ISSN No Media Bina Ilmiah 31

dokumen-dokumen yang mirip
Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

BAB II LANDASAN TEORI

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

MAKALAH NEGOSIASI DAN SALES CONTRACT

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

BAB II LANDASAN TEORI

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

MANAJEMEN EKSPOR IMPOR. Oleh : P.SURONO

BAB II LANDASAN TEORI

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja,

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB VI ASURANSI ANGKUTAN LAUT DAN UDARA

BAB II TINJAUAN TERHADAP TRANSAKSI EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

persediaan maka akan konsumen. permintaan ~ 1 ~

PROSES SALES CONTRACT PT. DEWI SAMUDRA KUSUMA SONDAKAN, SURAKARTA

KONTRAK DAGANG. Copyright by dhoni.yusra

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Nilai Pabean. Perhitungan Bea Masuk.

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara

BAB VI TRANSPORTASI dan PENANGANAN CARGO

STANDAR PENETAPAN HARGA INDONESIA Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1977 tanggal 26 April 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi

PROSES SALES CONTRACT DAN SISTEM PEMBAYARAN EKSPOR PADA PT. YALE SETYA SENTOSA DI KARTASURA SUKOHARJO

12 Pel. Bongkar : 13. Pel. Transit DN : 22 Asuransi: 23. FOB:

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00

ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM RTE BAGI NASABAH

MEMASUKI PASAR LUAR NEGERI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.04/2010 TENTANG NILAI PABEAN UNTUK PENGHITUNGAN BEA MASUK

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

METODE COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO

Kewirausahaan III. Mengembangkan usaha ke pasar internasional. Sistem informasi/ Penyiaran. Kata Pengantar. Modul ke: Kesimplan.

BAB II KETENTUAN UMUM MENGENAI PERDAGANGAN

Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Abstrak

MEKANISME PEMBAYARAN MELALUI LETTER OF CREDIT (L/C) DALAM TTRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL PADA PT. SEMEN BOSOWA MAROS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.04/2014 TENTANG

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

BAB IX DOKUMENTASI DAN KEPABEANAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

PEDOMAN PENGISIAN KUESIONER

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

BAB II PENGATURAN FREIGHT FORWARDER UJPT (USAHA JASA PENGANGKUTAN DAN TRANSPORTASI) DI INDONESIA

Putusan Pengadilan Pajak : Put-42652/PP/M.VII/19/2013. Jenis Pajak : Bea Masuk. Masa/Tahun Pajak : 2011

1. Keputusan atas Nilai Pabean oleh Terbanding

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. maka hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

No.15/ 9 /DSM Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA EKSPORTIR, PEMILIK BARANG DAN/ATAU PENERIMA DEVISA HASIL EKSPOR DI INDONESIA

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9

Transkripsi:

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 31 ALAT PEMBAYARAN DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Oleh: Ni Made Rai Sukmawati Dosen Jurusan Pariwisata di Politeknik Negeri Bali Abstrak : Perekonomian suatu negera bisa berkembang dengan baik jika sistim perdagangannya berjalan dengan baik pula. Perdagangan bisa dikatakan suatu proses jual beli atau pertukaran barang dan jasa untuk memenuhi suatu kebutuhan pada masing-masing pihak. Perdagangan antar negara bisa disebut dengan istilah ekpor dan impor. Ekspor adalah suatu proses jika suatu negara menjual produknya baik itu barang atau jasa ke luar negeri sedangkan impor adalah kebalikan dari ekspor yaitu negara tersebut mendatangkan barang atau jasa masuk ke wilayah pabean negara yang bersangkutan. Di dalam perdagangan internasional diperlukan adanya persamaan persepsi tentang alat-alat pembayaran yang akan dipakai mengingat didalam perdagangan internasional dijumpai berbagai macam mata uang dari masingmasing negara. Agar tidak terjadi perselisihan maka dalam perdagangan internasional bisa dipilih berbagai jenis alat-alat pembayaran yang sudah berlaku secara internasional seperti Letter of Credit Open Account, Counter Trade, dan lainnya. Penyebab terjadinya alat-alat pembayaran dalam perdagangan internasional karena pembeli (eksportir) dan penjual (importir) berada di negara yang berbeda dan dengan mata uang yang berbeda pula, sehingga sudah tentunya masing-masing mata uang tersebut akan mempunyai nilai yang berbeda pula, sehingga perlu adanya penentuan kurs (valas) sebagai alat tukarnya. Seiring dengan perkembangan perekonomian Dunia yang masih dilanda krisis global maka nilai tukar mata uang sering pula mengalami perubahan, maka dari itu sebagai pelaku ekonomi terutama para eksportir dituntut agar selalu meng-update kemampuannya untuk mampu mengikuti berbagai perkembangan demi kelancaran bisnisnya. Peningkatan kemampuan bisa ditempuh dengan berbagai cara seperti kegiatan seminar, workshop, pelatihan, dan lainnya baik yang diadakan oleh pihak pemerintah maupun non pemerintahan dan bisa juga mengakses informasi melalui internet, televisi, dan lainnya. Kata kunci : Alat pembayaran, Incoterm, dan Perdagangan internasional PENDAHULUAN Perdagangan Internasional yaitu perdagangan yang melibatkan antar negara. Di era globalisasi ini semuanya bisa dijangkau dengan mudah dan cepat sehingga perdagangan internasional bukanlah suatu hal yang sulit. Dalam perdagangan internasional akan menimbulkan dua aktifitas utama yaitu adanya arus perdagangan impor dan arus perdagangan ekspor. Dengan adanya transaksi perdagangan internasional ini akhirnya akan muncul beberapa pertanyaan seperti bagaimana cara pembayarannya, sistim penyerahan barang, dan alat apa yang akan dipakai dalam pembayaran tersebut. Dalam perdagangan internasional agar terdapat persamaan persepsi mengenai cara penyerahan barang maka didalam kontrak dagang yang telah disepakati mereka harus mencantumkan sistim penyerahan barang yang akan mereka pakai, dengan tujuan agar tidak terjadi perselisihan dikemudian harinya selain itu mereka juga harus menentukan cara pembayaran yang akan dipakai dalam perdagangan tersebut. Kegiatan perdagangan internasional kedua sistim itu mempunyai arti yang sangat berbeda, dimana sistim penyerahan barang di atur dalam suatu peraturan yang dikeluarkan oleh International Chamber of Commerce (ICC) dimana organisasi ini pertama kalinya menerbitkan peraturan tentang tata cara penyerahan barang tersebut pada tahun 1936 yang kemudian dikenal dengan istilah Incoterm 1936. Internatonal Comercial Term merupakan kumpulan dari beberapa istilah yang sampai saat ini telah mengalami beberapa kali revisi dan revisi terakhir tahun 2000 sehingga sering disebut dengan istilah Incoterm 2000. Hasil revisi ini (Incoterm 2000) terdiri dari empat group kesepakatan antara lain : 1. Satu istilah dengan huruf awal E : Ex Work (EXW), sebelumnya istilah ini sering disebut dengan istilah Ex Factory (Ex Fact). 2. Tiga istilah yang diawali dengan huruf F seperti Free Carrier (FCA), Free Alongside Ship (FAS), Free On Board (FOB). 3. Empat istilah dengan huruf awal C seperti Cost And Freight (CFR), Cost Insurance and http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 2, April 2015

32 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 Freight (CIF), Carriage Paid To (CPT), Carriage and Insurance Paid To (CIP). 4. Lima istilah yang diawali dengan huruf D seperti Delivered At Ship (DES), Delivered`Ex Quay (DEQ), Delivered Duty Unpaid (DDU), delivered at Ship (DAF), dan Delivered Duty Paid (DDP). Diantara ke empat group kesepakatan itu yang paling sering dipakai dalam perdagangan internasional dari obyek yang diteliti adalah sistim Ex Work, Free On Board (FOB), Cost and Freight (CFR) dan Cost Insurance and Freight ( CIF). Dalam transaksi perdagangan internasional sebelum kontrak ditetapkan maka kedua belah pihak dalam hal ini pihak pembeli dan penjual akan memilih suatu kesepakatan mengenai caracara penyerahan barangnya. Dalam kesepakatan itu kedua belah pihak bisa memilih sistim penyerahan barang yang mereka pilih, karena sistim penyerahan barang ini akan mempengaruhi harga barang nantinya. Seperti contoh dalam kesepakatan dagang yang tertuang dalam kontrak dagangnya disepakati memakai sistim penyerahan barang dengan sistim Free On Board (FOB) maka dalam transaksi ini penyerahan barang oleh pihak penjual tanggung jawab penjual hanya sampai barang tersebut berada di atas kapal dan biaya yang muncul sampai barang tersebut sampai di negara tujuan menjadi tanggung jawab pembeli, dan biaya pengangkutan selanjutnya sampai barang tersebut tiba ditempat tujuannya menjadi tanggung jawab pembeli juga. Transaksi yang memilih sistim penyerahan barang dengan memilih group C seperti CIF atau CFR maka tanggung jawab penjual sampai barang tersebut berada di atas kapal tetapi baya oprasi sampai barang tersebut sampai di pelabuhan tujuan. Seperti contoh sistim penyerahan barangnya memilih sistim CIF maka beaya oprasional dari penjual sampai barang tersebut tiba di pelabuhan tujuan sesuai dengan kesepakatan dari si pembeli dan penjual, termasuk biaya asuransi. Asuransi dipilih untuk mengantisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diingini selama proses pengangkutan tersebut, sedangkan Cost And Freight (CFR) tanggung jawab penjual tidak termasuk biaya asuransi selama proses perjalanan pengiriman barang tersebut. Selain itu dalam kontrak dagang harus juga menjelaskan sistim pembayaran yang akan mereka pilih demi kelancaran dari penyerahan barang tersebut. Cara pembayaran inipun tidak kalah pentingnya dengan sistim penyerahan barang yang akan dipilih seperti memakai Letter of Credit (L/C) atau cara pembayaran lainnya yang telah disepakati dalam perdagangan internasional. METODE PENELITIAN Dalam melaksanakan penelitian ini obyek penelitian dipilih dengan memakai sistim purposive sampling. Satori (2009 : 47) mengatakan memilih beberapa obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun obyek yang dipilih adalah beberapa perusahaan yang berada di kabupaten Gianyar dan kabupaten Badung yang khususnya bergerak di bidang perdagangan ekspor. Jenis perdagangan yang dilakukan oleh obyek penelitian yaitu jenis perdagangan ekspor katagori ekspor umum seperti ekspor barang-barang kerajinan, mebel, dan textile. Data yang dipakai dalam penulisan hasil dari penelitian ini adalah data-data yang didapat dari hasil wawancara dan quisionair yang diberikan pada perusahaan yang dipilih. Data yang diperoleh berupa data kualitatif. Data data ini berupa informasi-informasi yang didapat di lapangan kemudian dicatat dan dipakai sebagai acuan dalam pembahasan. Selain itu pengumpulan data juga dilakukan dengan cara : (1) Observasi yaitu dengan datang langsung ke obyek yang akan diteliti dengan tujuan bisa melihat langsung kontrak dagang yang mereka sepakati. (2) Wawancara yaitu dengan cara melakukan tanya jawab pada pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya pada perusahaan yang dijadikan obyek, sehingga akan terjadi interaksi langsung antara peneliti dan responden. (3) Kepustakaan yaitu mengambil beberapa teori dari buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian Teknik analisis data yang dipakai adalah deskriptif kualitatif yaitu memaparkan hasil temuan ke dalam suatu pernyataan yang dipaparkan berupa kalimat. HASIL PENELITIAN a. Cara Penyerahan Barang Dalam perdagangan internasional khususnya perdagangan ekspor dimana perusahaanperusahaan yang besar seperti Pier One, SKI, Euro Import, dan lainnya mereka lebih suka memilih cara penyerahan barang yang mereka beli memakai sistim Free On Board (FOB). Dalam sistim ini pembeli tidak perlu lagi berhitung biayabiaya lokal yang mungkin muncul karena semua biaya-biaya tersebut sudah termasuk dalam harga barang yang dibelinya. Pembeli hanya perlu memikirkan biaya pengangkutan dari pelabuhan asal barang tersebut sampai ke gudangnya termasuk biaya-biaya impornya. Dipihak penjual penyerahan barang dengan sistim FOB lebih banyak dipakai oleh para eksportir karena resikonya lebih kecil dibandingkan memilih sistim dengan code C Volume 9, No. 2, April 2015 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 33 seperti CFR, dan lainnya. Kenapa demikian? Karena dalam sistim penyerahan barang dengan sistim FOB maka pengapalan barang (perusahaan yang akan mengangkut barang tersebut) dipilih oleh pihak pembeli. Dengan demikian secara tidak langsung tanggung jawab berada di pihak pembeli. Seperti telah dijelaskan sebelumnya dimana tanggung jawab penjual hanya sampai barang tersebut berada di atas kapal. Jadi pemilihan sistim penyerahan barang memegang peranan yang sangat penting karena sistim penyerahan barang akan menentukan dan mempengaruhi harga barang tersebut. Cara penyerahan barang ada bermacammacam sesuai dengan kesepakatan yang dipilih dan tertuang dalam kontrak dagang tersebut. Cara-cara penyerahan barang ini di dalam perdagangan internasional disebut dengan istilah Incoterm dan peraturan yang berlaku sekarang adalah Incoterm 2000. Incoterm telah mengalami beberapa kali perubahan dari sejak ditetapkan pada tahun 1936. Perubahan itu terjadi secara berturut turut dari tahun 1953, 1967, 1976, 1980, 1990, dan terakhir tahun 2000 yang kini berlaku. Incoterm adalah suatu istilah untuk menyamakan persepsi antara penjual dan pembeli mengenai tanggung jawab dan kewajibannya dalam penyerahan suatu barang. Tujuan daripada kesepakatan ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman antara penjual dan pembeli sehubungan dengan adanya proses penyerahan barang setelah transaksi jual beli disepakati. Singkatan-singkatan yang dipakai dalam Incoterm 2000 sebagai berikut : 1. Ex Works (EXW) artinya penjual menyerahkan barang kepada pembeli di tempat kediaman pejual berada ( Pabrik, Gudang, Toko, dan lainnya) dan tidak termasuk pengurusan ijin ekspornya serta pemuatan barang kemanapun. Sebelumnya istilah ini dikenal dengan sebutan Ex factory. Dan ini merupakan hal yang paling ringan bagi penjual baik dari segi resiko maupun tanggung jawab. 2. Free On Board (FOB) yaitu penjual bertanggung jawab untuk menyerahkan barang tersebut sampai di atas kapal, artinya semua biaya-biaya dan resiko yang muncul akibat dari penyerahan barang tersebut menjadi tanggung jawab penjual termasuk pengurusan ijin ekspornya. 3. Free Carrier (FCA) artinya penjual akan menyerahkan barang yang sudah diurus ijin ekspornya pada pengangkut yang ditunjuk oleh pembeli. 4. Free Alongside Ship (FAS) artinya penjual hanya menyerahkan barang sampai barang tersebut berada disamping kapal, ini berarti biaya-biaya muat barang ke atas kapal menjadi tanggung jawab pembeli. Penjual hanya mengurus ijin ekspor. 5. Cost and Freight (CFR) artinya penjual bertanggung jawab menyerahkan barang sampai di pelabuhan muat dan biaya-biaya pemuatan dan pengangkutan sampai di pelabuhan tujuan menjadi tanggung jawab penjual, tetapi resiko selama perjalanan menuju pelabuhan tujuan menjadi tanggung jawab pembeli. Sebelimnya istilah ini disebut C&F. 6. Cost, Insurance, and Freight (CIF), secara prinsip sama dengan CFR, disini hanya ada tambahan biaya asuransi yang menjadi tanggung jawab penjual. 7. Carriage Paid To (CPT) tanggung jawab pembeli menyerahkan barang pada pengangkut, jadi hampir sama dengan CFR bedanya CPT bisa dipakai untuk Multi Moda Transport artinya memakai lebih dari satu jenis alat pengangkut dan biaya tetap dibebankan pada penjual. 8. Carriage and Insurance Paid To (CIP) berarti penjual menyerahkan barang dan biaya pengangkutan sampai ketempat tujuan termasuk biaya asuransinya, yang membedakan dengan CIF dimana pengangkut sudah ditunjuk oleh pembeli. 9. Delivered At Frontier (DAF) yaitu penjual menyerahkan barang pada alat angkut yang ditunjuk dan tanggung jawab sampai di wilayah perbatasan yang ditentukan, dan jika terjadi pembongkaran karena ada pergantian alat pengangkut bukan tanggung jawab penjual. 10. Delivered At Ship (DES), sistim ini hanya dipakai jika barang diankut melalui jalur laut atau sungai. Penjual bertanggung jawab atas penyerahan barang sampai ke pelabuhan tujuan dan tidak termasuk biaya bongkar setelah barang itu tiba di pelabuhan tujuan. 11. Delivered At Quay ( DEQ) disini penjual bertanggung jawab atas smua biaya-biaya sampai barang tersebut sampai dipelabuhan tujuan termasuk biaya bongkarnya. Jadi ini perluasan dari kesepakatan DES yaitu dengan menambahkan tanggung jawab biaya bongkar di dermaga pelabuhan tujuan. 12. Delivered Duty Unpaid (DDU) Penjual bertanggung jawab menyerahkan barang sampai pada kapal pengangkut, dan biayabiaya ekspor menjadi tanggung jawab pembeli, jadi penjual hanya bertanggung jawab menanggung biaya mengangkut sampai pada dermaga laut yang telah ditentukan dan semua biaya masuk, pajak dan lainnya menjadi tanggung jawab pembeli. http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 2, April 2015

34 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 13. Delivered Duty Paid (DDP) artinya penjual bertanggung jawab menyerahkan barang kepada pembeli sampai di pelabuhan atau dermaga keberangkatan dan biaya bongkar dan lainnya di pelabuhan tujuan menjadi tanggung jawab pembeli. Jadi dalam melakukan penyerahan barang dalam transaksi perdagangan internasional pembeli dan penjual bisa memilih salah satu dari syaratsyarat yang telah dikeluarkan oleh ICC tersebut. Dibawah ini disajikan ilustrasi beberapa sistim penyerahan barang yang umum dipakai oleh para eksportir seperti : 1. Sistim Free On Board (FOB). 2. Free Carrier (FCA). Sistim ini sama dengan sistim FOB bedanya dari segi Pengangkutan dengan memakai pesawat udara sedangkan sistim FOB memakai vessel (kapal laut) 3. Sistim Cost Insurance and Freight (CFR). b. Alat Pembayaran Internasional Kegiatan ekonomi menimbulkan adanya suatu transaksi dagang. Dalam transaksi perdagangan perlu adanya alat yang dipakai untuk melakukan suatu proses pembayaran. Alat-alat pembayaran ini tidak bisa terlepas dari kegiatan perdagangan, Dalam perdagangan internasional kegiatannya akan lebih komplek karena kegiatan ini melibatkan antar negara. Dalam kegiatan ini akan muncul proses impor dan ekspor. Kaitannya dengan proses ekspor impor tersebut maka diperlukan alat yang bisa dipakai dalam melakukan proses pembayaran, mengingat antar negara yang sau dengan negara yang lainnya mempunyai mata uang yang kadangkadang berbeda. Dalam perdagangan internasional ada beberapa alat pembayaran yang dipakai seperti: 1. Pembayaran dengan Surat Wesel Dagang ( Commercial Bill of Exchange atau Trade Bill) yaitu suatu kesepakatan yang dilakukan oleh eksportir dengan importir dengan menarik wesel dari importir sejumlah harga barang yang tertera dalam kontrak dagang. Dalam penarikan surat wesel ini harus dilampirkan beberapa dokumen seperti : Invoice, Surat muat (Bill of Lading), Surat keterangan asal barang ( certificate of origin), Surat keterangan pabean, dan lainnya sesuai dengan yang tertera dalam kontrak dagang. Wesel adalah suatu surat perintah pembayaran yang di instruksikan oleh seseorang untuk membayar kepada si penarik untuk membayarkan sejumlah pembayaran sesuai dengan tanggal yang telah ditentukan dalam wesel tersebut 2. Pembayaran Tunai (Cash Payment) atau pembayaran Dimuka. Jenis pembayaran ini dilakukan jika pembeli sudah mempunyai kepercayaan penuh kepada penjual, mengingat pembayaran dilakukan dengan uang tunai atau cek sebelum barang tersebut dikapalkan oleh eksportir. Jadi ini mempunyai resiko yang sangat tinggi bagi pembeli. 3. Pembayaran dengan Letter Of Credit. Pembayaran dengan memakai standar L/C mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh United Nation Convention On Trade and Development (UNCTAD). L/C adalah suatu sistim pembayaran yang dipilih oleh penjual dan pembeli dimana sistim ini baru bisa muncul jika sudah ada kontrak dagang yang telah disepakati. L/C merupakan suatu surat perintah pembayaran dari pahak opening bank kepada beneficiary (eksportir) melalui receiving bank dalam hal ini bank yang ditunjuk oleh eksportir, untuk melakukan Volume 9, No. 2, April 2015 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 35 sejumlah pembayaran atas perintah dari applicant (importer). 4. Open Account yaitu suatu sistim pembayaran dimana dalam perjanjian tersebut mengandung makna barang diproduksi dan diserahkan kepada pembeli sebelum proses pembayaran dilakukan. Jadi open account berisi suatu janji dari pihak pembeli yang nantinya akan melakukan sejumlah pembayaran pada waktu yang telah disepakati. 5. Advance Payment yaitu pembeli akan memberikan sejumlah dana kepada penjual sebelum barang tersebut diserahkan/dikirim. Keadaan ini dipilih jika penjual kurang percaya dengan credibilitas dari pembelinya atau penjual ingin mendapatkan bantuan modal di awal produksinya untuk memperlancar proses produksinya. 6. Counter Trade (Imbal Beli), yaitu perdagangan imbal balik, artinya penjual akan mengirim sejumlah barang kemudian membeli kembali sejumlah barang dari rekanannya sesuai dengan nilai barang yang telah dijualnya. Sistim ini sering dilakukan antar Negara dengan Negara. 7. Consigment (Konsinyasi), artinya barang tersebut dianggap sebagai barang titipan dan jika barang tersebut sudah terjual baru proses pembayaran tersebut bisa dilakukan. Dari beberapa sistim yang telah diuraikan tersebut dari hasil penelitian di beberapa perusahaan ekspor yang dipakai sebagai objek penelitian dimana sistim yang paling banyak dipilih adalah open account, letter of credit, dan advance payment. Dari beberapa jenis-jenis pembayaran yang diakui secara internasional tersebut mereka menganggap tiga sistim ini yang paling aman terutama dengan sistim letter of credit, mengingat dalam sistim l/c pihak bank sudah menjamin akan melakukan proses pembayaran jika semua kewajiban yang diisyaratkan dalam kontrak dagangnya telah sesuai dengan klausul yang tertera dalam l/c tersebut. Perdagangan dengan memilih sistim L/C dilakukan oleh para eksportir yang modalnya sudah cukup besar, mengingat dalam proses L/C penjual harus menyiapkan produknya terlebih dahulu dan pembayaran baru akan terealisasi jika proses pengapalan sudah dilakukan dengan menyerahkan beberapa dokumen sesuai dengan kontrak dagang yang tertera dalam L/C tersebut. Dokumen-dokumen pengapalan dan dokumen lainnya diserahkan ke receiving bank dan jika dokumen tersebut sudah sesuai barulah proses pembayaran dilakukan. Selanjutnya sistim yang dipilih berikutnya adalah advance payment, karena sistim ini memberikan dana di depan untuk membantu proses produksi. Besarnya dana yang diberikan sesuai dengan kesepakatan mulai dari 20-40% dari total nilai produksi. Dibawah ini disajikan ilustrasi pembayaran dengan memakai letter of credit (L/C) Dari bagan di atas dapat dijelaskan telah terjadi kontrak dagang dengan mata uang USD (Amerika Dolar) antara penjual dan pembeli, telah sepakat akan melakukan sistim pembayan dengan memakai letter of credit. Proses penerbitan L/C tersebut sesuai bagan dapat dilihat pada tahapantahapan di bawah ini : 1. Exportir (penjual) akan menerbitkan sales contract dan proporma invoice sebagai bukti pembelian dari importer dengan menuliskan peryaratan-persyaratan yang mereka telah sepakati. 2. Esportir mengirim data tersebut kepada importer. 3. Importir akan mengajukan proporma tersebut sebagai bukti telah terjadi proses pembelian sesuai dengan nilai yang tertera dalam proporma invoice tersebut kepada pihak issuing bank untuk melakukan pembayaran dengan menerbitkan l/c kepada eksportir melalui advising bank yang ditunjuk oleh eksportir. 4. Issuing Bank akan mendebet rekening importer sesuai dengan ketentuan yang telah mereka sepakati 5. Issuing Bank membuka L/C yang kemudian diberikan pada Advising bank untuk ditindak lanjuti. 6. Advising Bank menyerahkan dokumen L/C yang telah diterimanya dari issuing bank kepada pihak eksportir untuk diperiksa dan jika ada kesalahan bisa dilakukan perbaikan, dengan membuat perbaikan dan mengirimnya kembali kepada issuing bank. 7. Proses pengapalan barang dengan shipper yang ditunjuk oleh importer. 8. Shipper akan menerbitkan document pengapalan kepada eksportir setelah proses http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 2, April 2015

36 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 pengapalan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam L/C tersebut. 9. Eksportir menyiapkan kelengkapan document-dokumen lainnya sesuai dengan yang diisyaratkan dalam L/C tersebut kemudian disetorkan pada advising bank untuk diproses pembayarannya. 10. Advising Bank melanjutkan document tersebut dengan mengirimnya kepada Reimburse Bank (issuing Bank) untuk diproses pembayarannya. 11. Pembayaran akan langsung masuk ke rekening importer jika semua persyaratan yang diisyaratkan dalam L/C sudah benar. Contoh Clausula L/C. bertanggung jawab menyerahkan barangnya. Kegiatan ini akan memunculkan biaya oprasi yang sudah tentunya akan dibebankan pada biaya produksi. 3. Harga barang juga dipengaruhi oleh sistim pembayaran yang akan mereka pilih, saat ini secara internasional sudah mengakui beberapa sistim pembayaran seperti open account, advance payment, consigment, letter of credit, dan lainnya. Sistim pembayaran dipilih sesuai dengan kesepakatan antara eksportir dan importir yang nantinya akan tertuang dalam kontrak dagang yang mereka buat, dan.dari hasil wawancara pembayaran dengan sistim L/C dianggap paling aman bagi eksportir dan importir. Biasanya eksportir dalam penentuan harganya jika memakai L/C akan lebih tinggi dibandingkan dengan sistim cash payment atau advance payment, karena dalam sistim perdagangan L/C akan ada biaya tambahan untuk advising bank dan jangka waktu pembayaran juga menunggu sesuai dengan perjanjian yang tertaera dalam L/C. DAFTAR PUSTAKA PENUTUP Dari uraian pembahasan di atas dapat penulis simpulkan : 1. Perdagangan internasional baik ekspor maupun impor yang mana kedua kegiatan tersebut melibatkan perdagangan antar negara maka dipandang perlu adanya suatu persamaan persepsi dalam hal sistim penyerahan barangnya. Sistim ini dianggap sangat penting agar masing-masing pihak bisa mengetahui tanggung jawab dan kewajibannya sehingga tidak ada perselisihan dikemudian hari sehubungan dengan tanggung jawab tersebut.. International Chamber of Commerce (ICC) dimana organisasi ini pertama kalinya menerbitkan peraturan tentang tata cara penyerahan barang pada tahun 1936 yang disebut dengan istilah Incoterm, dan peraturan ini telah mengalami beberapa kali perubahan, saat ini memperlakukan peraturan yang berlaku yaitu Incoterm 2000. Peraturan ini menerbitkan 13 jenis sistim penyerahan barang yang bisa dipilih oleh pihak eksportir dan importir. 2. Harga barang yang akan dijual pada pihak importir dipengaruhi oleh sistim penyerahan barang yang akan dipilih oleh importir, karena dalam sistim penyerahan barang itu menetapkan tanggung jawab daripada eksportir sampai dimana dia akan Volume 9, No. 2, April 2015 ----------------. 2008. Buku Petunjuk Kebijakan Ekspor. Jakarta : Departemen perdagangan -----------------. 2008. Buku Petunjuk Kebijakan Impor.. Jakarta : Departemen Perdagangan Hinkelman G. Edward, 2002. Metode Pembayaran Bisnis Internasional. Edisi Bahasa Indonesia. Terj. Hesti Widyaningrum S. Jakarta : PPM. Jay Heizer dan Barry Render. 2009. Operatios Management ( Manajemen Oprasi). Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Kotler Philip dan kevin Lane keller. 2009. Manajemen pemasaran. Indonesia : PT Macanan jaya Cemerlang. Raymond A. Noe, John R. Hollenbeck, dkk. 2008. Human resource Management : Gaining a Competitive Advantage. Jakarta : Salemba Empat. Satory Djam an & Komariah Aan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. S., Amir M.2004. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. Jakarta : PPM. Tandjung Marolop. 2011. Aspek dan Prosedur Ekspor Impor. Jakarta : Salemba empat. Udoyo Bambang. 2012. English for Export-Import Business. Yogyakarta : CV Andi Offset http://www.lpsdimataram.com