ANALISIS PENANGANAN KONSENTRASI HIDROGEN SULFIDA DALAM MINYAK BUMI LAPANGAN TIAKA KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MINYAK BUMI PADA JOB PERTAMINA-MEDCO E & P TOMORI SULAWESI KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH

STUDI PENENTUAN KUALITAS DAN KUANTITAS MINYAK BUMI PADA LAPANGAN MINYAK TIAKA

STUDI PENENTUAN KUALITAS DAN KUANTITAS MINYAK BUMI PADA LAPANGAN MINYAK TIAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

FULL DEVELOPMENT OF PIPELINE NETWORKING AT X FIELD

Evaluasi Efisiensi Proses Crude Oil Dehydtation di CGS 5 Lapangan X Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I. PENDAHULUAN. Minyak bumi adalah suatu senyawa hydrocarbon yang terdiri dari karbon (83-87%),

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PROSES ABSORPSI GAS H 2 S MENGGUNAKAN METILDIETANOLAMIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SISTEM KONTROL PADA HIGH TEMPERATURE FLARE SYSTEM 60.0 DI JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P- PEJ)

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ALAT PENGUKUR KONSENTRASI ASAP ROKOK PADA RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM GAS LIFT SIKLUS TERTUTUP SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MIGAS: STUDI KASUS LAPANGAN GNK

Sulfur dan Asam Sulfat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses pemurnian gas, sumber: Metso Automation. Inc

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

EVALUASI PENANGGULANGAN SCALE DENGAN METODE INJECT SCALE INHIBITOR PADA SUMUR X DI PT PERTAMINA EP ASSET 2 FIELD LIMAU

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS PADA MINYAK KELAPA MURNI (Virgin Coconut Oil) TUGAS AKHIR

Prosiding Matematika ISSN:

OPTIMASI LAJU INJEKSI DEMULSIFIER

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

SISTEM MANAJEMEN PERAWATAN UNIT MMU PUMP DAN OIL SHIPPING PUMP

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

Optimasi Injeksi Demulsifier Sebagai Respon Terhadap Proses Acidizing

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengurasan minyak tahap lanjut

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

STUDI UMUR SISA DAN LAJU KOROSI MENARA RIG BW-95 TAHUN PEMBUATAN 1973

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

PENGARUH PENGATURAN TEMPERATURE CONTROL VALVE PADA FIN FAN COOLER TERHADAP JUMLAH MINYAK KONDENSAT DI STRATIFIER

BAB I PENDAHULUAN. spasial atau koordinat-koordinat geografi. Sistem Informasi Geografis memiliki

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

PEMANFAATAN GAS BUANG TERPRODUKSI UNTUK MENAIKKAN TEMPERATUR DI RANTAU BAIS GATHERING STATION

Oleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA.

PERENCANAAN PATTERN FULL SCALE UNTUK SECONDARY RECOVERY DENGAN INJEKSI AIR PADA LAPANGAN JAN LAPISAN X1 DAN LAPISAN X2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERISIKO TINGGI

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

C I N I A. Pengembangan Teknologi Purifikasi Biogas (Kandungan Gas H2S Dan CO2) dengan Mempergunakan Kombinasi Wet Scrubber-Batu Gamping

Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well

PEMANFAATAN SINGKONG PAHIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL SECARA FERMENTASI MENGGUNAKAN Saccharomyces Cerevisiae

KAJIAN ULANG DESAIN SEPARATOR UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI 1500 BFPD PADA OIL PLANT SG-09 PT. ENERGI MEGA PERSADA (EMP) GELAM JAMBI

TRAINING SCHEDULE 2015 SERTIFIKASI TENAGA TEKNIK KHUSUS (STTK) MIGAS PROGRAMS

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

MENENTUKAN SUHU MINIMAL PADA CONDENSOR DAN REBOILER DENGAN MENGGUNAKAN KESETIMBANGAN

RANCANG BANGUN SISTEM PENGUKURAN POLUTAN GAS H 2 S PADA LOKASI MANIFESTASI GEOTHERMAL GEDUNG SONGO MENGGUNAKAN SENSOR TGS 2602 TUGAS AKHIR

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FOTOKATALISIS POLUTAN MINYAK BUMI DI AIR LAUT PADA SISTEM SINAR UV DENGAN KATALIS TiO 2

I. PENDAHULUAN. dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

Studi Optimasi Kinerja Sucker Rod Pump Pada Sumur A-1, A-2,Z-1, Dan Z-2 Menggunakan Perangkat Lunak Prosper

Martiningdiah Jatisari. Masyarakat Universitas Diponegoro. Masyarakat Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

MENGUBAH POLA ALIRAN PENYALURAN MIGAS LAPANGAN SINDANGSARI DAN TANJUNGSARI KE STASIUN PENGUMPUL PEGADEN DARI SATU PHASA MENJADI DUA PHASA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

125 SNI YANG SUDAH DITETAPKAN BSN DI BIDANG USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

Industri-industri dengan Raw Material Belerang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dinilai cukup berhasil dari segi administrasi publik, namun dari sisi keuangan

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Pengaruh Temperatur Terhadap Proses Pemisahan Minyak Di Pematang Gathering Station (GS)

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

Hadi Sunandrio dan Laili Novita Sari Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) - BPP Teknologi Kawasan PUSPIPTEK - Serpong - Banten

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

Bioremediasi Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus cereus Pada Slurry Bioreaktor

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

DAYA DAN KESTABILAN BUIH PUTIH TELUR AYAM RAS PADA UMUR SIMPAN DAN LEVEL PENAMBAHAN ASAM SITRAT YANG BERBEDA SKRIPSI UMI SA ADAH

Transkripsi:

ANALISIS PENANGANAN KONSENTRASI HIDROGEN SULFIDA DALAM MINYAK BUMI LAPANGAN TIAKA KABUPATEN MOROWALI UTARA PROVINSI SULAWESI TENGAH Ayu Wandira Bande¹, Djamaluddin², Hasbi Bakri¹* 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia 2. Program studi Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Email: hasbibakri008@gmail.com SARI Hidrogen Sulfida (H2S) merupakan materi yang sangat beracun, tidak berwarna, dalam konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk dan juga lebih berat daripada udara. Tujuan dari penelitian ini untuk untuk menurunkan konsentrasi gas H2S dari sumbernya hingga mencapai konsentrasi 10 ppm. Metode penelitian dilakukan dengan cara. Process Acid Gas Removal atau proses penghilangan gas asam (hidrogen sulfida) dengan metode injeksi bahan kimia H2S Scavenger, diperlukan data diantaranya data monitoring konsentrasi H2S dan data produksi minyak. Penelitian ini dilakukan dengan sistem monitoring konsentrasi gas H2S per pada bagian manifold, tangki penampungan (T500), dan pada bagian FSO atau kapal tanker tempat pengumpulan akhir minyak bumi. Setelah dilakukan optimasi dengan perubahan injeksi takaran bahan kimia sebanyak 5,6,7,8 dan 9 didapatkan injeksi bahan kimia sebanyak 9 galon per day paling tepat untuk menurunkan konsentrasi gas H2S dari sumbernya hingga mencapai konsentrasi 10 ppm pada saat minyak yang telah terproses masuk ke dalam tangki penampungan akhir. Kata kunci: Minyak, Gas, Hidrogen sulfida, H2S scavenger, korosi ABSTRACT Hydrogen Sulfide (H2S) is a material that is extremely poisonous, colorless, in low concentrations smells like rotten eggs and is heavier than air also. The purpose of this research is to reduce the concentration of H2S gas from its source to reach a concentration of 10 ppm. The research method is done by Process Acid Gas Removal or the removal of acid gas (hydrogen sulfide) with chemical injection method H2S Scavenger, including data required monitoring data and the H2S concentration of oil production data. This research was conducted with the system monitoring the concentration of H2S gas per day on the manifold, storage tank (T500), and at the FSO or tanker petroleum final collection point. After optimization with changes in dose injection of chemicals as much as 5,6,7,8 and 9 gallons per day of injection of chemicals found as many as nine gallons per day the most appropriate to reduce the concentration of H2S gas from its source to reach a concentration of 10 ppm when the oil has processed into the final holding tank. Keywords: Oil, Gas, Hydrogen sulfide, H2S scavenger, corrosion PENDAHULUAN H2S adalah materi yang sangat beracun, tidak berwarna, dalam konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk dan juga lebih berat daripada udara. Oleh karenanya, H2S sering disebut juga gas telur busuk, gas asam, asam belerang ataupun uap bau. Keberadaan gas Hidrogen Sulfida (H2S) dapat ditemukan di berbagai macam lokasi area kerja. Aktifitas pengeboran dan produksi minyak dan gas bumi sangat berpotensi terjadinya paparan gas H2S ke udara yang sangat berbahaya terhadap tubuh manusia. Tingginya kandungan hidrogen sulfida ini dapat menurunkan mutu produk bahkan mengakibatkan korosi pada pengolahan minyak bumi, kandungan hidrogen sulfida yang tinggi juga dapat menyebabkan 56

pencemaran lingkungan yang sangat membahayakan bagi makhluk hidup, karena dalam konsentrasi yang rendah hidrogen sulfida sangat beracun. Untuk memperoleh produk dari minyak bumi berkualitas yang rendah akan kandungan gas H2S, maka diperlukan pengetahuan mengenai penanganan terhadap kandungan hidrogen sulfida di industri minyak dan gas bumi. Penelitian ini difokuskan pada analisis penanganan konsentrasi Hidrogen Sulfida sehingga dapat menurunkan konsentrasi H2S dalam minyak bumi guna meningkatkan kualitas produksi. Maksud dari penelitian ini adalah mempelajari perubahan konsentrasi hidrogen sulfida terhadap penambahan injeksi bahan kimia H2S scavenger dalam minyak bumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan konsentrasi gas H2S sebelum dan sesudah penambahan injeksi bahan kimia H2S scavenger dalam minyak bumi. Manfaat dari penelitian ini Secara keilmuan, menjadi bahan referensi bagi penulis maupun para akademisi tentang cara penanganan konsentrasi gas H2S dalam industri minyak dan gas bumi. METODOLOGI PENELITIAN Adapun metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode konvensional berupa pengambilan data secara langsung di lapangan secara umum yaitu metode sampling pada saat kegiatan operasi produksi berlangsung di lapangan. Upaya penanganan konsentrasi H2S dalam minyak bumi dilakukan dengan penambahan injeksi chemical H2S (Scavenger). H2S (scavenger) merupakan suatu bahan kimia yang digunakan untuk penekanan, pembersihan atau pengurangan konsentrasi gas H2S pada system gas line. H2S scavenger bekerja dengan mengikat sulfida atau bereaksi dengan sulfida membentuk sebuah senyawa baru yang kurang beracun dibandingkan dengan H2S atau dengan membentuk suatu senyawa baru yang lebih hidrofilik sehingga bisa lepas dari hidrokarbon, masuk ke fase air dan nantinya akan mudah dipisahkan dari hidrokarbon. 57 Bahan kimia yang sekarang umum digunakan adalah jenis triazin base. Triazin adalah chemical berbasis amine (mengandung unsur Nitrogen). Prinsipnya adalah reaksi stokiometrik dimana semakin banyak gas H2S nya maka akan semakin banyak pula H2S scavenger yang dibutuhkan. Spesifikasi dari chemical H2S Scavenger di Lapangan Minyak Tiaka yaitu SENTACHEM 6684. Upaya penanganan konsentrasi dengan injeksi bahan kimia bertujuan untuk menurunkan kadar korosifitas gas tersebut terhadap pipeline. Dimana masalah korosifitas pipeline sangat banyak membutuhkan biaya operasi produksi dan perbaikan. Di lapangan Minyak Tiaka chemical H2S Scavenger diinjeksikan pada tangki penampung (surge tank) T 500. Pengukuran konsentrasi H2S merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi H2S awal atau sebelum dilakukan injeksi chemical H2S Scavenger dan sesudah dilakukannya injeksi chemical. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengambilan sample adalah mengetahui keadaan udara di sekitar tempat yang dijadikan tempat pengambilan sampel. Pengukuran konsentrasi gas H2S dilakukan pada bagian manifold, tangki penampungan sementara (T500), dan kapal tanker penampungan akhir/fso (Floating Storage and Offloading). Analisis hasil pengolahan data dilakukan dengan tujuan memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya kesimpulan sementara tersebut akan diolah lebih lanjut dalam bagian pembahasan. Pada tahap ini dilakukan: 1. Evaluasi dan analisis data lapangan hasil dari pengukuran konsentrasi gas H2S dalam crude oil. 2. Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk tabel dan grafik 3. Mengoptimasi penggunaan takaran H2S Scavenger 4. Membandingkan data laju produksi dengan efektifitas chemical H2S Scavenger 5. Data yang diperoleh diolah menggunakan program: a. Microsoft Excel b. Microsoft Word

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. hasil pengukuran konsentrasi gas H2S di Lapangan Tiaka Hari Konsentrasi H2S Sebelum injeksi chemical di Manifold (ppm) Konsentrasi H2S sesudah injeksi chemical H2S Scavenger (ppm) Besaran Tangki FSO FSO injeksi T500 (in gas) (in oil) Keterangan 1 650 225 30 20 Tidak 5 galon per 2 800 350 23 40 3 650 190 20 14 Tidak 6 galon per 4 675 170 24 14 5 675 150 15 20 Tidak 7 galon per 6 650 170 15 20 7 700 110 10 20 Tidak 8 galon per 8 650 115 10 20 9 725 9 galon 95 5 10 Memenuhi 10 675 per 75 5 10 Lokasi pengukuran sampel dilakukan pada empat lokasi yaitu pada bagian manifold, tangki T500, FSO (in gas), dan FSO (in oil). Perubahan konsentrasi dari gas H2S dapat dilihat pada masing-masing takaran injeksi chemical. Pengukuran dilakukan selama 10 dengan perubahan injeksi dosis/takaran chemical sebanyak 5 kali, perubahan dosis/takaran dilakukan setiap 2 sekali. Perubahan dosis/takaran injeksi chemical dilakukan dengan cara kalibrasi oleh operator produksi lapangan. Perubahan dari takaran injeksi bertujuan untuk melihat perubahan konsentrasi gas H2S yang terjadi terhadap besaran atau jumlah takaran chemical yang dinjeksikan. Perubahan injeksi yang dilakukan: (1 galon = 3,785 liter) 1. Hari 1 dan 2 diinjeksikan chemical 5 2. Hari 3 dan 4 diinjeksikan chemical 6 3. Hari 5 dan 6 diinjeksikan chemical 7 4. Hari 7 dan 8 diinjeksikan chemical 8 5. Hari 9 dan 10 diinjeksikan chemical 9 58

Tabel 2. Data Laju Produksi Minyak di Lapangan Tiaka Hari Laju produksi sumur (QOil Barell Oil Per Day) Tiaka-5 Tiaka-8 Tiaka-10 Tiaka-11 Total produksi (BOPD) Besaran injeksi 1 116 110 303 410 939 2 116 108 305 411 940 3 116 106 305 414 941 4 115 108 303 413 939 5 115 108 303 414 940 6 115 108 303 410 936 7 115 108 303 411 937 8 113 110 303 413 939 9 115 107 304 412 939 10 116 107 305 412 940 5 galon per 6 galon per 7 galon per 8 galon per 9 galon per Data laju produksi minyak yang masuk di tangki T500 dapat diketahui dengan mengambil data hasil pembacaan dari alat separator Lapangan Minyak Tiaka. Data laju produksi diambil sesuai dengan pengukuran konsentrasi H2S. Pengambilan data bertujuan untuk mengetahui dan melihat hubungan antara laju produksi per terhadap perubahan konsentrasi H2S dengan injeksi chemical H2S Scavenger. Proses penanganan gas H2S dilakukan dengan cara Process Acid Gas Removal atau proses penghilangan gas asam (hidrogen sulfida). Salah satu metode yang digunakan di Lapangan Minyak Tiaka yaitu dengan menginjeksikan bahan kimia H2S Scavenger. yang tinggi juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang sangat membahayakan bagi makhluk hidup, karena dalam konsentrasi yang rendah hidrogen sulfida sangat beracun. Lokasi pertam pengukuran konsentrasi H2S dilakukan pada bagian manifold. Konsentrasi murni dari gas H2S dapat dilihat dari hasil pengukuran konsentrasi dibagian manifold dikarenakan manifold merupakan komponen alat yang terhubung langsung dengan aliran fluida yang berasal dari sumur produksi. Pengukuran pada manifold bertujuan untuk mengetahui konsentrasi awal dari gas H2S, sebelum dilakukannya injeksi chemical H2S Scavenger. Injeksi bahan kimia merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk menurunkan konsentrasi gas H2S dari sumbernya sebelum minyak yang telah terproses pada fasilitas produksi masuk ke dalam tangki penampungan akhir (kapal tangker/fso). Tingginya kandungan hidrogen sulfida ini dapat menurunkan mutu produk bahkan mengakibatkan korosi pada pengolahan minyak bumi, kandungan hidrogen sulfida 59

Berdasarkan tabel pengukuran konsentrasi H2S dapat diperoleh grafik sebagai berikut: Berdasarkan tabel pengukuran konsentrasi gas H2S maka dapat diperoleh grafik: Gambar 1. Grafik konsentraasi H2S pada manifold Konsentrasi gas H2S pada manifold menunjukkan nilai yang tinggi berkisar antara 650-725 ppm, hal ini dikarenakan gas yang terkandung dalam crude oil merupakan gas yang masih bersifat murni yang langsung berasal dari sumbernya. Konsentrasi H2S Sesudah diinjeksikan Chemical Setelah mengetahui konsentrasi awal dari gas H2S pada bagian manifold, pengukuran sampel kemudian dilakukan pada bagian Tangki T500 dan FSO untuk melihat perubahan konsentrasi H2S sesudah diinjeksikan chemical. Tangki T500 merupakan tangki penampungan sementara sebelum minyak dialirkan menuju FSO (kapal tanker). Pada tangki T500 perubahan konsentrasi dari gas H2S sudah bisa terlihat, hal ini dikarenakan pada tangki T500 merupakan titik dimana dilakukannya injeksi chemical H2S Scavenger. FSO (floating storage and offloading) merupakan kapal tanker tempat penampungan akhir dari minyak bumi yang sudah diproses di bagian fasilitas produksi Lapangan Minyak Tiaka. Pengukuran sampel di FSO dilakukan pada bagian in oil dan in gas. Pemberian injeksi bahan kimia diharapkan dapat membantu menurunkan konsentrasi gas H2S sehingga minyak yang akan tertampung pada tangki penampungan akhir/fso benar-benar rendah kandungan gas H2S hingga dapat mencapai batas aman yang telah ditentukan yaitu maksimal 10 ppm pada in gas dan in oil. Gambar 2. Grafik konsentraasi H2S pada tangki T500 Gambar 3. Grafik konsentraasi H2S pada tangki FSO Berdasarkan grafik di atas maka dapat terlihat bahwa pada: 1. Injeksi Chemical H2S Scavenger 5 Galon Perubahan konsentrasi H2S yang terjadi pada saat dilakukan injeksi bahan kimia sebanyak 5. Konsentrasi gas H2S di tangki T500 mengalami penurunan konsentrasi hingga mencapai 225 ppm dari konsentrasi awal pada manifold yaitu sebesar 650 ppm. Pada bagian FSO konsentrasi menurun hingga mencapai 30 ppm in gas dan 23 ppm in oil. Hasil penurunan konsentrasi H2S dengan injeksi sebanyak 5 masih sangat tinggi dan belum mencapai 60

batas aman yang ditentukan. Maka perlu dilakukan penambahan injeksi dari bahan kimia H2S Scavenger. 2. Injeksi Chemical H2S Scavenger 6 Galon Dibandingkan dengan injeksi 5, hasil pengukuran konsentrasi gas H2S dengan injeksi 6 sudah mengalami penurunan konsentrasi yang cukup besar hingga mencapai pada konsentrasi dibawah 200 ppm dari konsentrasi awal pada manifold yaitu berkisar diatas 650 ppm. Namun hasil penurunan konsentrasi yang terjadi pada bagian FSO belum optimal dikarenakan konsentrasi gas H2S masih berkisar diatas 15 ppm. 3. Injeksi Chemical H2S Scavenger 7 Galon Perubahan konsentrasi H2S yang terjadi pada saat penambahan injeksi bahan kimia menjadi sebanyak 7 mengalami penurunan konsentrasi hingga mencapai 150 ppm pada tangki T500 dari konsentrasi awal pada manifold yaitu berkisar di atas 650 ppm. Pada bagian FSO konsentrasi menurun hingga mencapai 15 ppm in gas dan 20 ppm in oil. Setelah diamati dasil penurunan konsentrasi H2S dengan injeksi sebanyak 7 belum juga cukup menurunkan konsentrasi H2S hingga mencapai standar yang ditentukan, maka perlu dilakukan lagi penambahan injeksi dari bahan kimia H2S Scavenger. 4. Injeksi Chemical H2S Scavenger 8 Galon Penambahan takaran injeksi bahan kimia sebanyak 8 sudah hampir mendekati batas aman konsentrasi dari gas H2S yang ditentukan. Pada bagian tangki T500 konsentrasi sudah berhasil diturunkan hingga mencapai dibawah 115 ppm dari konsentrasi awal pada manifold yaitu berkisar 700 ppm. Pada bagian FSO konsentrasi turun hingga mencapai 10 ppm pada in gas dan 20 ppm pada in oil. Penurunan konsentrasi pada in gas sudah mencapai batas aman yang ditentukan, namun perubahan konsentrasi gas H2S yang terjadi pada in oil yang masih cukup tinggi dan belum batas aman yang ditentukan. Untuk memperoleh kualitas produksi yang baik dan sesuai dengan batas aman yang ditentukan, maka perlu dilakukan lagi penambahan injeksi bahan kimia H2S Scavenger. 5. Injeksi Chemical H2S Scavenger 9 Galon Hasil dari penambahan takaran injeksi bahan kimia sebanyak 9 sudah bisa mencapai batas aman konsentrasi dari gas H2S yang ditentukan. Pada bagian tangki T500 konsentrasi sudah berhasil diturunkan hingga mencapai dibawah 100 ppm dari konsentrasi awal pada manifold yaitu berkisar diatas 700 ppm. Di bagian FSO konsentrasi turun hingga mencapai 5 ppm pada in gas dan 10 ppm pada in oil. Penurunan konsentrasi gas H2S dengan injeksi chemical 9 galon per days (gpd) dapat disimpulkan sudah dapat standar dan batas aman yang telah ditentukan sehingga minyak yang tertampung di FSO bisa memiliki kualitas yang baik pada saat penjualan. Setelah melakukan optimasi penggunaan bahan kimia, maka injeksi chemical H2S scavenger pada takaran 9 galon per yang akan diterapkan untuk masalah penanganan konsentrasi gas H2S di Lapangan Minyak Tiaka. Berdasarkan hasil di atas diperoleh grafik hubungan antara konsentrasi gas H2S terhadap laju produksi minyak di lapangan minyak tiaka. Gambar 4. Grafik konsentraasi H2S vs chemical H2S scavenger Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa besar laju produksi per tidak terlalu signifikan dan bersifat konstan, jika dirata-ratakan laju produksi tiap yaitu sebesar 939 barell oil per day. Bila diamati penurunan konsentrasi gas H2S sangat berpengaruh terhadap besar atau kecilnya 61

pemberian injeksi H2S Scavenger, namun berbanding terbalik terhadap laju produksi. Laju produksi tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan injeksi H2S Scavenger, hal demikian dapat dipengaruhi oleh konsentrasi awal dari gas H2S yang selalu berubah-ubah berkisar antara 650-725 ppm. Metode penanganan gas H2S dengan pemberian injeksi H2S Scavenger sudah mampu menurunkan konsentrasi dari gas H2S tetapi dari penelitian ini didapatkan bahwa besar atau kecilnya laju produksi tidak berpengaruh terhadap penambahan atau pengurangan injeksi H2S Scavenger. KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Konsentrasi awal dari kandungan hidrogen sulfida di lapangan minyak Tiaka relatif tinggi berkisar antara 650-725 ppm. 2. Setelah dilakukan pengamatan dan optimalisasi dosis atau takaran injeksi bahan kimia H2S (scavenger) yang paling optimum diterapkan pada lapangan minyak Tiaka adalah 9 yang diinjeksikan pada tangki penampung (surge tank) T 500. 3. Upaya penanganan konsentrasi H2S dalam minyak bumi di lapangan minyak Tiaka sudah mencapai batas aman yaitu maksimal 10 ppm. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh produk minyak bumi berkualitas baik yang rendah akan kandungan hidrogen sulfida dan ramah lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama : 1. Pimpinan JOB PMTS yang telah memberikan izin untuk melakukan kegiatan penelitian Tugas Akhir di Lapangan Minyak Tiaka, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah. 2. Seluruh staff dan karyawan JOB PMTS yang turut andil membantu dan membimbing dalam pengambilan data dan uji laboratorium. DAFTAR PUSTAKA Abraham, H., 1945, Asphalt And Allied Substances, New York, D. Van Nostrand Company Enreck, G., 2014, Hydrocarbon Processing, Safety Development. Texas Hardjono, A., 2001, Teknologi Minyak Bumi, Edisi Pertama, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Hyne, J.N., 1984, Geology for Petroleum Exploration, Drilling, and Production., United of America: McGraw-Hill Book Company JOB Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi., 2014, Evaluasi Produksi Minyak Bumi Lapangan Minyak Tiaka Koesoemadinata., 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi edisi kedua Institut Teknologi Bandung Kontawa A., minyak bumi Pengklasifikasian dan Evaluasi, Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas bumi LEMIGAS Jakarta Magoon., 1994, Petroleum System Processing Pertamina., 2014, Modul Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) H2S PT. Menara Inti Energi., H2S Field Level Safety Training, Pocket Manual Book Pertamina Exspan Tomori Sulawesi, Joint Operating Body. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Pengembangan Lapangan Minyak Tiaka Dan Fasilitas Penunjangnya, Blok Toili, Kabupaten Morowali Dan Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. 2002. Jakarta Rachmat, S., 2011, Reservoir Minyak dan Gas Bumi, Buku Pintar Migas Indonesia 62