BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPETENSI GURU. Kata kunci : kompetensi guru, peran kepala sekolah. A. Pendahuluan

KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKANNYA. Elfayetti 1

KOMPETENSI GURU DAN PERANAN KEPALA SEKOLAH. Inom Nasution 1 ABSTRAK

Empat Kompetensi Dasar Guru 1. PENGERTIAN Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB I KOMPETENSI DAN RANAH KOMPETENSI GURU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

MAKALAH. Oleh: Muhammad Nursa ban 2 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

KODE ETIK GURU INDONESIA

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya proses pembelajaran. Pendidikan nasional diarahkan untuk. masalah hidup, serta membentuk manusia kreatif dan inovatif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seiring dengan perbaikan kesejahteraan yang diberikan pemerintah terhadap guru,

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: UPAYA PEMBINAAN KOMPETENSI GURU DAN CALON GURU

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMAN) 105 JAKARTA Adventina Krismastyanti Program Sarjana, Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Bab V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu:

PEMBINAAN GURU DALAM PENYUSUNAN KARYA TULIS SEBAGAI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESI PENDIDIK

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

URGENSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME. Nurdin Hidayat STKIP-PGRI Bandar Lampung ABSTRAK

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

Saiful Bahri, Supervisi Akademik...

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dalam pasal 3 telah ditegaskan fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Standar Proses Pembelajaran. Standar Isi. Lulusan. Peserta didik. Lingkungan. Standar Pembiayaan. Standar Sar. & Pras.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

Transkripsi:

BAB VII KOMPETENSI GURU DAN PERAN KEPALA SEKOLAH Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional terus-menerus berupaya melakukan perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan, yaitu berkaitan dengan faktor guru. Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, merupakan kebijakan pemerintah yang di dalamnya memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Fullan yang dikutip oleh Law & Glover (2000) mengemukakan Educational change depends on what teachers do and think. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada what teachers do and think atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru. Danim (2002) mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajad penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru. Bagian ini akan memaparkan tentang apa itu kompetensi guru dan upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dilihat dari peran kepala sekolah, dengan harapan tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi para guru maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan. 123

7.1 Hakekat Kompetensi Guru Apa yang dimaksud dengan kompetensi itu? Moqvist (2003, dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan bahwa competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Holmes (1992, dalam Sudrajat, 2008) menyebutkan bahwa: A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behaviour or outcome which a person should be able to demonstrate. Dari kedua pendapat di atas diperoleh benang merah bahwa kompetensi merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan (be able to do) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang seyogyanya dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, maka kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. Raka Joni (dalam Sudrajat, 2008) mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yaitu: 1) Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya. 2) Kompetensi kemasyarakatan; mampu berkomunikasi, baik dengan peserta didik, sesama guru, maupun masyarakat luas. 3) Kompetensi personal; yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. 124

Pendidik dan guru dituntut memiliki seperangkat kompetensi seasas dengan Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 28 PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Empat jenis kompetensi guru yang tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: 1) Kompetensi pedagogik, terdiri dari 7 kompetensi yaitu: (1) Mengenal karakteristik anak didik (2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. (3) Pengembangan kurikulum. (4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik. (5) Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik. (6) Komunikasi dengan peserta didik. (7) Penilaian dan evaluasi. 2) Kompetensi kepribadian, terdiri dari 3 kompetensi yaitu: (8) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. (9) Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan. (10) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru. 3) Kompetensi sosial, terdiri dari 2 kompetensi yaitu: (11) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif. (12) Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat. 4) Kompetensi profesional, terdiri dari 2 kompetensi yaitu: (13) Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. (14) Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan reflektif. 125

Penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak perlu dimiliki tiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang disyaratkan Undang-Undang Guru dan Dosen. Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya. Bahasan ini dikemukakan tanpa bermaksud mengabaikan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Betapa kompetensi kepribadian perlu mendapat perhatian yang lebih. Sebab, kompetensi ini berkaitan dengan idealisme dan kemampuan guru untuk dapat memahami diri sendiri dalam kapasitasnya sebagai pendidik yang memimpin proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru meliputi: 1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum dan norma sosial, merasa bangga sebagai pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja. 3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan perilakunya yang konstruktif patut diteladani peserta didik. Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke segi internal pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian guru. Tampilan kepribadian guru lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran. Pribadi guru yang santun, menghargai dan memanusiakan peserta didik, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai 126

pengaruh nyata pada keberhasilan tiap peserta didik dalam pembelajaran, apapun mata pembelajarannya. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian guru yang: 1) mantap; 2) stabil; 3) dewasa; 4) arif dan bijaksana; 5) berwibawa; 6) berakhlak mulia; 7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8) mengevaluasi kinerja sendiri dan 9) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Sudrajat (2007) menyatakan guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap pada diri guru memberi teladan yang baik terhadap peserta didik maupun masyarakatnya, sehingga guru tampil sebagai sosok yang patut digugu (ditaati nasehat, ucapan dan perintahnya) dan ditiru (dicontoh sikap dan perilakunya). Berarti kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar peserta didik. Zakiah Darajat (Syah, 2001) menegaskan segi-segi kepribadian itulah yang menentukan apakah seseorang menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi peserta didik, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan peserta didik terutama bagi peserta didik SD dan peserta didik yang sedang mengalami gejolak jiwa seperti peserta didik SMP/SMA/SMK). Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologik. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) adalah kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, guru memiliki daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. Surya (Sudrajat, 2007) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri. 127

Gumelar dan Dahyat (Sudrajat, 2007) merujuk pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengutarakan kompetensi pribadi meliputi: 1) Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. 2) Pengetahuan tentang budaya dan tradisi. 3) Pengetahuan tentang inti demokrasi. 4) Pengetahuan tentang estetika. 5) Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial. 6) Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. 7) Setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi kepribadian guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri. Johnson (Sudrajat, 2007) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup: 1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. 2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut guru. 3) Kepribadian, nilai dan sikap hidup yang ditampilkan dalam upaya menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi peserta didik. Di lain pihak, Arikunto (Sudrajat, 2007) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik dan patut diteladani oleh peserta didik. Dengan demikian, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator sikap dan keteladanan guru di hadapan masyarakat terutama para peserta didik. Penonjolan kompetensi kepribadian guru didukung oleh The INTASC Standards (Interstate New Teacher Assessment and Support Consortium, 1992, dalam Depdiknas RI, 2008) yang merupakan model standar yang dipakai sebagai dasar memberi lisensi dan menilai guru-guru baru yang dikembangkan oleh wakil-wakil yang berasal dari kalangan profesi pendidik bersama 17 orang personalia dari dinas pendidikan di Amerika Serikat. Standar ini merangkum intisari pengetahuan dan keterampilan mengajar yang dipersyaratkan bagi para guru baru, yang didasarkan pada kinerja guru melalui mendeskripsikan segi-segi yang perlu dikuasai dan dilaksanakan oleh guru agar memperoleh sertifikat pendidik. Tersedia 10 prinsip sebagai standar 128

yang dirumuskan eksplisit dalam bentuk pernyataan tentang pengetahuan, bekal kepribadian/disposisi dan kinerja guru. The Intasc Standards secara tegas dan jelas menyatakan perlunya memperhatikan bekal kepribadian guru. Dalam hal ini hanya dibahas 2 standar yang menegaskan perlunya guru prospektif memiliki pemahaman tentang kepribadian, yaitu: 1) Intasc Standards, Principle 2: Student Development Pendidik perlu memahami cara peserta didik belajar dan berkembang serta mampu menyediakan peluang belajar yang mendukung perkembangan intelektual, sosial dan pribadi peserta didik. Sebagai indikator kunci adalah bahwa pendidik mampu mengevaluasi kinerja peserta didik serta mampu merancang pembelajaran yang selaras dengan perkembangan sosial, kognitif dan emosional peserta didik. 2) Intasc Standards, Principle 5: Motivation and Management Pendidik perlu mendayagunakan pemahaman mengenai motivasi dan perilaku perseorangan dan kelompok peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendorong berlangsung interaksi sosial yang positif, keterlibatan aktif peserta didik dalam belajar serta memotivasi diri. Sebagai indikator kunci adalah bahwa pendidik: (1) Melibatkan peserta didik ke dalam pembelajaran yang membangkitkan minat-minat peserta didik, memberi keleluasaan kepada peserta didik untuk membuat pilihan-pilihan dalam belajar serta memimpin peserta didik agar mengajukan berbagai pertanyaan dan memecahkan masalah yang bermakna bagi peserta didik. (2) Mengorganisasikan, menyiapkan dan memantau belajar dan bekerja peserta didik secara mandiri dan kelompok yang membuka berbagai peluang bagi seluruh peserta didik agar sepenuhnya berpartisipasi di dalam belajar itu. (3) Menganalisis lingkungan dan interaksi di dalam pembelajaran serta melakukan penyesuaian untuk meningkatkan relasi antar pribadi di kalangan peserta didik, mengembangkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam belajar/bekerja produktif. Berarti, pendidik yang memiliki pemahaman tentang kepribadian dapat mendayagunakan informasi tentang Intasc Standards ini 129

dalam upaya memahami perkembangan sosial, emosional dan kognitif peserta didik. Selanjutnya, wawasan pendidik tentang kepribadian juga sangat berguna untuk memahami motivasi manusia. Sebagai pembanding, dari National Board for Profesional Teaching Skill (2002, dalam Sudrajat, 2008) telah merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan What Teachers Should Know and Be Able to Do, di dalamnya terdiri dari lima proposisi utama, yaitu: 1) Teachers are Committed to Students and Their Learning yang mencakup: (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual peserta didik, (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar peserta didik, (c) perlakuan guru terhadap seluruh peserta didik secara adil, dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berfikir peserta didik. 2) Teachers Know the Subjects They Teach and How to Teach Those Subjects to Students yang mencakup: (a) apresiasi guru tentang pemahaman materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun dan dihubungkan dengan mata pelajaran lain, (b) kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path). 3) Teachers are Responsible for Managing and Monitoring Student Learning yang mencakup: (a) penggunaan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran, (b) menyusun proses pembelajaran dalam berbagai setting kelompok (group setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas keberhasilan peserta didik, (c) menilai kemajuan peserta didik secara teratur, dan (d) sadar tujuan utama pembelajaran. 4) Teachers Think Systematically About Their Practice and Learn from Experience yang mencakup: (a) Guru secara terus-menerus menguji diri untuk memilih keputusan terbaik, (b) guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan riset tentang pendidikan untuk meningkatkan praktek pembelajaran. 130

5) Teachers are Members of Learning Communities yang mencakup: (a) guru memberi kontribusi terhadap efektivitas sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya, (b) guru bekerja sama dengan orang tua orang peserta didik, (c) guru dapat menarik keuntungan dari berbagai sumber daya masyarakat. Intisari ketiga pendapat di atas tidak menunjukkan adanya perbedaan yang prinsip, perbedaannya hanya pada cara pengelompokkannya. Isi rincian kompetensi pedagodik yang disampaikan oleh Depdiknas, menurut Raka Joni sudah teramu dalam kompetensi profesional. Peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin komplek, sehingga menuntut guru untuk melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling menguasai informasi akurat terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di alam global. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didik. Begitu juga, seperti dikemukakan Sudrajat (2008), dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi 131

dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung. 7.2 Konteks Tugas dan Ekspektasi Kinerja Kepala Sekolah, Guru dan Konselor Sekolah Berikut dinyatakan pada Gambar 6, wilayah tugas managemen dan kepemimpinan kepala sekolah, guru mata pelajaran dan guru pembimbing dalam jalur pendidikan formal dipetakan dalam kurikulum 1975. Ketika itu bimbingan dan konseling dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan (Depdiknas, 2008). Gambar 6. Wilayah Tugas Managemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran dan Guru Pembimbing melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal Akan tetapi, dalam Permen Diknas No. 22/2006 tentang Standar Isi, pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilah menjadi 1) kelompok mata pelajaran, 2) muatan lokal, dan 3) materi pengembangan diri, yang harus disiapkan oleh konselor kepada peserta didik seperti Gambar 7. 132

Gambar 7. Kerancuan Wilayah Layanan Konselor dengan Wilayah Layanan Guru dalam KTSP Lahirnya KTSP/Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memunculkan kerancuan peran penanganan layanan pengembangan diri. Perlu dihindari konselor yang tidak menggunakan materi pelajaran sebagai konteks layanan, ke wilayah layanan guru yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks pelayanan. Artinya, pengembangan diri lebih terkait dengan wilayah layanan guru yang mengacarakan berbagai dampak pengiring (nurturant effects) yang relevan, yang perlu dirajutkan ke dalam pembelajaran yang mendidik yang menggunakan mata pelajaran sebagai konteks layanan. Meski demikian, konselor diharapkan berperan serta dalam layanan komplementer dengan layanan guru, termasuk dalam pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler. Persamaan, keunikan dan keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor ditampakkan pada Gambar 7., materi pengembangan diri merupakan wilayah komplementer antara guru dan konselor. 133

Gambar 8. Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan Guru dan Konselor Melalui pemahaman terhadap seluk-beluk perkembangan dan belajar peserta didik serta pemotivasian dan pengelolaan perilaku belajar peserta didik, dapat dilihat kepedulian pada perkembangan optimum peserta didik ditekankan pada segi-segi yang menuntut dikuasainya kompetensi guru, terutama kompetensi kepribadian yang bermuara dari penghormatan pada keunikan dan komplementaritas layanan. 7.3 Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai dari segi jenis maupun isinya agar proses pendidikan berjalan efektif dan efisien. Namun, menjadi guru yang kompeten bukan sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (Sudrajat, 2008) mengemukakan Kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan 134

materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi yang telah dipaparkan di atas. Kepala sekolah dituntut mampu mempengaruhi, mendorong, menggerakkan, mengarahkan dan memberdayakan seluruh sumber daya pendidikan, terutama guru, untuk mencapai tujuan pendidikan. Depdiknas (2006) menyebutkan tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: 1) educator; (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor; (5) leader; (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan. Sejalan dengan tujuh peran kepala sekolah, diutarakan hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru sebagai berikut: 1) Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik) Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum. Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan berusaha memfasilitasi dan mendorong agar guru dapat terus-menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. 2) Kepala Sekolah sebagai Manajer Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberi kesempatan yang luas kepada guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui pendidikan/pelatihan di luar sekolah, seperti kesempatan melanjutkan pendidikan atau ikut berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain. 135

3) Kepala Sekolah sebagai Administrator Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, untuk tercapainya peningkatan kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru. 4) Kepala Sekolah sebagai Supervisor Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004, dalam Sudrajat, 2008). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Jones dkk. (Danim, 2002) mengemukakan Menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sewajarnya kalau guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah. Dari ungkapan ini, mengandung makna kepala sekolah harus betul-betul menguasai kurikulum sekolah. Mustahil kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara ia sendiri tidak menguasainya dengan baik. 136

5) Kepala Sekolah sebagai Leader (Pemimpin) Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Wiyono (2000, dalam Sudrajat, 2008) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Kepemimpinan seseorang berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin tercermin dalam sifat berikut: (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, (7) teladan (Mulyasa, 2003 dalam Sudrajat, 2008). 6) Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan tiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip berikut: (1) guru bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada guru sehingga mengetahui tujuan ia bekerja, guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) guru harus selalu diberitahu tiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, 137

sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran. Mulyasa (2003, dalam Sudrajat, 2008) tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator. 7) Kepala Sekolah sebagai Wirausahawan Dalam menerapkan prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran peserta didik beserta kompetensi gurunya. Seberapa kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung maupun tidak langsung memberi kontribusi pada peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya membawa dampak pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah. 138