TERTIB BERBAHASA INDONESIA. Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA



dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGGUNAAN TATA BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ARTIKEL ILMIAH Retno Asihanti Setiorini * Abstrak

Dr. Supriyadi, M.Pd EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Penerbit:

PENGEMBANGAN PANDUAN PENULISAN TUGAS AKHIR BIDANG REKAYASA POLINES

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KALIMAT YANG DIACAK MENJADI SEBUAH PARAGRAF YANG BAIK DAN BENAR MELALUI METODE SCRAMBLE

MATERI AJAR MATA KULIAH TATA TULIS KARYA ILMIAH TPB - ITB

Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI DI KELOMPOK B3 TAMAN KANAK- KANAK PERTIWI 1 KOTA BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (dalam

BAB I BAHASA DAN KEBUDAYAAN

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang relevan sebelumnya adalah hasil penelitian Murniyati Gobel mahasiswa

PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DALAM KARYA ILMIAH (TESIS DAN DISERTASI)

Tugasku Sehari-hari. Diunduh dari. Tema 3. Buku Guru SD/MI Kelas II. Buku Tematik Terpadu K urikulum 2013

Kontributor Naskah : Purnomosidi, Irene Maria J. Astuti, Marina Novianti, Taufina, dan Faisal.

MODEL PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

FUNGSI BAHASA SEBAGAI PENGEMBANG BUDAYA BANGSA YANG BERKARAKTER DALAM KAITANNYA DENGAN FUNGSI PENDIDIK. Nurhayati

TEKNIK LENGKAPI CERPEN DAN UBAH DIARY SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. oleh. : Ishmatul Maula NIM : : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIT9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN. Masrinawatie AS. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2000: ) yakni publisitas yang menyangkut

MAKALAH HAKIKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI BAGIMANUSIA. Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam pembelajaran, yakni sebagai

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT WACANA DESKRIPSI DENGAN MEDIA TEKS BERGERAK BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PLERET SKRIPSI

PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALEMBANG

BUKU I PANDUAN PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSIPESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KISI-KISI UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) adalah

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

MENULIS CERPEN SKRIPSI. oleh SEPTEMBE

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara

Transkripsi:

TERTIB BERBAHASA INDONESIA Yeti Mulyati UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BERBAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR BAIK KAIDAH SOSIAL - SOSIOLINGUISTIK - PRAGMATIK BENAR KAIDAH KEBAHASAAN -FONOLOGI - MORFOLOGI -SINTAKSIS -SEMANTIK -WACANA

BERBAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN SANTUN MASYARAKAT PEMAKAI BAHASA ETIKA BUDAYA KONVENSI

KAIDAH STRUKTUR Fonologi Kebenaran bunyi Morfologi Kebenaran bentuk Sintaksis Kebenaran gramatika Wacana Kebenaran teks dan konteks

PARAGRAF DAN PENATAANNYA (a) hakikat, (b) fungsi, (c) syarat-syarat pembentukan, (d) ciri-ciri paragraf yang baik.

Hakikat Paragraf Paragraf selalu dibangun oleh satu pikiran/gagasan/ide utama sebagai pengendali satu kesatuan informasi tertentu, dan beberapa pikiran pengembang yang berfungsi sebagai pendukung atau penjelas atas ide/pikiran utamanya.

Syarat-syarat Paragraf yang Baik (a)kesatuan (unity/cohecy) (b)kepaduan (coherence) (c) urutan pikiran (order), dan (d)kelengkapan (completeness).

Fungsi Paragraf PENULIS ------------------------- PEMBACA Para penulis memanfaatkan paragraf untuk kepentingan pengklasifikasian gagasan dan pengorganisasiannya secara logis dan sistematis; sementara para pembaca memanfaatkan paragraf sebagai alat bantu dalam memahami gagasan-gagasan dan alur pikir penulisnya.

(a) Kesatuan (kohesi) hanya mengandung satu pikiran/ide/gagasan utama yang berfungsi sebagai pengendali atau pengontrol. Ide/gagasan utama dimaksud bisa dituangkan secara eksplisit, bisa juga implisit. Jika ide utama dituangkan secara eksplisit kalimat utama. Kalimat-kalimat pendukung dan penjelas ide utama.

(b) Kepaduan (koherensi) Kekompakan hubungan antarkalimat. Memperlihatkan pertautan yang harmonis. Pertautan itu bisa dibangun oleh unsur kebahasaan, pemerincian, dan urutan isi paragraf.

Kalimat Efektif Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan itu berlangsung dengan sempurna (Razak, 1985:20). Kalimat itu sanggup melukiskan dan menggambarkan isi, pesan, maksud, informasi yang diusungnya kepada penerima persis sebagaimana yang dimaksudkan penyampainya.

Ciri Kalimat Efektif (1) memiliki satu kesatuan pikiran, (2)memperhatikan pola kesejajaran dalam pengungkapan, (3) memperhatikan aspek kehematan, (4)memperhatikan aspek penekanan, dan (5)memperhatikan aspek kevariasian.

Contoh kalimat tidak efektif (1) Di dalam keputusan itu mengandung kebijakan yang dapat merugikan kepentingan umum. (2) Telepon selular tidak lagi dianggap sebagai barang lux dewasa ini. Sehingga pema-kaiannya sudah menjangkau masyarakat kelas bawah. (3) Masyarakat tidak akan tahu dan mengerti keadaan yang sebenarnya jika pemberitaan pers dikebiri. (4) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara mengobatinya tak ada yang tahu.

Untuk menjaga keefektifan kalimat dari segi kehematan, para penulis hendaknya menghindari hal-hal berikut: (a) kemungkinan hiponimi, (b) pemakaian partikel penghubung antara P (verba transitif) dengan O-nya, (c) pengulangan sesuatu yang sudah disebutkan, (d) penyelipan gagasan yang tidak sealur (Parera, 1991: 51-53).

Penekanan maksud kalimat dalam berbahasa lisan biasanya memanfaatkan Intonasi dengan memperlambat ucapan, memperpanjang, atau meninggikan intonasi. Dalam bahasa tulis, penekanan maksud kalimat dapat dilakukan dengan cara: (a) pengaturan posisi dalam kalimat, (b) pengurutan yang logis, dan (c) pengulangan (Akhadiah, dkk., 1993:124; Darmadi, 1996:75, Razak, 1985:96).

Beberapa Contoh (a) Prof. Hembing berpendapat, salah satu indikator kesehatan manusia adalah adanya gejala ketimpangan rasio antara gizi yang seharusnya dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan. (b) Salah satu indikator kesehatan manusia, menurut Prof. Hembing, adalah adanya gejala ketimpangan rasio antara gizi yang seharusnya dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan.

Pilihan Kata (Diksi) Beberapa kalimat berikut mengandung kekurangcermatan dalam hal diksi. (a) Guru itu adalah sosok yang menjadi figur untuk digugu dan ditiru. (merupakan) (b) Kami mengajar komputer itu sudah bertahun-tahun lamanya. (mengajarkan)

Dalam memilih diksi cermati kata-kata yang bermakna konseptual atau referensial. dari kata-kata yang berfungsi gramatikal. Kata dan, bahwa, yang, di, misalnya, tidak mempunyai makna konseptual/referensial, melainkan mempunyai fungsi gramatikal. Kata pelayan toko dengan pramuniaga memiliki efek makna yang berbeda. Demikian juga dengan efek makna dari katakata berikut: istri-bini, wanita-perempuan, kumpulan-rombongan-gerombolan,melihatmenengok-memandang-mengintip-mengintaimelirik, dsb.

Sebagai rambu-rambu, perhatikan hal berikut: hubungan antara sesama makna konseptual/referensial seperti: sinonim, polisemi, antonim, homofon; perkembangan makna yang sesuai dengan zamannya; pemakaian kata sesuai dengan sasaran/audiennya; pemakaian kata sesuai dengan bidang ilmunya; pemakaian kata sesuai dengan lingkup kosakatanya; pemakaian kata sesuai dengan situasi dan konteks pemakaiannya.

Ejaan dan Tanda Baca Sebagai contoh, mari kita perhatikan tiga kalimat berikut. (1) Menurut cerita Bapak Sumanto adalah seorang kanibal yang telah memakan lebih dari tiga daging manusia. (Siapa sebenarnya yang kanibal? Tidak jelas!) (2) Menurut cerita, Bapak Sumanto adalah seorang kanibal yang telah memakan lebih dari tiga daging manusia. (Siapa sebenarnya yang kanibal? Bapak Sumanto) (3) Istri direktur STMIK yang baru lulusan Harvard University.