BAB IV ANALISA. dengan pokok penelitian yaitu: Perilaku remaja anak kandung dan anak angkat dalam

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU REMAJA ANAK KANDUNG DAN ANAK ANGKAT DALAM KELUARGA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA-ALOR (Suatu Kajian Dari Perspektif Erik Erikson) TESIS

BAB III METODE PENELITIAN. dengan melihat perilaku remaja anak kandung dan anak angkat dalam keluarga di

BAB II PERKEMBANGAN PSIKO-SOSIAL REMAJA DARI PERSPEKTIF ERIK ERIKSON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, keluarga merupakan kelompok sosial, terkecil yang umumnya terdiri

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

PSIKOLOGI REMAJA. Sumber buku : Psikologi Remaja karangan Prof. Dr. Sarlito WS. Oleh : Saktiyono B. Purwoko, S.Psi

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

Perkembangan Sepanjang Hayat

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA ORANG TUA DAN REMAJA MENGENAI TEMAN BERGAUL REMAJA. Dra. Muniroh A, M. Pd Afra Hafny Noer, S. Psi, M. Sc

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak data dan informasi tentang tingkat perilaku delinkuen remaja yang mengarah

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

Perkembangan Sepanjang Hayat

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak melepaskan diri dari keluarga dan

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan depresi adalah gangguan yang mempengaruhi. fisik, mood, dan pikiran seseorang. Gangguan depresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KECENDERUNGAN BUNUH DIRI PADA REMAJA YANG BERSTATUS SOSIAL EKONOMI LEMAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

PAHAMI ANAK APA ADANYA

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB II LANDASAN TEORI

PERKEMBANGAN AFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan. mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional (2008) sendiri setidaknya

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dengan transisi adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

Erikson berpendapat bahwa perkembangan manusia melalui tahap tahap. psikososial dan tahap tahap perkembangan tersebut terus berlanjut sampai

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

Transkripsi:

BAB IV ANALISA Dalam bab III telah di uraikan data hasil penelitian, selanjutnya dalam bab IV ini akan di lakukan analisa sebagai upaya untuk mendiskripsikan permasalahan yang berhubungan dengan pokok penelitian yaitu: Perilaku remaja anak kandung dan anak angkat dalam keluarga di Kecamatan Mutiara-Alor (suatu kajian dari perspektif Erik Erikson). Maka di bab ini, penulis akan memfokuskan diri dalam menganalisis data yang telah di paparkan antara lain: A. Analisa Berdasarkan hasil penelitian terhadap setiap subjek, penulis menemukan bahwa perilaku remaja anak kandung dan angka angkat dalam keluarga di Teluk Mutiara-Alor mengakibatkan munculnya perilaku-perilaku yang bersifat egois, ingin menang sendiri, kecewa, marah, tertekan, minder, tidak mau di atur. Respon-respon ini sangat perkaitan dengan kognitif, afektif, dan konatif yang rendah dalam kehidupan setiap keluarga. Respon ini muncul akibat peraturan yang di buat orang tua, perhatian dari orang tua yang berbeda kepada setiap anak, dan pergaulan yang terjadi dalam lingkungannya. Pada bagian berikut ini, penulis akan memaparkan analisa perilaku remaja anak kandung dan anak angkat dalam keluarga Teluk Mutiara-Alor. 54

Tabel 3.2. Perilaku anak kandung (AK) dalam keluarga di Kecamatan Teluk Mutiara-Alor. No Nama Anak Kandung Aspek Perilaku positif Kognitif Afektif Konatif 1 Sarah Dewasa Baik Baik Positif negatif 2 Bobi Bersifat egois Labil Bertindak kasar Negatif 3 Feby Masih terlihat Manja Bertindak dengan Sering berubah egois hormat 4 Wati Egois Labil Baik dengan Sering berubah lingkungan 5 Deci Baik (dewasa) Masih labil Bertindak baik dengan lingkungannya Sering berubah Tabel 3.3. Perilaku anak angkat (AA) dalam keluarga di Kecamatan Teluk Mutiara- Alor No Nama Anak Angkat Aspek Perilaku positif negatif Kognitif Afektif Konatif 1 Nina Berfikir Egois Labil Labil Negatif 2 Nona Dapat perfikir Labil Labil Sering berubah positif 3 Dedi Berfikir egois Labil Perilaku Negatif menyimpang 4 Ina Bersifat egois Labil Kasar Negatif 5 Ratna Dewasa Baik Baik Positif Penjelasan tabel menurut aspek-aspek perilaku antara lain: 1 Aspek kognitif Pada aspek ini remaja mulai dapat berfikir logis tentang sebuah gagasan, dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah, mampu berfikir ke arah masa depan. Seperti pada subjek: Sarah (AK) dan Ratna (AA) mereka sudah bisa berfikir logis tentang sebuah gagasan, dapat membuat keputusan dan mampu berfikir ke arah masa depan yang positif. Pada subjek: Feby (AK), Wati (AK), Deci (AA) dan 55

Nona (AA), masih berfikir labil, ada saatnya mereka bisa menentukan yang baik dan sebaliknya dapat berfikir dengan tidak baik bila itu berlawanan dengan pemikiran mereka. Sedangkan pada subjek: Dedi (AA), dan Nina (AA), Bobi (AK), Ina (AA) dan masih memiliki kognitif yang bersifat egosentris, suka membantah, mudah marah, murung dan cuek dengan keadaan sekitarnya. Menurut Erikson apabila remaja dapat mengeksplorasi peran-peran dengan cara yang sehat dan mendapatkan jalan yang positif untuk di ikuti dalam hidupnya, maka suatu identitas positif akan terbentuk. Tetapi bila, suatu identitas di paksakan pada remaja oleh orang tua, remaja kurang mengeksplorasi peran-peran yang berbeda, dan bila jalan ke masa depan yang positif tidak di tentukan, maka kekacauan identitas akan terjadi. 2 Aspek afektif Pada aspek ini, remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi yang menunjukan sifat sensitif, emosi yang bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung) yang berhubungan dengan senang dan tidak senang. Seperti pada subjek, Sarah (AK), Nina (AA), Nona (AA), Feby (AK), Ina (AA), dan Ratna (AA), mereka merasa gembira kalau bisa berkumpul dengan keluarganya misalnya dengan bapak dan ibu di rumah. Perasaan senang ini muncul karena ada kedekatan atau perhatian dari orang tua. Perasaan tidak senang itu ada apabila keinginan-keinginan mereka tidak di penuhi maka mereka akan merasa sedih atau murung. Sedangkan Dedi (AA), Deci (AK), Bobi (AK), dan Wati (AK) lebih senang berkumpul bersama teman-temannya di bandingkan dengan keluarga 56

di rumah. Hal ini menunjukan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman-temanya di bandingkan bersama keluarga. Hal tersebut bisa menjerumuskan mereka ke dalam dampak pemyimpangan atau identitas negatif. Menurut Erikson, pentingnya remaja mengembangkan rasa percaya awal jika remaja ingin mencapai perasaan aman dan sejahtera di kemudian hari. Di bandingkan dengan anak yang rasa percayanya rendah, mereka juga tidak begitu semangat dalam mencapai tujuannya. 1 3 Aspek konatif Pada aspek ini, remaja yang sudah mampu berperilaku tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tahap psikologis (rasa di terima, di hargai, dan mendapat penilaian positif dari orang lain). 2 Dalam situasi tertentu yang di tentukan oleh kepercayaan dan perasaan (stimulus) tertentu. Terlihat pada Sarah (AK), Nona (AA), Febi (AK), Ina (AK), Deci (AK), dan Ratna (AA) memperlihatkan perilaku yang baik dan terbuka, dapat menjalani peran mereka dengan benar. Sedangkan pada Nina (AA), Bobi (AK), Dedi (AA), dan Wati (AK), masih memperlihatkan perilaku kekerasan, ingin menang sendiri, tidak mau di atur, dan sering membuat keributan dengan saudara-saudaranya. Jadi dari ketiga aspek yang di ungkapkan dalam penelitian ini menunjukan bahwa remaja anak kandung dan anak angkat selalu mengalami perbedaan baik dalam aspek 1. F. J. Monks & A.M.P. Knoers, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiaannya,...258 2. www. Belajarpsikologi.com. Di askes pada tanggal 20 april 2013. 57

kognitif, afektif, maupun pada aspek konatif yang negatif karena respon dari objek perilaku. Hal ini di perkuat dengan pernyataan Erikson, bahwa remaja berdasarkan kondisi demikian, salah satu tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas, sehingga di harapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas diri yang stabil, akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, penuh percaya diri, dapat mengatasi berbagai situasi, dapat mengambil keputusan penting, serta mengenal peran dalam masyarakat. Tetapi bila perilaku remaja tidak konsisten dan tidak dapat di prediksi baik secara aspek kognitif, afektif, dan konatif masa kekacauan identitas akan terjadi. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas dan mencapai suatu identitas yang tidak stabil, akan sangat membahayakan masa depan remaja. 3 B. Peranan Orang Tua Dalam Melihat Perilaku Remaja Anak Kandung Dan Anak Angkat Dalam Keluarga Dalam melihat akan perilaku kognitif, afektif dan konatif remaja anak kandung dan anak angkat, orang tua dalam keluarga 1, 2, 3, 4, dan 5 yang telah membesarkan remaja ini, tidak memihak atau membandingkan satu dan lainnya. Tetapi setiap keluarga, kurang mendisiplinkan remaja mereka dengan tegas. Sehingga perilaku kognitif (yang bersifat egois, suka membantah) masih menjadi perilaku yang mudah untuk di lakukan. Begitu juga dengan perilaku Afektif (mudah marah, tersinggung, dan murung), serta perilaku konatif, kekerasan antara anak sering terjadi. Berbicara mengenai keluarga dalam memahami kehidupan remaja sangatlah penting, hal ini dapat di lihat karena masa remaja adalah masa transisi. Masa remaja merupakan masa di mana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan 3. Ibid... 58

mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, emosi, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Oleh karenanya remaja sangat rentang sekali mengalami masalah psikososial, yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. 4 Dalam berbagai penelitian yang telah di lakukan, di kemukakan bahwa anak/ remaja yang di besarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi kepribadian antisosial dan berberilaku menyimpang lebih besar di bandingkan dengan anak/remaja yang di besarkan dalam keluarga sehat/harmonis. Orang tua dan remaja akan selalu menghadapi konflik karena sang remaja sedang berusaha untuk menentukan identitas, tujuan hidup mereka, dan bagaimana mereka bisa menjalani kehidupan tersebut. Di dalam proses pencarian filsafat hidup ini, seorang remaja harus membuat keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keyakinan beragama, moralitas, seksualitas, dan nilai-nilai lainnya. Kegagalan untuk mencapai rasa identitas yang jelas bisa mengakibatkan kebimbangan dalam peranan hidup. Tercapainya ciri perkembangan dalam setiap tahap sangatlah penting bagi keseimbangan seorang remaja. Kualitas perkembangan tersebut akan menentukan keberhasilan remaja dalam mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, trauma dan krisis untuk segala tahap dalam hidupnya. 4. www. Faktor-penyebab-perubahan-dan.hltm. Di askes pada tanggal 20 april 2013 59

60