PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM BOILER

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

PRINSIP KONSERVASI PADA SISTEM TERMAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia -

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

Konservasi Energi di Kilang Gas Alam Cair/LNG Melalui Peningkatan Efisiensi Pembakaran pada Boiler

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

MENENTUKAN LAJU ALIR BAHAN BAKAR GAS, AIR DAN UDARA YANG OPTIMAL PADA STEAM GENERATOR

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB II DASAR TEORI. produk-produknya ke pasar-pasar negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat.

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

BAB II LANDASAN TEORI

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. generator. Steam yang dibangkitkan ini berasal dari perubahan fase air

PERENCANAAN KETEL UAP TEKANAN 6 ATM DENGAN BAHAN BAKAR KAYU UNTUK INDUSTRI SEDERHANA RUSNOTO

ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR PADA KETEL UAP

1. Bagian Utama Boiler

Steam Power Plant. Siklus Uap Proses Pada PLTU Komponen PLTU Kelebihan dan Kekurangan PLTU

AUDIT ENERGI PEMAKAIAN BOILER DI PT. PANARUB INDUSTRY

Analisis Tekno-Ekonomi Operasi Co-combustion Boiler Biomassa Kapasitas 10 kg/jam

BAB I I I ANALISA POTENSI PENGHEMATAN ENERGI. Dari survei dan pengamatan yang di lakukan di PT. PANARUB

BAB I PENDAHULUAN I-1

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB VI ANALISA PENGHEMATAN BIAYA BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN BAHAN BAKAR GAS

SISTEM PEMANFAATAN PANAS TERBUANG PADA PROSES BLOWDOWN DI BOILER

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

BAB II LANDASAN DASAR TEORI

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER PADA INDUSTRI INDUSTRI TEPUNG TERIGU

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH UNJUK KERJA AIR HEATER TYPE LJUNGSTORM TERHADAP PERUBAHAN BEBAN DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT I BERDASARKAN PERHITUNGAN ASME PTC 4.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Bahan Bakar dan Excess O2 Terhadap Effisiensi Boiler

Gambar 2.1 Bagian-bagian Boiler

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir dan kriteria penelitiannya adalah sebagai berikut:

Lapisan Keramik Fireside meningkatkan keandalan dan kinerja boiler

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB V PEMBAHASAN. sebagai sarana penyedia tenaga, sehingga menjamin lancarnya proses Kilang yang

Kondisi Abnormal pada Proses Produksi Migas

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

BAB III PROSES PEMBAKARAN

Analisa Teknis Evaluasi Kinerja Boiler Type IHI FW SR Single Drum Akibat Kehilangan Panas di PLTU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

ANALISIS PENGARUH KANDUNGAN KARBON TETAP PADA BATUBARA TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING :

PROTOTYPE STEAM POWER PLANT (Efisiensi Fire Tube Boiler pada Steam Power Plant Ditinjau dari Perbandingan Udara dan Bahan Bakar)

OLEH : SIGIT P.KURNIAWAN

ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA FIRE TUBE BOILER KAPASITAS 10 TON

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

LAPORAN TUGAS AKHIR PROTOTYPE POWER GENERATION

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

THE VIET TRI PAPER DESKRIPSI PERUSAHAAN DESKRIPSI PROSES

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB 3 STUDI KASUS 3.1 DEFINISI BOILER

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

PERANCANGAN KETEL UAP KAPASITAS UAP 216 KG / 3 JAM

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER BERSIRIP

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

BAB IV ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

PLTU (PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP)

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

Transkripsi:

PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM BOILER Oleh : Sonden Winarto ABSTRAK Uap digunakan sebagai media pembawa energi pada pusat pembangkit daya maupun untuk keperluan pemanasan di industri merupakan alasan utama mengapa uap hadir dan diperlukan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Uap sebagai media pembawa energi sering digunakan karena sifatnya yang menguntungkan. Menghemat energi menjadi menarik bagi masyarakat industri karena fraksi biaya energi dalam biaya operasi cukup tinggi. Penghematan energi sebesar 10-20 % mudah diperoleh dengan cara perbaikan prosedur operasi dan pemeliharaan. Penghematan energi yang lebih besar hingga 20 30 % dapat diperoleh jika dilakukan perbaikan atau modifikasi. Fakta di beberapa perusahaan menunjukkan bahwa biaya energi tidak terkontrol dengan baik dan pasrah saja terhadap keadaan yang terjadi. Kunci sukses dari management energi adalah adanya sistem pengelolaan energi. I. PENDAHULUAN Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air di didihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik. Sistem boiler terdiri dari : sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem. Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air umpan adalah : (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas 35

buang, secara tipikal efisiensi keseluruhan sistem uap adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Rugi-rugi Energi Sistem Distribusi Uap Tipikal a. TUJUAN PENULISAN Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi petugas energi atau operator yang ingin mamahami prinsip - prinsip penghematan energi pada sistem Boiler. b. BATASAN MASALAH Tulisan ini akan dibatasi pada bagaimana III.2.5.1.1.1.1.1 melakukan efisiensi pada sistem Bolier. II. FAKTOR BERPENGARUH PADA EFISIENSI BOILER Efisiensi suatu boiler berkaitan dengan factor - faktor operasi seperti : efisiensi pembakaran dan kwalitas manajemen air umpan (feed water) boiler. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing faktor operasi tersebut terhadap efisiensi boiler. Efisiensi Pembakaran Manajemen pembakaran pada boiler dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi pembakaran suatu bahan bakar yang 36 optimum. Kegiatan utama dalam manajemen pembakaran adalah : Menjaga agar pembakaran selalu berada pada ratio udara rendah (low air ratio combustion) Menjaga agar kapasitas burner beroperasi sesuai dengan beban boiler; Memelihara (maintenance) burner. Ratio udara pembakaran Pembakaran sempurna dapat terjadi bilamana jumlah udara pembakaran yang dipasok ke ruang bakar berlebih dari kebutuhan teoritis (stoichiometric). Namun apabila udara lebih (excess air) tersebut dibuat terlalu banyak maka jumlah gas buang (exhaust gas) hasil pembakaran menjadi besar dan akibatnya energi sensibel gas buang atau biasa disebut energi hilang ke stack (cerobong) jumlahnya menjadi besar. Dalam praktek sehari-hari operator umumnya mengartikan pembakaran tidak sempurna dengan munculnya asap hitam pada cerobong. Asap hitam sering dipahami sebagai pembakaran tidak sempurna atau pemborosan bahan bakar, sebaliknya gas buang yang tampak bersih

(tanpa asap/karbon) diartikan sebagai pembakaran sempurna. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pengertian sesungguhnya dari efisiensi pembakaran dan panas sensibel gas pembakaran melalui cerobong belum dipahami secara benar oleh kalangan praktisi. Energi sensibel gas pembakaran sebagai fungsi dari suhu dan excessair haruslah dipahami secara benar jika ingin menerapkan konsep efisiensi dalam sistem pembakaran yang ada. Bila temperatur stack gas keluar dari boiler dapat dibuat rendah dan persentase excess air pada udara pembakaran dibuat sesedikit mungkin, berarti kita berhasil mengurangi rugi-rugi energi melalui gas buang. Dengan kata lain efisiensi pembakaran meningkat menjadi optimal. Uraian di atas pada hakekatnya ingin menjelaskan bahwa energi pada suatu sistem pembakaran dapat dihemat dengan cara mudah; yaitu dengan mengurangi suhu gas buang dan persentase udara lebih. Udara lebih atau excessair sering dinyatakan dengan rasio udara. Rasio udara adalah perbandingan antara udara pembakaran aktual dengan udara pembakaran teoritis. Rasio udara dapat diketahui dengan cara mengukur kadar oxygen (O 2 ) pada gas buang dengan gas analizer dan data hasil pengukuran digunakan untuk menghitung rasio udara dengan persamaan berikut : RasioUdara 21/(21 O2%) Prosentase oxygen (O 2 ) dalam gas buang diukur dengan menggunakan gas analizer portable yang saat ini telah tersedia di pasaran dengan harga yang terjangkau (gambar 2). Kedua parameter operasi (rasio udara dan suhu gas buang) dalam prekteknya dengan mudah dapat dikontrol dan hasilnya segera dapat diperoleh. Gambar 2 : gas analizer portable Contoh : Suhu gas buang hasil pengukuran pada stack gas menunjukkan 600 o C dan hasil pengukuran komposisi gas buang (O 2 & CO 2 ) menghasilkan ratio udara adalah 1.6, dari grafik 1 energi sensibel yang terdapat pada gas buang ke cerobong sebesar 36% dari energi input. Jika ratio udara diturunkan misalnya dari 1,6 menjadi 1,3 maka jumlah energi hilang melalui gas buang akan turun dari 36% menjadi 30%. Ini berarti dengan hanya pengurangan ratio udara dari 1,6 menjadi 1,3 mengakibatkan energi terbuang melalui cerobong berkurang sebesar (36-30) % atau sama dengan 6%. 37

Berkurangnya rugi-rugi energi melalui cerobong berarti penghematan bahan 6 bakar pada boiler sebesar : = 7 0.85 %, angka 0,85 adalah efisiensi boiler. Grafik 1 : Panas Hilang ke Cerobong vs Rasio Udara Perhatikanlah kembali gafik 1, semakin rendah temperatur gas pembakaran semakin sedikit energi terbuang, demikian juga rasio udara, semakin rendah persentase ratio udara semakin sedikit energi yang terbuang, atau dengan kata lain efisiensi pembakaran semakin meningkat. Secara teoritis penghematan maksimal terjadi pada rasio udara sama dengan 1,tetapi dalam praktek, apabila rasio udara dibuat 1, maka bahan bakar cendrung tidak terbakar sempurna yang ditandai dengan munculnya CO dan atau asap hitam dalam gas buang seperti tampak pada grafik 1. Penurunan rasio udara yang terlalu banyak akan berakibat menurunkan efisiensi dan disamping itu juga cendrung menimbulkan munculnya gas CO pada gas buang yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu rasio udara harus dijaga selalu berada pada tingkat optimal seperti tertera pada tabel 1. Tabel 1 : Excess Air dan O 2 Optimum pada Gas Buang berbagai Bahan Bakar Bahan Bakar Optimum Excess Air % Optimum O 2 pada Stack Gas % Batubara 20 25 4 4,5 Biomassa 20 40 4-6 Stoker firing 25 40 4,5 6,5 BBM 5 15 1-3 Gas Bumi/LPG 5 10 1-2 Black Liquor 5 10 1-2 Pembakaran optimal didapat dengan mengatur rasio udara yaitu mengatur perbandingan udara dan bahan bakar. Dalam praktek pengaturan rasio udara pada sistem pembakaran/burner harus dilakukan secara perlahan-lahan dengan berpedoman pada hasil monitoring kadar O 2 dan index asap (karbon) gas buang yang ditunjukkan pada gas analisis. Bila hasil pengukuran pada gas buang menunjukkan adanya asap (karbon) atau CO, ini berarti batas rasio udara optimum telah dilewati, sehingga pengurangan ratio udara pembakaran tidak mungkin lagi dilakukan ke tingkat yang lebih rendah. 38

Dengan kata lain batas ratio udara optimum telah dilewati sebagaimana tampak pada grafik 2. Grafik 2 : Pembakaran tidak sempurna terjadi pada rasio udara rendah Jalaga (Boiler Soot) Jelaga timbul pada sisi api bidang pemanas boiler menghalangi perpindahan panas. Jika perpindahan panas ke air boiler berkurang, panas yang terbawa gas buang ke cerobong menjadi bertambah seperti tampak pada table 2, jelaga hanya setebal 1/32 inch atau 0,78 mm akan mengurangi efisiensi boiler sekitar 2.5 %. Bahan deposit dari bahan bakar umumnya terdiri dari Jalaga hitam. Untuk boiler kecil, bahan deposit ini mudah dibersihkan dengan menggunakan sikat. Bahan bakar kwalitas rendah seperti residual oil akan menimbulkan endapan atau deposit pada sisi gas yang lebih serius. Bahan bakar padat seperti batubara dan kayu menghasilkan deposit berbasis ash slag dan jika tidak segera dibersihkan akan menjadi meleleh dan menjadi lapisan isolasi glas yang sulit disingkirkan. Pada boiler pipa api deposit dapat dibersihkan dengan uap bertekanan tinggi. Soot blowing dengan menggunakan uap dilakukan secara regular paling tidak sekali setiap shift. Penyebab jelaga yang paling umum adalah excess air yang terlalu rendah, burner rusak/kotor atau persiapan bahan bakar yang salah. Dengan pembersihan teratur permukaan bidang pemanas boiler dapat mengurangi biaya operasi boiler. Untuk bahan bakar gas dengan burner yang baik jelaga tidak terjadi namun demikian pipa pemanas boiler tetap harus diinspeksi dan dibersihkan paling tidak setahun sekali. Penurunan efisiensi bioler akibat Soot Deposits dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 : Penurunan efisiensi bioler akibat Soot Deposits III.2.6 Penurunan Efisiensi Boiler akibat Soot Deposits Boiler Efficiency Reduction (%) Soot Layer Thickness, inches 1/32 1/16 1/8 2.5% 4.5% 8.5% Manajemen Air Umpan Boiler Air umpan (feed water) boiler umumnya mengandung CaCO 3 atau CaCO 4. Adanya zat tersebut menyebabkan permukaan pipa pemanas maupun drum boiler cenderung terbentuk kerak dan bagian bawah drum boiler akan muncul endapan berupa lumpur. 39

pada boiler tidak dapat terealisasi. Pada grafik 3 tampak hubungan antara tebal kerak dengan pemborosan energi. Semakin tebal kerak maka semakin besar konsumsi bahan bakar. Untuk itu pemeliharaan/pembersihan pada sisi air boiler perlu dilakukan misalnya dengan cara mekanis maupun dengan zat kimia (lihat gambar 3). Grafik 3 : Pemborosan Bahan bakar vs kerak pada sisi air pipa boiler Bila keadaan ini berlangsung lama, maka jumlah kerak dan lumpur semakin bertambah sehingga menghalangi proses perpindahan panas dari gas pembakaran ke air/uap. Jika kondisi ini terjadi meskipun manajemen pembakaran telah berhasil diterapkan, maka efisiensi energi optimal Pengaruh kerak terhadap proses perpindahan panas (gambar 4) terlihat perbedaan antara pipa yang bersih (A) dan pipa yang berkerak (pipa B), dimana Pipa A mampu menyalurkan panas 600 C menjadi 500 C terjadi kehilangan panas 100 C, sedangkan pipa B menyalurkan panas 800 C menjadi 500 C terjadi kehilangan panas 300 C. Gambar 3 : Pemeliharaan Boiler Untuk Meningkatkan Efisiensi 40

Gambar 4 : Pengaruh kerak terhadap proses perpindahan panas Timbulnya kerak dan lumpur di dalam boiler dapat dicegah dengan cara melunakkan terlebih dahulu air umpan yang dikenal dengan water softener. Proses air menjadi uap pada boiler menyebabkan kotoran seperti CaCO 3 dan CaCO 4 terbentuk, zat/kotoran ini tidak ikut menguap tetapi tertinggal dan konsentrasinya bertambah terus dalam air boiler. Konsentrasi kotoran yang semakin tinggi harus dihindari agar kerak tidak terbentuk pada permukaan boiler. Menghindari peningkatan konsentrasi kotoran adalah dengan pengurasan atau Blowdown boiler. Blowdown adalah tindakan pengurasan kotoran/endapan dari dalam boiler, tetapi pengurasan ini hendaknya dilakukan sesuai keperluan, karena bila jumlah Blowdown berlebih maka energi hilang akan bertambah melalui Blowdown. Jumlah Blowdown diketahui dari kwalitas air umpan dan air boiler, oleh karena itu air boiler harus dianalisa secara periodik. Kwalitas air boiler ditentukan oleh pembuat boiler sebagai standard operatingprosedur yang harus diterapkan. Kwalitas air umpan boiler dapat dihitung dengan mengetahui konsentrasi chlorides (CaCO 3 dan CaCO 4 ) di dalam air umpan/boiler atau dengan mengukur konduktivitas electric air boiler tersebut. Jumlah Blowdown dihitung dari konsentrasi chlorides atau konductivitas electric yang dibolehkan dalam air umpan adalah sebagai berikut : a X 100% ------------ 1) b X = Jumlah Blowdown (%). a = Konsentrasi chlorides/konduktivitas electric dalam air umpan boiler (TDS air umpan). b = Selisih konsentrasi chlorides/konductivitas electric air boiler yang diizinkan dan air umpan ( TDS yang diijinkan TDS air umpan boiler). Blowdown dinyatakan dalam persen air umpan (%), sehingga dalam periode tertentu dapat dihitung berdasarkan laju aliran air umpan boiler dikalikan dengan harga X dari persamaan -------1). Kesalahan dalam pengelolaan air boiler dapat berakibat fatal sebagaimana tampak pada gambar 5. 41

Gambar 5 : Akibat managemen air boiler tidak sesuai kecelakaan fatal III. PENUTUP Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secukupnya tentang penghematan pada sistem boiler, sehingga bermanfaat bagi pengguna Boiler. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan sumbangan pada program penghematan energi pada boiler dan dapat disempurnakan lagi dengan masukanmasukan dari pembacanya. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan tulisan ini diwaktu mendatang. DAFTAR PUSTAKA A. J. Glassman, 1994, Turbine Design and Application, National Aeronautics and Space Administration Washington, DC 20546. B.H. Jennings & W.L. Rogers, 1953, Gas Turbine Analysis And Practice. Cross, W., The Code : An Authorized History of the ASME Boiler and Pressure Vessel Code, American Society of Mechanical Engineers, New York, New York, 1990. Greene, A.M., History of the ASME Boiler and Pressure Vessel Code, American Society of Mechanical Engineers, New York, New York, 1995. Heinz, B. and Singh, M., Steam Turbines Design, Applications and Rerating, 2nd Edition, McGraw Hill, 2009. Tony Giampaolo, MSME, PE, 2003, The Gas Turbine Handbook: Principles and Practices, 3 rd edition, by The Fairmont Press. Inc. 700 Indian Trail, Lilburn, GA 30047. 42