BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

Peningkatan Derajat Kesehatan..., Rizsanti, Diny, Putri, Gina, Farida

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN SIKAP KEPALA KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI RT 3 RW 07 KELURAHAN PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

Oleh: Aulia Ihsani

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Sari Rahma Fitri* Kata kunci: Pengetahuan tentang PHBS. Keywords: Knowledge of PHBS

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Profil Sanitasi Wilayah

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang 2015 Vol. 5, No. 1

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dinas kesehatan, 2009). Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat (Syafrudin, 2009) Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terkait dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit berbasis lingkungan yang secara epidimiologis masih tinggi di Indonesia(Tursilowati dkk., 2007). Data Departemen Kesehatan menyebutkan, sedikitnya 30 ribu desa di 440 kabupaten di Tanah Air 1

2 memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Ini berarti banyak kabupaten yang masyarakatnya belum berperilaku hidup sehat. Akibatnya,angka kesakitan masyarakat sangat tinggi. (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Departemen kesehatan RI, 2009). Peningkatan PHBS tersebut dilaksanakan melalui 5 tatanan, diantaranya adalah tatanan rumah tangga. Terdapat 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga, yaitu; (1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi diberi ASI ekslusif, (3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, (4) Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, (7) Lantai rumah bukan lantai tanah, (8) Tidak merokok di dalam rumah, (9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) Makan buah dan sayur setiap hari. Keberhasilan program PHBS tatanan rumah tangga, didasarkan kepada 10 indikator yang dibagi menjadi 4 tingkatan atau kategori: Sehat I, Sehat II, Sehat III, dan Sehat IV; dengan target pemerintah yaitu

3 tercapainya penduduk Indonesia yang ber-phbs pada tingkat Sehat IV (Depkes RI, 2006). Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian rumah yang melaksanakan PHBS (klasifikasi IV) baru berkisar 24,38 %. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.(profil Dinas Kesehatan Kota Padang,2011). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya perilaku sesesorang (over behavior), karena prilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari prilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo, 2007). Menurut hasil penelitian Putri (2009) tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap keluarga terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada rumah tangga menunjukkan bahwa ada hubungan antara Pengetahuan dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa pengetahuan ternyata memiliki pengaruh terhadap penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di daerah tersebut.

4 Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah, akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai) (Mubarak dkk., 2007). Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.(dinas Kesehatan Kota Padang, 2010) Pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat sulit memahami akan pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular. Dengan sulit memahami arti penting PHBS menyebabkan masyarakat tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular (Amalia,2009). Hal diatas akan berbeda dengan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi karena memiliki PHBS lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Goodman bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya dari pada seseorang yang berpendidikan lebih

5 rendah, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi lebih mudah untuk menjaga kesehatan lingkungannya (Amalia,2009) Tingkat pendidikan kepala keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat pendidikan kepala keluarga yang rendah akan mempengaruhi keluarga dalam memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian Hermawan (2007) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin baik perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. Banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Diantaranya, yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya (Hermawan,2007). Jenjang pendidikan dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat dan berperan penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberitahu mengenai pentingnya kesehatan diri dan lingkungan untuk mencegah terjangkitnya suatu penyakit (Sander, 2005). Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dapat mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik (Widyastuti, 2005). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada kepala keluarga menjadikan keluarga lebih berorientasi pada tindakan preventif,

6 mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki 45 status kesehatan yang lebih baik (Widyastuti, 2005). Hasil penelitian Amalia (2009) menemukan adanya hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian Kusumawati (2004) mengemukakan bahwa ada hubungan antara pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan ini juga diperkuat dari hasil penelitian Pratiwi Simanungkalit (2011) bahwa kepala keluarga yang berpendidikan tinggi lebih memiliki perilaku lebih sehat dari pada kepala keluarga yang berpendidikan menengah dan sekolah dasar, dan kepala keluarga yang berpendidikan menengah memiliki perilaku lebih sehat dari pada kepala keluarga berpendidikan sekolah dasar. Pada tahun 2010 Rumah Tangga yang di pantau ber Perilaku Hidup Bersih (PHBS) dan Sehat berjumlah 23.227 Rumah tangga dan yang ber PHBS berjumlah 11.468 Rumah Tangga, ini menunjukan 49,37% rumah tangga yang di pantau sudah melaksanakan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat. Tahun 2010 jumlah rumah tangga seluruhnya 138.647, rumah tangga yang diperiksa 83.188 dan dari yang diperiksa ditemukan rumah tangga yang sehat berjumlah 59.713. Disini terlihat bahwa 71,78% rumah tangga yang diperiksa adalah sehat. (BAPPEDA Kota Padang, 2010) Derajat kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang yang berpendidikan

7 mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Di Kota Padang berdasarkan tingkat pendidikan jumlah terbanyak adalah pada tingkat SMU yaitu 12.847 jiwa (BPS Kota Padang 2008). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Padang, didapatkan bahwa di Kecamatan Pauh ini Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masih kurang, ini terlihat dari data yaitu persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sekitar 99,68%, Asi ekslusif 37,71%, penimbangan balita 71,96%, menggunakan air bersih 81,07%, cuci tangan pakai sabun 58,52%, menggunakan jamban sehat 59,55%, memberantas jentik nyamuk dirumah 39,79%, konsumsi sayur dan buah tiap hari 38,87%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 30,13% dan tidak merokok di dalam rumah 35,47%. ( Dinas Kesehatan Kota Padang, 2012) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 20 februari 2012 dipuskesmas Pauh di dapatkan bahwa di Kecamatan Pauh ini terdapat 9 kelurahan, dari 9 kelurahan tersebut, Kelurahan Limau Manis Selatan lah yang paling rendah berperilaku hidup bersih dan sehatnya, ini terlihat dari data yaitu pemberian asi ekslusif 25,71%, menimbang balita setiap bulan 61,90%, menggunakan air bersih 76,19%, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 59,05%, menggunakan jamban yang sehat 61,90%, memberantas jentik nyamuk di dalam rumah 22,86%, mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari 33,33%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 29,70%, dan tidak meroko di dalam rumah 38,10%. Pada kelurahan Limau Manis Selatan ini memiliki penduduk yang padat,

8 ekonomi rendah, SDM nya lemah, pendidikan yang rendah, dan daerah ini jauh dari pusat Kecamatan (Profil Puskesmas Pauh Padang,2012) Berdasarkan wawancara dan observasi pada tanggal 20 februari 2012 pada 7 KK di Kelurahan Limau Manis Selatan didapatkan bahwa 5 dari 7 KK memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tapi mereka tidak mengerti tentang perilaku hidup bersih dan sehat dan belum menerapkan 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat ini dalam kehidupan sehari hari dengan 7 KK, di dapatkan 5 KK tidak mengerti apa itu perilaku hidup bersih dan sehat, ini terlihat dari kebiasaan mereka yang tidak memberikan asi ekslusif, tidak memiliki jamban sehat, menggunakan air sungai untuk MCK (mandi, cuci, kakus ), tidak memberantas jentik nyamuk di dalam rumah, ini terlihat dengan kebiasaan anggota keluarga menggantung pakaian, dan kebiasaan kepala keluarga merokok di dalam rumah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, karena seharusnya seseorang yang memilki latar belakang pendidikan yang tinggi dapat memelihara tingkat kesehatannya dari pada seseorang yang berpendidikan rendah. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara pengetahuan dan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga.

9 B. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih sehat keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan Tahun 2012. C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan kepala keluarga terhadap perilaku hidup bersih sehat pada keluarga. 2. Tujuan khusus a) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan kepala keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat di Kelurahan Limau Manis Selatan. b) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan. c) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan. d) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan.

10 e) Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat kepala keluarga di Kelurahan Limau Manis Selatan. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan pengalaman serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian ilmiah, khususnya mengenai perilaku hidup bersih sehat dalam keluarga serta menerapkan ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan untuk penyusunan tugas akhir di masa yang akan datang dan bahan masukan untuk mata kuliah riset keperawatan. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga masyarakat dapat mengetahui dan menerapkan perilaku hidup bersh dan sehat dalam kehidupan sehari hari.