BAB. 1 PENDAHULUAN. pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak. bergerak. Sebagai upaya pengendalian pencemaran udara, Prolabir



dokumen-dokumen yang mirip
BAB. 1 PENDAHULUAN. pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak. bergerak. Sebagai upaya pengendalian pencemaran udara, Prolabir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

DAMPAK PENAMBANGAN BATU KAPUR BUKIT TUI TERHADAP KUALITAS UDARA DI KOTA PADANG PANJANG.

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

PEMANTAUAN UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

MAKALAH AGEN PENYAKIT NITROGEN DIOKSIDA. Oleh : Tutut Adi Dwi Cahyani Gresi Amarita Rahma

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Analisa Temperatur Panas pada Saluran Emisi gas buang Kendaraan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN.

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan unsur lingkungan hidup lainnya (SNI ).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POLUSI UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

LAMPIRAN 1 PENGOPERASIAN SPSS. Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah:

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi negara-negara di dunia semakin meningkat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

*36508 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 41 TAHUN 1999 (41/1999) TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

Transkripsi:

BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prolabir (Program Langit Biru) adalah suatu program pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber bergerak dan sumber tidak bergerak. Sebagai upaya pengendalian pencemaran udara, Prolabir dilakukan secara bertahap, terencana dan terprogram, yang melibatkan banyak sektor, baik pemerintah, dunia usaha, serta masyarakat luas. Prolabir mulai dicanangkan sejak tahun 1996 dengan dasar hukum Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 tahun 1996. Meskipun dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak termasuk dalam Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Langit Biru, tetapi Propinsi DIY secara aktif telah mencanangkan program tersebut. Pada tahun 1997 Pemerintah Daerah Propinsi DIY melakukan evaluasi kondisi kualitas udara saat itu. Dari evaluasi tersebut disimpulkan bahwa kualitas udara ambien di Propinsi DIY lebih banyak dipengaruhi oleh kegiatan transportasi daripada kegiatan industri. Selama periode 1997 2000 dilakukan survey lalu lintas harian rerata secara periodik oleh Subdin Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Propinsi DIY; hasilnya menunjukkan indikasi peningkatan pencemar di udara ambien yang ditimbulkan dari emisi kendaraan bermotor. 1

Atas dasar pertimbangan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan manusia, maka disusunlah strategi pengendalian pencemaran udara melalui Prolabir. Program Langit Biru Propinsi DIY meliputi beberapa kegiatan, salah satunya adalah pemantauan mutu udara ambien. Sebagai salah satu kabupaten di Propinsi DIY, Kabupaten Bantul melaksanankan pemantauan mutu udara ambient di titik pantau tertentu yang diperkirakan sebagai titik yang padat kendaraan bermotor. 1.2 Dasar Hukum 1. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15 Tahun 1996 Tentang Program Langit Biru. 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan 4. Peraturan Gubernur DIY Nomor 8 Tahun 2010 tentang program langit biru tahun 2009-2013 5. Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6/Kep/2005 tentang Penetapan Titik Pantau Udara Ambien di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 6. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 2

1.3 Tujuan 1. Terciptanya mekanisme kerja dalam pengendalian pencemaran udara yang efektif dan efisien. 2. Terkendalinya pencemaran udara, yang ditunjukan dengan menurunnya emisi gas buang dan partikulat dari sumber bergerak dan tidak bergerak. 3. Tercapainya mutu udara ambien yang diperlukan untuk kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya serta benda benda cagar budaya. 1.4 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel dilaksanakan dengan pengambilan langsung di lapangan yang dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun. Lokasi pengambilan sampel sebagai berikut : 1. Pertigaan Pasar Piyungan, Bantul 2. Perempatan Ketandan, Jl Wonosari, Bantul 3. Depan Brimob, Jl. Imogiri Timur, Bantul 4. Perempatan Jejeran, Jl Pleret, Bantul 5. Perempatan Klodran, Bantul 6. Perempatan Madukismo, Jl Ringroad Selatan Bantul Pengujian tahun 2013 merupakan periode terakhir dari periode 2009-2013, selanjutnya akan ditentukan titik sampling baru. 3

2 BAB. 2 UDARA AMBIEN DAN PENCEMARAN UDARA 2.1 Udara Ambien Menurut Peraturan Gubernur DIY Nomor 8 Tahun 2010 tentang program Langit Biru tahun 2009-2013, definisi Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhinya kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Adanya kegiatan makhluk hidup menyebabkan komposisi udara alami berubah. Jika perubahan komposisi udara alami melebihi konsentrasi tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya, maka udara tersebut dikatakan telah tercemar. Dalam upaya menjaga mutu udara ambien agar dapat memberikan daya dukung bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal, maka dilakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara. 2.2 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. 4

Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan, seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan transportasi, industri, perkantoran, dan perumahan yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pencemaran udara. Udara yang tercemar dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama gangguan pada organ paru-paru, pembuluh darah, dan iritasi mata dan kulit. Pencemaran udara karena partikel debu dapat menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis, emfiesma paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru. Pencemar udara yang berupa gas dapat langsung masuk ke dalam tubuh sampai paru-paru dan diserap oleh sistem peredaran darah. Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara serta terjaganya mutu udara, maka pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien Nasional yang terlampir dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, sebagai berikut: 5

Tabel 2-1. Baku Mutu Udara Ambien No Parameter Waktu Pengukur an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SO2 (Sulfur Dioksida) CO (Karbon Monoksida) NO2 (Nitrogen Dioksida) O3 (Oksida) HC (Hidro Karbon) PM10 (Partikel < 10 mm) PM 2,5 (*) (Partikel < 2,5 mm) TSP (Debu) Pb (Timah Hitam) Dustfall (Debu Jatuh) 1 Jam 24 Jam 1 Tahun 1 Jam 24 Jam 1 Tahun 1 Jam 24 Jam 1 Tahun 1 Jam 1 Tahun Baku Mutu Metode Analisis Peralatan 900 μg / Nm 3 365 μg / Nm 3 60 μg / Nm 3 Pararosanilin Spektrofotom eter 30.000 μg / Nm 3 10.000 μg / Nm 3 NDIR NDIR Analyzer 400 μg / Nm 3 150 μg / Nm 3 100 μg / Nm 3 Saltzman Spektrofotom eter 235 μg / Nm 3 50 μg / Nm 3 Chemiluminescent 3 Jam 160 μg / Nm 3 Flamed Ionization Spektrofotom eter Gas Chromatografi 24 Jam 150 μg / Nm 3 Gravimetric Hi Vol 24 Jam 1 Tahun 24 Jam 1 Tahun 24 Jam 1 Tahun 30 Hari 65 μg / Nm 3 15 μg / Nm 3 Gravimetric Hi Vol 230 μg / Nm 3 90 μg / Nm 3 Gravimetric Hi Vol 2 μg / Nm 3 Gravimetric 1 μg / Nm 3 Ekstraktif Pengabuan 10 Ton/km2/Bln (Pemukiman) Gravimetric 10 Ton/km2/Bln (Industri) Hi Vol AAS Cannister 10 Total Flourides (as F) 24 Jam 90 Hari 11 Flour Indeks 30 Hari 12 Khlorine & Khlorine Dioksida 13 Sulphat Indeks 30 Hari Catatan: 3 μg / Nm 3 3 Specific Ion 0,5 μg / Nm Electrode 40 μg/100cm 2 dari Kertas Limed Filter Colorimetric 3 Specific Ion 24 Jam 150 μg / Nm Electrode 1 mg SO3/100 cm3 dari Lead Peroksida Colorimetric Impigner atau Continous Analyzer Limed Filter Paper Impigner atau Continous Analyzer Lead Peroxide Candle (*) PM 2,5 mulai berlaku tahun 2002 6

Nomor 11 s/d 13 hanya diberlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar (Contoh: Industri Petrokimia, Industri Pembuatan Asam Sulfat) 2.2.1 Sulfur Dioksida (SO 2 ) Pencemaran udara oleh sulfur oksida (SOx) terutama disebabkan oleh dua komponen gas oksida sulfur yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO 3 ). SO 2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara, sedangkan SO 3 adalah gas yang tidak reaktif. Pencemaran SOx menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan iritasi mata, serta berbahaya terhadap kesehatan manula dan penderita penyakit sistem pernafasan kardiovaskular kronis. Selain berpengaruh terhadap kesehatan manusia, pencemaran SOx juga berbahaya bagi kesehatan hewan dan dapat merusak tanaman. SO 2 adalah kontributor utama hujan asam. Setelah berada di atmosfir, SO 2 mengalami konversi menjadi SO 3 yang kemudian menjadi H 2 SO 4. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan, SO 2 di udara diabsorpsi oleh droplet air alkalin dan membentuk sulfat di dalam droplet. Pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara serta bahan-bahan lain yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida; SO 2 selalu terbentuk dalam jumlah besar, 7

sementara SO 3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx. 2.2.2 Nitrogen Dioksida (NO 2 ) Nitrogen dioksida (NO 2 ) dan nitrogen monoksida (NO) adalah kelompok oksida nitrogen (NOx) yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, sedangkan NO 2 berbau tajam dan berwarna coklat kemerahan. Oksida nitrogen seperti NO dan NO 2 berbahaya bagi manusia. NO 2 bersifat racun, terutama menyerang paru-paru, yaitu mengakibatkan kesulitan bernafas pada penderita asma, batuk-batuk pada anak-anak dan orang tua, dan berbagai gangguan sistem pernafasan, serta menurunkan visibilitas. Oksida nitrogen juga merupakan kontributor utama smog dan deposisi asam. Nitrogen oksida bereaksi dengan senyawa organik volatil membentuk ozon dan oksidan lainnya seperti peroksiasetilnitrat (PAN) di dalam smog fotokimia, dan dengan air hujan menghasilkan asam nitrat dan menyebabkan hujan asam. Deposisi asam basah (hujan asam) dan kering (bila gas NOx membentuk partikel aerosol nitrat dan terdeposisi ke permukaan bumi) dapat membahayakan tanaman, pertanian, ekosistem perairan dan hutan. Hujan asam dapat mengalir memasuki danau dan sungai lalu melepaskan logam berat dari tanah serta mengubah komposisi kimia air. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan dan bahkan memusnahkan kehidupan air. 8

2.2.3 Oksidan (O 3 ) Oksidan merupakan senyawa yang memiliki sifat mengoksidasi, pengaruhnya terhadap kesehatan adalah mengganggu proses pernafasan dan dapat menyebabkan iritasi mata. Selain menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan manusia, pencemar ozon dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material (tekstil, karet, kayu, logam, cat, dsb), penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem seperti berkurangnya keanekaragaman hayati. Oksidan di udara meliputi ozon (lebih dari 90%), nitrogen dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN). Karena sebagian besar oksidan adalah ozon, maka monitoring udara ambien dinyatakan sebagai kadar ozon. 2.2.4 Partikulat Partikulat adalah padatan ataupun likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap yang berdiameter sangat kecil (mulai dari <1 mikron sampai dengan 500 mikron), yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Disamping mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan paru-paru. Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil yang dapat terhirup (inhalable) akan masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam 9

waktu yang lama. Partikel inhalable adalah partikel dengan diameter di bawah 10 µm (PM 10 ). PM 10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas dari partikel inhalable tergantung dari komposisinya Partikel inhalable juga dapat merupakan partikulat sekunder, yaitu partikel yang terbentuk di atmosfer dari gas-gas hasil pembakaran yang mengalami reaksi fisik-kimia di atmosfer, misalnya partikel sulfat dan nitrat yang terbentuk dari gas SO 2 dan NOx. Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5 mikron atau kurang. Proporsi mayor dari PM 2,5 adalah amonium nitrat, ammonium sulfat, natrium nitrat dan karbon organik sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas yang ditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya. Partikel sekunder PM 2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya. Partikel sulfat dan nitrat yang inhalable serta bersifat asam akan bereaksi langsung di dalam sistem pernafasan, menimbulkan dampak yang lebih berbahaya daripada partikel kecil yang tidak bersifat asam. Partikel logam berat dan yang mengandung senyawa karbon dapat 10

mempunyai efek karsinogenik, atau menjadi carrier pencemar toksik lain yang berupa gas atau semi-gas karena menempel pada permukaannya. Termasuk ke dalam partikel inhalable adalah partikel Pb yang diemisikan dari gas buang kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mengandung Pb. Timbal adalah pencemar yang diemisikan dari kendaraan bermotor dalam bentuk partikel halus berukuran lebih kecil dari 10 dan 2,5 mikrometer. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas. 2.2.5 Timbal (Pb) Sebagian besar pencemaran Pb di udara berasal dari senyawa Pborganik, seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil yang terdapat pada bensin. Hampir semua Pb-tetraetil diubah menjadi Pb organik dalam proses pembakaran bahan bakar bermotor dan dilepaskan ke udara. Selain dari kendaraan bermotor, pencemaran Pb dapat berasal dari penambangan dan peleburan batuan Pb, peleburan Pb sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, serta incinerator. Senyawa Pb organik bersifat neurotoksik. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin. Timbal dapat menyebabkan kerusakan sistem 11

syaraf dan masalah pencernaan; sedangkan berbagai bahan kimia yang mengandung timbal dapat menyebabkan kanker. 2.2.6 Partikel 2.5 dan 10 Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi PM 10 dan PM 2.5. Particulate yang berukuran 10 mikron atau kurang disebut sebagai PM 10 dan kurang dari 2.5mikrom adalah PM 2.5. PM dipelajari secara khusus karena ukurannya yang kecil gampang terhisap saat bernafas dan menimbulkan pengaruh terhadap kesehatan. Chow, C Judith dari US Environmental Protection Agency mengidentifikasi sumber-sumber particulate antara lain debu dari jalan dan tanah; pembakaran biomassa, gas buang kendaraan bermotor, pembakaran dan debu dari kegiatan konstruksi. Umumnya partikel sekunder berukuran 2,5 mikron atau kurang. Proporsi mayor dari PM 2,5 adalah amonium nitrat, ammonium sulfat, natrium nitrat dan karbon organik sekunder. Partikel-partikel ini terbentuk di atmosfer dengan reaksi yang lambat sehingga sering ditemukan sebagai pencemar udara lintas batas yang ditransportasikan oleh pergerakan angin ke tempat yang jauh dari sumbernya. Partikel sekunder PM 2,5 dapat menyebabkan dampak yang lebih berbahaya terhadap kesehatan bukan saja karena ukurannya yang memungkinkan untuk terhisap dan masuk lebih dalam ke dalam sistem pernafasan tetapi juga karena sifat kimiawinya. 12

2.2.7 Karbon Monooksida (CO) Gas Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mudah larut dalam air, beracun dan berbahaya. Zat gas CO ini akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat menyebabkan kematian pada orang. Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Karbon monoksida, CO, dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada tekanan dan suhu tinggi yang terjadi pada mesin. Karbon monoksida dapat juga dihasilkan dari reaksi oksidasi gas metana oleh radikal hidroksi dan dari perombakan/pembusukan tanaman meskipun tidak sebensar yang dihasilkan oleh bensin. Pada jam-jam sibuk 13

di daerah perkotaan konsentrasi gas CO bisa mencapai 50-100 ppm. Tingkat kandungan CO di atmosfir berkorelasi positip dengan padatnya lalu lintas, tetapi korelasi negatif dengan kecepatan angin.keberadaan atau umur gas CO di atmosfir tidak lama hanya kira-kira 4 bulan. Hal ini terjadi karena karbon monoksida di atmosfir dihilangkan melalui reaksi dengan radikal hidroksil, HO *. Pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat merugikan, baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan kesehatan. Akibat asap tebal tersebut menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang tenggorokan, radang paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari limbah 14

berupa asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan limbah asap dari industri. Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik. 15

3 BAB 3. DATA HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA TAHUN 2013 1. Perempatan Madukismo ( Jl. Ringroad Selatan Bantul) Sampling pertama (bulan Juni 2013) Tanggal Parameter Satuan 24 Juni 2013 Baku Mutu Hasil Analisa NO 2 3 400 28.1 SO 2 3 900 26.9 Pb 3 2 0.150 O 3 3 235 14.1 Total Suspended Particulate (TSP) 3 230 102 Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keterangan Suhu = 34º C Kelembaban = 41% Cuaca = cerah Kec. Angin = 9.36km/jam PM 10 3 150 15.7 ASTM D 4096 CO 3 30000 11200 NDIR PM 2,5 3 65 13.4 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) 70 76.3 * Keterangan : * = melebihi baku mutu MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.1 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Madukismo Pemantauan bulan Juni 16

Sampling kedua (bulan November 2013) Tanggal Parameter Satuan 21 November 2013 Baku Mutu Hasil Analisa NO 2 3 400 32.4 SO 2 3 900 147 Pb 3 2 0.136 O 3 3 235 40.2 Total Suspended Particulate (TSP) 3 230 170 Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keterangan Suhu = 33.2º C Kelembaban = 46% Cuaca = cerah Kec. Angin = 8.28km/jam PM 10 3 150 14.2 ASTM D 4096 CO 3 30000 4840 NDIR PM 2,5 3 65 14.8 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) 70 80.5 * Keterangan : * = melebihi baku mutu MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.2 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Madukismo Pemantauan bulan November Dari hasil 2 kali periode pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan, dengan derajat kebisingan terukur 76.3 dba pada bulan Juni dan 80.5 dba pada bulan November dibading dengan baku mutu sebesar 70 dba. Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu kebisingan kemungkinan disebabkkan kondisi lingkungan sebagai berikut : 1. Sumber suara dari knalpot kendararaan bermotor baik angkutan umum maupun pribadi, kendaraan roda 2 maupun 4 (sektor 17

transportasi). Hal ini kemungkinan terjadi karena perawatan knalpot kendaraan kurang bagus, sehingga meninmulkan pencemaran udara berupa kebisingan. 2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa industri kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari 2. Perempatan Klodran (Jl. Bantul, Bantul ) Sampling pertama (bulan Juni 2013) Tanggal Parameter Satua n Baku Mutu Hasil Analisa Metode Keteranga n 22 Juni 2013 NO 2 SO 2 3 400 27.0 3 900 20.4 7119.2.2009 7119.7.2009 Suhu =33º C Kelembaba n = 67% Pb O 3 Total Suspended Particulate (TSP) 3 2 0.02 3 235 3.44 3 230 12.1 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Cuaca = cerah Kec. Angin = 3.96 km/jam CO PM 10 PM 2,5 3 30000 8550 NDIR 3 150 5.1 ASTM D 4096 3 65 6.5 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) 70 70 MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.3 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Klodran Pemantauan bulan Juni 18

Sampling kedua (bulan November 2013) Tanggal Parameter Satuan 22 November 2013 Baku Mutu Hasil Analisa NO 2 3 400 31.6 SO 2 3 900 143 Pb 3 2 0.02 O 3 3 235 39.3 Total Suspended Particulate (TSP) 3 230 60.2 Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keterangan Suhu =33º C Kelembaban = 67% Cuaca = cerah Kec. Angin = 3.96 km/jam PM 10 3 150 8.49 ASTM D 4096 CO 3 30000 1404 NDIR PM 2,5 3 65 8.04 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) 70 73.4 * Keterangan : * = melebihi baku mutu MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.4 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Klodran Pemantauan bulan November Dari hasil 2 kali periode pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan, dengan derajat kebisingan terukur 70.0 dba pada bulan Juni dan 73.4 dba pada bulan November dibading dengan baku mutu sebesar 70 dba. Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan sebagai berikut : 19

1. Sumber suara dari knalpot kendararaan bermotor baik angkutan umum maupun pribadi, kendaraan roda 2 maupun 4 (sektor transportasi). Hal ini kemungkinan terjadi karena perawatan knalpot kendaraan kurang bagus, sehingga meninmulkan pencemaran udara berupa kebisingan. 2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa industri kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari udara berupa kebisingan. 3. Perempatan Jejeran (Jl. Imogiri Timur, Bantul) Sampling pertama (bulan Juni 2013) Tanggal Parameter Satua n Baku Mutu Hasil Analisa Metode Keteranga n 21 Juni 2013 NO 2 SO 2 3 400 27.9 3 900 23.9 7119.2.2009 7119.7.2009 Suhu =28.6º C Kelembaba n = 74% Pb O 3 Total Suspended Particulate (TSP) 3 2 0.138 3 235 17.1 3 230 62 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Cuaca = Mendung Kec. Angin = 3.96 km/jam CO 3 30000 10050 NDIR PM 10 3 150 6.2 ASTM D 4096 PM 2,5 3 65 7.8 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) Keterangan : * = melebihi baku mutu 70 80.9* MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.5 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Jejeran bln Juni 20

Sampling kedua (bulan November 2013) Tanggal Parameter Satuan 21 November 2013 Baku Mutu Hasil Analisa NO 2 3 400 33.0 SO 2 3 900 137 Pb 3 2 0.02 O 3 3 235 34.7 Total Suspended Particulate (TSP) 3 230 375 * Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keterangan Suhu =33º C Kelembaban = 46% Cuaca = cerah Kec. Angin = 7.2 km/jam PM 10 3 150 10.1 ASTM D 4096 CO 3 30000 3138 NDIR PM 2,5 3 65 9.39 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) 70 78.3 * Keterangan : * = melebihi baku mutu MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.6 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Jejeran Pemantauan bulan November Dari hasil 2 kali periode pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan dan TSP, untuk kebisingan 2 kali periode pengukuran melebihi baku mutu semua. Sedangkan untuk parameter TSP melebihi baku mutu pada pengukuran ke 2 (bulan November). Hasil pengukuran kebisingan terukur 80.9 dba pada bulan Juni dan 78.3 dba pada bulan November dibading dengan baku mutu 21

sebesar 70 dba. Untuk parameter TSP pada bulan November sebesar 375 3 melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu 230 3. Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan sebagai berikut : 1. Sumber suara dari knalpot kendararaan bermotor baik angkutan umum maupun pribadi, kendaraan roda 2 maupun 4 (sektor transportasi). Hal ini kemungkinan terjadi karena perawatan knalpot kendaraan kurang bagus, sehingga meninmulkan pencemaran udara berupa kebisingan. 2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa industri kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari udara berupa kebisingan. Sedangkan untuk parameter TSP yang melebihi baku mutu kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan sebagai berikut : 1. Emisi gas buang kendaraan gas bermotor roda 2 maupun 4 (sektor transportasi) 2. Emisi gas maupun partikel dari cerobong asap industri besar maupun industri kecil UKM (sektor industri) 3. Masih rendahnya kualitas infrakstruktur seperti jalan yang mengakibatkan emisi debu 4. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman 22

4. Depan Brimob (Jl. Imogiri Timur Bantul) Sampling pertama (bulan Juni 2013) Tanggal Parameter Satua n Baku Mutu Hasil Analisa Metode Keteranga n 21 Juni 2013 NO 2 SO 2 3 400 28.2 3 900 25.9 7119.2.2009 7119.7.2009 Suhu =28.5º C Kelembaba n = 56% Pb O 3 Total Suspended Particulate (TSP) 3 2 0.110 3 235 15 3 230 139 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Cuaca = Cerah Kec. Angin = 10.1 km/jam CO PM 10 PM 2,5 3 30000 9500 NDIR 3 150 4.5 ASTM D 4096 3 65 2.5 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) Keterangan : * = melebihi baku mutu 70 75.9* MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.7 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Depan BRIMOB Pemantauan bulan Juni 23

Sampling kedua (bulan November 2013) Tanggal Parameter Satuan 21 November 2013 Baku Mutu Hasil Analisa NO 2 3 400 33.1 SO 2 3 900 179 Pb 3 2 0.216 O 3 3 235 33.1 Total Suspended Particulate (TSP) 3 230 94.6 Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keterangan Suhu =34º C Kelembaban = 44% Cuaca = cerah Kec. Angin = 10.1 km/jam PM 10 3 150 2.79 ASTM D 4096 CO 3 30000 3138 NDIR PM 2,5 3 65 3.49 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) 70 71.6 * Keterangan : * = melebihi baku mutu MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.8 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Perempatan BRIMOB Pemantauan bulan November Dari hasil 2 kali periode pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan, dengan derajat kebisingan terukur 75.9 dba pada bulan Juni dan 71.6 dba pada bulan November dibading dengan baku mutu sebesar 70 dba. Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan sebagai berikut : 24

1. Sumber suara dari knalpot kendararaan bermotor baik angkutan umum maupun pribadi, kendaraan roda 2 maupun 4 (sektor transportasi). Hal ini kemungkinan terjadi karena perawatan knalpot kendaraan kurang bagus, sehingga meninmulkan pencemaran udara berupa kebisingan 2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa industri kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari udara berupa kebisingan. 5. Perempatan Ketandan ( Jl. Wonosari Bantul) Sampling pertama (bulan Juni 2013) Tanggal 24 Juni 2013 NO 2 SO 2 Pb O 3 Parameter Total Suspended Particulate (TSP) Satua n Baku Mutu Hasil Analisa 3 400 29.3 3 900 22.2 3 2 0.02 3 235 9.36 3 230 27 Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keteranga n Suhu =34º C Kelembaba n = 43% Cuaca = Cerah Kec. Angin = 6.84 km/jam CO PM 10 PM 2,5 3 30000 11300 NDIR 3 150 12.0 ASTM D 4096 3 65 16.5 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) Keterangan : * = melebihi baku mutu 70 80.4 * MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.9 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Ketandan bln Juni 25

Sampling kedua (bulan November 2013) Tanggal Parameter Satuan 21 November 2013 Baku Mutu Hasil Analisa NO 2 3 400 33.2 SO 2 3 900 145 Pb 3 2 0.477 O 3 3 235 35.8 Total Suspended Particulate (TSP) 3 230 221 Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keterangan Suhu =34º C Kelembaban = 42% Cuaca = cerah Kec. Angin = 11.5 km/jam PM 10 3 150 5.36 ASTM D 4096 CO 3 30000 5312 NDIR PM 2,5 3 65 3.44 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) 70 78.4 * Keterangan : * = melebihi baku mutu MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.10 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Ketandan Pemantauan bulan November Dari hasil 2 kali periode pemantauan di atas diketahui parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan, dengan derajat kebisingan terukur 80.4dBA pada bulan Juni dan 78.4 dba pada bulan November dibading dengan baku mutu sebesar 70 dba. Hasil pemantauan parameter yang melebihi baku mutu yaitu kebisingan kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan sebagai berikut : 26

1. Sumber suara dari knalpot kendararaan bermotor baik angkutan umum maupun pribadi, kendaraan roda 2 maupun 4 (sektor transportasi). Hal ini kemungkinan terjadi karena perawatan knalpot kendaraan kurang bagus, sehingga meninmulkan pencemaran udara berupa kebisingan 2. Aktvitas manusia di lingkungan pemukiman berupa industri kecil/perorangan maupun yang mempunyai pontensi mencemari udara berupa kebisingan. 6. Pertigaan Pasar Piyungan (Jl. Wonosari Bantul) Sampling pertama (bulan Juni 2013) Tanggal 24 Juni 2013 NO 2 SO 2 Pb O 3 Parameter Total Suspended Particulate (TSP) Satua n Baku Mutu Hasil Analisa 3 400 26.0 3 900 23.1 3 2 0.234 3 235 10.1 3 230 65 Metode 7119.2.2009 7119.7.2009 7119.3.2009 7119.8.2009 7119.4.2009 Keteranga n Suhu =31.5º C Kelembaba n = 57% Cuaca = Cerah Kec. Angin = 9.36 km/jam CO PM 10 PM 2,5 3 30000 10500 NDIR 3 150 14.7 ASTM D 4096 3 65 16.2 ASTM D 4096 Kebisingan dba (Leq) Keterangan : * = melebihi baku mutu 70 77.9 * MU/04/SLM/04 (Sound Level Meter) Tabel 3.11 Hasil pemantauan kualitas udara ambien di perempatan Piyungan bln Juni 27