Model Pembelajaran Kolaboratif dengan Tutor Sebaya pada Pokok Bahasan Rangkaian Seri-Paralel Hambatan Listrik



dokumen-dokumen yang mirip
Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan tersebut sudah diperoleh ketika ia sudah mulai belajar berbicara

APLIKASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

FAKULTAS EKONOMI UNNES

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Sobry Sutikno (Dwitagama dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

PENERAPAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

Kajian Penerapan Teori Polya Dalam Model Pembelajaran Tipe Think Pair Square Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-1 SMP NEGERI 5 PENAJAM

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

Matematika Jurusan PMIPA FKIP UHO.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Transkripsi:

pada Pokok Bahasan Rangkaian Seri-Paralel Hambatan Listrik Sumarli, Eka Murdani STKIP Singkawang Kalimantan Barat Surat-e: aerlie.cool@gmail.com Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masih sering ditemukan peserta didik yang kurang aktif atau tidak aktif sama sekali dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan tidak meratanya ilmu yang disampaikan oleh seorang guru dan terjadi kesulitan dalam melakukan penilaian kepada peserta didik di dalam kelas. Model pembelajaran kolaboratif dengan tutor sebaya merupakan salah satu solusi yang bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang berprestasi rendah, sedang dan peserta didik yang berprestasi tinggi bertindak sebagai tutor. Tujuannya agar setiap peserta didik merasa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan tidak malu dalam mengemukakan pendapat atau gagasan kepada sesama teman kelompoknya. Dengan demikian akan didapatkan pemerataan ilmu yang diterima oleh peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. Telah dibuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai pokok bahasan Rangkaian Seri-Paralel Hambatan Listrik yang sesuai dengan model pembelajaran kolaboratif dengan tutor sebaya. Kata kunci: pembelajaran kolaboratif, tutor sebaya I. Pendahuluan Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas masih sering ditemukan peserta didik yang kurang aktif atau tidak aktif sama sekali dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menyebabkan tidak meratanya ilmu yang disampaikan oleh seorang guru dan terjadi kesulitan dalam melakukan penilaian kepada peserta didik di dalam kelas. Munculnya pembelajaran kolaboratif bermula dari perspektif filosofis terhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan. Pada tahun 1916, Dewey menulis sebuah buku Democracy and Education yang isinya bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan adalah (Imron, 1996; Manurung dan Nuryani, 2010): 1. Peserta didik hendaknya aktif, learning by doing, 2. Belajar hendaknya didasari motivasi intrinsik, 3. Pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap, 4. Kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, 5. Pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting, 6. Kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata dan bertujuan mengembangkan dunia tersebut. Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para peserta didik dan meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu : JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2015 Sumarli, Eka Murdani 42

1. Realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata. 2. Menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna. Dari uraian di atas, penulis memiliki ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran tersebut dengan membuat model pembelajaran kolaboratif dengan tutor sebaya. Sistem pembelajarannya menggunakan prinsip kerja sama peserta didik dalam satu kelompok. Pada kelompok tersebut terdapat beberapa peserta didik yang terdiri dari peserta didik yang berprestasi rendah, berprestasi sedang dan peserta didik yang berprestasi tinggi bertindak sebagai tutor. Dengan demikian peserta didik akan merasa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan tidak malu dalam mengemukakan pendapat atau gagasan kepada sesama teman kelompoknya sehingga akan didapatkan pemerataan ilmu yang diterima oleh peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas. II. Landasan Teori Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode pembelajaran : 1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik. 2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai 3. Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Metode kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar peserta didik sebagai berikut (Semiawan, 1992): 1. Belajar itu aktif dan konstruktif Untuk mempelajari bahan pelajaran, peserta didik harus terlibat secara aktif dengan bahan itu. Peserta didik perlu mengintegrasikan bahan baru ini dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Peserta didik membangun makna atau mencipta sesuatu yang baru yang terkait dengan bahan pelajaran. 2. Belajar itu bergantung konteks Kegiatan pembelajaran menghadapkan peserta didik pada tugas atau masalah menantang yang terkait dengan konteks yang sudah dikenal peserta didik. Peserta didik terlibat langsung dalam penyelesaian tugas atau pemecahan masalah itu. 3. Peserta didik itu beraneka latar belakang Para peserta didik mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seperti latar belakang, gaya belajar, pengalaman, dan aspirasi. Perbedaan-perbedaan itu diakui dan diterima dalam kegiatan kerjasama, dan bahkan diperlukan untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil bersama dalam proses belajar. 4. Belajar itu bersifat sosial Proses belajar merupakan proses interaksi sosial yang di dalamnya peserta didik membangun makna yang diterima bersama. Menurut Piaget dan Vigotsky, strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh adanya tiga teori, yaitu : 1. Teori Kognitif Teori ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu kelompok akan terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan pada setiap anggota. 2. Teori Konstruktivisme Sosial Pada teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang akan membantu perkembangan individu dan meningkatkan sikap saling menghormati pendapat semua anggota kelompok. 3. Teori Motivasi Teori ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar, menambah keberanian anggota untuk memberi pendapat dan menciptakan situasi saling memerlukan pada seluruh anggota dalam kelompok. Piaget dengan konsepnya active learning berpendapat bahwa para peserta didik belajar lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok, menurut pikiran mereka, oleh sebab itu menjelaskan sebuah pekerjaan lebih baik menampilkan di depan kelas. Piaget juga berpendapat bila suatu kelompok aktif kelompok tersebut akan melibatkan yang lain untuk berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik (Sutikno, 2004). Gokhale mendefinisikan bahwa collaborative learning mengacu pada metode pengajaran di mana peserta didik dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama dalam kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama. Pengertian kolaborasi sendiri yaitu: JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2015 Sumarli, Eka Murdani 43

1. Keohane berpendapat bahwa kolaborasi adalah bekerja bersama dengan yang lain, kerja sama, bekerja dalam bagian satu team, dan di dalamnya bercampur didalam satu kelompok menuju keberhasilan bersama. 2. Patel berpendapat bahwa kolaborasi adalah suatu proses saling ketergantungan fungsional dalam mencoba untuk keterampilan koordinasi, to coordinate skills, tools, and rewards. John Myers menyatakan bahwa kolaborasi berasal dari bahasa Latin, mengandung makna proses kerja bersama (Sudarman, 2008; Santyasa, 2006). Dalam sejarahnya belajar kolaboratif berakar pada pengembangan konsep dari Inggris. Basisnya adalah dinamika eksplorasi guru-guru Inggris dalam membantu peserta didik melakukan studi literatur dengan mendorong peserta didik agar mengembangkan inisiatifnya sehingga dapat belajar mandiri. Belajar berkolaborasi memiliki tradisi dalam mempelajari perkembangan belajar peserta didik dalam melakukan kajian kepustakaan melalui pendekatan kualitatif. Dari pengertian kolaborasi yang diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar kolaborasi adalah suatu strategi pembelajaran di mana para peserta didik dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil kearah satu tujuan. Dalam kelompok ini para peserta didik saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan. Bentuk kerjasama dalam belajar ini adalah metode cooperative learning. Dalam metode cooperative learning, peserta didik diarahkan untuk bisa bekerja sama, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu (Lie, 2002). Salah satu bentuk cooperative learning adalah pengajaran oleh rekan sebaya yang biasa disebut tutor sebaya (peer tutoring). Dasar pemikiran tutor sebaya ini adalah peserta didik yang pandai dapat memberikan bantuan kepada peserta didik yang kurang pandai (Semiawan, 1992; Pietersz dan Saragih, 2010). Teknik pembelajaran tutor sebaya yang dapat diterapkan sebagai berikut: 1. Teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan- Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think- Pair-Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair-Square). Teknik ini melatih peserta didik untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain (Lie, 2002). Teknik ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Dalam teknik ini, peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat peserta didik. Saat mengerjakan tugas dari guru, peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, setelah itu, peserta didik dipasangkan dengan rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya. Setelah selesai berdiskusi, kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Setelah kembali dalam kelompok berempat, peserta didik mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat. 2. Teknik Two Stay Two Stray Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Lie, 2002). Dalam teknik ini, peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah selesai, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.pada akhirnya, kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Dalam pelaksanaannya, metode tutor sebaya dapat disempurnakan secara bertahap sesuai kebutuhan peserta didik dengan memanfaatkan strategi-strategi pada teknik pembelajaran Cooperative Learning, seperti Think Pair Share maupun Two Stay Two Stray. III. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi literatur. Pada studi literatur ini dibuat dan dihasilkan suatu model pembelajaran kolaboraitf dengan tutor sebaya dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada pokok bahasan Rangkaian Seri- JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2015 Sumarli, Eka Murdani 44

Paralel Hambatan Listrik. Secara kualitatif penerapan RPP ini menjadikan peserta didik aktif sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru secara kooperatif dalam kelompok tutor sebaya. IV. Hasil dan Pembahasan Dalam penerapan pembelajaran kolaborasi, terdapat pergeseran peran si pelajar (Sudarman, 2008; Santyasa, 2006): 1. Dari pendengar, pengamat dan pencatat menjadi pemecah masalah yang aktif, pemberi masukan dan suka diskusi. 2. Dari persiapan kelas dengan harapan yang rendah atau sedang menjadi ke persiapan kelas dengan harapan yang tinggi. 3. Dari kehadiran pribadi atau individual dengan sedikit resiko atau permasalahan menjadi kehadiran publik dengan banyak resiko dan permasalahan. 4. Dari pilihan pribadi menjadi pilihan yang sesuai dengan harapan komunitasnya. 5. Dari kompetisi antar teman sejawat menjadi kolaborasi antar teman sejawat. 6. Dari tanggung jawab dan belajar mandiri, menjadi tanggung jawab kelompok dan belajar saling ketergantungan. 7. Dahulu melihat guru dan teks sebagai sumber utama yang memiliki otoritas dan sumber pengetahuan sekarang guru dan teks bukanlah satu-satunya sumber belajar. Banyak sumber belajar lainnya yang dapat digali dari komunitas kelompoknya. Belajar kolaboratif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelajaran dari yang semula sekedar penyampaian informasi menjadi konstruksi pengetahuan oleh individu melalui belajar kelompok. Dalam belajar kolaboratif, tidak ada perbedaan tugas untuk masing-masing individu, melainkan tugas itu milik bersama dan diselesaikan secara bersama tanpa membedakan percakapan belajar peserta didik. Dari uraian diatas, kita bisa mengetahui hal yang ditekankan dalam belajar kolaboratif yaitu terjadinya kerjasama, interaksi, dan pertukaran informasi antar sesama peserta didik (tutor sebaya) dalam aktivitas belajar kelompok. Dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan rangkaian seri-paralel hambatan listrik guru menerapkan RPP yang telah dibuat. Pada kegiatan inti guru menjelaskan konsep dan pendekatan besaran hambatan pengganti dalam rangkaian seri; menjelaskan prinsip dan penerapan besaran hambatan pengganti dalam rangkaian paralel; memberikan pre test berupa pertanyaan lisan; membentuk kelompok tutor sebaya dan membimbing siswa menyelesaikan lembar kerja; mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas; serta memotivasi siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan saat forum tanya jawab. Tutor sebaya ini melibatkan peserta didik yang ditunjuk sebagai tutor untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian peserta didik tidak perlu merasa takut atau malu untuk bertanya tentang pelajaran dan soal-soal yang kurang dimengerti. Peserta didik merasa lebih nyaman untuk bertanya kepada teman karena merasa lebih dekat, lebih akrab, tidak ada rasa sungkan dan takut ditertawakan. Peserta didik yang menjadi tutor pun dapat belajar untuk bekerjasama, membantu temannya, dan mengulang kembali materi yang diajarkan. Penerapan tutor sebaya dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat memberikan lingkungan belajar yang penuh penguatan positif bagi peserta didik. Lingkungan belajar yang positif bagi peserta didik adalah lingkungan belajar yang penuh asosiasi positif dan menghapus ketegangan sehingga peserta didik mendapatkan kembali energinya untuk menerima pelajaran. Sedangkan lingkungan sosial yang positif bagi peserta didik adalah lingkungan yang membuat peserta didik mendapatkan pengalaman belajar secara optimal tanpa merasa terasingkan atau diremehkan. Pada pelaksanaan tutor sebaya, proses belajar mengajar dalam kelas dilakukan secara berkelompok. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 peserta didik. Pengelompokkan peserta didik dibuat secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari satu orang peserta didik pandai yang bertugas sebagai tutor, dua peserta didik yang memiliki prestasi rata-rata dan satu peserta didik yang kurang berprestasi. Untuk itu, guru perlu membagi peserta didik dalam tiga kategori pada rentang nilai tertentu. Pada pelaksanaan di kelas, guru memberikan penjelasan umum dan poin-poin penting tentang materi pelajaran yang akan dibahas dalam hal ini adalah pokok bahasan rangkaian seri-paralel hambatan listrik. Kemudian peserta didik yang telah dipilih sebagai tutor diarahkan untuk membantu anggota kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam belajar. Peserta didik yang ditunjuk sebagai tutor sebelumnya telah diberikan arahan agar dengan senang hati dapat membantu anggota kelompoknya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, menerangkan manfaat yang dapat diperoleh oleh tutor jika membantu anggota kelompoknya, melarang tutor untuk mendominasi kelompok, atau merasa JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2015 Sumarli, Eka Murdani 45

sombong karena paling pandai di kelompoknya. Dengan demikian kekhawatiran akan terjadi ketidakharmonisan dalam pemahaman konsep materi ajar rangkaian seri-paralel hambatan listrik dapat teratasi. Selanjutnya para anggota kelompok selain tutor disebut tutee. Dalam penerapan metode tutor sebaya, guru berperan sebagai fasilitator. Guru mengamati dan mengawasi proses belajar peserta didik dalam kelompok dan membantu tutor yang mengalami kesulitan dalam membina kelompoknya.. Pada kasus tertentu, guru menangani peserta didik yang memerlukan bimbingan khusus. Model pembelajaran kolaboratif dengan tutor sebaya ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihannya adalah peserta didik belajar bermusyawarah, peserta didik belajar menghargai pendapat orang lain, dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional, dapat memupuk rasa kerja sama, dan adanya persaingan yang sehat. Sedangkan kelemahannya adalah pendapat serta pertanyaan peserta didik dapat menyimpang dari pokok persoalan, membutuhkan waktu cukup banyak, adanya sifatsifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain, serta kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai. Kepustakaan Imron, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Pustaka Jaya, 1996. Manurung, Sondang R; Rustaman, Nuryani Y, Hands And Minds Activity dalam Pembelajaran Fisika Kuantum Untuk Calon Guru, Prosiding Seminar Nasional Fisika, 2010. Semiawan, Conny, Pendidikan Keterampilan Proses, Grasindo, 1992. Sutikno, Sobry, Menuju Pendidikan Bermutu, NTP Press, 2004. Sudarman, Penerapan Metode Collaborative Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Mata Kuliah Metodologi Penelitian; Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 3, No. 2, 2008. Lie, Anita, Cooperatif Learning, PT Gramedia, 2002. Pietersz, Ferry; Saragih, Horasdia, Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua. Prosiding Seminar Nasional Fisika, 2010. Santyasa, I Wayan, Pembelajaran Inovatif:Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi Nos, Universitas Pendidikan Ganesha, 2006. V. Kesimpulan Salah satu bentuk pembelajaran kolaboratif adalah pengajaran oleh rekan sebaya yang biasa disebut tutor sebaya (peer tutoring). Dasar pemikiran tutor sebaya ini adalah peserta didik yang pandai dapat memberikan bantuan kepada peserta didik yang kurang pandai. Pada pelaksanaan tutor sebaya, peserta didik sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Metode tutor sebaya juga menciptakan kerja sama antar peserta didik sehingga terbangun lingkungan belajar yang penuh penguatan positif tanpa mengesampingkan tugas guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar di kelas. Ucapan Terimakasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ketua STKIP Singkawang (Bapak Drs. H. Andi Mursidi, MPA., M.Si.) yang telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun materiil serta kepada Bapak Eka Murdani, S.Si., M.PFis. selaku penulis kedua dan dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dan bisa dipublikasikan dalam Seminar Nasional Fisika 2014 di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2015 Sumarli, Eka Murdani 46