BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menuju kedewasaan. Tujuan pendidikan menurut UU RI No 2 tahun

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

Manusia merupakan individu yang tidak dapat hidup sendiri. Ia memerlukan. berbagai macam kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya.

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

I. PENDAHULUAN. dunia saat ini, potensi negara indonesia sebenaranya tergolong sangat baik,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjungbintang

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat berguna untuk mengubah keadaan suatu bangsa menjadi lebih baik. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kebiasaan yang dilakukan dengan sengaja, teratur dan terencana untuk membina kepribadian, mengembangkan kemampuan intelektual serta keterampilan yang sehat jasmani maupun rohani yang mengarah kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Peserta didik membutuhkan orang lain untuk mengadakan hubungan, karena sebagai makhluk sosial, individu memiliki dorongan untuk mengadakan Kontak dengan orang lain atau memiliki dorongan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Lindgren dan Heckhausen (Ahmadi, 2002:192), bahwa individu mempunyai motif atau dorongan sosial. Motif atau dorongan sosial yang dipelajari melalui kontak orang lain dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting. Motif atau dorongan sosial menunjukan bahwa tujuan yang ingin dicapai yaitu mempunyai hubungan interaksi dengan orang lain. Dengan demikian,

2 dorongan sosial sebagai dorongan yang timbulnya untuk memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial maka akan terjadilah interaksi antara individu satu dengan individu yang lain yang disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya, Borner dalam Ahmadi (2002:54). interaksi sosial memiliki dampak, dimana ketika individu berhubungan dengan orang lain akan ada tingkah laku individu yang berubah dan terpengaruh dari tingkah laku individu yang lainnya dan hal itu merupakan hasil dari sebuah proses interaksi sosial. Grath (Santoso, 2010:163) mengemukakan bahwa, interaksi sosial adalah suatu proses yang berhubungan dengan keseluruhan tingkah laku anggota-anggota kelompok kegiatan dalam hubungan dengan yang lain dan dalam hubungan dengan aspek-aspek keadaan lingkungan, selama kelompok tersebut dalam kegiatan. Dari pengertian di atas, maka dapat dilihat bahwa interaksi sosial diamati dari segi proses, dimana interaksi sosial merupakan hubungan yang terjadi dalam situasi sosial serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik dari individu yang ikut berpartisipasi dalam situasi sosial itu sehingga menimbulkan pengaruh dalam suatu kegiatan kelompok tersebut.

3 Dapat diketahui bahwa interaksi sosial siswa sangat penting untuk diperhatikan agar menjadi lebih baik sehingga siswa dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya kepada orang lain yang berada di lingkungan sekolah agar bermanfaat dan lebih dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Interaksi sosial dengan sesama siswa sangat penting, karena dalam proses belajar, siswa lain dilingkungan sekolah merupakan salah satu media untuk bertukar informasi dimana terjadi hubungan timbal balik antar individu yang ditandai dengan adanya kontak sosial dan adanya komunikasi sosial antara dua belah pihak. Berdasarkan observasi awal dengan melakukan wawancara kepada guru BK yang dilakukan di SMAN 1 Bandar Sribhawono penulis mendapatkan bahwa terdapat siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah. Siswa memilki kemampuan interaksi sosial yang rendah mereka akan kesulitan untuk menyampaikan pendapatnya pada proses pembelajaran berlangsung. Hal ini ditandai dengan siswa yang kurang aktif dan cenderung pasif dalam berkomunikasi saat berdiskusi dengan teman-temannya, gugup saat berbicara dengan guru, tidak berani tampil di depan kelas, kurang memiliki teman bermain, sering menyendiri, tidak bisa menyesuaikan dirinya dilingkungan sekitar, kurang suka berkumpul dengan teman-temannya, mudah tersinggung ketika dinasehati oleh teman serta sulit mendapat kelompok saat pembentukan kelompok belajar. Hal ini terlihat ketika siswa berada didalam kelompok, terdapat siswa yang hanya berinteraksi dengan kelompok kecilnya, terdapat siswa yang sulit bekerjasama

4 saat berada dalam kelompok, terdapat siswa yang tidak mau atau sulit dipasangkan dengan siswa yang bukan teman dekatnya serta terdapat siswa yang gugup ketika berbicara dengan guru atau di dalam kelompoknya. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari kemampuan interaksi sosial yang rendah dilingkungan sekolahnya. Untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan kelompok bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok sosial, bimbingan/ konseling kelompok atau individual atau kegiatan lainnya. Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat, informasi yang diberikan adalah informasi untuk kebutuhan tertentu anggota kelompok. Tohirin (2009:172) mengatakan bahwa secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan, dimana komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial. layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu untuk membantu individu tersebut mengatasi masalah yang dibahas dalam kelompok, serta mencapai suatu keputusan-keputusan yang disepakati dalam kelompok. Dalam hal ini, layanan

5 bimbingan kelompok merupakan usaha preventif ( pencegahan ) terhadap masalah yang dialami siswa. Melalui layanan bimbingan kelompok, siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok. Dengan demikian, selain dapat menumbuhkan hubungan yang baik diantara anggota kelompok, kemampuan berkomunikasi antar individu, pemahaman berbagai situasi dan kondisi lingkungan, juga dapat mengembangkan sikap dan tindakan nyata untuk mencapai hal-hal yang diinginkan sebagaimana terungkap di dalam kelompok. Layanan bimbingan kelompok yang mengaktifkan dinamika kelompok digunakan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi, dan pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok diharapkan peneliti dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada siswa yang merupakan perrmasalahan aktual (hangat) pada masa remaja. Melalui layanan bimbingan kelompok yang intensif di dalam bimbingan kelompok, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, presepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif sesuai dengan tujuan khusus dari pelaksanaan layanan bimbingan kelompok (Prayitno, 2004:3). Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok dalam upaya peningkatan kemampuan interaksi sosial pada siswa.

6 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu: 1) Ada siswa yang mudah tersinggung ketika dinasihati oleh temannya 2) Ada siswa yang sulit bekerjasama saat berada dalam kelompok belajar 3) Ada siswa yang gugup saat berbicara dengan guru 4) Ada siswa yang tidak berani tampil didepan kelas saat diberi tugas oleh guru 5) Ada siswa yang berinteraksi hanya dalam kelompok kecilnya 6) Ada siswa yang kesulitan mengemukakan pendapat saat berdiskusi di dalam kelompok belajar 3. Batasan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Peningkatan kemampuan interaksi sosial dengan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Bandar Sribhawono T.A. 2014/2015 4. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian adalah kemampuan interaksi sosial pada siswa. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Apakah kemampuan interaksi sosial dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Bandar Sribhawono T.A. 2014/2015

7 B. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan interaksi sosial menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Bandar Sribhawono 2. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara umum terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Secara teoritis Sebagai bahan kajian dalam mengembangkan ilmu pendidikan terutama dalam bimbingan dan konseling khususnya tentang pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. 2. Secara praktis a. Sebagai bahan masukan bagi para guru pembimbing dan guru kelas dalam memberikan bantuan yang tepat terhadap para siswa untuk meningkatkan interaksi sosial b. Dapat di jadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru pembimbing, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya dalam penggunaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial

8 3. Ruang Lingkup Penelitian Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah: 1. Ruang lingkup ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan konseling. 2. Ruang lingkup objek Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan interaksi sosial pada siswa 3. Ruang lingkup subjek Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 1 Bandar Sribhawono kelas X T.A. 2014/2015 4. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMAN 1 Bandar Sribhawono 5. Ruang lingkup waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. C. Kerangka Pikir Kerangka pikir merupakan gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran melalui kerangka logis. Kerangka pikir memuat teori, dalil, atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian.

9 Sekolah merupakan tempat atau lingkungan berlangsungnya pendidikan yang bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta siswanya. Apa yang hendak dicapai dan dikuasai siswa ( tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari (bahan ajar), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Sekolah adalah disebutkan sebagai salah satu agen sosialisasi dalam sistem pendidikan formal. Berdasarkan hal diatas, interaksi sosial disekolah mengandung pengertian hubungan timbal balik yang terjadi dilingkungan pendidikan formal antar dua orang siswa atau lebih, dan masing-masing siswa yang terlibat didalamnya memainkan peran secara aktif dalam bentuk mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Sekolah merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi perkembangan individu baik dalam perkembangan intelegensi maupun perkembangan sosial. Hal diatas menggambarkan bahwa setiap individu melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya. Didalam interaksi sosial siswa berusaha untuk melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya. Siswa melakukan penyesuaian gaya bicara, gaya berpenampilan, bahkan melakukan imitasi kepribadian terhadap lingkungan tempat ia melakukan interaksi. Perkembangan siswa dalam sekolah lebih menuju pada kemampuan berinteraksi siswa di lingkungan sekolah.

10 Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain. Interaksi baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok dapat berjalan lancar dan dapat pula tidak. Interaksi akan berjalan lancar bila masing-masing pihak memiliki penafsiran yang sama atas pola tingkah lakunya, dalam suatu struktur kelompok sosial. Tingkah laku yang timbul dalam konteks sosial atau lingkungan sosial dipelajari oleh psikologi sosial. Rouck and Warren (Ahmadi 2002:3): psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segi-segi psychologis daripada tingkah laku manusia, yang dipenggaruhi oleh interaksi sosial. Santoso (2010:157) mengatakan bahwa interaksi sosial dapat meningkatkan jumlah atau kuantitas dan mutu atau kualitas dari tingkah laku sosial individu sehingga ia semakin matang didalam bertingkah laku sosial dengan individu lain. Kematangan individu yang diinginkan dalam bertingkah laku yaitu ketika siswa mampu bekerja sama secara positif dengan temannya pada saat kegiatan pembelajaran, aktif dan memiliki soliaritas yang tinggi. Hal-hal diatas merupakan interaksi sosial yang diinginkan atau diharapkan dalam situasi sosial, dalam hal ini disekolah. Namun pada kenyataannya, interaksi sosial pada siswa masih rendah. Hal ini terlihat ketika siswa kurang terlibat dalam kegiatan di kelas maupun di luar kelas. Kurangnya interaksi sosial yang terjadi pada siswa perlu dikembangkan agar dapat menunjang siswa untuk lebih aktif dan terlibat dalam aktivitas belajar serta hubungan sosial dengan temannya.

11 Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003:54) bahwa rendahya kemampuan interaksi sosial dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain yaitu yang pertama situasi sosial yang mungkin tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya saja ketika ada pelajaran ataupun topik diskusi yang tidak disukai maka dapat menyebabkan siswa tidak aktif didalam kelas, yang kedua yaitu karakter individu, karakter atau kepribadian individu yang suka menyendiri, hal ini mungkin memang disebabkan oleh beberapa hal, memang kebiasaannya seperti itu atau karena pengaruh pola asuh orang tua yang otoriter sehingga membuatnya terlihat suka menyendiri, yang ketiga yaitu karena siswa merasa takut atau minder untuk bergaul dengan teman-temannya, dan takut untuk mengemukakan pendapatnya. Beberapa hal tersebut dapat menjadi faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya interaksi sosial pada siswa. Berhubungan dengan hal itu, dukungan dari berbagai pihak yang terlibat sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan interaksi sosial positif pada siswa. Peran guru pembimbing juga dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan bimbingan sosial bagi siswa yang membutuhkan,baik dengan layanan individu maupun kelompok. Berkenaan dengan itu, maka peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial positif pada siswa,sesuai dengan pendapat Ahmadi (Restyowati dan Najlatun, 2010:2) yang mengatakan bahwa masalah sosial akan lebih efektif, lebih efisien dan relevan jika ditangani melalui bentuk bimbingan kelompok. Masalah sosial tersebut misalnya adalah prososial dan interaksi sosial. Layanan bimbingan

12 kelompok merupakan kegiatan bimbingan yang dilakukan dalam suasana kelompok. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu untuk membantu individu tersebut mengatasi masalah yang dibahas dalam kelompok, serta mencapai suatu keputusan-keputusan yang disepakati dalam kelompok. Melalui layanan bimbingan kelompok, para peserta didik dapat diajak untuk bersamasama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik memperoleh berbagai bahan atau informasi dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, dimana informasi tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Dari penjelasan diatas, maka peneliti menggunakan bimbingan kelompok dengan memberikan bimbingan sosial kepada siswa yang berisikan materi-materi mengenai interaksi sosial dengan teknik klasikal, sehingga diharapkan siswa mampu berkomunikasi baik dilingkungan sekolah, sehingga rendahya interaksi sosial positif dapat meningkat.

13 kemampuan interaksi sosial rendah kemampuan interaksi sosial tinggi Bimbingan kelompok Gambar 1.1 Kerangka pikir interaksi sosial melalui bimbingan kelompok Dari gambar 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa rendahnya kemampuan interaksi sosial pada siswa misalnya siswa yang kurang terlibat dalam kelompok dan kurang berani mengemukakan pendapatnya setelah diberikan layanan bimbingan kelompok siswa tersebut mampu melibatkan diri dalam kegiatan dikelas maupun diluar kelas dengan lebih aktif dan mudah berkomunikasi dengan baik. D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian yang penulis ajukan adalah : kemampuan Interaksi sosial dapat ditingkatkan dengan layanan bimbingan kelompok pada siswa SMAN 1Bandar Sribhawono Tahun Ajaran 2014/2015 Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, penulis mengajukan hipotesis statistik penelitian ini sebagai berikut :

14 Hipotesis Alternatif (Ha) : kemampuan Interaksi Sosial dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Bandar Sribhawono T.A. 2014/2015 Hipotesis Nihil (Ho) : kemampuan Interaksi Sosial tidak dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas X SMAN 1 Bandar Sribhawono T.A. 2014/2015