadaptasi kedalam format unit kompetensi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, dimana pada setiap unit kompetensi terdiri atas : 1. Kode unit 2. Judul unit 3. Diskripsi unit 4. Elemen kompetensi 5. Kriteria unjuk kerja 6. Batasan variabel 7. Panduan penilaian 4

KODE UNIT : JUDUL UNIT : DESKRIPSI UNIT : ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 1. 1.1 2. 2.1 2. 3.1 3.2 BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel 2. Peralatan dan perlengkapan 3. Peraturan yang diperlukan 4. Norma dan standar PANDUAN PENILAIAN 1. Konteks penilaian 2. Persyaratan kompetensi 3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 4. Sikap kerja yang diperlukan 5. Aspek kritis 5

BAB III Penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia A. Prinsip Umum Penulisan Dalam penulisan SKKNI hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Rancangan SKKNI yang akan ditetapkan sebagai SKKNI harus memenuhi prinsip sebagai berikut: a. Relevan dengan kebutuhan dunia usaha atau industri di masingmasing sektor atau lapangan usaha. b. Valid terhadap acuan dan/atau pembanding yang sah. c. Aseptabel oleh para pemangku kepentingan. d. Fleksibel untuk diterapkan dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan. e. Mampu telusur dan dapat dibandingkan dan/atau disetarakan dengan standar kompetensi lain, baik secara nasional maupun internasional. 2. Rancangan SKKNI yang disusun harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Berisi rumusan tentang kompetensi tugas, kompetensi manajemen tugas, kompetensi menghadapi keadaan darurat dan kompetensi menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, termasuk tanggung jawab dan bekerja sama dengan orang lain; b. Mencerminkan pekerjaan yang realistik berlaku di tempat kerja secara umum di sektor atau lapangan usaha tertentu; c. Dirumuskan dengan orientasi hasil kerja (outcomes); dan d. Dirumuskan secara terukur dengan bahasa yang jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh pengguna SKKNI. B. Konsistensi Penulisan Dalam perumusan SKKNI konsistensi penulisan harus dilakukan, khususnya terhadap substansi yang terdapat dalam unit-unit 6

kompetensi. Penulisan teks pada setiap unit kompetensi harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dasar yang relevan, seperti : a. Istilah (terminologi) yang sudah baku b. Prinsip-prinsip dasar c. Metodologi d. Terkait dengan besaran atau satuan e. Singkatan istilah Contoh, mengenai hal tersebut diatas pada Kriteria Unjuk Kerja (KUK) SKKNI Sub Bidang PLTA : a. Personil dan formulir/logsheet yang diperlukan untuk pengoperasian Unit disiapkan sesuai Prosedur Perusahaan. (terminologi) b. Seluruh Peralatan Unit diperiksa dan disiapkan kondisi/statusnya sesuai Spesifikasi Standar Unit Pembangkit. (prinsip-prinsip dasar) c. Unit dioperasikan (di-start Up/dikendalikan/di-Shut Down) dari Control Room dengan menggunakan urut-urutan sesuai dengan Prosedur Perusahaan. (metodologi) d. Rambu-rambu K3 dipasang dan dipelihara sesuai dengan ketentuan. (singkatan istilah) C. Bahasa Penulisan Penulisan SKKNI harus menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Istilah atau yang sejenisnya, yang tidak memiliki bahasa Indonesia atau yang belum diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, dapat menggunakan bahasa asal atau bahasa asing ditulis dalam huruf miring. D. Tata Cara Penulisan 1. Umum Standar kompetensi memiliki substansi yang sangat bervariasi dari aspek isi, dengan demikian tidak ada aturan yang bersifat universal untuk mengatur keseragamannya. 7

Oleh karena itu untuk menjaga konsistensi dalam penulisan SKKNI diperlukan adanya acuan atau panduan dalam menginterpretasikan setiap substansi yang ada dalam unit-unit kompetensi. Hal ini penting karena dalam model RMCS setiap standar atau unit-unit kompetensi dimungkinkan akan : a. Menjadi besar b. Saling terkait c. Direvisi 2. Sistematika Penulisan SKKNI a. Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi informasi tentang : 1) Latar Belakang, berisi latar belakang SKKNI kategori atau golongan terkait dengan isi SKKNI, uraian proses perumusan dan pemetaan unit kompetensi. 2) Pengertian, memberikan penjelasan tentang pengertianpengertian yang bersifat teknis substantif yang terkait dengan unit-unit kompetensi. 3) Penggunaan SKKNI, memberikan penjelasan tentang pemanfaatan SKKNI pada lembaga pendidikan atau pelatihan, lembaga sertifikasi profesi, industri, atau bidang yang relevan lainnya. 4) Komite Standar Kompetensi, berisi daftar atau susunan komite standar kompetensi yang dibentuk oleh Instansi Teknis serta Susunan Tim Perumus dan Tim Verifikasi yang dibentuk oleh Komite Standar Kompetensi. b. Bab II Batang Tubuh SKKNI Pada Bab ini berisi informasi tentang: 1) Pemetaan dan Kemasan Standar Kompetensi, berisi peta kompetensi dan pengemasan standar kompetensi berdasarkan kualifikasi, jabatan atau okupasi dan klaster. 8

2) Daftar Unit Kompetensi, berisi daftar dan uraian setiap unit kompetensi. 3) Uraian Unit Kompetensi. c. Bab III Penutup Pada bab ini berisi Penutup 3. Unsur-Unsur Penulisan a. Jenis Huruf dan Ukuran Penulisan SKKNI menggunakan jenis huruf Bookman Old Style dengan ukuran (font) 12. b. Spasi Jarak antar baris pada setiap kalimat di seluruh bab menggunakan 1½ spasi. c. Penomoran Nomor pada setiap bagian ditulis dengan angka arab, dan dimulai dengan angka 1 dan diakhiri dengan tanda titik (.), sedangkan angka terakhir dari perincian tidak diakhiri dengan tanda titik (.). Penomoran harus dilakukan secara berkesinambungan, sebagaimana contoh di bawah ini. Contoh (1) 1. 2.... Contoh (2) 1.1 1.2... 9

Contoh (3) 5.1.1 5.1.2... Penomoran dilakukan hanya sampai 3 tingkat ke samping, sebagaimana contoh (3) di atas. Apabila masih terdapat perincian penomoran, digunakan abjad latin yang dimulai dari huruf a (kecil) dan diakhiri tanda titik (.) serta dilakukan secara berkesinambungan. Contoh (4) 5.1.1......... 5.1.2......... a.......... b............. Untuk menghindari kesalahan dan ketidakteraturan, penomoran disusun dan dibuat secara otomatis ketika dilakukan pengetikan pada komputer. d. Penjelasan pada Setiap Nomor Pada setiap nomor, penjelasan substansi SKKNI ditulis dalam bentuk kalimat (diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.)) dan ditempatkan pada baris baru. Apabila terdapat beberapa bagian, setiap bagian penjelasan diberi nomor urut sebagaimana aturan penomoran di atas. Untuk menghindari kerapatan penulisan, maka penjelasan di setiap nomor diberi jarak 1½ spasi atau 1 (satu) kali ketukan kebawah pada tombol papan ketik komputer. 10

Contoh: BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel Unit kompetensi ini berlaku untuk melaksanakan pekerjaan mempersiapkan peralatan di bengkel atau tempat kerja. 2. Peralatan dan perlengkapan 2.1 Peralatan 2.1.1 Dongkrak hidrolik 2.1.2 Kompressor 2.2 Perlengkapan 2.2.1 Alat tulis kantor 3. Peraturan yang diperlukan (Tidak ada.) 1½ spasi 1½ spasi e. Penggunaan Terminologi Keseragaman terminologi yang digunakan dalam standar dipertahankan untuk menyatakan konsep yang sama. Terminologi yang berbahasa asing dan biasa digunakan sedapat mungkin dicari padanannya dalam bahasa Indonesia (termasuk bahasa daerah). Agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru, padanan bahasa Indonesia digunakan dengan penjelasan terminologi bahasa asing. Contoh penggunaan terminologi asing - Program perangkat lunak (software) komputer khusus motif batik diaktifkan Contoh penggunaan terminologi bahasa daerah - Melekatkan "malam" menggunakan canting (teknik ngrengreng) 11

4. Penulisan SKKNI a. Penulisan Nama atau Judul SKKNI Nama atau judul SKKNI dibuat dengan susunan kata yang cermat, tepat, dan tidak bermakna ganda terhadap substansi standar kompetensi. Penulisan dibuat sedemikian rupa sehingga membedakan standar kompetensi dimaksud dengan standar kompetensi yang lain. Nama atau judul SKKNI terdiri atas tiga unsur berikut: 1) kategori untuk menunjukkan garis pokok penggolongan kegiatan ekonomi (sebagaimana KBLI yang diterbitkan oleh BPS). 2) golongan pokok untuk menunjukkan uraian lebih lanjut dari kategori (sebagaimana KBLI yang diterbitkan oleh BPS); 3) substansi untuk menunjukkan subjek utama SKKNI yang akan membedakan standar kompetensi dimaksud dengan standar kompetensi yang lain; Penulisan substansi SKKNI setelah penulisan kategori dan golongan pokok ditambahkan satu suku kata yaitu bidang atau pada, sesuai dengan substansi SKKNI. Penggunaan suku kata bidang, digunakan untuk substansi SKKNI yang tidak terkait dengan nama jabatan kerja. Penggunaan suku kata pada, digunakan untuk substansi SKKNI yang terkait dengan nama jabatan kerja. 12

Contoh 1: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN GOLONGAN POKOK PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BIDANG PARAMEDIK VETERINER Contoh 2: LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL PADA JABATAN KERJA OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL b. Penulisan Bab Judul setiap bab diletakkan pada posisi di tengah dan ditulis menggunakan huruf kapital dengan huruf Bookman Old Style ukuran 12. Jarak spasi antara kata bab dengan judul bab adalah 1 spasi. Contoh: BAB I PENDAHULUAN 1 spasi 13

c. Penulisan Unit Kompetensi 1) Kode unit, judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, batasan variabel, dan panduan penilaian, ditulis dengan menggunakan huruf kapital jenis huruf Bookman Old Style ukuran 12. Semua tulisan dicetak tebal dan masing-masing tidak menggunakan atau tidak diberikan nomor urut. Contoh: KODE UNIT :...... JUDUL UNIT :...... DESKRIPSI UNIT :...... ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 1....... 1.1...... 1.2...... 2....... 2.1...... 2.2...... 3....... 3.1...... 3.2...... BATASAN VARIABEL PANDUAN PENILAIAN 2) Penulisan pada setiap unit kompetensi a) Kode unit ditulis dengan menggunakan huruf kapital dan angka arab serta dicetak tebal. Contoh: 14

X. 0 0 0 0 0 0. 0 0 0. 0 0 (1) (2) (7) (8) (3) (4) (5) (6) (1) = Kode Kategori (A, B, C... dst), diisi 1 huruf sesuai kode huruf kategori pada KBLUI; (2) = Kode Golongan Pokok, terdiri dari 2 angka; (3) = Kode Golongan, terdiri dari 3 angka; (4) = Kode Sub Golongan, terdiri dari 4 angka; (5) = Kode Kelompok usaha, terdiri dari 5 angka; (6) = Kode Penjabaran Kelompok usaha, terdiri dari 6 angka, jika tidak ada penjabaran kelompok usaha angka terakhir diisi dengan angka 0; (7) = Nomor urut unit kompetensi dari SKKNI pada kelompok usaha atau penjabaran kelompok usaha, terdiri dari 3 digit angka, mulai dari angka 001, 002, 003 dan seterusnya; (8) = Versi penerbitan SKKNI sebagai akibat dari adanya perubahan, diisi dengan 2 digit angka, mulai dari angka 01, 02 dan seterusnya. Versi merupakan urutan penomoran terhadap urutan penyusunan atau penetapan unit kompetensi dalam penyusunan standar kompetensi yang disepakati, apakah standar kompetensi tersebut disusun merupakan yang pertama kali, hasil revisi dan atau seterusnya. b) Judul unit ditulis dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Menggunakan huruf kapital pada setiap awal kata, kecuali kata fungsional (seperti kata sambung dan kata depan). 2. Dicetak tebal. 3. Apabila terdapat singkatan pada judul unit komptensi tersebut didahului bentuk lengkapnya. 15

4. Diawali dengan kata kerja aktif transitif (berbentuk medan berobjek). 5. Pada akhir judul unit tidak digunakan tanda baca titik (.). Contoh 1: Mengolah Data dan Informasi Hasil Pengamatan di Lapangan Contoh 2: Mengevaluasi Pelaksanaan Penyuluhan c) Deskripsi unit kompetensi merupakan uraian singkat yang menjelaskan ciri khas unit kompetensi dari aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. Penjelasan ciri khas unit kompetensi diuraikan dalam kalimat pernyataan (sesuai dengan kaidah penulisan kalimat, antara lain kaidah penulisan tanda baca). Contoh: Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam merencanakan kegiatan evaluasi, menetapkan hasil evaluasi, dan menyusun laporan hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan. d) Elemen kompetensi ditulis dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bentuk kelompok kata (bukan kalimat) yang diawali dengan kata kerja aktif transitif (berbentuk awalan medan berobjek). 2. Huruf kapital digunakan pada awal kata kerja. 3. Setiap elemen kompetensi diberi nomor urut. 16

4. Tidak diakhiri dengan tanda baca titik (.). Contoh: ELEMEN KOMPETENSI 1. Merencanakan kegiatan evaluasi secara terperinci 2. Menetapkan hasil evaluasi dengan tepat 3. Menyusun laporan hasil evaluasi secara sistematis e) Kriteria unjuk kerja (KUK) ditulis dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bentuk kalimat yang menggunakan kata kerja pasif transitif (berbentuk awalan di- dan berobjek). 2. Objek diletakkan di awal kalimat dan keterangan kalimat ditambahkan untuk menjelaskan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang terukur. 3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dan tanda baca titik (.) pada akhir kalimat. 4. Setiap rumusan KUK diberi nomor urut (dua angka) dan angka perincian tidak diakhiri dengan tanda titik (.). 5. Bila terdapat hal-hal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, hal-hal tersebut dituliskan dengan cetak tebal. 17

Contoh: ELEMEN KOMPETENSI 1. Merencanakan evaluasi secara terperinci KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Tujuan evaluasi pelaksanaan penyuluhan dirumuskan dengan prinsip SMART. 1.2 Instrumen evaluasi kegiatan penyuluhan disiapkan sesuai dengan kebutuhan. 1.3 Kegiatan penyuluhan yang akan dievaluasi, ditentukan berdasarkan skala proritas. 1.4 Metode evaluasi dipilih sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. 1.5 Sampel ditetapkan sesuai dengan tujuan evaluasi. f) Batasan variabel ditulis sebagai subjudul unit kompetensi, yang berisi konteks variabel, peralatan dan perlengkapan, peraturan yang diperlukan, serta norma dan standar, yang penulisannya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Konteks variabel ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan tanda baca titik (.). Konteks variabel dapat berisi penjelasan lebih lanjut tentang kriteria unjuk kerja yang tertulis dengan cetak tebal. 2. Peralatan dan perlengkapan ditulis terperinci. 3. Peraturan yang diperlukan dituliskan dengan menggunakan huruf kapital dan sesuai dengan tata urutan/hierarki peraturan, serta ditulis utuh sesuai dengan judul dokumen otentik. Peraturan atau regulasi yang dituliskan adalah peraturan atau regulasi dalam melaksanakan pekerjaan. 18

4. Norma dan standar ditulis terperinci. Contoh: BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel 1.1 Unit kompetensi ini dapat digunakan di bidang pertanian, perternakan, kehutanan, dan perikanan. 1.2 Instrumen adalah alat ukur evaluasi yang berisi peubah, indikator, parameter dan skala pengukuran evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian sesuai dengan tujuan evaluasi 1.3 Sampel pada unit kompetensi ini adalah responden yang akan dievaluasi 2. Peralatan dan perlengkapan 2.1 Peralatan 2.1.1 Alat pengolah data 2.1.2 Alat peraga 2.2 Perlengkapan 2.2.1 Instrumen evaluasi 3. Peraturan yang diperlukan 3.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sistem Standardisasi Kompetensi Kerja Nasional 4. Norma dan standar 4.1 Norma (Tidak ada.) 4.2 Standar 4.2.1 ISO 9000 Tahun 2003 19

g) Panduan Penilaian ditulis sebagai subjudul unit kompetensi, yang berisi konteks penilaian, persyaratan kompetensi, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, sikap kerja yang diperlukan, dan aspek kritis, yang penulisannya sesuai dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Konteks penilaian ditulis dengan menggunakan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan tanda baca titik (.). Konteks penilaian ditulis untuk memuat penjelasan tentang hal-hal yang diperlukan dalam penilaian (apa, dimana, metode yang digunakan) dan kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi kerja. 2. Persyaratan kompetensi memuat persyaratan unit kompetensi yang harus dikuasai sebelum melaksanakan unit kompetensi ini, ditulis utuh sesuai kode dan judul unit kompetensi. 3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan ditulis terperinci. 4. Sikap kerja yang diperlukan ditulis dengan huruf kapital dan dibuat kontekstual sesuai langkah penilaian. 5. Aspek kritis ditulis untuk memuat penjelasan tentang aspek atau kondisi yang sangat mempengaruhi atau menentukan pelaksanaan pekerjaan. 20

Contoh: Panduan Penilaian 1. Konteks penilaian 1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemampuan, yang meliputi aspek, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam melaksanakan pekerjaan. 1.2 Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tertulis, demonstrasi/praktek, dan/atau simulasi. 1.3 Penilaian dilakukan di bengkel kerja (workshop), tempat kerja, dan/atau tempat uji kompetensi (TUK). 2. Persyaratan kompetensi 2.1... 3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 3.1 Pengetahuan 3.1.1... 3.1.2... 3.2 Keterampilan 3.2.1... 3.2.2... 4. Sikap kerja yang diperlukan 4.1 Teliti 4.2 Disiplin 5. Aspek kritis 5.1 Kecermatan dalam menyiapkan hewan 5.2 Ketepatan dalam mengukur keadaan fisik hewan 21

5. Pembuatan Tabel Tabel hanya dibuat untuk menguraikan elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja dengan ukuran yang disesuaikan, sebagaimana komposisi dan struktur unit kompetensi. Jika tabel elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja lebih dari satu halaman, maka dilakukan pemotongan tabel dan dilanjutkan pada halaman berikutnya dengan tetap mencantumkan judul tabel. Contoh : ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 1.... 1.1... 1.2... 2.... 2.1... 2.2... Pemotongan tabel karena akhir dari halaman Lanjutan tabel ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 3.... 3.1... 3.2... 6. Garis pada Tabel Pembuatan garis pada tabel dilakukan sebagaimana komposisi dan struktur unit kompetensi. Tabel yang dibuat untuk elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja ke empat sisinya menggunakan garis ganda ukuran ½ pt, sedangkan garis bagian dalam tabel menggunakan garis tunggal ukuran ½ pt. Untuk memisahkan antar elemen menggunakan garis pemisah. Spasi tabel dengan line spacing single dan before after dengan ukuran 3 pt. 22

D. Tampilan SKKNI 1. Paragraf Penulisan Paragraf dituliskan secara konsisten, khususnya antara paragraf sebelumnya dengan judul bahasan diberi jarak 2 kali 1½ spasi, sehingga ada cukup jarak yang dapat memisahkan dan memudahkan dalam mengenalinya. Contoh :... (kalimat sebelumnya) B....... (judul bahasan) salah Seharusnya... (kalimat sebelumnya) B....... (judul bahasan) benar 2. Ukuran Kertas Kertas yang digunakan untuk penulisan dokumen SKKNI adalah kertas F4 atau berukuran 8,5 x 13 inci. Penulisan dilakukan dengan posisi vertikal (portrait), dengan batas pengetikan sebagai berikut : margin atas 1 inci margin bawah 2 inci margin kiri 1,2 inci margin kanan 1 inci 3. Surat Penetapan Standar Surat penetapan SKKNI oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dibuat berdasarkan tata penulisan sebagaimana Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Surat penetapan SKKNI ditempatkan setelah sampul depan SKKNI. 23

4. Nomor Penetapan SKKNI Nomor penetapan SKKNI sebagaimana ketetapan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dibuat berdasarkan tata penulisan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 5. Sampul Depan SKKNI yang telah ditetapkan diberi sampul depan menggunakan spesifikasi kertas ukuran 260 gram. Tata letak dan format sampul SKKNI memuat logo garuda, nomor penetapan SKKNI dan nama SKKNI. Sedangkan jenis huruf (font) yang digunakan adalah Bookman Old Style dengan ukuran, tata letak dan warna sampul disesuaikan. D. Lain-Lain Untuk memudahkan dalam mereproduksi atau menggandakan SKKNI, seluruh penulisan SKKNI dibuat dalam satu dokumen (file) secara utuh, tidak dilakukan pemisahan berdasarkan bab atau unit-unit kompetensi dengan dokumen (file) yang berbeda. 24

BAB IV PENUTUP Demikian pedoman ini dibuat untuk digunakan sebagai acuan dalam penulisan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) oleh pemangku kepentingan terkait. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktvitas TTD Ir. Abdul Wahab Bangkona, MSc NIP.19580717 198703 1 001 25

Lampiran 1 Sistematika Penulisan SKKNI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI, GOLONGAN POKOK PADA/BIDANG.. A. Latar Belakang B. Pengertian C. Penggunaan SKKNI D. Komite Standar Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Bab II STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA A. Pemetaan dan Kemasan Standar Kompetensi B. Daftar Unit Kompetensi C. Uraian Unit Kompetensi Bab III PENUTUP......... 26

Lampiran 2 Format Penulisan Struktur SKKNI untuk setiap Unit Kompetensi KODE UNIT : X.0000000.000.00 JUDUL UNIT :... DESKRIPSI UNIT :... ELEMEN KOMPETENSI 1.... 1.1... 1.2... 1.3... 2.... 2.1... 2.2... Dst. 3.... 3.1... Dst. 4.... 4.1 Dst.... KRITERIA UNJUK KERJA BATASAN VARIABEL 1. Konteks variabel... 2. Peralatan dan perlengkapan 2.1 Peralatan 2.1.1... 2.2 Perlengkapan 2.2.1... 3. Peraturan yang diperlukan 3.1... 3.2... 27

4. Norma dan standar 4.1 Norma 4.1.1... 4.2 Standar 4.2.1... PANDUAN PENILAIAN 1. Konteks penilaian 1.1... 1.2 Penilaian dapat dilakukan dengan cara :... di... 2. Persyaratan kompetensi Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya: 2.1 X.000000.000.00... 2.2 X.000000.000.00... 3. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 3.1 Pengetahuan 3.1.1... 3.2 Keterampilan 3.2.1... 4. Sikap kerja yang diperlukan 4.1... 4.2... 5. Aspek kritis 5.1... 5.2... 28