dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kota Nanga Bulik (ibu kota Kabupaten Lamandau). Adapun desa-desa yang berbatasan dengan Desa Cuhai adalah :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

UPACARA TEWAH DAN MAKNANYA DALAM MEMBINA RASA SOLIDARITAS MASYARAKAT DI DESA CUHAI KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan pada abad ke-16. Masyarakat

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN TANA TIDUNG. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

Filled Notes. 1. Wawancara dengan Bapak YB. Hari/tanggal : Selasa, 27 Maret : Rumah Bapak YB : WITA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya bekerja sebagai petani atau disebut juga dengan agraris. Dari segi

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

Tabel 30 Jumlah Kunjungan Domestik dan Non Domestik. Non Domestik (luar negeri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BABI PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

BAB V KESIMPULAN. Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-002/A/JA/02/2013 TENTANG PEDOMAN PENGURUSAN JENAZAH DI LINGKUNGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Prosesi Sebambangan Dalam Perkawinan Adat Lampung Studi di Desa

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB V PENUTUP. penting yang menjadi pokok atau inti dari tulisan ini, yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT. BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

WALIKOTA PROBOLINGGO

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

Transkripsi:

46

47

48

49

50

Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Bapak Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 1. Apakah yang dimaksud dengan upacara Tewah? 2. Apa tujuan utama upacara Tewah dilaksanakan? 3. Siapa yang melaksanakan upacara Tewah? 4. Siapa saja yang berhak memimpin upacara adat Tewah? Nama dan sebutannya apa? 5. Bagaimana proses atau urutan kegiatan upacara Tewah dilaksanakan? Jawab : Tewah pada umumnya dilaksanakan orang beragama Kaharingan, yaitu kegiatan mengantarkan jenasah dari rumah duka sampai ke pemakaman dan dilanjutkan pada malam harinya. Harapannya arwah sampai ke surga atau tempat terakhirnya (sampai ke Sabayan Bosar Surga Dalam), supaya masuk ke jalan yang baik (tidak tersesat/masuk neraka). Singkatnya adalah menyudahi rasa duka cita. Inti atau kegiatan utama Tewah adalah pada malam hari (tepat setelah pemakaman pada siang harinya). Tujuannya adalah menghilangkan ingatan kepada arwah juga sebagai ungkapan balas budi terhadap arwah semasa hidupnya. Yang melaksanakan upacara Tewah adalah keluarga yang ditinggalkan (berduka cita). Sedangkan hal pembiayaan biasanya ditanggung penuh oleh keluarga duka cita, meskipun tidak 51

menutup kemungkinan mendapat bantuan dari kerabat, tetangga, dan warga kampung. Dalam upacara Tewah ada 2 peran yang biasanya dilaksanakan oleh tokoh adat. Yang pertama adalah Domang, Domang ini bertugas mengatur segala proses upacara adat, singkatnya seperti mandor. Sedangkan yang kedua adalah Mantir adat, tugasnya adalah memimpin semua upacara adat yang ada dalam kegiatan upacara Tewah, baik ketika jenasah masih berada di dalam rumah duka, diantar ke pemakaman, dan kegiatan upacara Tewah pada malam harinya. Upacara Tewah dimulai ketika mendapat kabar di desa ada yang meninggal dunia, maka keluarga akan mengabarkan berita kematian ke seluruh desa. Kemudian keluarga membentuk kepanitian pelaksanaan upacara Tewah. Dalam kepanitiaan tersebut telah diatur sedemikian rupa tentang tugas-tugas apa saja yang akan dilaksanakan. Pada hari selanjutnya kegiatan terbagi menjadi dua, yang pertama mengantarkan jenasah ke pemakaman dan yang kedua adalah pada malam harinya melaksanakan kegiatan utama atau inti upacara Tewah. Albert Taguh (Domang Kabupaten Lamandau) 52

Daftar pertanyaan wawancara dengan Bapak Darius Pilos Pagi (Kepala Desa Cuhai) 1. Apakah ada hukuman atau sanksi jika tidak melaksanakan upacara Tewah? 2. Apakah makna upacara Tewah bagi masyarakat Kabupaten Lamandau secara umun dan desa Cuhai secara khusus? 3. Berapakah biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan upacara Tewah? 4. Faktor apa saja yang membuat upacara Tewah tidak menarik bagi kaum muda masyarakat desa Cuhai secara khusus atau Kabupaten Lamandau secara umum? Jawab : Dalam upacara Tewah secara umum tidak ada aturan yang mengatur tentang adanya sanksi atau tidak jika tidak melaksanakan upacara Tewah. Tetapi masyarakat sekitar pasti akan menganggap keluarga yang tidak melaksanakan Tewah ketika ada anggota keluarga yang meninngal dunia dengan anggapan tidak memiliki rasa hormat dan balas budi. Jadi, sanksi yang di dapat adalah sanksi moral secara tidak langsung. Tetapi karena adanya pemikiran jika tidak melaksanakan upacara Tewah akan mendapatkan kualat dari yang telah meninggal dunia maka upacara Tewah pasti dilaksanakan bagi mereka yang masih menganut agama Kaharingan. Secara umum makna upacara Tewah bagi masyarakat Kabupaten Lamandau adalah tetap adanya kearifan lokal yang masih terjaga meski kebudayaan asing dengan kencangnya menggempur kebudayaan lokal kita dan secara khusus upacara 53

Tewah tetap membuat rasa kebersamaan, solidaritas, dan rasa kekeluargaan tetap terjaga di Desa Cuhai. Banyaknya biaya yang dihabiskan atau dipergunakan dalam upacara Tewah bersifat relatif, berkisar dari 10-200 juta rupiah. Hal ini tergantung dari siapa yang di tewah-kan, jika dia seorang yang pernah memimpin suatu daerah, atau pernah berjasa besar atau juga datang dari keluarga yang sudah berada (kaya) semakin besar pula biaya tersebut. Biaya tersebut meliputi biaya pemakaman, konsumsi, dan lain-lain. Upacara Tewah baru-baru ini kurang mendapat perhatian yang banyak dari para generasi muda. Hal ini cukup meresahkan, mungkin yang membuatnya tidak menarik adalah karena upacara Tewah berbeda dengan upacara-upacara yang lain, tidak ada orkes music dangdut atau music-musik modern yang lainnya membuat para pemuda menganggap upacara Tewah membosankan. Padahal Tewah memiliki nilai sosial budaya yang sangat tinggi. Darius Pilos Pagi (Kepala Desa Cuhai) 54

Daftar pertanyaan dengan warga masyarakat Desa Cuhai (dipilih secara acak dan dilakukan ketika kegiatan upacara Tewah berlangsung) 1. Apa yang membuat Anda secara sukarela datang membantu keluarga duka baik bantuan berupa tenaga, materi, dan pikiran? 2. Seberapa penting makna upacara Tewah bagi masyarakat Desa Cuhai? 3. Harapan kedepan untuk generasi muda berkaitan dengan upacara Tewah? Jawab : Para warga datang dengan spontanitas, rasa kebersamaan yang membuat kami datang membantu keluarga duka. Upacara tewah sangat penting bagi masyarakat Desa Cuhai dan sekitarnya, lihat saja upacara Tewah seperti ini juga mendatangkan rejeki bagi masyarakat sekitar, ada yang berjualan makanan dan minuman. Harapannya mereka (pemuda) tetap bisa melestarikan kebudayaan lokal ini, karena ini adalah peninggalan nenek moyang mereka yang penuh dengan nilai dan norma yang baik guna menjalani kehidupan. Masyarakat Desa Cuhai 55

Dokumentasi (foto) Wawancara 56

Dokumentasi Gambar 1. Suasana berlangsung kegiatan upacara Tewah Gambar 2. Warga yang datang ke rumah duka Gambar 3. Penulis (lingkar merah) melakukan proses wawancara dan berbaur dengan para tokoh adat Kabupaten lamandau. 57

Gambar 4. Pemuda Desa Cuhai yang menjadi Bukung Gambar 5. Penulis bersama masyarakat yang menjadi Bukung Gambar 6. Para pemain musik 58

Gambar 7. Peti Jenazah yang diletakan ditengah rumah dan didampingi oleh anak, istri, dan cucu. Gambar 8. Jamuan makan siang di rumah duka, berdampingan langsung dengan peti jenazah. Gambar 9. Salah satu jenis sumbangan dari warga masyarakat sekitar, tampak ada lemang (makanan khas tradisional Kalimantan) 59

Gambar 10. Para tokoh adat yang bersiap-siap mengantarkan peti jenazah ke tempat pemakaman Gambar 11. Sanak saudara yang menangisi jenazah yang akan di bawa ke pemakaman Gambar 12. Sanak saudara dibantu para warga mengangkat peti jenazah 60

Gambar 13. Arak-arakan yang mengantar jenazah ke pemakaman Gambar 14. Peti jenasah tiba di pemakaman Gambar 15. Penulis berada di tengah-tengah egiatan utama upacara Tewah 61

Gambar 16. Para tokoh adat yang akan memulai kegiatan utama ritual tradisi upacara kematian Tewah Gambar 17. Para tokoh adat yang meminum tuak dari potongan buluh (bambu) Gambar 18. Para Domang melakukan mengganjan (tarian kematian) dalam prosesi utama upacara Tewah 62

Gambar 19. Domang (bertopi) melakukan pemotongan Jarau. Gambar 20. Seseorang yang bertugas membawa tuak dalam prosesi upacara Tewah Gambar 21. Bentuk dari Jarau 63

Gambar 22. Peneliti meminum tuak yang diberi oleh Kepala Desa Cuhai sekaligus keluarga duka sebagai syarat mengikuti upacara Tewah Gambar 23a. Kepanitiaan upacara Tewah Gambar 23b. Kepanitiaan upacara Tewah 64