PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI KAWASAN INDUSTRI*



dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Sebagai Upaya Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup

PENDEKATAN BISNIS DALAM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI

HISTORY OF ECO-INDUSTRIAL

PENTINGNYA PENERAPAN ECO INDUSTRIAL PARK (EIP) DI INDONESIA

Ekologi Industri Pengembangan Bioetanol Berbahan Dasar Limbah Pangan sebagai Salah Satu Bentuk Kemandirian Energi di Indonesia

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup:

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

Pengertian, Konsep Dasar serta Perkembangan. Teknologi Bersih. (Clean Technology)

PRODUKSI BERSIH (Cleaner Production) HA Latief Burhan Universitas Airlangga

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

ENVIRONMENT POLLUTION PREVENTIONEnvironm

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION

BAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Isi kuliah: Sejarah singkat. Latar Belakang EI. MODUL 11 Ekologi Industri. Konsep Ekosistem. Latar belakang

Bahan Baku. Aktivitas Produksi. Limbah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN. Bustami Ibrahim* ) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Penyumbang Turunnya Kualitas Lingkungan dari Berbagai Sektor (Global Warming, 2013)

PENILAIAN KESIAPAN KAWASAN INDUSTRI CANDI UNTUK MENJADI ECO- INDUSTRIAL PARK

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

BAB I PENDAHULUAN. kecil dikarenakan ketersediaan bahan bakar global yang semakin menipis dan

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990-an paradigma pembangunan ekonomi Indonesia

4. Melakukan identifikasi kegiatan kegiatan pada pekerjaan pembuatan kusen, pintu, dan kanopi dari UPVC.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal,

METODOLOGI PENELITIAN

SPM Standar Pelayanan Masyarakat. Standar Pelayanan Masyarakat Pariwisata Alam

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI MELALUI KERJASAMA ANTAR PELAKU USAHA PADA KLASTER INDUSTRI BATIK SIMBANGKULON, KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Pengelolaan Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIH Standar Industri Hijau

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

Penerapan Energi Efisiensi di IKM

KONSEP PRODUKSI BERSIH DAN PENERAPANNYA PADA SEKTOR INDUSTRI HMMCJ WIRTJES IV ( YANCE )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODE PENELITIAN

Penerapan Konsep Bersih Pada Sektor Industri

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU INDONESIA BERSIH SAMPAH 2020 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP L/O/G/O

Kuliah Pencegahan Pencemaran (CHA )

KETERKAITAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN PENYEDIAAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara

24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELATIHAN DOSEN-DOSEN PTN DAN PTS SE JAWA-BALI DALAM BIDANG AUDIT LINGKUNGAN Bogor, September 2006

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

STANDAR INDUSTRI HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak membuang-buang waktu yang ada. Kemudahan yang diinginkan oleh

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI KAWASAN INDUSTRI* Purwanto** Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mengabaikan lingkungan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam waktu yang relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam pemanfaatan sumber daya alam yaitu suatu pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pada era global dan pasar bebas sekarang ini, industri dihadapkan pada persaingan yang ketat, sehingga keunggulan komparatif yang menjadi andalan pada masa lalu sudah tak mampu untuk menghadapi tantangan pasar bebas. Peningkatan efisiensi merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing terhadap produk-produk sejenis dari negara tetangga maupun negara lain yang masuk ke Indonesia dan juga dalam melakukan produk ekspor ekspor. Hanya dengan keunggulan kompetitif dan produk yang berkualitas yang akan mampu berkembang dan memenangkan persaingan dalam pasar bebas. Berbagai proses produksi dan penyelenggaraan jasa menuju pada suatu sistem yang mempertimbangkan aspek keunggulan dan kepuasan konsumen. Harga suatu produk dan layanan jasa besaing dengan ketat, sementara tuntutan kualitas semakin tinggi. Produsenpun mulai dituntut berbagai aturan dan standar yang berhubungan dengan lingkungan seperti ISO 14001 dan Ecolabeling. Limbah dan emisi merupakan hasil yang tak diinginkan dari kegiatan industri. Sebagian besar industri masih berkutat pada pola pendekatan yang tertuju pada aspek limbah. Bahkan masih ada yang berpandangan bahwa limbah bukanlah menjadi suatu permasalahan dan kalau perlu keberadaannya tidak diperlihatkan. Pihak industri mungkin masih belum menyadari bahwa sebenarnya limbah sama dengan uang atau pengertian tentang limbah yang terbalik, artinya bahwa limbah merupakan uang atau biaya yang harus dikeluarkan dan mengurangi keuntungan. Memang benar bahwa dengan mengabaikan persoalan limbah, keuntungan tidak akan berkurang untuk jangka pendek. Pihak industri yang demikian mungkin belum melihat faktor biaya yang berkaitan dengan image perusahaan dan tuntutan pembeli dari luar negri yang mensyaratkan pengelolaan lingkungan dengan ketat. Kita melihat bahwa ada peluang yang sebenarnya mempunyai nilai ekonomi tinggi tetapi pada akhirnya terlepas karena mengabaikan aspek lingkungan. * Disampaikan pada Seminar Penerapan Program Produksi Bersih Dalam mendorong Terciptanya Kawasan Eco-industrial di Indonesia, diselenggarakan oleh Asisten Deputi Urusan Standardisasi dan Teknologi di Jakarta 3 Juni 2005. ** Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik dan Magister lmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang Semarang, Telp./ Fax. 024-7460058, Koordinator Forum Komunikasi Mitra Mandiri Berkelanjutan (KMB) Jawa Tengah, Konsultan Produksi Bersih. E-mail : purwanto@ft.undip.ac.id, purwanto1961@yahoo.fr

Produksi Bersih merupakan model pengeloaan lingkungan dengan mengedepankan bagaimana pihak manajemen untuk selalu berpikir agar dalam setiap kegiatan yang dilakukan mempunyai efisiensi tinggi sehingga timbulan limbah dari sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Penerapan Produksi Bersih akan menguntungkan industri karena dapat menekan biaya produksi, adanya penghematan, dan kinerja lingkungan menjadi lebih baik. Penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri dipakai sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan Eco-industrial (Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan). Penerapan Produksi Bersih di kawasan akan memberikan keuntungan berlebih dibanding dengan keuntungan yang diperoleh industri secara sendiri-sendiri. 2. PRODUKSI BERSIH Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing. Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994). Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai : Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH,2003). Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses, produk, jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka perlu perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan evalusi teknologi yang dipilih. Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya dan 2

beracun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses. Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan. Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa. Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari kegiatan pengambilan bahan teramsuk pertambangan, proses produksi, pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan, konservasi energi, rumah sakit, rumah makan, perhotelan, sampai pada sistem informasi. Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle). Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi : o Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis o daur hidup produk Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika, kimia dan biologi. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahanbahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika, kimia dan biologi. Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah. 3

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan : Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan. Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus. Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey, 1994). Penekanan dlakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan pengolahan maupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan. 3. KAWASAN INDUSTRI BERWAWASAN LINGKUNGAN Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/ Esatate) merupakan sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat di mana pelakupelaku di dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi dan sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Bahasan komprehensif mengenai Kawasan Indutri Berwasasn Lingkungan dilakukan oleh Lowe (2001). Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan antar perusahaan. Suatu kawasan industri tidak serta merta dapat menyatakan sebagai kawasan industri berwawasan lingkungan sekedar hanya telah melaksanakan satu atau beberapa hal sebagai berikut : - pertukaran satu jenis produk samping - sebagai kluster bisnis daur ulang - kumpulan perusahaan berteknologi ramah lingkungan - kumpulan perusahaan yang membuat produk ramah lingkungan - kawasan industri yang dirancang dengan satu tema lingkungan seperti pemanfaatan energi tenaga sinar matahari - kawasan yang memiliki infrastruktur atau konstruksi ramah lingkungan - pengembangan kawasan multi-pakai untuk industri, komersial dan permukiman Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri berwawasan lingkungan melalui : 1. Eco-industrial park (estate) (EIP / EIE) kawasan industri yang dikembangkan dan dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial sebanyak mungkin dan juga manfaat bisnis 4

Virtual Eco-Industrial Park industri-industri di suatu daerah yang tidak harus berada dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah dan kerjasama pada tingkatan yang berbeda 2. By-product exchange (BPX) sekelompok perusahaan yang saling mempertukarkan dan menggunakan produk samping (energi, air, dan bahan) daripada membuangnya sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX adalah industrial ecosystem, by-product synergy, industrial symbiosis, industrial recycling network, green twinning, zero emission network. 3. Eco-industrial network (EIN)- sekelompok perusahaan di suatu daerah yang bekerja sama untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi Konsep dasar dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi industri, produksi bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan. Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi : 1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri, menggunakan pendekatan Lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang Memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi Meminimisasi timbulan limbah Memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari pasar limbah 2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam Mengurangi beban lingkungan yang diakibatka oleh adanya pelepasan energi dan bahan ke lingkungan Merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik dan sensitivitas (kepekaan) alam Menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-bahan berbahaya dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila diperlu 3. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan untuk keperluan industri Merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi Mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahanbahan yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang (recapture) Membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin (Dematerialisasi) 4. Penyesuaian kebijakan industri dengan perspektif jangka panjang dari evolusi sistem industri 5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat lokal Mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja Memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional melalui berbagai investasi dalam program-program masyarakat 5

Dasar-dasar Desain dan Konstruksi Berkelanjutan yang diterapkan mulai dari pengembangan, perencanaan, desain, konstruksi, operasi, dan dekonstruksi. Aspek yang perlu dipertimbangkan meliputi sumberdaya energi, air, bahan baku, dan tanah. Prinsipprinsip yang diapkai meliputi : konservasi (conservation), pakai ulang (reuse), dapat diperbarui/daur ulang (renew/recycle), perlindungan alam (protect nature), tidak beracun (non-toxic) dan perpaduan (integrasi). 1. Konservasi (Conservation) : Meminimasi pemakaian sumberdaya Merancang efisiensi energi untuk desain bangunan, sistem pemanasan, ventilasi, air conditioning, dan penerangan Menggunakan penerangan sinar matahari pada siang hari 2. Pakai Ulang (Reuse) : Memilih bahan-bahan yang dapat didesain tahan lama. Memaksimalkan pemakaian ulang sumber daya Mengembangkan wilayah yang sudah ada daripada membuka lahan baru Menggunakan kembali bahan-bahan, produk-produk bangunan Melakukan pengolahan air sehingga dapat dipakai ulang 3. Dapat diperbarui /Daur ulang (Renew/Recycle) : Menggunakan sumberdaya yang dapat diperbarui dan dapat didaur ulang Menggunakan bahan-bahah bangunan yang mengandung bahan yang dapat diadur ulang Menggunakan kayu-kayu dari hutan berkelanjutan 4. Perlindungan Alam (Protect Nature) : Melakukan perlindungan terhadap alam Meminimasi kerusakan lingkungan pada saat persiapan dan pembangunan Memilih bahan-bahan yang mempunyai dampak lingkungan reandah pada saat pengambilan dan pemrosesan 5. Tidak-Beracun (Non-toxic) : Menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari bahan-bahan beracun Memilih material dan peralatan yang tidak beracun Menyediakan udara segar bagi semua penghuni 6. Perpaduan (Integrasi) : Memadukan desain bangunan dan infrastruktur ke dalam lingkungan alam dan manusia Perencanaan tata ruang dengan memanfaatkan danau, lahan basah yang telah ada dan tanam-tamanan asli daerah untuk menangkap limpahan air Mengembangkan untuk mengurangi dampak dari pengembangan sistem transportasi masyarakat 4. PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI KAWASAN INDUSTRI Untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan dimulai dari tingkatan perusahaan secara terus menerus dengan cara meningkatkan kinerja lingkungannya. Lima buah skenario dalam mewujudkannya (Research Triangle Institute dalam Fleig (2000), adalah sebagai berikut : 6

Skenario 1 Keadaan Awal Keadaan awal yang menggambarkan industri-industri anggota kawasan dan kegiatankegiatan produksinya Skenario 2 Pencegahan Pencemaran Industri-industri di suatu kawasan mengimplementasikan kegiatan Pencegahan Pencemaran secara sendiri-sendiri Skenario 3 Pencegahan Pencemaran dan Simbiose Industri Industri-industri di suatu kawasan mengembangkan hubungan dengan anggota-anggota lainnya di kawasan dan mitra di luar kawasan Skenario 4 Penambahan Industri Baru Hubungan simbiose baru terjalin sebagai hasil adanya anggota baru di kawasan Skenario 5 - Relokasi dan Layanan Bersama Mitra di luar kawasan berpindah lokasi masuk ke dalam kawasan. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan menyediakan layanan yang berkaitan dengan lingkungan Produksi Bersih dapat diterapkan secara bersama-sama dengan melibatkan pihak manajemen kawasan, atau dengan asosiasi industri di suatu kawasan, sehingga penerapan Produksi Bersih di suatu kawasan industri akan memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan penerapan pada industri yang berlokasi atau berdiri sendiri. PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI Penerapan Produksi Bersih pada industri secara individual merupakan salah satu langkah dalam mewujudkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan. Tahapan penerapan meliputi : perencanaan dan organisasi, kajian produksi bersih, penentuan prioritas dan analisis kelayakan, implementasi, monitoring dan evaluasi, dilanjutkan dengan keberlanjutan. Langkah 1 : Perencanaan dan Organisasi Pada langkah ini industri menyiapkan perencanaan, visi, misi, dan strategi produksi bersih. Sasaran peluang Produksi Bersih yang dikaitkan dengan bisnis dan adanya komitmen dari manajemen puncak. Pihak industri juga melakukan identifikasi hambatan dan penyelesaiannya, identifikasi sumber daya luar yang menyediakan informasi dan ahli Produksi Bersih. Program yang kaan dijalankan dikomunikasikan ke semua karyawan dilanjutkan dengan pembentukan im yang menangani produksi bersih. Langkah 2 : Kajian dan Identifikasi Peluang Melakukan pemetaan proses atau membuat diagram alir proses sebagai alat untuk memahami aliran bahan, energi dan sumber timbulan limbah. Identifikasi peluang peluang Produksi Bersih didasarkan pada temuan hasil kajian dan tinjauan lapangan berupa kemungkinan peningkatan efisiensi dan produktivitas, pencegahan dan pengurangan timbulan limbah langsung dari sumbernya. Akar permasalahan yang menyebabkan tidak efisien dan adanya timbulan limbah dicari penyebabnya sehingga 7

dapat memilih tindakan dan teknik untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin. Langkah 3 : Analisis Kelayakan dan Penentuan Prioritas Menentukan pilihan Produksi Bersih, berdasarkan keuntungan (biaya yang dikeluarkan dan pendapatan / penghematan yang diperoleh), resiko yang dihadapi, tingkat komitmen. Melakukan analisis kelayakan lingkungan, teknologi, dan ekonomi. Analisis kelayakan ekonomi dilakukan secara rinci bagi peluang yang memerlukan investasi besar. Agar industri tertarik untuk mengimplementasikan Produksi Bersih, dicari peluang berdasarkan urutan kebutuhan biaya yaitu tanpa biaya (no cost), biaya rendah (low cost) dan biaya tingi (high cost) Langkah 4 : Implementasi Membuat perencanaan waktu pelaksanaan secara konket dan rencana tindakan yang dilakukan. Menentukan penanggung jawab program pelaksanaan dan mengalokasikan sumberdaya yang diperlukan. Selanjutnya melaksanakan program dan menekankan pada para karyawan bahwa Produksi Bersih sebagai bagian dari pekerjaan, mendorong inisiatif dari mereka sebagai umpan balik pelaksanaan. Agar implemetasi dapat dipantau kemajuannnya maka perlu dikembangkan indikator kinerja efisiensi, lingkungan, dan kesehatan dan keselamatan kerja. Langkah 5 : Pemantauan, Umpan Balik, Modifikasi Mengumpulkan dan membandingkan data sebelum dan sesudah tindakan Produksi Bersih digunakan untuk mengukur kinerja yang telah dicapai, apakah sesuai dengan rancangan ataukah tidak. Kelemahan pencatatan data yang kurang seringkali menghambat pengukuran kinerja, sehingga pelaporan peningkatan efisiensi dan penurunan timbulan limbah tidak dapat dihitung dengan tepat. Pada saat pemantauan dilakukan pendokumentasian program. Melakukan tinjauan ulang secara periodik pelaksanaan Produksi Bersih, dan kaitkan dengan sasaran bisnis. Langkah 6 : Perbaikan Berkelanjutan Hal yang tak kalah penting adalah merayakan keberhasilan, mempertahankan target telah dicapai, dan selanjutnya mengimplementasikan untuk peluang lainnya. Produksi Bersih pada dasarnya adalah bagian dari pekerjaan dan bukan suatu program sehingga industri akan melakukan perbaikan berkelanjutan. Keberhasilan penerapan Produksi Bersih pada industri sudah cukup banyak, baik pada industri skala kecil, menengah maupun besar untuk berbagai jenis produk industri. Sebagai contoh keberhasilan penerapan produksi bersih dapat disampaikan sebagai berikut : 1. Industri elektroplating di Sidoarjo : - menata ulang peralatan proses dapat menghemat pemakaian energi listrik sampai 25 persen - penggantian bahan baku beracun senyawa sianida dengan senyawa asam menurunkan biaya produksi sebesar 10 persen 8

2. Industri cor besi di Ceper Klaten - Penggantian dapur tungkik menjadi dapur kupola mengurangi pemakaian cokes dari 1/7 menjadi 1/12 (bag cokes/bag besi scrap) - Pemakaian dapur induksi meningkatkan kualitas produk, penurunan biaya produksi, dan pengurangan emisi gas serta limbah padat - Daur ulang pasir cetakan mengurangi pemakaian bahan baku pasir PRODUKSI BERSIH DAN SIMBIOSE INDUSTRI Produksi Bersih yang diterapkan secara individual pada industri di suatu kawasan memberikan manfaat besar yang dirasakan oleh industri tersebut. Manfaat yang dapat dirasakan berupa peningkatan efisiensi pemakaian bahan baku dan energi, penurunan timbulan limbah dan peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja. Beberapa hal terkait dengan keberhasilan penerapan Produksi Bersih di industri, dapat diambil contoh, pemakaian air menjadi berkurang sehingga industri mempunyai kelebihan pasokan air, peningkatan efisiensi energi sehingga industri mempunyai daya yang berlebih yang masih dapat dimanfaatkan, adanya limbah industri yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku, kapasitas instalasi pengolah air limbah dan insinerator berlebih karena adanya penurunan timbula limbah cair maupun padat. Kerjasama antar industri di suatu kawasan akan memberi manfaat yang jauh lebih besar daripada industri menerapkan Produksi Bersih secara sendiri-sendiri. Beberapa kerjasama dalam bentuk simbiose industri yang saling menguntungkan dapat dilakukan, seperti : - pemanfaatan kelebihan pasokan air dan energi - penyediaan instalasi pengolah limbah bagi industri lain - pertukaran produk samping - pemanfaatan limbah sebagai bahan baku bagi industri lain (waste to product) - pembentukan industri jasa reparasi peralatan - pembentukan forum untuk saling tukar menukar informasi - penelitian dan pengembangan Sebagai ilustrasi keberhasilan simbiose industri sebagai berikut : 1. Sentra Industri Cor Logam. Produk samping pemesinan (gram) cor besi semula tidak dimanfaatkan dengan baik. Dengan adanya industri yang menggunakan dapur induksi, gram dari beberapa industri cor dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan baku. Gram yang telah dilakukan pengecoran digunakan sebagai salah satu bahan baku cor. 2. Jejaring Industri. Pabrik gula menggunakan batubara sebagai bahan bakan menimbulkan limbah cokes yang mempunyai kadar karbon tinggi. Limbah cokes dimanfaatkan oleh industri cor logam. 3. Kawasan Industri. Bidang K3LH industri-industri di Kabupaten Semarang membentuk forum pertukaran informasi terkait dengan K3 dan lingkungan. Penerapan PB di salah satu industri tekstil telah mengurangi pemakaian air dan menurunkan timbulan limbah. Merencanakan untuk mengoptimalkan IPAL dan incinerator bagi industri-industri di sekitarnya. Menyediakan layanan pengolahan bagi IKM bila mendapat dukungan dari pemerintah. Model ini banyak dijumpai pada berbagai kawasan industri di Indonesia. 9

5. PENUTUP Penerapan Produksi Bersih pada suatu industri akan menarik bila dikaitkan dengan pendekatan bisnis sebagaimana industri selalu berupaya untuk menaikkan efisiensi dan mengurangi timbulan limbah. Simbiose industri akan mendorong terwujudnya Kawasan industri Berwawasan Lingkungan, dengan perolehan manfaat yang lebih besar daripada suatu industri menerapkan Produksi Bersih sendiri-sendiri. DAFTAR ACUAN 1. Bishop, P.L, 2001, Pollution Prevention: Fundamentals and Practice, McGraw-Hill, Boston. 2. Djajadiningrat, S.T, Famiola, M., 2004, Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan, Rekayasa Sains, Bandung. 3. Lowe, E.A., 2001, Eco-industrial Park Handbook for Asian Developing Countries, Indigo Development, Oakland 4. Fleig, A., 2000, ECO-Industrial Parks. A Strategy towards ndustrial ecology in Developing and Newly Industrialized Countries, GTZ. 5. Metcal & Eddy, Tcobanoglous, G., Burton, F.L,1991, Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse, McGraw-Hill, New York. 6. Higgins, T.E., 1995, Pollution Prevention Handbook, Lewis Publisher, Boca Raton. 7. UNEP, United Nations Environmental Program, www.unep.org 8. US EPA, US Environmental Protection Agency, www.epa.gov 9. Van Berkel, R., 2001, Cleaner Production for Achieving Eco-efficiency in Australian Industry, Curtin University of Technology, Perth, http://cleanerproduction.curtin.edu.au. 10. Weston, N.C., Stuckey, D.C., 1994, Cleaners Technologies and the UK Chemical Industry, Trans IchemE, Vol 72, Part B, May 1994 11. Purwanto, 2003, Implementation of Cleaner Production in the Small Medium Industries. Case Study in the Metal and Electroplating, National Conference on Clener Production, Bandung. 12. Purwanto, 2003, Implementation of Cleaner Production in the Electroplating Industries, Nasional Seminar on Cleaner Production in the Industry Face to Global Era, Institut Sains dan Teknologi Akprind, Yogyakarta, 25 Agustus. 13. Purwanto, 2004, Model of Implementation of Cleaner Production in the Small Medium Industries, Nasional Seminar on Chemical and Process VI, Jakarta, 23 Maret. 14. Purwanto, 2005, Implementation of Cleaner Production in the Electroplating Small Medium Industries, Regional Symposium on Natural Resources, Kuala Lumpur, March. 10