KEBIJAKAN NASIONAL P4GN



dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB V PENUTUP. Penyalahguna magic mushroom dapat dikualifikasikan sebagai. golongan I sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan peredaran gelap narkotika telah meluas di dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

JALAN LURUS. Penanganan Penyalah Guna Narkotika Dalam Konstruksi Hukum Positif

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN. hakim di sidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan dapat menangkal. tersebut. Kejahatan narkotika (the drug trafficking

BAB II PERBEDAAN PUTUSAN REHABILITASI DAN PUTUSAN PIDANA PENJARA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

STRUKTUR ORGANISASI BNNK SLEMAN

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

UU NO.35 tahun 2009 tentang Narkotika PP 25 tahun 2010 Tentang Wajib Lapor. Abdul Azis T, SKep

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

KONDISI SAAT INI BIDANG PEMBERANTASAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

PETUNJUK TEKNIS ANTARA. NOMOR : PAS-07.HM TAHUN 2414 NOMOR : J U KNlSlO 1 llt,l201 4 BARESKRIM

Kementerian Sosial RI

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

UU 22/1997, NARKOTIKA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 22 TAHUN 1997 (22/1997) Tanggal: 1 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Tentang: NARKOTIKA

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

SARWIRINI. Seminar Kerjasama Badan Penanggulangan Narkotika Nasional dan Fakultas hukum Universitas Airlangga Surabaya, 24 September 2014

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB IV PENUTUP. Dokterlah yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

BAB I PENDAHULUAN. (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kepolisian

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

Transkripsi:

KEBIJAKAN NASIONAL P4GN KERAS KEPADA PENGEDAR HUMANIS KEPADA PENYALAH GUNA INDONESIA DARURAT NARKOBA pencegahan & pemberantasan penyalahgunaan & peredaran gelap NARKOTIKA

Kebijakan Global Konvensi tunggal tentang narkotika 1961 dan Protokol yang mengubahnya (diadopsi dengan UU No. 8/1976) Semangat konvensi tersebut adalah mengacam dan menghukum para pengedar termasuk penyalah guna dengan hukuman pidana. Namun khusus terhadap penyalah guna yang terlanjur melakukan tindak pidana, para pihak dapat memberikan suatu pengganti/alternatif hukuman atau hukuman tambahan, berupa perawatan, pendidikan, after care, rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Pada intinya terhadap penyalah guna narkotika, WAJIB direhabilitasi United Nations Conventions againts illicit traffic in narcotic drugs and psychotropic substances, 1988 (diadopsi dengan UU No. 7/1997) merupakan penegasan dan penyempurnaan atas prinsip prinsip dan ketentuan yang telah diatur dalam konvensi tunggal narkotika 1961 beserta protokol yang mengubahnya sehingga menjadi sarana yang lebih effektif dalam memberantas peredaran gelap narkotika dan psykotropika.

Pasal 4 UU 35/2009 huruf a menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelanyanan kesehatan dan/ atau pengembangan IPTEK; Politik Hukum Negara Dalam Menangani Permasalahan Narkotka huruf b huruf c mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika huruf d menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyala guna dan pecandu narkotika.

Kebijakan Legal Mengatasi Pasal 4 Ancaman Narkoba penyalah guna Pasal 127 pengedar pecandu Ps. 111 Ps. 112 Ps. 113 Pasal 54, 55, 128 Ps. 114

Pasal 127 uu 35/2009 Penyalah guna Narkoba untuk diri sendiri diancam pidana max 4 tahun Diperlakukan khusus oleh hukum acara pidana Tidak memenuhi syarat absolut untuk dilakukan penahanan (Ps. 21 KUHAP) Tersangka atau terdakwa pecandu narkotika sejauh mungkin ditahan di tempat tertentu yang sekaligus merupakan tempat perawatan. (Penjelasan Ps. 21) (1) Setiap Penyalah Guna : a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan, c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun (2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat(1), Hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103 (3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

PASAL 1)Hakim yang memeriksa perkara Pecandu (Penyalah guna dan dalam keadaan ketergantungan). Narkotika dapat: a. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika; atau b. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika. 103 (2)Masa menjalani pengobatan dan/atau perawatan bagi Pecandu (Penyalah guna dan dalam keadaan ketergantungan) Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.

Pasal 128 Orang tua/wali wajib melaporkan anaknya, kalau tidak diancam dengan pidana 6 bulan Pecandu yang belumcukup umur dilaporkan oleh orang tua/walinya tidak dituntut pidana APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA ADA KELUARGA,KERABAT/ TETANGGA SEBAGAI PENYALAH GUNA NARKOTIKA? Ibu, kami mau lapor. Anak kami ternyata pemakai NARKOTIKA LAPORKAN PADA IPWL ayo kita bawa ke IPWL IPWL harus segera di REHABILITASI Pecandu yang yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2 kali masa perawatan tidak dituntut pidana keluarga KARTU PENERIMA WAJIB LAPOR petugas IPWL

Pasal 54 UU 35/2009 Pecandu Narkotika dan Korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial Pecandu? Orang yang menggunakan a t a u m e n y a l a h g u n a k a n narkotika dan dalam keadaan ketergantungan baik secara fisik maupun psikis. Pecandu = Penyalah guna (pengguna) dan dalam keadaan ketergantungan. 8 Korban penyalahgunaan narkotika? S e o r a n g y a n g t i d a k s e n g a j a menggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, d a n / a t a u d i a n c a m u n t u k menggunakan narkotika. Korban Penyalah guna = Pengguna yang dibujuk, dipaksa, diperdaya, ditipu.

PERMASALAHAN NARKOBA Demand Supply

Permasalahan Narkoba Demand Prevalensi penyalah guna narkoba sudah mencapai 2,2 % atau sekitar 4,2 Juta orang, dari tahun ke tahun terjadi pengguna baru. Supply dipasok dari dalam dan luar negeri meskipun pelaku dihukum berat,namun masih mengendalikan bisnisnya dari dalam penjara (75%) Penegak hukum lebih SUKA memenjarakan penyalah guna Narkoba variasi pola dan modus yg digunakan jaringan narkotika selalu berubah-rubah.

PERMASALAHAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Upaya pencegahan yg dilakukan oleh Pemerintah & Masyarakat tidak dapat menahan promosi bisnis narkoba K/L BELUM MELAKSANAKAN SECARA OPTIMAL UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA, SESUAI DENGAN INPRES 12/2011 RENDAHNYA KESADARAN MASYARAKAT AKAN BAHAYA NARKOBA

2011 2 PREVALENSI PENYALAH GUNA NARKOBA DI INDONESIA % 9 9, 1 008 = 2 = 2,2 % 2 3, 2 011 = 3% 2,23 % 2,80% % 6 5, 2 = 2013 pengguna narkoba kurang lebih 4,2 juta orang 2,56% % 0 8, 2 2015 = 2,32% Berdasarkan kategori Penggunaan 2,23% 1,99% 1.1 Juta ORANG COBA PAKAI Pengguna Narkoba 4,2 juta orang 2011 1.9 Juta ORANG TERATUR PAKAI 1.2 Juta ORANG PECANDU 1,5% 2005 2008 2011 2013 2015

1906 1,5 % pengguna opium kurang lebih 660.000 orang

PERMASALAHAN PENYALAH GUNA NARKOBA YG MELAPORKAN DIRI SECARA SUKARELA Akses rehabilitasi terhadap pengguna narkoba tidak berjalan maksimal Penyalah guna narkoba ditahan dan dijatuhi hukuman penjara Penyalah guna takut melaporkan diri ke Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) IPWL Kemenkes di 33 Provinsi 316 IPWL IPWL Kemensos di 17 Provinsi 70 IPWL Jumlah Penyalah guna yang melaporkan diri kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) KEMENKES 2011 --> 210 2012 --> 997 2013 --> 1107 2014 --> 1.218 KEMENSOS : s/d 2014 -> 2.269

PERMASALAHAN PENYALAH GUNA NARKOBA YG BERMASALAH DENGAN HUKUM PENYALAH GUNA NARKOBA DILAKUKAN PENAHANAN OLEH PENEGAK HUKUM SESUAI DENGAN TINGKAT PEMERIKSAANNYA, SEHINGGA MEREKA TIDAK MENDAPAT AKSES REHABILITASI DAN MENDAPATKAN HUKUMAN PENJARA PREVALENSI MENINGKAT LAPAS KETIBAN SAMPUR MERONGRONG PENEGAK HUKUM KORBAN KEJAHATAN NARKOBA TERANCAM KEHILANGAN MASA DEPAN

Fakta Empiris Penyalah guna/ Pecandu narkotika indikator BB sedikiti dengan jumlah tertentu utk pemakaian 1 hari ditangkap Dikonstruksikan Pasal pengedar oleh penyidik narkotika Rehabilitasi atas permintaan keluarga/tsk? Bermuara dalam LAPAS Ditahan Penuntut mengamini konstruksi pasal penyidik HAKIM memutuskan sesuai surat dakwaan NAPI pengguna Narkoba dalam Lapas 18.905 11,57%

OVERLOAD DI LAPAS tujuan pemidanaan tidak tercapai Berdasarkan)data)SMSLap)dan)SDP)Ditjenpas)Per))12)Agustus)2014;) Jumlah)Napi)&)Tahanan)di)seluruh)Indonesia:))164.066)orang.) Jumlah) Napi) dan) Tahanan) Narkoba) sebanyak) 67.786) orang) dengan) penjabaran:) Napi pengggguna 18.905 11,57 % jumlah)napi)narkoba)adalah)49.896)orang,)terdiri)dari:) Produsen : 952 orang (1,91 %) Bandar : 5.430 orang (10,89 %) Pengedar : 22.092 orang (44,30 %) Penadah : 2.490 orang (4,99 %) Pengguna! : 18.905 orang (37,91 %) Jumlah Tahanan Narkoba adalah 20.137 orang. 42,85 % dari Napi &Tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang tindak pidana Narkoba. Di antara seluruh Napi dan Tahanan, 11,57 % adalah narapidana pengguna.!

Keputusan Forum MAHKUMJAKPOL + Tim Asesmen Terpadu memilah - milah pelaku Tujuan Peraturan Bersama PERATURAN BERSAMA MENGENAI PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI DITANDATANGANI PADA TANGGAL 11 MARET 2014 OLEH KETUA MA, MENTERI HUKUM DAN HAM, JAKSA AGUNG, KAPOLRI, MENTERI KESEHATAN, MENTERI SOSIAL, KEPALA BNN. Pedoman teknis Koordinasi & kerjasama Terlaksananya proses rehabilitasi medis dan/atau sosial di tingkat penyidikan, penuntutan, persidangan dan pemidanaan analisis medis, psikososial, analisa yang berkaitan dengan jaringan peredaran gelap narkotika atas permintaan penyidik, terhadap seseorang yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan dalam kaitan peredaran gelap narkotika dan penyalahgunaan narkotika guna menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan Narkotika sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi, situasi dan kondisi ketika ditangkap pada tempat kejadian perkara serta merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang sebagaimana dimaksud. a. Tim Dokter yang meliputi Dokter dan Psikolog b. Tim Hukum yang terdiri dari unsur Polri, BNN, Kejaksaan dan Kemenkumham, apabila penanganan tersangka melibatkan anak, melibatkan Balai Pemasyarakatan

Implementasi Penyalah guna/ Pecandu narkotika Dikonstruksikan Pasal penyalah guna atau pecandu indikator BB sedikiti dengan jumlah tertentu utk pemakaian 1 hari ditangkap Jaksa menuntut dengan hukuman alternatif berupa rehabilitasi selama proses pemeriksaan penyidikan, penuntutan, pengadilan ditempatkan di rehabilitasi HAKIM memutuskan sesuai surat dakwaan Bermuara dalam tempat rehabilitasi analisis medis, psikososial dimintakan assement oleh penyidik kepada tim assement terpadu berkaitan dengan jaringan peredaran gelap narkotika menentukan tingkat keparahan dan rencana rehabilitasi Ultimum Remedium penerapan sanksi pidana merupakan sanksi pamungkas (terakhir) dalam penegakan hukum

Lokasi Lokasi Target TAT Rehab ins pemerintah Rehab BNN Lapas Kota Batam 20 10-7 - Jak Sel Jak Tim Kab Bogor Tangsel 20 20 20 20 2 10 6-4 Semarang Surabaya Makassar Maros Samarinda Balikpapan Padang Seleman Pontianak Banjar Baru Mataram 20 20 30 3 20 20 20 20 20 20 20 6 34 30 3 7 12 4 4 7 10 1 11 1 3 4 4 6 10 1 19 3 6 4-3 22 2 5 1 - Jumlah 313 140 49 39 37 -

PELAKSANA BELUM MELAKSANAKAN MEKANISME PENANGANAN TSK PENYALAH GUNA YANG BERMASALAH DENGAN HUKUM MASIH BELUM SINKRONNYA PETUNJUK TEKNIS PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN PILOT PROJECT MASING-MASING INSTANSI TERKAIT PELAKSANAAN PILOT PROJECT INI DENGAN PERATURAN BERSAMA MAUPUN ANTAR JUKNIS YANG DIKELUARKAN OLEH K/L PEMEBERITAHUAN KEPADA PENGADILAN UNTUK PENEMPATAN TSK PENYALAH GUNA NARKOBA SELAMA PROSES PENYIDIKAN BELUM DIPAHAMI OLEH SEMUA PIHAK

1 LANGKAH STRATEGIS PENANGANA PENYALAH GUNA NARKOBA diperlukan langkah sinergis sesuai dengan peran K/L yg berkaitan masalah penanganan penyalah guna yang bermasalah dengan hukum & penyalah guna yang sukarela melaporkan diri. penyalah guna yang bermasalah dengan hukum K/L? penyalah guna yang sukarela melaporkan diri K/L?

LANGKAH STRATEGIS 2 PENANGANA PENYALAH GUNA NARKOBA diperlukan persepsi yg sama antara penegak hukum, stakeholder, masyarakat dalam memandang penyalah guna narkoba sebagai orang sakit, korban kejahatan narkotika yg membutuhkan rehabilitasi Penyidik? Penuntut umum? Hakim? Masyarakat? Stakeholder?

3 LANGKAH STRATEGIS PENANGANA PENYALAH GUNA NARKOBA diperlukan kesiapan infrastuktur dan sumber daya rehabilitasi dalam menangani penyalah guna yg secara sukarela melaporkan diri untuk mendapatkan perawatan sesuai dengan amanat UU Kesiapan IPWL? Infrastuktur milik TNI dan Polri? Infrastuktur & sumber dayadi Provinsi, Kab/ Kota? Kesiapan RSJ dalam menyediakan layanan rehabilitasi penyalah guna narkoba baik voluntary maupun compulsory? Kesiapan layanan rehabilitasi berbasis tradisional & keagamaan?

4 LANGKAH STRATEGIS DALAM UPAYA PENCEGAHAN Pengintegrasian program pencegahan penyalahgunaan narkoba ke dalam seluruh isu dan sektor pembangunan melalui Konsep Penganggaran Berwawasan Anti Narkoba. Penguatan kapasitas masyarakat dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba hingga ke tingkat desa/kelurahan, Mendorong pembangunan karakter manusia, dengan memasukan nilai - nilai hidup sehat tanpa narkoba kedalam kurikulum pendidikan dasar sampai lanjutan atas.

PAYUNG HUKUM YANG DIPERLUKAN DALAM MENGINSTRUMENKAN LANGKAH STRATEGIS Diperlukan Instrumen hukum yang mengikat secara komprehensif sesuai dengan hierarki perundang - undangan dalam upaya mengatasi permasalahan narkoba guna mengakomodir beberapa permasalahan dalam mengatasi ancaman narkoba

PASCA REHABILITASI Tujuan: membantu mantan pecandu mampu hidup normal, berfungsi sosial dan diterima masyarakat. Asesmen ulang: Untuk mengetahui minat-bakat dan menentukan penempatan program pasca rehabilitasi sesuai kriteria. Fase Awal (2 bulan) Kegiatan produktif sesuai fasilitas yang tersedia. Keluarga dapat menerima kembali. Fase Menengah (2 bulan) Tempat tinggal mantan pecandu. Diawasi oleh konselor adiksi. ekerja di luar. Melaksanakan kegiatan produktif yang dipilih (a.l. peternakan, pertanian, perbengkelan, seni, teknologi informasi, dll). Fase Lanjut (2-4 bulan) Tempat berkegiatan mantan pecandu, diawasi berkala oleh konselor adiksi. Tetap melanjutkan pekerjaan di luar sesuai kemampuan dan keterampilan. Tahap akhir proses pasca rehabilitasi.

Pengguna Narkotika lebih baik direhabilitasi daripada dipenjara yuk! Rehab. Anggapan yang tidak menyelesaikan masalah: Penyalah guna narkotika adalah perbuatan kriminal sehingga menjadi aib keluarga dan dikucilkan. Yang benar adalah: Penyalahgunaan Narkotika mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gangguan prilaku yang memerlukan pertolongan (merupakan penyakit otak kronis dan kambuhan).

TAHAP PENGGUNAAN NARKOTIKA? sst, ada nih. mau? hmm, boleh nggk ya? A penggunaan coba-coba: ditawari/dipaksa teman minta lagi.! C penggunaan sosial/rekreasi: dipakai saat berkumpul bersama teman B KETERGANTUNGAN penggunaan Intensif: sudah berulang-ulang dan mengganggu kehidupan sosial penggunaan situasional: pelampiasan depresi, cemas, kecewa

METODE REHABILITASI: Terapi obat-obatan Detoksifikasi Psikososial dan Spiritual Konseling dan Edukasi

PROSES REHABILITASI: Program Pasca Rehabilitasi Asesmen Medis penyalahguna datang sendiri/melalui penjangkauan RENCANA REHABILITASI (ya) (tidak) (ya) (tidak) (ya) (tidak) Rehabilitasi Rawat Inap atau Rawat Jalan Rencana Rehabilitasi

KEGIATAN YANG DILAKUKAN SELAMA REHABILITASI 12.00-13.00: ibadah 05.00-06.00 : ibadah 06.00-07.00 : mandi 07.00-09.00: sarapan pagi 08.00-10.00: membersihkan kamar dan lingkungan 10.00-12.00: kelas (belajar) 13.00-14.00: makan siang 14.00-15.00: istirahat siang 15.00-16.00: konseling 16.00-17.00: olahraga/waktu bebas 17.00-18.00: mandi 18.00-19.00 : ibadah 19.00-20.00: makan malam 20.00-21.00: curah pendapat/ sharing 21.00-22.00: renungan 22.00-05.00: tidur

Prevalensi penyalah guna narkoba sudah mencapai 2,2 % atau sekitar 4,2 Juta orang, mengakibatkan kebutuhan narkoba sangat TINGGI, INDONESIA DARURAT NARKOBA 40 orang meninggal setiap hari akibat dampak penyalahgunaan narkotika, Penegak hukum lebih SUKA memenjarakan penyalah guna Narkoba, Akses rehabilitasi terhadap pengguna narkoba tidak berjalan maksimal, ditambahnya muculnya pengguna baru, sehingga prevalensi pengguna narkoba dari tahun ke tahun meningkat, Tidak ada wilayah di seluruh Indonesia yg terbebas dari penyalahgunaan NARKOBA, sasarannya bukan lagi pada remaja dan orang dewasa, tapi sudah merambah sampai ke anak-anak SD. Kerugian ekonomi yg ditimbulkan karena masalah narkoba mencapai 57 triliun 75 % Jaringan narkoba dikendalikan dalam LAPAS. Sistem pengawasan terhadap jalur masuk peredaran narkoba, terutama jalur laut, udara dan perbatasan tidak optimal, variasi pola dan modus yg digunakan jaringan narkotika selalu berubah-rubah, Tindak Pidana Pencucian uang yang berasal Tp narkotika belum ditangani secara optimal, mengakibatkan bisnis narkoba berkembang tidak terkendali, Moral pengambil kebijakan & penegak hukum narkotika digoda pebisnis narkotika, sehingga profesionalisme dan mental aparat rapuh.