BAB I PERUM PENDAHULUAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERSIAPAN UNTUK MENGOLAH GERAK

BAB V PEDOMAN MAGNET

melekat. Kemungkinan selalu ads bahwa karena beberapa konstruksi bangunan kapal seperti bang-bang cerobong dan sebagainya. Pandangan keliling sekitar

1. Topdal Tunda (Topdal Mesin) Jenis-jenis Topdal Tunda 1. NEGUS TAFERAIL LOG 2. WALKER'S CHERUB LOG 20 x x 11

a. Batu Perum b. Tali Perum c. Mesin Perum d. Alat pencatat dalam

a. Pedoman dikapal b. Menara suar c. Sudut baringan (relatiop)

Keuntungan topdal tunda terhadap topdal tangan 1. Pelayanannya lebih jauh 2. Dapat dilakukan pengukuran secara terns menerus (continue)

Kode : PTK.NP MELAKUKAN DINAS JAGA DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB III. Tindakan Olah Gerak menolong orang jatuh kelaut tergantung dan pada factor-factor sebagai berikut :

BAB II PENENTUAN POSISI KAPAL DIATAS PETA LAUT

DESAIN INSTALASI LAMPU NAVIGASI PADA KAPAL PERINTIS 2000 GT

Gbr. 27 BAB II DEREK MUAT (CARGO WINCH) Derek Muat.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

KATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.

Membangkitkan getaran-getaran listrik Pada umumnya gelombang-gelombang listrik dibangkitkan dengan salah satu cara dari pada cara-cara di bawah ini :

SURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Awak tidak memperhatikan bangunan dan stabilitas kapal. Kecelakaan kapal di laut atau dermaga. bahaya dalam pelayaran

BAB VIIII CHRONOMETER

bab 1 gerak dasar kata kunci berjalan memutar melempar berlari mengayun menangkap melompat menekuk menendang

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB X PINTU DAN JENDELA

Tabel 4.1. Komponen dan Simbol-Simbol dalam Kelistrikan. No Nama Simbol Keterangan Meter analog. 1 Baterai Sumber arus

Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut UMUM ATURAN 1 PEMBERLAKUAN a. Aturan-aturan ini berlaku bagi semua kapal dilaut lepas dan di semua perairan

PETUNJUK PEMASANGAN & PENGGUNAAN. dilengkapi dengan. Edisi Januari 2004

- Bila kedua penunjukkan adalah sama berarti garis layar telah tepat.

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

2016, No Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang Pengesahan International Convention For The Safety of Life at Sea, 1974; 6. Peratur

BAB II LAMPIRAN I PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS LAMPU LAMPU DAN TANDA TANDA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

TOPDAL CHERNIKEEFF Bagian susunan dan Topdal ini diperlihatkan di dalam gambar di bawah ini.

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

BAB 1 GERAK DASAR KATA KUNCI BERJALAN MEMUTAR MELEMPAR BERLARI MENGAYUN MENANGKAP MELOMPAT MENEKUK MENENDANG

TALI, SIMPUL DAN IKATAN

KAPAL IKAN PURSE SEINE

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

BAB 5 PEMUAIAN. Pemuaian. Kompetensi Dasar: Standar Kompetensi: Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

dengan mmhg atau milibar, tinggi permukaan air raksa di dalam bejana akan tergantung dan naik turunnya air raksa dalam tabung.

III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

BAB 4 MENERAPKAN PROSEDUR PENYELAMATAN DIRI DARURAT DAN SAR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

LATIHAN USAHA, ENERGI, IMPULS DAN MOMENTUM

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PEMERIKSAAN TONGKANG

INJ 24 x 3 Three Core Heatshrinkable Cable Joint

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

3 METODOLOGI PENELITIAN

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

MODUL PEMBELAJARAN BILANGAN

BAB I PERATURAN PERATURAN INTERNASIONAL UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN DILAUT,1972 BAGIAN A UMUM ATURAN 1

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

MEMASANG RANGKA DAN PENUTUP PLAFON

BAB 5 MOMENTUM DAN IMPULS

Pilihan ganda soal dan impuls dan momentum 15 butir. 5 uraian soal dan impuls dan momentum

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

4. Thermometer Kelvin (Lihat gambar halaman)

Bab XII. Spesifikasi Teknis dan Gambar

MODUL MENGOPERASIKAN JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET)

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

LATIHAN SOAL UKK MATA PELAJARAN PTD KELAS 8 TAHUN 2010

Pengalaman Membuat dan Memasang Tanda Batas Di Taman Nasional Kepulauan Seribu

PUTUSAN NOMOR HK.2010/06/I/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

PK.TPL.J.02.M PENGOPERASIAN INSTALASI LISTRIK PADA KAPAL PERIKANAN

ALTERNATIF PENGGUNAAN GADING BAJA PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU 30 GT

BAB I PENDAHULUAN I-1

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

BAB II CARA KERJA MESIN 2 TAK DAN 4 TAK

MENYALAKAN API DENGAN TEKNIK PRASEJARAH BOW AND DRILL

PUTUSAN NOMOR HK 2010/17/VI/MP.13 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG KANDASNYA KM.

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB 5 MOMENTUM DAN IMPULS

1. EMISI GAS BUANG EURO2

DAFTAR ISI BAB I PEDOMAN MAGNET

PUTUSAN NOMOR HK.2010/03/I/MP.12 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

HUKUM NEWTON TENTANG GERAK DINAMIKA PARTIKEL 1. PENDAHULUAN

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

Pembuatan dan Penggunaan ALAT PERAGA SEDERHANA FISIKA SMP LISTRIK MAGNET

1. Koreksi tinggi 2. Koreksi gaga berat dan koreksi lintang

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

BAB IV HASIL PENELITIAN

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Membuat Hiasan PadaBusana Dengan Teknik Sulaman Oleh : Dra.Enny Zuhni Khayati,M.Kes. Edit ulang oleh : Yandriana F.M

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

MEMASANG KUSEN PADA DINDING PASANGAN

KHAKI X-WIND PANDUAN PENGGUNAAN

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi

Transkripsi:

BAB I PERUM PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alat-alat navigasi biasa yang umumnya di kapal digunakan untuk menetapkan kedalaman air di suatu tempat di laut. Tujuan kami menyusun keterangan mengenai Perum adalah agar para pembaca umumnya, dan para Taruna pada khusunya dapat mengenai dan mengerti mengenai Perum. Perum adalah alas bantu Navigasi di kapal untuk mengukur kedalaman air. Alat ini harus dimiliki oleh setiap kapal. Banyak sekali manfaatnya terutama apabila kapal sedang olah Gerak pada perairan yang belum dikenal dan tanpa adanya pandu diatas kapal. Mualim jags harus selalu mengetahui dan menyadari akan kedalaman parairan di sekitar haluan yang dilalui. Hal ini sangat penting sekali, meski pun kapal dilengkapi dengan peta dengan data-data kedalaman air. Pengecekan lebih lanjut harus selalu diadakan. Untuk mengetahui kedalaman yang sebenarnya sesuai dengan kedalaman di peta, terlebih lagi pada seat kapal akan berlabuh jangkar, kedalaman perairan disekitamya harus segera di cek. Setelah itu disesuaikan dengan pasang surut. Apakah cukup kedalaman untuk berlabuh jangkar.' Pada sat kapal duduk atau kandas, tanpa memiliki Forum ini, tak dapat dibayangkan bagaimana kesibukan. Setelah selesai mempelajari bab ini para pembaca maupun para toruna dapat ; 1. Menjelaskan ruang lingkup penggunaan Perum pada umumnya di kapal, 2. Mendemonstrasikan cara membaca dan mengoreksi Perum secara tepat

3. Menjelaskan cara perawatan Perum di kapal. Umumnya perum dibedakan atas : Perum tangan (Perum Klasik) Perum Mesin (Mekanik) Perum Modern (Listrik) 1. Perum Tangan. Perum tangan merupakan Perum klasik, dimana dibedakan atas 3 klas apabila dilihat dari panjang talinya dan pemberatnya. a. Perum Kelas Ringan Panjang tali sekitar 25 meter sampai dengan 50 meter dengan pemberat seberat antara 3 kilogram sampai 9 kilogram. b. Perum Kelas Sedang Panjang tali jugs sekitar 25 sampai dengan 50 meter tetapi mempunyai beret pemberat sekitar 9 sampai dengan 15 Kilogram. c. Perum Kelas Berat Tali perum cukup panjang sampai dengan 120 meter dan pemberatnya sekitar 15 kilogram. Perum tangan terdiri dari dug bagian yang sangat penting, yaitu : d. Tali Perum Tali Perum merupakan tali yang dianyam sedemikian rupa, tidak mudah putus dan mempunyai elastisitas yang kecil. Tali ini terbuat dari benang linen dan nilon sehingga ringan dan tidak mudah rusak, terdiri dari 3 urat dan 27 benang. "Simson Tiller Rope No. 8" merupakan tali perum yang paling banyak digunakan di atas kapal.

e. Batu Perum Batu perum merupakan pemberat yang diikatkan pada tali perum pada ujungnya, terbuat dari timah hitam yang berbentuk limas. Pada bagian atas ditetapkan mata untuk menempatkan tali sedangkan dasar yang berbentuk sisi enam sama sisi, dipusatkan berlomba, untuk menempelkan gemuk agar dapat mengetahui macam dasar laut, misalnya pasir, lumpur, atau pada batu-batuan Di tengah-tengah rentangan tali diberikan beban ( dibanduli ) yang cukup berat. Hal ini berlangsung kira-kira selama satu minggu, setiap hari tali dibasahi beberapa kali. Tujuan dari pada menggenjot tali agar supaya tali tidak memanjang lagi jika kena pangs dan tidak memendek ( mengkerut ) jika kena dingin sehingga hasil pengukuran kedalaman air dapat lebih tepat. Pada Ujung tali perum harus dibuat mata, agar diikatkan pada mata batu perum. Memasang Merkah-Merkah (tanda-tanda) pada tali Perum, Pemasangan merkah-merkah atau tanda-tanda ini harus dilakukan pada saat tali masih dalam keadaan basah. Panjang tali perum diperhitungkan dari Ujung bawah (dasar) batu perum. Tali perum dibagi-bagi atas bagianbagian g dinyatakan dalam satuan meter. Dalam pelaksanaan pengukuran kedalaman air laut dengan menggunakan perum tangan, tali perum biasa diberi tanda atau merkah-merkah sebagai berikut : 1. Pada setiap kepanjangan 3, 13, 23 dst ditandai dengan kain merah 2. Pada setiap kepanjangan 5, 15, 25 dst ditandai dengan kain putih 3. Pada setiap kepanjangan tali 7, 17, 27 dst. Ditandai dengan kain baru

4. Pada setiap kepanjangan tali 10, 20 dst. Ditandai dengan sepotong kulit yang diberi lobang 1,2 dst. Atau dapat juga dibuat satu simpul dua simpul dan seterusnya. Sedangkan pada kepanjangan yang tidak disebutkan di atas pada kepanjangan 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 11 dst. Ditandai dengan tali putih (tidak berwarna). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, harap memperhatikan gambar di bawah : Pada Perum berat, pemasangan merkah-merkah berbeda dengan perum ringan ataupun sedang. Hal ini disebabkan panjangnya tali perum dan penggunaan pada perairan yang dalam. Disamping panjang dan merkahnya berbeda-beda ukuran tali dan cara penganyaman tali juga berbeda. Tali ini terdiri dari 3 urat dan 27 benang teranyam secara kokoh. Pemberian merkah sebagai berikut Pada setiap kepanjangan tali 10, 20, 30 dan 40 diberikan 1, 2, 3, dan 4 simpul Sedangkan pada kepanjangan tali 50, 60, dan 100 diberikan kulit yang berlobang I dan 2 Kembali pada kepanjangan tali 60, 70, 80 dan 90 diberikan 1, 2, 3 dan 4 simpul kembali. Agar supaya tali perum ini dapat diayun ataupun diputar untuk kemudian dilempar ke taut dengan mudah pada saat pemeruman, maka pada kepanjangan tali sekitar 3 1/3 meter ditempatkan sebuah pasak dari kayu. Pasak ini dinamakan PASAK LINTANG.

Cara-cara Pemeruman Di kapal kapal tua (kuno) salah satu awak kapal ada yang disebut juru perum, sekarang ini Serang (Boatswain) namanya. Peruman umumnya dilakukan di sebelah kanan di borders atau lazim disebut Ladder step, bagi juru perum yang kidal melakukan pemeruman di lambung kiri. Bordes kadang-kadang ditempatkan dianjungan, boat deck atau pun di tangga utama geladak kapal. sebelah melakukan pemeruman, perum dipersiapkan dengan tali perum yang digulung secara rapi. Baru perum diberi gemka pada lubang dasar batu perum. Tali perum disambungkan pada batu perumnya. Juru perum memegang pasak lintang yang terdapat pada tali perum. Perum diayunkan putar ke depan dan ke belakang dan bilamana telah memperoleh momentum yang cukup, batu perum dilemparkan. ke depan sejauh mungkin sambil mengarea tali perum. Pada sat batu perum menyentuh dasar, tali perum akan tampak kendor, segera diambil kekendorannya (slacknya) dan dijaga agar tali selalu tegang. Pada saat tali perum tegang lurus ke bawah tepat di bawah juru perum, pemeruman dibaca dan dilaporkan ke anjungan Malim Jaga). -Pada Siang hari pemeruman dapat dibaca langsung dengan melihat merkah-merkah yang ada di atas permukaan air taut. Jika pada waktu malam hari atau pada saat cuaca buruk, biasanya sulit membaca (melihat) merkah-merkahnya.

Untuk mengetahui merkah-merkahnya cukup dengan melihat apa yang terpegang di tangan. Jadi, pemeruman kedalaman air harus dikoreksi dengan jarak dari tangan juru perum ke permukaan air taut. Pada pemeruman yang terakhir ini biasanya juru perum meneriakkan ke anjungan (Mualim Jaga) sebanyak tali di tangan". Jenis tanah di dasar taut dapat dengan mudah diketahui di dasar atau perum, melekat pada gemuk g ada di dasar taut perum. Biasanya yang mudah menempel adalah pasir dan lumpur, batu-batu karang dan jenis batu-batu agak suit kecuali apabila terjadi retakanretakan, hat ini hanya mungkin. Ketelitian pemeruman sangat tergantung dari banyak faktor, menggunakan perum tangan antara lain : 1. Kecepatan kapal 2. Kemahiran juru perum 3. Keadaan cuaca pada saat itu 4. Banyaknya pemeruman yang dilakukan. dst. Juru perum yang baik berdasarkan pengalaman dalam keadaan cuaca baik, dapat menghasilkan pemeruman sebagai berikut : a. Pada kecepatan kapal 10 knot, sangat baik untuk kedalaman perairan 16 meter b. Pada kecepatan kapal 5 knot, sangat baik untuk kedalaman perairan 27 meter

c. Pada kecepatan kapal 3 knot, sangat baik untuk kedalaman perairan 40 meter Berarti pemeruman dengan perum tangan ini, untuk mendapatkan ukuran kedalaman perairan di perairan dalam, akan mendapatkan hasil yang lebih baik pada kecepatan kapal yang lebih rendah, apabila jika kapal dalam keadaan berhenti. Namun perlu diingat pemeruman yang dikerjakan beberapa kali oleh jur perum yang sama, juru perum dapat menjadi capai sehingga akan mempengaruhi hasil pemeruman. Seringkali terjadi dalam pemeruman, pada saat pembacaan merkah tali tidak tepat benar berada di atas permukaan air, kadang-kadang berada di atas atau di bawahnya. Sehingga diperlukan pengalaman dalam cars membaca, seperti contoh tersebut : - 10 meter kecil, ini berarti merkah kulit yang ada lobang satu, berada sedikit di atas permukaan taut. - 13 meter besar, berarti merkah kain merah berada sedikit di bawah permukaan air taut. - Tidak mengenai dasar taut juru perum meneriakkan "tidak ada dasar" Apabila pemeruman tidak mengenai dasar taut terjadi beberapa kali harus diarnbil tindakan sebagai berikut : 1. Mengurangi kecepatan kapal 2. Mengganti juru perum, mungkin terlalu lelah 3. Kemungkinan lain, memang dasar taut tidak terjangkau oleh panjang tali. Cara pemeruman dengan perum berat, sedikit berbeda dengan penggunaan perum tangan ataupun perum sedang, seperti telah diterangkan di atas. Pemakaian perum berat sering dilakukan di tempat perairan yang cukup dalam dan umumnya kapal tidak bergerak (tidak mempunyai kecepatan.

Karena perum ini cukup berat, maka diperlukan beberapa orang pembantu juru perum. Juru perum berdiri di sisi s angin, dan batu perum ditempatkan di sisi bawah angin. Tali perum melingkar dipegang oleh pembantu juru perum ke arah depan lewat haluan kapal. Perwira jaga sebagai Koordinator mengatur di anjungan, selanjutnya kegiatan pemeruman dilakukan sesuai dengan perintah Perwira Jaga. Pemeliharaan Perum di Kapal Pemeliharaan setiap peralatan di atas kapal adalah sangat penting. Terutama peralatan yang digunakan langsung berhubungan dengan air laut. Setelah dipakai, batu perum dilepaskan dari tali perumnya kemudian dibersihkan dengan air tawar, Lumpur atau kotorannya dibersihkan, dikeringkan dan dilumuri dengan minyak pelumas, dan simpanlah beserta tali perum yang telah juga dibersihkan dan dikeringkan pada tempatnya dengan tali tergulung rapi. 2. Perum Mesin Cara pemeruman yang lebih maju dilakukan di kapal dengan menggunakan mesin. Sebab saran alat perum ini tidak langsung manusia yang melakukan tetapi menggunakan sarana lain yang lebih mengenal rasa lelah. Sehingga disebut sebagai perum mesin. Perum mesin banyak macamnya, antara lain yang sering digunakan di kapal - Perum Mesin Thomson - Perm Mesin Kelvin - Perum Mesin Luccas - Perum Mesin Dobbie Mc Ines Pada prinsipnya alat-alat pemeruman ini mempunyai kesamaan kerja, hanya berbeda sedikit yang pada umumnya da pada alat pencatat kedalaman. Adapun alat perum mesin ini terdiri dari :