HAK CIPTA. memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan



dokumen-dokumen yang mirip
Tanya Jawab Tentang Paten

: /2 /0 04

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKU PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

BAB 8 PERLINDUNGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM BIDANG TI

TUGAS MATA KULIAH HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. (Intelectual Property Rights Law)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dr. Tb. Maulana Kusuma Web: Gunadarma University

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3/21/2012 copyright 3

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/23/2014 nts/epk/ti-uajm 2

Hak Cipta Program Komputer

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

Etika Profesi dan Pengembangan Diri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MANFAAT DAN STRATEGI MENYUSUN DOKUMEN PATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PR Ketiga Kelas X.4 Tgl 06 Agustus 2010 Mengenai UU Hak Cipta Posted by malikzeith - 16 Aug :28

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Contoh Pedoman Etika Periklanan Manca Negara. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

UNDANG-UNDANG HAK CIPTA

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

Buku Panduan Permohonan Hak Cipta bagi Sivitas Akademika IPB

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Paten Pengertian Paten Prosedur Permohonan Dan Pendaftaran Paten

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-HC TAHUN 1987 TENTANG PENDAFTARAN CIPTAAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HaKI) DAN PATEN AKADEMI KEBIDANAN BAKTI UTAMA PATI TAHUN 2015

HASIL WAWANCARA DENGAN DITJEN HKI. (Dengan Bapak Agung Damarsasongko) : Berapa lama jangka waktu perlindungan Hak Cipta?

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N - N E G A R A R E P U B L I K I N D O N E S I A. Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL: PENGERTIAN DAN MANFAAT BAGI LITBANG

MAKALAH HAK PATEN. Nama Kelompok: 1. Chaniffatul Maghfirroh 2. Melan Apriliani 3. Siswo Hadi Purnomo 4. Tri Cahyono. Kelas: 2 TI-B

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. M6. Peraturan & Regulasi 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Intellectual Property Rights (IPR) diartikan sebagai Hak Milik

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta hak ekslusif untuk 1. mengumumkan, 2. memperbanyak, 3. memberi izin

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PATEN. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Apakah Paten itu?

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UU 12/1997, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1987

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 PENJELASAN ATAS TENTANG DESAIN INDUSTRI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000

PENYUSUNAN MATRIKS PMTB TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

DIREKTUR JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1987 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 ATAS TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 HAK CIPTA

HUKUM PENERBITAN BAHAN PUSTAKA. Oleh. Dewi Wahyu Wardani

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada uraian dari Bab I (satu) sampai Bab IV (empat) skripsi ini,

Kuesioner Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015

Intellectual Property Right (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumber: Ditjen HKI - Republik Indonesia. Latar Belakang

Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPs) dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Desain Industri;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tentang: PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1982 TENTANG HAK CIPTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5541) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pem

Panduan Pendaftaran Perlindungan HKI

Transkripsi:

HAK CIPTA memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku

PENGUMUMAN Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran atau suatu ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet, atau melakukaan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain

PERBANYAKAN Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan baik secara keseluruhan maupun dbagian yang sangat subtansional dengan menggunakan bahanbahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk pengalihwujudkan secara permanen atau temporer.

PENCIPTA Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yaaang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA ATAS SUATU CIPTAAN Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang menghimpunnya dengan tidaak bmengurangi hak cipta masingmasing atas bagian ciptaanya itu.

lain dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pembuat sebagai penciptanya apabila penggunaan ciptaan itu diperluas keluar hubungan dinas. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak Ketentuan tersebut berlaku pula bagi ciptaan yang dibuat pihak lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.

Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, maka pihak yang memuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, badan hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika terbukti sebaliknya.

PEMEGANG HAK CIPTA Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yaang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut diatas. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yaang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut diatas.

CIPTAAN Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.

SUATU CIPTAAN PERLU DIDAFTARKAN UNTUK MEMPEROLEH PERLINDENGAN HAK CIPTA.

Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu diwujudkan dalam bentuk nyata. Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa dikemudian hari terhadap ciptaan tersebut.

PELAKU Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, drama, tari, sastra, folklor, atau karya seni lainnya.

PRODUSER REKAMAN SUARA Produser rekaman suara adalah orang, atau badan hukum yang pertama kali merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman suara atau perekaman bunyi lainnya.

LEMBAGA PENYIARAN Lembaga penyiaran adalah organisasi penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.

LISENSI Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemegang hak terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan dan atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

DEWAN HAK CIPTA DAN TUGASNYA Dewan hak cipta adalah dewan yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden berdasarkan usulan Menteri Kehakiman yang mempunyai tugas membantu pemerintah dalam memberikan penyuluhan, bimbingan dan pembinaan tentang hak cipta. Dewan ini anggotanya terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi profesi, dan anggota masyarakat yang memiliki kompetensi di bidang hak cipta.

DASAR PERLINDUNGAN HAK CIPTA Undang-undang Hak Cipta (UUHC) pertama kali diatur dalam Undangundang No.6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Kemudian diubah dengan Undang-undang No.7 tahun 1987. pada tahun 1987 diubah lagi dengan Undang-undang No.12 Tahun 1997. di tahun 2002, UUHC kembali mengalami perubahan dan diatur dalam Undang-undang No.19 Tahun 2002. beberapa peraturan pelaksanaan yang masih berlaku yaitu: Keputusan Presiden RI No. 19 Tahun 1997 tentang pengesahan WIPO Copyrights Treaty;

Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1986 Jo Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1989 tentang Hak Cipta; Peraturan Pemerintah RI No. 1 Tahun 1989 tentang Penerjemahan dan atau Perbanyak Ciptaan untuk Kepentingan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan Pengembangan; Keputusan Presiden RI No. 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection Of Literary and Artistic Works;

Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 1988 tentang pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta atas Karya Rekaman Suara antara Negara Republik Indonesia dengan Masyarakat Eropa;

Keputusan Presiden RI No. 25 Tahun 1989 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Amerika Serikat; Keputusan Presiden RI No.38 Tahun 1993 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Australia;

Keputusan Presiden RI No.56 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Inggris; Peraturan Menteri Kehakiman RI No.M.01-HC.03.01 Tahun 1988 tentang penyidikan Hak Cipta;

Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No.M.01.PW. 07.03 Tahun 1990 tentang Kewenangan Menyidik Tindak Pidana Hak Cipta; Surat Edaran Menteri Kehakiman Ri No.M.02.HC. 03.01 Tahun 1991 tentang Kewajiban Melampirkan NPWP dalam Permohonan Pendaftaran Ciptaan dan Pencatatan Pemindahan Hak Cipta Terdaftar;

HAK CIPTA DAPAT DIALIHKAN Hak cipta dapat dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena:

CIPTAAN YANG DILINDUNGI Ciptaan yang dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya; Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; Arsitektur;

Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolose dan seni terapan Peta; Seni batik; Fotografi; Sinematografi;

HAK CIPTA ATAS HASIL KEBUDAYAAN RAKYAT ATAU ATAS CIPTAAN YANG TIDAK DIKETAHUI PENCIPTANYA Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah dan benda budaya nasional lainnya; Negara memegang hak cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya.

HAK MORAL DAN HAK EKON0MI Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait.

HAK TERKAIT Hak terkait adalah hak eksklusif yang berkaitan dengan hak cipta yaitu hak eksklusif bagi pelaku utnuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukan; bagi produser rekaman suara atau menyewakan karya rekaman suara atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyinya; dan bagi lembaga penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya.

JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN LAMA PERLINDUNGAN ATAS SUATU CIPTAAN A.Hak cipta atas ciptaan: buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain; lagu atau musik dengan atau tanpa teks; drama atau drama musikal, tari, koreografi; segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni patung, dan seni pahat; seni batik; lagu atau musik dengan atau tanpa teks; Arsitektur;

ceramah, kuliah pidato dan ciptaan sejenis lain; alat peraga; peta; terjemahan, tafsir, saduran dan bungan rampai; " Berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Jika dimiliki 2 (dua) orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.

berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Jika dimiliki 2 (dua) orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya. Hak cipta atas ciptaan: Program komputer, sinematografi, fotografi, database, karya hasil pengalihwujudan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan;

Perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan; Jika hak cipta atas ciptaan tersebut di atas dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum, hak cipta berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diumumkan. Hak cipta yang dimiliki/dipegang oleh Negara berdasarkan: Pasal 10 ayat (2) UUHC berrlaku tanpa batas waktu; Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) UUHC berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali diterbitkan.

PENDAFTARAN CIPTAAN " CIPTAAN YANG TIDAK DAPAT DIDAFTARKAN adalah ; " Ciptaan di luar ilmu pengetahuan, seni dan sastra; " Ciptaan yang tidak orsinil; " Ciptaan yang belum diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata (masih berupa ide); " Ciptaan yang sudah merupakan milik umum;

SYARAT-SYARAT PERMOHONAN PENDAFTARAN CIPTAAN Mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap dua (formulir dapat diminta secara Cuma-Cuma pada kantor DJ HKI), lembar pertama dari formulir tersebut ditandatangani di atas materai Rp.6.000 (enam ribu rupiah); Surat permohonan pendaftaran ciptaan mencantumkan: Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta; Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta; nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa; jenis dan judul ciptaan; Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali; Uraian ciptaan rangkap 3;

Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk satu ciptaan; Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak cipta berupa fotocopy KTP atau paspor; Apabila pemohon badan hukum maka pada surat permohonannya harus dilampirkan turunan resmi akta pendirian badan hukum tersebut; Apabila permohonan tidak bertempat tinggal di dalam wilayah RI, maka untuk keperluan permohonan pendaftaran ciptaan ia harus memiliki tempat tinggal dan menunjuk seorang kuasa di dalam wilayah RI; Apabila permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih dari seorang dan atau suatu badan hukum, maka namanama pemohon harus ditulis semuanya, dengan menetapkan satu alamat pemohon;

Apabila ciptaan tersebut telah dipindahkan, agar melampirkan bukti pemindahan hak; Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau penggantinya; Membayar biaya permohonan pendaftaran ciptaan sebesar Rp.75.000, khusus utnuk permohonan pendaftaran ciptaan program komputer sebesar Rp.150.000 ;

SUATU PENDAFTARAN CIPTAAN DINYATAKAN HAPUS Dalam pasal 44 UUHC disebutkan bahwa kekuatan hukum dari suatu pendaftaran ciptaan hapus karena: Penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta atau pemegang hak cipta; Lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 29, 30, dan 31 dengan mengingat pasal 32; Dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

PELANGGARAN HAK CIPTA Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran hak cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang hak cipta;

PERBUATAN PELANGGARAN HAK CIPTA PERBUATAN YANG TIDAK DIANGGAP SEBAGAI PELANGGARAN HAK CIPTA Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, hal-hal sebagai berikut: pengumuman dan atau perbanyakan Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan menurut sifatnya yang asli; pengumuman dan atau perbanyakan segala diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundangundangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau keetika ciptaan itu diumumkan dan atau diperbanyak; atau

Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sember sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebitkan secara lengkap. Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan: Penggunaan ciptaan pihak lain utnuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta; Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan: pembelaan di dalam atau di luar pengadilan; ceramah yang semata-mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.

Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra dalam huruf braile guna keperluan para tunanetra, kecuali jika perbanyakan tersebut bersifat komersial; Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang bersifat non komersial sematamata untuk keperluan aktivitasnya; Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan; Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk digunakan sendiri.

" YANG DAPAT PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA LAKUKAN JIKA ADA PIHAK YANG MELAKUKAN PELANGARAN 1. Mengajukan permohonan Penetapan sementara ke Pengadilan Niaga dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan bukti adanya pelanggaran. Penetapan sementara ditujukan untuk: Mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, khususnya mencegah masuknya barang yang diduga melanggar hak cipta atau hak terkait ke dalam lajur perdagangan, termasuk tindakan importasi; Menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta atau hak terkait tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan barang bukti.

2. Mengajukan gugatan ganti rugi kepengadilan nisga atas pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakannya. 3. Untuk mencegah kerugian yang lebih besar, hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan pengumuman dan atau perbanyakan ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta (putusan sela). 4. Melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI dan atau PPNS DJ HKI.

PENGATURAN TENTANG KETENTUAN PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG HAK CIPTA Tindak pidana bidang hak cipta dikategorikan sebagai tindak kejahatan dan ancaman pidananya diatur dalam pasal 72 yang bunyinya: Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau dengan paling banyak Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah);

Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan utnuk kepentingan komersial suatu program computer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 17 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah); barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 19, pasal 20, atau pasal 49 ayaat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara peling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah); barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pasal 25 dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah); Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah);

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 28 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun da atau denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah);

YANG BERWENANG MELAKUKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG HAK CIPTA Selain penyidik pejabat Polisi Negara RI juga pejabat pegawai negeri tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi pembinaan hak cipta (Departemen Kehakiman) diberi wewenang khusus sebagai penyidik, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang hak cipta.

PATEN invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PATEN Undang-undang No. 14 tahun 2001 tentang Paten (UUP); Undang-undang No.7 tahun 1994 tentang Agreement Establising the world Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia); Keputusan Presiden No. 16 tahun 1997 tentang Pngesahan PCT and Regulations under the PCT;

Keputusan Presiden No.15 tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the Protection of Industrial Property; Keputusan Presiden No.15 tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the Protection of Industrial Property; Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata cara Permintaan Paten;

Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 1991 tentang bentuk dan Isi Surat Paten; Keputusan Menkeh No.M.01- HC.02.10 tahun 1991 tentang Paten Sederhana ; Keputusan Menkeh No.M.01- HC.02.10 Tahun 1991 tentang penyelenggaraan Pengumuman Paten; Keputusan Menkeh No.N.04- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan, Jangka Waktu, dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten:

Keputusan Menkeh No.M.06- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Pengajuan Permintaan Paten; Keputusan Menkeh No.M.07- HC.02.10 tahun 1991 tentang Bentuk dan syarat-syarat Permintaan Pemeriksaan Subtantil Paten; Keputusan Menkeh No.M.08- HC.02.10 tahun 1991 tentang Pencatatan dan Permintaan Salinan Dokumen Paten;

Keputusan Menkeh No.M.04- PR.07.10 tahun 1996 tentang Sekretariat Komisi Banding Paten; Keputusan Menkeh No.M.01- HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pengajuan Permintaan Banding Paten.

INVENSI Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses

INVENTOR DAN PEMEGANG PATEN Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Pemegang paten adalah inventor sebagai pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten.

HAK PRIORITAS Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang bergabung dalam Paris Convention for protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu selama pengajuan tersebut dilakukan dalam urun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention tersebut.

KONSULTAN HKI Konsultan HKI adalah : konsultan hak kekayaan intelektual yang secara resmi terdaftar di DJ HKI.

HAK YANG DIMILIKI PEMEGANG PATEN Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya, dan melarang orang lain yang tanpa persetujuannya: Dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimport, menyewa, menyerahkan memakai, menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam huruf a.

Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada orang lain berdasarkan surat perjanjian lisensi; Pemegang paten berhak menggugat ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat, kepada siapapun, yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 di atas;

Pemegang paten berhak menuntut orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak Pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1 di atas.

KEWAJIBAN PEMEGANG PATEN Pemegang paten wajib membayar biaya pemeliharaan yang disebut biaya tahunan; Pemegang paten wajib melaksanakan paten tersebut secara ekonomi hanya layak bila dibuat dengan skala regional dan ada pengajuan permohonan tertulis dari pemegang paten dengan skala regional dan ada pengajuan permohonan tertulis dari pemegang paten dengan disertai alasan dan bukti-bukti yang diberikan oleh instansi yang berwenang dan disetujui oleh DJ HKI.

RUANG LINGKUP DARI INVENSI YANG DAPAT MEMPEROLEH PERLINDUNGAN DALAM BENTUK PATEN SEDERHANA Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.

Beberapa Invensi Dapat di Ajukan Sekaligus Dalam Sebuah Permohonan PATEN Dalam permohonan paten dapat diajukan sati invensi, atau beberapa invensi akan tetapi harus merupakan satu kesatuan invensi ; Satu kesatuan invensi yang dimaksud adalah beberapa invensi yang memiliki keterkaitan antara satu invensi dengan invensi yang lain, misalnya suatu invensi dengan invensi yang lain, misalnya suatu invensi berupa alat tulis yaaang baru beserta tinta yang baru. Alat tulis dan tinta tersebut merupakan satu kesatuan, karena tersebut khusus untuk digunakan pada alat tulis baru tersebut.

INVENSI YANG TIDAK DAPAT DIBERI PATEN " Yang tidak dapat diberi paten adalah Invensi tentang: " proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan;

" metode peperiksaan, perawartan, pengobatan dan atau pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan atau hewan. " teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau " semua makhluk hidup, kecuali jasad renik; " proses bioogis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau proses mikrobiologis.

CARA MENGETAHUI APAKAH PERMOHONAN PATEN YANG SAMA DENGAN INVENSI SESEORANG TELAH DIAJUKAN Untuk mengetahui apakah permohonan paten untuk suatu invensi sudah diajukan atau belum, dapat dicek atau ditelusuri di DJ HKI atau lewat internet ke kantor-kantor paten luar negeri seperti United States Patent and Trademark Office, Japan Patent Office, European Patent Office dan lain-lain.

PENGAJUAN PERMOHONAN PATEN

DASAR-DASAR PATEN DAPAT DIBERIKAN Paten diberikan atas dasar permohonan dan memenuhi persyaratan administrative dan subtantif sebagaimana diatur dalam UUP.

SISTEM FIRST-TO-FILE DAN APAKAH SISTEM TERSEBUT DIANUT OLEH SISTEM PATEN YANG DITERAPKAN DI INDONESIA Sistem first-to-file adalah suatu sistem pemberian paten yang menganut mekanisme bahwa seseorang yang pertama kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang paten, bila semua persyaratan dipenuhi. Sistem paten yang diterapkan di Indonesia menganut sistem first-tofile, dalam pasal 34 Uup disebutkan Apabila untuk satu invensi yang sama ternyaata duiajukan lebih dari satu permohonan paten oleh pemohon yang berbeda, hanya permohonan yang diajukan pertama atau terlebih dahulu yang dapat diterima.

PERMOHONAN PATEN SEBAIKNYA DIAJUKAN Suatu permohonan paten sebaiknya diajukan secepat mungkun, mengingat sistem paten Indonesia menganut sistem first-to-file. Akan tetapi pada saan pengajuan, uraian lengkap penemuan harus secara lengkap menguraikan/ mengungkapkan penemuan tersebut.

YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN OLEH SESEORANG INVENTOR SEBELUM MENGAJUKAN PERMOHONAN PATEN Sebelum mengajukan permohonan paten, sebaiknya dilakukan tahaptahap sebagai berikut : 1. Melakukan penelusuran. Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang teknologi terdahulu dalam bidang invensi yang sama (state of the art) yang memungkinkan ada kaitannya dengan invensi yang akan diajukan. Melalui informasi teknologi terdahulu tersebut maka inventor dapat melihat perbedaan antara invensi yang akan diajukan permohonan patennya dengan tekhnologi terdahulu;

2. Melakukan analisa. Tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisa apakah ada ciri khusus dari invensi yang akan diajukan permohonan patennya dibandingkan dengan invensi terdahulu; 4. Mengambil keputusan. Jika invensi yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri teknis dibandingkan teknologi terdahulu, maka invensi tersebut sebaiknya diajukan permohonan patennya. Sebaliknya jika tidak ditemukan ciri khusus, maka invensi tersebut sebaiknya tidak perlu diajukan untuk menghadiri kerugian dari biaya pengajuan permohonan paten.

PERMOHONAN DIAJUKAN OLEH PEMOHON YANG BUKAN INVENTOR Permohonan tersebut harus dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas invensi yang bersangkutan.

TAHAP-TAHAP YANG HARUS DILALUI OLEH SUATU PERMOHONAN PATEN Tahap-tahap yang harus dilalui oleh suatu permohonan paten pengajuan permohonan; 1. Pemeriksaan administratif; 2. Pengajuan permohonan; 3. Pengumuman permohonan paten; 4. Pemeriksaan substantif; 5. pemberian atau penolakan;

CARA MENGAJUKAN PERMOHONAN PATEN Mengajukan surat permohonan paten yang diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada DJ HKI dengan menggunakan formulir permohonan paten yang memuat: 1. tanggal, bulan, dan tahun permohonan; 2. alamat lengkap dan alamat jelas orang yang mengajukan permohonan paten; 3. nama lengkap dan kewarganegaraan inventor; 4. nama lengkap dan alamat kuasa (apabila permohonan paten diajukan melalui kuasa); 5. surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa; 6. pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;

7. judul invensi; 8. klaim yang terkandung dalam invensi; 9. deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tantang cara melaksanakan invensi; 10. judul invensi, yaitu susunan katakata yang, dipilih untuk menjadi topik invensi. Judul tersebut harus dapat menjiwai inti invensi. Kata-kata atau singkatan yang tidak dapat dipahami maksudnya sebaiknya dihindari; tidak boleh menggunakan istilah merek perdagangan atau perniagaan;

11. Bidang teknik invensi, yaitu menyatakan tentang bidang teknik yang berkaitan dengan invensi; 12. Latar belakang invensi yang mengungkapkan tentang invensi terdahulu beserta kelemahannya dan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut tang merupakan tujuan dari invensi; 13. Uraian singkat invensi yang menguraikan secara ringkas tentang fitu-fitur dari kalimat mandiri; 14. Uraian singkat gambar (bila ada) yang menjelaskan secara ringkas keadaan seluruh gambar yang disertakan; 15. Uraian lengkap invensi yang mengungkapkan isi invensi sejelasjelasnya terutama fitur yang terdapat pada invensi tersebut dan gambar yang disertakan digunakan untuk membantu memperjelas invensi;

KLAIM Klaim adalah bagian adari permohonan yang menggambarkan inti invensi yang dimintakan perlindungan hukum, yang harus diuraikan secara jelas dan harus didukung oleh deskripsi. Klaim tersebut mengungkapkan tentang semua keistimewaan teknik yang terdapat dalam invensi. Penulisan klaim harus menggunakan kaidah bahasa Indonesia dan lazimnya bahasa teknik yang baik dan benar serta ditulis secara terpisah dari uraian invensi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan klaim adalah: Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas invensi (jika ada0; dan Abstrak invensi. (dokumen deskripsi, klaim, abstrak, dan gambar ini disebut juga sebagai spesifikasi paten)

Dengan membayar biaya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehakiman, ke Bank BNI 46 cabang Tangerang rekening DJ HKI nomor 081.009634474.001, yang besarnya yaitu: Untuk permohonan paten Rp.575.000,- per permohonan; Untuk permohonan pemeriksaan substantif paten Rp.2.000.000,- (diajukan dan dibayarkan setelah 6 bulan dari tanggal pemberitahuan pengumuman paten Untuk permohonan paten sederhan Rp. 475.000,- (terdiri dari biaya permohonan paten sederhana Rp.125.000,- dan biaya permohonan pemeriksaan substantif paten sederhana Rp.350.000,-)