MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 15 Nomor ISSN INOVASI MESIN PENGERING PAKAIAN YANG PRAKTIS, AMAN DAN RAMAH LINGKUNGAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Peningkatan Waktu Pengeringan dan Laju Pengeringan Pada Mesin Pengering Pakaian Energi Listrik

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

PENGARUH KIPAS TERHADAP WAKTU DAN LAJU PENGERINGAN MESIN PENGERING PAKAIAN

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN KONDENSOR MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AIR CONDITIONER ½ PK SIKLUS UDARA TERTUTUP

KARAKTERISTIK MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AC (AIR CONDITIONER) DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP SISTEM UDARA TERBUKA

Pengaruh Adanya Kipas yang Mengalirkan Udara Melintasi Kondensor terhadap COP dan Efisiensi Mesin Pendingin Showcase

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DUA BUAH PENUKAR KALOR DAN SEPULUH LAMPU 25 WATT SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN DAN KALOR UNIT PENGKONDISIAN UDARA DAIHATSU XENIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

METODE PENGERINGAN HEMAT ENERGI

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN DUA BUAH PENUKAR KALOR SKRIPSI

MESIN PENGERING SEPATU DENGAN UDARA BUANG YANG DIMANFAATKAN UNTUK PENGERING SEPATU SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGERING KAOS KAKI DENGAN MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP SKRIPSI

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI LISTRIK 1711 WATT

BAB IV METODE PENELITIAN

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN SIKLUS KOMPRESI UAP DIBANTU DENGAN SATU PENUKAR KALOR DAN 10 LAMPU 25 WATT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS BEBAN PENDINGIN PADA RUANG KULIAH PRODI NAUTIKA JURUSAN KEMARITIMAN

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

BAB II LANDASAN TEORI

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM TERTUTUP DENGAN MENGGUNAKAN DAYA LISTRIK 1122 WATT

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

ANALISA EKSERGI SISTEM POMPA PANAS PENGERING PAKAIAN KAPASITAS 7 KG PADA AC ¾ PK. Jl. Tamansiswa No. 261 Palembang *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN KOMPRESOR DAN PIPA KAPILER UNTUK MESIN PENGERING PAKAIAN SISTEM POMPA KALOR DENGAN DAYA 1 PK SKRIPSI

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

BAB II STUDI PUSTAKA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERFORMANSI MESIN PENDINGIN SALURAN UDARA SERBAGUNA MENGGUNAKAN REFRIGERANT R-22

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

BAB III LANDASAN TEORI

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

ANALISA PEFORMANSI SISTEM PENGERING DALAM PROSES LOUNDRY DENGAN MEMVARIASIKAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

Transkripsi:

Banjarmasin, 7-8 Oktober 215 MESIN PENGERING PAKAIAN ENERGI LISTRIK DENGAN MEMPERGUNAKAN SIKLUS KOMPRESI UAP PK Purwadi 1,a*, Wibowo Kusbandono 2,b 1, 2 Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia a pur@mailcity.com, b kusbowo@yahoo.co.id Abstrak Pada saat musim hujan mengeringkan pakaian dengan energi matahari tidak dapat dihandalkan. Perlu alternatip lain, salah satunya adalah dengan mempergunakan energi listrik. Dengan energi listrik, proses pengeringan dapat dilakukan kapan saja dan relatip memerlukan waktu pengeringan yang tetap. Tujuan dari penelitian ini selain membuat mesin pengering pakaian dengan energi listrik juga ingin mengetahui beberapa karakteristik mesin pengering yang telah dibuat. Mesin pengering energi yang diuji pada penelitian ini dalam bekerjanya mempergunakan siklus kompresi uap dan mempergunakan daya listrik sekitar 1 watt. Komponen mesin pengering terdiri dari : kompresor, evaporator, kondensor, pipa kapiler dan filter, dengan fluida kerja refrigeran R22. Untuk mengalirkan udara, diperlukan kipas angin. Mesin pengering dirancang untuk kapasitas 2 pakaian dan bekerja dengan sistem tertutup. Ukuran ruang pengering : cm x 12 cm x 1 cm. Saat pengeringan, kondisi pakaian digantung pada hanger yang ada di dalam lemari pengering. Pakaian yang diuji adalah batik ukuran XL. Penelitian memberikan hasil (a) mesin pengering dapat bekerja dengan baik (b) Bila tanpa beban, mesin pengering mampu mengkondisikan udara di dalam lemari pengering pada suhu udara kering (T db ): 57,1, dan suhu udara basah (T wb ): 2. Untuk mengeringkan 2 batik basah hasil perasan tangan memerlukan waktu sekitar 115, sedangkan untuk mengeringkan 15 batik hasil perasan tangan memerlukan waktu sekitar 9. Untuk mengeringkan 2 pakaian batik basah hasil perasan mesin cuci memerlukan waktu sekitar 55. Kata kunci : mesin pengering pakaian, sistem tertutup, refrigeran 1. Pendahuluan a. Latar Belakang Kerugian penggunaan energi matahari untuk proses pengeringan pakaian adalah, tidak dapat dihandalkan ketika musim hujan tiba. Bagi pelaku bisnis seperti jasa laundry, mengandalkan proses pengeringan pakaian dengan energi matahari, mengandung resiko cukup besar, meskipun di sisi lain memberikan keuntungan, selain energi matahari tersedia melimpah dan gratis, jumlah pakaian yang dapat dikeringkan dalam selang waktu tertentu juga tidak terbatas. Dengan demikian dibutuhkan peralatan pengering alternatip yang mampu mengeringkan pakaian dengan energi lain saat matahari tidak dapat dihandalkan. Di pasaran sebagian besar mesin pengering pakaian mempergunakan energi LPG. Kerugian penggunaan LPG adalah gas hasil pembakaran LPG dapat mencemari pakaian yang dikeringkan dan kurang begitu ramah lingkungan, karena menghasilkan gas buang. Selain itu juga suhu udara yang dipergunakan untuk mengeringkan pakaian relatip tinggi, sehingga dapat memperpendek umur pakaian. Persiapan untuk melakukan proses pengeringan pakaian juga relatip ribet. Penggunaan energi listrik, selain mampu memberikan pakaian yang relatip bersih, juga suhu udara yang dipergunakan untuk mengeringkan relatip tidak tinggi dibandingkan dengan LPG, sehingga tidak begitu merusak pakaian.

Banjarmasin, 7-8 Oktober 215 Beberapa penelitian terkait mesin pengering pakaian dengan energi listrik sudah pernah dilakukan. Diantaranya mempergunakan siklus kompresi uap, baik dengan sistem terbuka maupun sistem tertutup. Berangkat dari persoalan ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang mesin pengering pakaian sistem tertutup dengan energi listrik dan mempergunakan siklus kompresi uap di dalam bekerjanya. mesin. Setelah udara dikondisikan mesin, udara dikembalikan ke lemari pengeringan. udara balik 2. Dasar Teori a d b c lemaripen gering kondensor Pipa kapiler evaporator kompreso r r a. Siklus kompresi uap Siklus kompresi uap tersusun atas beberapa proses :(a) proses kompresi, yang berlangsung di kompresor (b) proses penurunan suhu dan kondensasi, yang berlangsung di kondensor (c) proses penurunan tekanan, yang berlangsung di pipa kapiler dan (e) proses pendidihan, yang berlangsung di evaporator. Proses kompresi uap dapat ditambah dengan proses pendinginan lanjut dan pemanasan lanjut. Gambar 1, menyajikan skematik mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap dan Gambar 1 Skematik mesin yang bekerja dengan siklus kompresi uap b. Mesin Pengering pakaian Gambar 2 menyajikan skematik dari mesin pengering pakaian sistem tertutup. Pada sistem tertutup, udara yang telah dipergunakan untuk proses pengeringan pakaian di lemari pengering, dipergunakan lagi untuk proses pengeringan sehingga udara disirkulasikan kembali ke ruang udara balik Gambar 2 Skematik Mesin Pengering. a. evaporator b. pipa kapiler c. kondensor d. kompresor. Udara yang dipergunakan untuk proses pengeringan disirkulasikan oleh kipas yang ditempatkan diantara kompresor dan kondensor. Udara dari lemari pengering pakaian disirkulasikan berturut turut melewati evaporator, kompresor dan kondensor, kemudian kembali masuk ke lemari pengering pakaian. Kondisi udara masuk ruang pengering memiliki suhu yang cukup tinggi dan kering (atau memiliki kelembaban rendah). Suhu udara yang cukup tinggi dikarenakan adanya kalor yang diberikan kompresor dan kondensor ke udara. Pada saat bekerja suhu casing kompresor cukup tinggi, demikian pula dengan kondensornya. Kelembaban udara yang cukup rendah karena uap air yang ada di udara diembunkan oleh evaporator. Udara bersuhu cukup tinggi dan kering ini mempunyai potensi untuk mengeringkan pakaian basah yang ada di lemari pengering. Pakaian basah yang akan dikeringkan digantung dengan hanger di ruang pengeringan.. Metodologi Penelitian

a. Mesin yang diteliti Mesin yang diteliti memiliki skematik seperti pada Gambar 2, dengan spesifikasi komponen komponen mesin sebagai berikut: Ukuran lemari pengering : cm x 12 cm x 1 cm Mesin kompresi uap tersusun atas : 2 buah kompresor, @ 1 pk, jenis rotari, 2 buah evaporator, @ 1 pk, jenis pipa U bersirip, 2 buah kondensor, @ 1 pk, jeni pipa U bersirip, pipa kapiler dari tembaga d :,2 inch, panjang : cm. Tekanan evaporator sekitar : 51,7 psig dan tekanan kerja kondensor sekitar : psig. Kipas angin 2 buah, @ 54 watt (diletakkan sebelum kondensor). Refrigeran: R22. b. Variasi penelitian Penelitian dilakukan dengan memvariasikan jumlah hasil perasan tangan: (a) 5 dan (b) 2. Selain itu juga dilakukan pengeringan 2 hasil perasan dengan mesin cuci. Baju yang dikeringkan adalah batik ukuran XL. c. Cara pengambilan data Penelitian dilakukan di laboratorium. Pengambilan data suhu kering dan suhu bawah Perlakuan Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 215 dilakukan dengan thermometer basah dan thermometer kering. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan, menghasilkan mesin pengeringyang dapat bekerja dengan baik secara terus menerus tanpa terjadi hambatan dan gangguan. Suhu kerja evaporator mampu mengembunkan uap air dari udara yang melewatinya dan kompresor mampu memberikan kenaikan suhu udara,demikian juga dengan kondensor. Udara yang melewati evaporator, berasal dari lemari pengering pakaian. Udara disirkulasikan secara terus menerus oleh kipas angin yang berada diantara kompresor dan kondensor. Bila tanpa beban, suhu udara kering yang tercipta di dalam lemari pengeringpakaian sekitar 57,1 dengan suhu udara basah sekitar 2. Pada saat penelitian dilakukan, suhu udara luar relatif stabil pada suhu 27,, dengan suhu udara basahsekitar 24,1. Hasil penelitian disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 disajikan pula, hasil pengeringan yang dilakukan dengan mempergunakan panas dari energi matahari Tabel 1 Data hasil penelitian mesin pengering pakaian sistem tertutup Jum -lah Massa total awal kering, Massa pakaian basah setelah mengalami proses pengeringan selama t, 9 Menit 12 Massa air keluar dari selama proses pengeringa n Tanpa beban - - - - - - - Perasan tangan 2 4 717 Perasan tangan 15 227 555 Perasan mesin cuci Energi matahari* 2 4 48 2 4 717 595 2 417 5 7 589 8 458 4 29 1 1 45 49 5 225 9 298 Δm, 419-9 - - 152 91 Kondisi udara luar Tdb o, C, 7 Twb Kondisi udara dalam ruang pengering Tdb, Twb, 24,1 57,1 2 24,1 51,9 1, 24,1 54,1 1,8 24,1 41,9 2,8 27,8 - -

Banjarmasin, 7-8 Oktober 215 *pengeringan pakaian basah yang dilakukan dengan sinar matahari (12. WIB s.d selesai), cuaca cerah pada bulan Juli 215, pada ke 15, berat pakaian basah : 14. 8 7 5 4 2 1 2 4 8 1 12 waktu, t 2 pakaian 15 pakaian Gambar Proses pengeringan pakaian selama 12. Kondisi udara di dalam lemari pengering sebelum penelitian dilakukan, memiliki kondisi yang sama dengan kondisi udara luar, rata rata sekitar T dw : 27, dan T wb : 24,1. Ketika mesin bekerja, kondisi udara di setiap posisi berubah terhadap waktu sesuai dengan posisi di mana udara berada. Kondisi udara di posisi setelah evaporator dapat mencapai suhu udara kering sekitar 7. Kondisi udara masuk lemari pengeringdapat mencapai suhu udara kering sekitar -.. Dengan kondisi udara masuk seperti ini, kondisi udara di dalam lemari pengering (tanpa beban) mampu mencapai suhu sekitar T dw 57 dan T wb 2. Hal ini disebabkan karena kondisi udara setelah melewati evaporator, udara dilewatkan terlebih dahulu melalui kompresor dan kondensor. Pada saat kompresor dari mesin siklus kompresi uap bekerja, rumah kompresor menjadi panas. Kompresor melepas kalor ke udara karena suhu rumah kompresor lebih tinggi dari suhu udara yang melewatinya. Demikian juga yang terjadi dengan kondensor. Ketika kondensor bekerja, kondensor membuang kalor ke udara yang melewatinya. Kalor yang dilepaskompresor mampu menaikan suhu udara kering setelah melewati evaporator dari 7 menjadi sekitar 8. Suhu udara ini kemudian meningkat lagi menjadi sekitar - setelah melewati kondensor. Dengan kondisi udara masuk ke lemari pengering seperti ini, kondisi udara di dalam lemari pengering pada saat tanpa beban dapat mencapai suhu udara kering sekitar 57, dengan suhu udara basah sekitar 2. Pada saat lemari pengering bekerja dengan beban atau ada pakaian yang basah yang akan dikeringkan di dalam lemari pengering, kondisi udara yang dihasilkan di dalam lemari pengering berbeda dengan ketika tanpa beban. Suhu udara kering yang dicapai lebih rendah dibandingkan dengan tanpa beban, dan suhu udara basah yang dicapai lebih tinggi dibandingkan tanpa beban, atau kelembaban yang udara yang dimiliki menjadi lebih tinggi. Penurunan suhu udara kering disebabkan karena adanya sedotan kalor dari udara yang dipergunakan untuk memanaskan pakaian dan

Banjarmasin, 7-8 Oktober 215 juga untuk menguapkan air yang ada di dalam pakaian, saat udara mengeringkan dan memanaskan pakaian. Sedangkan kenaikan kelembaban udara, disebabkan karena kandungan uap air yang ada di udara bertambah. Pertambahan ini disebabkan karena ada perpindahan massa air dari pakaian ke udara. Dari Tabel di 1 dapat disimpulkan bahwa waktu yang diperlukan untuk mengeringkan pakaian bergantung pada massa awal pakaian basah. Semakin pakaian dalam kondisi basah, semakin memerlukan waktu yang lama untuk proses pengeringannya. Waktu tercepat yang diperlukan untuk mengeringkan jika massa awal pakaian basah dilakukan dengan pemerasan mesin cuci. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan 2 pakaian basah hasil perasan mesin cuci hanya sekitar 55, lebih cepat dibandingkan dengan massa awal pakaian basah yang dilakukan dengan cara perasan tangan. Waktu yang diperlukan untuk mengeringkan 2 pakaian basah hasil perasan tangan selama 115, dan untuk 15 pakaian basah hasil perasan tangan selama 9. Dibandingkan dengan pengeringan energi matahari, mesin pengering ini memiliki waktu mengeringkan yang lebih cepat. Pengeringan dengan energi matahari memerlukan waktu sekitar jam, untuk 2 pakaian basah hasil perasan tangan. Pada pengujian ini, pengeringan dilakukan selama 2 jam, karena massa pakaian yang dikeringkan telah mencapai massa pakaian sebelum pakaian dibasahi. Bila massa awal pakaian basah yang akan dikeringkan telah diketahui, Gambar dapat dipergunakan untuk menentukan waktu yang diperlukan untuk mengeringkan pakaian. Oleh karenanya, untuk mendapatkan kecepatan pengeringan yang tinggi, massa awal pakaian basah dapat dibuat seminimal mungkin. 5. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Mesin pengering dapat bekerja dengan baik, bila tanpa beban mampu menghasilkan kondisi udara di dalam lemari pengering pakaian, dengan suhu udara kering : 57,1 dan suhu udara basah 2 2. Mesin pengering mampu mengeringkan pakaian basah hasil perasan tangan dalam waktu sekitar 115 untuk 2 batik ukuran XL dan dalam waktu sekitar 9 untuk 15 batik.. Mesin pengering mampu mengeringkan pakaian basah hasil perasan mesin cuci dalam waktu sekitar 55 untuk 2 batik ukuran XL. b. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini: 1. Untuk mempercepat proses pengeringan, suhu udara keluar kondensor yang akan masuk ke ruang pengering dapat dibuat lebih tinggi dengan menambahkan peralatan penukar kalor yang mampu menaikkan suhu udara. 2. Penelitian dapat dikembangkan dengan mempergunakan refrigeran yang ramah lingkungan. Daftar Pustaka [1] Balioglu, et al., 21, Heat Pump Laundry Dryer Machine, Patent Aplication Publication, Pub. No. : US 21/4745 A1, Feb. 28, 21. [2] Mitsunori T, et al., 21, Dehumidifying and heating apparatus and clothes drying machine using the same, European Patent specification, EP 2 48 948 B1, 27.11.21. [] Stoecker, WF, Jones, JW, 1982, Refrigeration and Air Conditioning.