PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

dokumen-dokumen yang mirip
MEKANISME KERUNTUHAN LERENG TEGAK DAN TEKNIK PERKUATANNYA DENGAN GEOTEKSTIL

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

TINJAUAN PUSTAKA Pola Keruntuhan Akibat Pondasi Dangkal di Tanah Datar

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

PENGARUH VARIASI JUMLAH LAPIS DAN JARAK ANTARLAPIS VERTIKAL GEOTEKSTIL TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN LERENG PASIR KEPADATAN 74%

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

ANALISIS STABILITAS BENDUNGAN SELOREJO AKIBAT RAPID DRAWDOWN BERDASARKAN HASIL SURVEY ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY (ERT)

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

BAB IV KRITERIA DESAIN

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE LOWE-KARAFIATH (STUDI KASUS : GLORY HILL CITRALAND)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL

Mekanisme keruntuhan

MEKANIKA TANAH KRITERIA KERUNTUHAN MOHR - COULOMB. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB III LANDASAN TEORI. yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10

PENGARUH BENTUK DASAR MODEL PONDASI DANGKAL TERHADAP KAPASITAS DUKUNGNYA PADA TANAH PASIR DENGAN DERAJAT KEPADATAN TERTENTU (STUDI LABORATORIUM)

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan

ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA

TAHANAN CABUT TULANGAN BAJAPADA TANAH BERPASIR

juga termasuk mempertahankan kekuatan geser yang dimiliki oleh tanah bidang geser dalam tanah yang diuji. Sifat ketahanan pergeseran tanah

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

PENGARUH VARIASI KEPADATAN PADA PERMODELAN FISIK MENGGUNAKAN TANAH PASIR BERLEMPUNG TERHADAP STABILITAS LERENG

III. KUAT GESER TANAH

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

KERUNTUHAN AKIBAT GESER

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE FELLENIUS (Studi Kasus: Kawasan Citraland)

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

STUDI STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH KANTILEVER PADA RUAS JALAN SILAING PADANG - BUKITTINGGI KM ABSTRAK

PREDIKSI SUDUT GESEK INTERNAL TANAH BERDASARKAN SUDUT DILATASI PADA UJI GESER LANGSUNG

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S)

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

PENGARUH PEMBASAHAN BERULANG TERHADAP PARAMETER KUAT GESER TANAH LONGSORAN RUAS JALAN TAWAELI TOBOLI

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

Untuk tanah terkonsolidasi normal, hubungan untuk K o (Jaky, 1944) :

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

KORELASI PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH DENGAN MENGGUNAKAN UJI TRIAKSIAL DAN UJI GESER LANGSUNG PADA TANAH LEMPUNG SUBSTITUSI PASIR

TEKANAN TANAH LATERAL

KORELASI KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJUR SANGKAR DENGAN LUAS PERKUATAN GEOTEKSTIL (STUDI LABORATORIUM) Muhammad. Riza.

BAB 4 HASIL ANALISA PENGARUH GEMPA TERHADAP KONSTRUKSI LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

STABILITAS LERENG (SLOPE STABILITY)

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

SOAL DIKERJAKAN DALAM 100 MENIT. TULIS NAMA, NPM & PARAF/TTD PADA LEMBAR SOAL LEMBAR SOAL DIKUMPULKAN BESERTA LEMBAR JAWABAN.

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN METODE JANBU (STUDI KASUS : KAWASAN CITRALAND)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Analisa Kestabilan Lereng Metode Spencer

Pengaruh Derajat Kejenuhan Terhadap Kuat Geser Tanah (Studi Kasus : di Sekitar Jalan Raya Manado-Tomohon)

PENGEMBANGAN PETA BENCANA LONGSORAN PADA RENCANA WADUK MANIKIN DI NUSA TENGGARA TIMUR

GESER LANGSUNG (ASTM D

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN. Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa

PENGARUH KEDALAMAN GEOTEKSTIL TERHADAP KAPASITAS DUKUNG MODEL PONDASI TELAPAK BUJURSANGKAR DI ATAS TANAH PASIR DENGAN KEPADATAN RELATIF (Dr) = ± 23%

STUDI PERUBAHAN KARAKTERISTIK FISIK, MEKANIK DAN DINAMIK TERHADAP SIKLUS PEMBASAHAN PADA TANAH LERENG DENGAN KEDALAMAN 5-20M DI NGANTANG MALANG

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

BAB II TI JAUA PUSTAKA

Analisis Stabilitas Lereng

KUAT GESER TANAH YULVI ZAIKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAK.TEKNIK UNIV. BRAWIJAYA

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

INFO TEKNIK Volume 5 No. 2, Desember 2004 ( ) Desain Dinding Penahan Tanah (Retaining Walls) di Tanah Rawa Pada Proyek Jalan

Keaktifan lereng adalah proses perpindahan masa tanah atau batuan 1 1. PENDAHULUAN. Ha %

BAB III LANDASAN TEORI

Cara uji geser langsung batu

Transkripsi:

Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Agus Setyo Muntohar * Abstrak: Pengaruh aliran air atau rembesan ke dalam tanah akan mempengaruhi stabilitas lereng. Untuk itu, perlu dilakukan kajian keruntuhan lereng dengan variasi kemiringan lerengnya. Model semi 3-dimensi dibuat berbentuk rangka dengan ukuran 100 cm panjang x 70 cm tinggi x 7 cm lebar. Model lereng dibuat dari pasir dengan kemiringan lereng 30 o, 40 o dan 60 o. Pengujian kuat geser tanah dilakukan pula pada contoh tanah yang mengalami keruntuhan dengan kadar air yang berbeda. Secara umum bahwa kuat geser tanah mengalami penurunan akibat rembesan air. Keruntuhan lereng dengan kemiringan kurang dari 40 o hanya terjadi pada bagian kaki lereng, sedangkan untuk lereng dengan kemiringan lebih besar atau sama dengan 40 o mengalami keruntuhan di sepanjang tinggi lereng hingga puncak lereng. Kata kunci: lereng, rembesan, keruntuhan, metode Culmann, model laboratorium I. PENDAHULUAN Peningkatan tegangan pada lereng termasuk tekanan air pori akan menurunkan stabilitas lereng yang menyebabkan keruntuhan pada lereng. Masalah keruntuhan tanah dijumpai dalam bangunan-bangunan sipil seperti embankment untuk jalan rel dan jalan raya, dan bendungan urugan tanah. Pada permukaan tanah yang tidak horizontal, komponen gravitasi cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar sehingga perlawanan terhadap geseran yang dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang longsornya terlampaui, maka akan terjadi kelongsoran lereng. Untuk itu perlu adanya suatu analisis mengenai kestabilan lereng. Analisis stabilitas lereng merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan pada suatu lereng tanah untuk mengetahui apakah kondisi lereng masih dalam kondisi aman yang berarti lereng tidak mudah longsor, atau kurang aman yang berarti jika lereng terganggu dengan gaya internal atau eksternal yang bekerja pada lereng tersebut maka lereng mudah longsor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mekanisme keruntuhan lereng akibat pengaruh rembesan air ke dalam tanah terhadap keruntuhan lereng. Analisis Stabilitas Lereng dengan Tinggi Terbatas: Metode Culmann Analisis didasarkan pada anggapan bahwa kelongsoran suatu lereng terjadi sepanjang bidang, bila tegangan geser rata-rata yang dapat menyebabkan kelongsoran lebih besar dari kekuatan geser tanah. Disamping itu didang yang paling keritis adalah bidang di mana rasio antara tegangan geser rata-rata yang menyebabkan kelongsoran dengan kekuatan geser tanah adalah minimum (Das,1985; Hardiyatmo, 1992). Pada Gambar 1 suatu lereng dengan tinggi H. Berdasarkan teori Culmann nilai kemiringan talud terhadap bidang horizontal adalah β. Sedangkan AC adalah suatu bidang longsor yang diuji. Dengan memperlihatkan satu kesatuan tebal dari lereng, berat bagian ABC = W, (Das,1985). Dapat dinyatakan dalam persamaaan (1) sebagai berikut : * Agus Setyo Muntohar adalah dosen pada Program Studi Teknik Sipil, Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta Pengaruh Rembesan dan Kemiringan Lereng Terhadap Keruntuhan Lereng 19 (Agus Setyo Muntohar)

Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 B C N a W T a H T r A b q R N r Gambar 1 Analisis lereng dengan metode Culmann (Das, 1985). 1 W ( H )( BC )(1)( ) 2 1 H ( H cotq H cot b ) 2 1 2 sin( b q) H.........(1) 2 sin b.sinq Komponen-komponen W yang tegak lurus dan sejajar terhadap bidang AC dapat dinyatakan dalam persamaan (2) dan (3) berikut ini : 1 2 sin( b q) N a W cosq H cosq 2 sin b sinq........ (2) dan 1 2 sin( b q) T a W sinq H sinq 2 sin b sinq............(3) Tegangan normal (σ) adalah tegangan yang tegak lurus pada bidang, rata-rata bidang bidang AC juga dapat dinyatakan dalam persamaaan (4) dan (5) sebagai berikut : N a N a ( AC) (1) H sinq 1 2 sin( b q) H cosq sin q...(4) 2 sin b(sin q) dan Ta Ta 1 2 sin( b q) 2 H sin q ( AC) (1) H 2 sin b (sinq )...(5) sinq 20 Pengaruh Rembesan dan Kemiringan Lereng Terhadap Keruntuhan Lereng (Agus Setyo Muntohar)

II. METODE PENELITIAN Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji mekanisme keruntuhan lereng tanah granuler akibat infiltrasi air. Penelitian dilaboratorium dirancang menjadi beberapa tahapan yaitu : a. Tahap I : merupakan tahapan pengujian awal bahan yang digunakan yaitu meliputi uji sifat-sifat fisik dan indek tanah (seperti berat jenis, berat volume, dan ukuran partikel tanah). b. Tahap II : yaitu tahapan untuk melakukan uji keruntuhan lereng akibat infiltrasi dan rembesan air ke dalam tanah. Pada tahapan ini diuji pula kadar air pada bagian lereng yang runtuh dan yang tidak runtuh guna mengetahui derajat pembasahan akibat rembesan air. c. Tahap III : merupakan uji kuat geser tanah dengan berbagai variasi kadar air tanah yang dimaksudkan untuk memperkirakan kuat geser tanah pada saat mencapai keruntuhan lereng. Uji kuat geser tanah ini menggunakan uji geser langsung yang mengacu pada ASTM D3080 (ASTM, 2004). a. Bahan Yang Digunakan Bahan utama yang digunakan untuk membuat model lereng adalah pasir sungai yang berasal dari Sungai Progo. Dari hasil pengujian awal diperoleh nilai berat spesifik pasir rata-rata (G s ) adalah 2,93 dengan sebaran data terdistribusi normal seperti pada Gambar 1, sedangkan berat volume kering (γ d ) pasir rata-rata adalah 2,67 g/cm 3. Tanah di lokasi penelitian ini adalah tanah berpasir pasir yang mempunyai distribusi ukuran partikel tanah seperti terlihat pada Gambar 2. Gambar 1 Kurva distribusi ukuran partikel tanah untuk pasir yang digunakan. Untuk pembuatan model lereng, pasir yang akan digunakan adalah pasir yang lolos pada saringan No. 4 (4,75 mm). Berdasarkan kurva distribusi ukuran partikel tanah diatas sebesar 99,6% fraksi pasir dan 0,4% fraksi halus, maka diketahui nilai diameter d 10, d 30, dan d 60 masing-masing adalah 0,199 mm; 0,296 mm; dan 0,387 mm. 21

Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 Nilai koefisien keseragaman, C u = 1,945, dan koefisien kelengkungan C c = 1,138. Menurut USCS (Unified Soil Classification System) maka pasir tersebut diberi simbol SP yaitu pasir bergradasi buruk dan pasir berkerikil, sedikit atau tidak mengandung butiran halus. b. Rancangan Model Laboratorium Alat utama yang digunakan dalam penelitian adalah rangka model semi 3- dimensi. Model semi 3-dimensi dibuat berbentuk rangka dengan ukuran 100 cm panjang x 70 cm tinggi x 10 cm lebar. Pada bagian sisi depan dan belakang diberi dinding dari acrilyc glass tebal 5 mm. Pada bagian belakang, ukuran acrilyc glass yang dipasang adalah tinggi 50 cm dan lebar 100 cm, sedangkan pada bagian depan dipasang dengan ukuran tinggi 50 cm dan panjang 60 cm, seperti terlihat pada Gambar 2 berikut ini. Pasak 100 cm Kerangka kayu Bangkirai Acrylic glass (bagian belakang) Intake air Pipa pori f¼" 20 cm Acrylic glass (bagian depan) Arah aliran air Lubang pori f1~2 mm 50 cm Model lereng granuler 25 cm Baut f ¼ 60 cm Gambar 2 Sketsa model semi-3d untuk pengujian keruntuhan lereng. c. Pembuatan model lereng Lereng tersebut dibuat dalam model semi 3-dimensi di laboratorium dengan skala fisik 1 : 10. Model lereng dibuat dalam tiga kemiringan lereng yang berbeda yaitu 30 o, 40 o, dan 60 o. Tinggi model lereng adalah 25 cm. Lebar bagian bawah model lereng adalah 50 cm, sedangkan lebar bagian atas lereng bervariasi bergantung pada sudut kemiringan lerengnya. Lebar lereng yang ditinjau adalah 7 cm. Model lereng dibuat dari pasir yang dipadatkan pada kondisi 90% dari nilai berat volume keringnya ( d = 2,67 g/cm 3 ) dan kadar air 3%. Sejumlah pasir dicampur dengan 3% air hingga merata. kemudian dimasukan dalam model pengujian hingga membentuk lereng dengan kemiringan yang diinginkan, seperti terlihat pada Gambar 3 berikut ini : 22 Pengaruh Rembesan dan Kemiringan Lereng Terhadap Keruntuhan Lereng (Agus Setyo Muntohar)

6,69 cm (a) 25 cm 30.0 50 cm (a) Model lereng dengan kemiringan a = 30 o (b) 20,2 cm 40.0 25 cm 50 cm (b) Model lereng dengan kemiringan a = 40 o (c) 35,6 cm 60.0 25 cm 50 cm (c) Model lereng dengan kemiringan a = 60 o Gambar 3 Ukuran model lereng yang digunakan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pola Keruntuhan Lereng Dalam penelitian ini telah dilakukan pengujian keruntuhan lereng akibat rembesan air dengan berbagai kemiringan lereng. Pola keruntuhan masing-masing lereng yang dikaji tersebut seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Secara umum, masingmasing lereng menghasilkan pola keruntuhan yang berbeda. Akan tetapi, mekanisme keruntuhan lereng tersebut adalah sama yaitu diawali dengan terjadinya rembesan, selanjutnya retakan, dan menyebabkan keruntuhan. Hal ini juga dijelaskan oleh Muntohar (2006), Shang-Lin dan Yu-Ku (2002). 23

Elevasi (cm) Elevasi (cm) Elevasi (cm) Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 30 25 (a) 20 15 10 5 0 q = sudut runtuh q 0 10 20 30 40 50 Jarak horisontal (cm) Muka lereng: Awal Muka lereng: Rembesan (a) Kemiringan lereng 30 o. 30 25 (b) 20 15 10 5 0 q = sudut runtuh q 0 10 20 30 40 50 Jarak horisontal (cm) Muka lereng: Awal Muka lereng: Rembesan (b) Kemiringan lereng 40 o. 30 25 (c) 20 15 10 5 0 q = sudut runtuh q 0 10 20 30 40 50 Jarak horisontal (cm) Muka lereng: Awal Muka lereng: Rembesan (c) Kemiringan lereng Gambar 4 Pola keruntuhan lereng akibat rembesan air. 24 Pengaruh Rembesan dan Kemiringan Lereng Terhadap Keruntuhan Lereng (Agus Setyo Muntohar)

Lereng dengan kemiringan 30 o (Gambar 4a), bagain yang mengalami keruntuhan adalah pada bagian bawah atau kaki lereng. Kondisi lereng yang relatif tidak curam mengijinkan air merembes dengan baik hanya pada bagian kaki lereng. Pola keruntuhan berbeda ditunjukkan pada lerengan dengan kemiringan 40 o. Keruntuhan terjadi pada bagian kaki hingga badan lereng (Gambar 4b). Sedangkan pada lerengan dengan kemiringan 60 o, keruntuhan terjadi mulai dari kaki lereng, hingga bagian puncak lereng (Gambar 4c). Kondisi dimungkinkan sudut kemiringan lereng yang relatf curam sehingga rembesan air dapat mengalir dengan cepat pada bagian kaki dan badan lereng. Berdasarkan pola keruntuhan lereng ini maka secara umum dapat dikatakan bahwa keruntuhan pada lereng dengan kemiringan hingga 30 o terjadi pada bagain kaki lereng. Untuk lereng yang memiliki kemiringan lebih besar dari 30 o, keruntuhan terjadi pada bagian badan hingga puncak lereng. Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui pula besarnya sudut runtuh. Sudut runtuh (q) ini merupakan kemiringan bidang runtuh. Secara umum, sudut kemiringan bidang runtuh semakin besar terhadap kemiringan lereng. Dari pengukuran diperoleh sudut runtuh untuk lereng dengan kemiringan 30 o, 40 o, dan 60 o masing-masing adalah 26,56 o ; 30,96 o ; dan 40,91 o. b. Perubahan Kadar Air Akibat Rembesan Secara teoritis, rembesan air ke dalam lereng akan meningkatkan tekanan air pori yang berakibat pada bertambahnya tegangan geser dan berkurangnya kuat geser tanah. Keadaan ini akan menyebabkan lereng dalam kondisi tidak stabil atau mengalami keruntuhan. Pada penelitian ini, bagian blok tanah yang runtuh ditimbang beratnya dan diambil contoh tanahnya untuk uji kadar air (Tabel 1). Tabel 1 Berat blok runtuh, kadar air, dan derajat jenuh air akibat rembesan. Kemiringan lereng Berat blok Angka pori Derajat Kadar air (%) runtuh jenuh air W bf (kg) Awal, w i Runtuh, w e S r (%) f 60 4,63 23,08 33,64 0,85 1,16 40 3,22 17,22 32,48 0,68 1,39 30 2,98 19,94 28,61 0,70 1,19 Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kadar air tanah setelah rembesan terjadi hingga menyebabkan keruntuhan tanah. Gambar 5 memberikan ilustrasi tentang perubahan kadar air pada saat sebelum runtuh hingga mengalami keruntuhan untuk setiap kemiringan lereng yang diuji. Peningkatan kadar air merupakan indikasi peningkatan tekanan air pori. Secara umum tanah akan berkurang kekuatannya apabila mempunyai kadar air yang tinggi atau dalam kondisi sangat jenuh air (saturated). Pada pengujian ini dapat dibuktikan secara teoritis bahwa bagian tanah yang runtuh telah mencapai kondisi jenuh air (Tabel 1). Ohsuka & Yoshifumi (2001) menyebutkan bahwa peningkatan tekanan air pori menyebabkan terjadinya deformasi menjadi sangat cepat hingga mencapai keruntuhan. Meningkatnya tekanan air pori adalah salah satu penyebab utama keruntuhan lereng. c. Pengaruh Rembesan Terhadap Kuat Geser Bila bidang runtuh pada Gambar 4 disederhanakan dengan mengacu pada Metode Culmann (Das, 1985), maka tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi 25

Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 pada bidang runtuh akibat rembesan air dapat dihitung dari berat blok runtuh lereng (W bf ). Digunakan persamaan (3.7 hingga 3.9) maka tegangan geser dan normal yang terjadi pada bidang runtuh untuk masing-masing lereng adalah: 1) b = 60 o q = 40,91 o : = 779 kn/m 2, ' = 899 kn/m 2 ; 2) b = 40 o q = 30,96 o : = 334 kn/m 2, ' = 557 kn/m 2 ; 3) b = 30 o q = 26,56 o : = 234 kn/m 2, ' = 467 kn/m 2. 70 Sudut kemiringan leren, ( o ) 60 50 40 30 20 10 0 10 15 20 25 30 35 40 Kadar air, w (%) Gambar 5 Perubahan kadar air pada lereng akibat rembesan Tegangan geser pada bidang runtuh ini merupakan tegangan yang menyebabkan terjadinya keruntuhan lereng. Berdasarkan penghitungan tersebut, diketahui bahwa tegangan geser akibat rembesan meningkat seiring dengan bertambahnya kemiringan lereng. Stabilitas lereng ditentukan oleh kuat geser tanah pada bidang runtuh. Menurut teori Mohr Coulomb, kuat geser tanah ini disumbangkan oleh nilai kohesi (c) dan sudut gesek internal tanah (f'). Pada penelitian ini dilakukan pengujian geser langsung terhadap contoh tanah dengan berbagai kondisi kadar air. Gambar 6a menyajikan hubungan tegangan geser dan tegangan normal untuk berbagai kadar air. Kemiringan garis lurus atau selubung keruntuhan kurva tegangan geser tegangan normal merupakan sudut gesek internal tanah (f'). Hubungan nilai sudut gesek internal tanah dan kadar air ditunjukkan pada Gambar 6b. Pada gambar tersebut diketahui bahwa nilai sudut gesek internal tanah tertinggi dicapai pada kadar air 30%. Berdasarkan hubungan ini, selanjutnya diperkirakan nilai sudut gesek internal pada saat terjadi keruntuhan lereng berdasarkan kadar air lereng (Tabel 2). Kuat geser tanah yang terjadi pada bidang runtuh dapat dihitung dengan f = ' tan f'. 26 Pengaruh Rembesan dan Kemiringan Lereng Terhadap Keruntuhan Lereng (Agus Setyo Muntohar)

Sudut gesek internal, f' ( o ) Tegangan Geser, (kn/m 2 ) 70 60 50 40 30 20 10 w = 20% w = 30% w = 40% 0 0 10 20 30 40 50 60 Tegangan Normal, (kn/m 2 ) (a) Tegangan geser tegangan normal 60 50 40 30 y = -0.0467x 2 + 2.7515x + 10.687 R 2 = 1 20 10 0 10 20 30 40 50 Kadar Air, w (%) (b) Hubungan antara sudut gesek internal tanah dan kadar air Gambar 6 Pengaruh kadar air terhadap sudut gesek internal tanah. Tabel 2 Sudut gesek internal tanah dan kuat geser. Estimasi sudut gesek Kadar air (%) Kemiringan internal (f') Kuat geser (kn/m 2 ) lereng Tidak Tidak Tidak Runtuh Runtuh runtuh runtuh runtuh Runtuh 60 27,02 33,64 50,94 o 50,4 o 1108 1087 40 24,77 32,48 50,19 o 50,79 o 668 683 30 26,51 28,61 50,81 o 44,63 o 574 462 27

Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 Berdasarkan penghitungan kuat geser tanah pada Tabel 2, diketahui secara umum bahwa kuat geser tanah mengalami penurunan akibat rembesan air. Hal ini dapat dilihat dari kuat geser pada bagian lereng yang tidak mengalami keruntuhan dan bagian lereng yang runtuh. Untuk lereng dengan kemiringn 60 o, pada bagian lereng yang tidak runtuh memiliki kuat geser 1108 kn/m 2 dan pada bagian yang runtuh kuat geser berkurang menjadi 1087 kn/m 2. Kondisi serupa juga ditunjukkan pada lereng dengan kemiringan 30 o. Hasil ini menunjukkan bahwa rembesan air ke dalam lereng meningkatkan kadar air tanah dan menurunkan kuat geser tanah. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu : a. Semakin tinggi derajat kemiringan pada lereng maka bidang runtuh pada lereng akan semakin besar pula. Dari pengukuran diperoleh sudut runtuh untuk lereng dengan kemiringan 30 o, 40 o, dan 60 o masing-masing adalah 26,56 o ; 30,96 o ; dan 40,91 o. b. Keruntuhan lereng dengan kemiringan yang kurang dari 40 o terjadi pada bagian kaki lereng, sedangkan keruntuhan di bagian kaki hingga puncak lereng terjadi pada lereng dengan kemiringan lebih dari 60 o. c. Kadar air pada lereng meningkat 30% hingga 47% akibat rembesan. Peningkatan kadar air tanah ini menyebabkan berkurangnya kuat geser tanah berkisar 2% hingga 19,5%. d. Secara umum bahwa kuat geser tanah mengalami penurunan akibat rembesan air. V. DAFTAR PUSTAKA ASTM, 2004, ASTM D3080 04: Standard Test Method for Direct Shear Test of Soils Under Consolidated Drained Conditions, ASTM International, Pennsylvania, USA. Das, B.M., 2002, Principles of Geotechnical Engineering, 5th Edtion, Brooks/Coole, New York. Hardiyatmo, H.C., 1992, Mekanika Tanah 2, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Muntohar, A.S., 2006, Mekanisme keruntuhan lereng tegak dan teknik perkuatannya dengan geotekstil, Jurnal Teknik Sipil, Vol. 6 No.2, pp. 51-66. Ohtsuka, S., and Yoshifumi, 2001, Consideration on landslise mechanism based on pore water pressure loading test, The 15 th International Conference on Soil Mechanics and Geotechnical Engineering, 27-31 August 2001, Istanbul, Turkey. (CD-Room) Shang Lin, J. dan Yu Ku, C., 2002, Simulation of slope failure using a meshed based partition of unity method, The 15 th Engineering Mechanics Conference (EM2002), 2-5 June 2001, Columbia University, New York. (CD-Room) 28 Pengaruh Rembesan dan Kemiringan Lereng Terhadap Keruntuhan Lereng (Agus Setyo Muntohar)