DRAFT RINGKASAN LOKASI



dokumen-dokumen yang mirip
DRAFT RINGKASAN LOKASI

LAPORAN AKHIR PROGRAM KAMPANYE KEPEMIMPINAN PRIDE BALI BARAT. Istiyarto Ismu, Manajer Kampanye Bali Barat Yayasan Seka Agustus 2010

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi Stresemann, 1912) adalah burung. endemik Pulau Bali, dan distribusinya sampai tahun 2005 hanya ada di Taman

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. seumur. Namun, di dalam hutan tanaman terdapat faktor yang sering dilupakan,

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

III. KONDISI UMUM LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Cakupan bahasan. A. Status B. Progres C. Permasalahan

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

BAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 19/Menhut-II/2010 TENTANG PENGGOLONGAN DAN TATA CARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. asli (alami) maupun perpaduan hasil buatan manusia yang dimanfaatkan untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM 4.1. Taman Nasional Tesso Nilo Sejarah Kawasan

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

2 KONDISI UMUM 2.1 Letak dan Luas 2.2 Kondisi Fisik Geologi dan Tanah

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah memasukkan cendana

Lampiran 1. Daftar taman nasional yang memiliki perencanaan zonasi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

Transkripsi:

DRAFT RINGKASAN LOKASI Nama Lokasi Nama MK Taman Nasional Bali Barat (West Bali National Park) Istiyarto Ismu Letak Wilayah Ekologi (Ecoregion) (dan kode) : (Daratan) Hutan Hujan Dataran Rendah Negara : Indonesia Kawasan : Asia Tenggara Letak Geografis : 8 o 05' 20" 8 o 15' 25" LS dan 114 o 25' 00" 114 o 56' 30" BT Peta kawasan :

Melaya Pejarakan

Deskripsi Geologi : Faktor sosial-ekonomi Berdasarkan Peta Tanah Tinjau P. Bali skala 1 : 250.000 (Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Wilayah DAS Pancoran, Teluk Terima, Balingkang Anyar Unda dan Sema Bor) tahun 1984 formasi Geologi, TNBB sebagian besar terdiri dari Latosol. Tanah Latosol berwarna agak merah dengan tekstur lempung sampai geluh, strukturnya remah sampai gumpal lemah sehingga jika terkena hujan akan lengket tetapi jika kondisi kekeringan tanah menjadi keras dan pecah-pecah. Topografi : Kawasan TNBB dan sekitarnya atau biasa disebut kawasan Bali Barat memiliki Topografi kawasan yang terdiri dari dataran landai (sebagian besar datar), agak curam, dengan ketinggian tempat antara 0 s.d 1.414 mdpl. Terdapat 4 buah gunung yang cukup dikenal dalam kawasan, yaitu Gunung Prapat Agung setinggi ± 310 mdpl, Gunung Banyuwedang ± 430 mdpl, Gunung Klatakan ± 698 mdpl dan Gunung Sangiang yang tertinggi yaitu ± 1002 mdpl. Di perairan laut terdapat 4 pulau yang masuk dalam kawasan TNBB yaitu P. Menjangan ± 175 Ha, P. Burung, P. Gadung, dan P. Kalong. Berdasarkan peta kelas lereng lapangan Pulau Bali skala 1 : 250.000 TNBB termasuk kelas lereng II bertopografi landai (8% - 15%) dan kelas lereng I bertopografi datar (0% - 8%). Ukuran : 19,000.8 Hektar, terdiri dari wilayah terrestrial seluas 15,587.89 hektar dan perairan seluas 3,145 hektar Iklim dan Hidrologi : Berdasarkan Schmidt dan Ferguson, kawasan TNBB termasuk tipe klasifikasi D, E, C dengan curah hujan rata-rata D : 1.064 mm / tahun, E : 972 mm / tahun, dan C : 1.559 mm / tahun. Temperatur udara rata-rata 33 o C dengan jumlah bulan hujan dalam satu tahun rata-rata adalah 3 bulan Pada beberapa lokasi, kelembaban udara di dalam hutan sekitar 86 %. Sungai-sungai yang ada dalam kawasan TNBB meliputi S. Labuan Lalang, S. Teluk Terima, S. Trenggulun, S. Bajra / Klatakan, S. Melaya, dan S. Sangiang Gede. Secara Administratsi TNBB terletak di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana. Wilayah TNBB yang terletak di Kabupaten Buleleng berada di Kecamatan Gerokgak. Jumlah penduduk di Kecamatan Gerokgak tahun 2006 adalah 73,798 (Buleleng Dalam Angka 2007). Sedangkan wilayah TNBB yang terletak di Kabupaten Jembrana berada di Kecamatan Melaya. Jumlah penduduk di Kecamatan Melaya tahun 2005 adalah 50,824 (www.jembranakab.go.id).

Di dalam kawasan TNBB terdapat 3 desa dan 1 kelurahan yang sebagian dari masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari pekerjaan mencari kayu bakar. Desa-desa tersebut adalah Sumberklampok, Pejarakan, Melaya dan Kelurahan Gilimanuk. Masyarakat di 4 desa tersebut memiliki tingkat kemajemukan etnis dan sosial yang tinggi. Mereka terdiri dari penduduk asli Bali, Jawa, Madura dan Bugis dengan latar belakang yang berbeda. Penduduk yang berasal dari Madura pada jaman Belanda didatangkan untuk membuka lahan hutan menjadi perkebunan kelapa, kayu putih dan kapok, sedangkan penduduk Bali yang menetap di kawasan TNBB dibedakan menjadi 3 yaitu (1) Dari kabupaten Karangasem yang mengungsi pada saat terjadi letusan Gunung Agung, (2) Eks transmigran Timor Leste, dan (3) Dari Pulau Nusa Penida. Disamping itu terdapat 5 desa di luar kawasan TNBB yang sebagian masyarakatnya mengakses sumber daya yang ada di dalam kawasan TNBB. Desa-desa tersebut adalah Sumberkima (Kecamatan Gerokgak), Blimbingsari, Ekasari, Warnasari dan Tukadaya. Berbagai macam sumber daya yang sampai sekarang masih diekstraksi dari kawasan Taman Nasional Bali Barat antara lain: No Jenis Sumber Daya Ukuran Harga (Rp) Keterangan 1 Kayu bakar (fuelwood) M 3 25,000 (Per 0.75 m 3 ) Harian 2 Madu hutan Botol Bir 35,000 Musiman 3 Kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia) M 3 75,000 4 Daun-daunan pakan ternak Ikat 15,000 Harian Keanekaragaman hayati Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Bali Barat meliputi berbagai type ekosistem antara lain hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim, hutan hujan dataran rendah, evergreen forest dan savannah. Keragaman flora dan faunanya antara lain terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis mamalia, 160 jenis aves. Daftar riset mutakhir tentang keanekaragaman hayati di TNBB : 1. Laporan Inventarisasi Jalak Bali (Leucopsar rothscildi) di Taman Nasional Bali Barat, Departemen Kehutanan Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Balai Taman Nasional Bali Barat, Bali (Desember 1995) 2. Daftar Pustaka Jalak Bali Leucopsar rotschildi 1912 1994, (Bilingual), Bas Van Balen (1995), BirdLife

International Indonesia Programme 3. Metodologi Sensus Jalak Bali Leucopsar rotschildi di Taman Nasional Bali Barat (Bilingual), S. Van Balen (1995), BirdLife International Indonesia Programme 4. Buku Pintar Jalak Bali Pedoman Pengamanan Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat, I Wayan Agus Dirgayusa, Jeni Shannaz (1993), BirdLife International Indonesia Programme. 5. Rencana Pemulihan Spesies Jalak Bali, Paul Jepson, Sebastianus Van Balen, Tony R. Soehartono & Ani Mardiastuti (1997), BirdLife International Indonesia Programme 6. Cara Mempersiapkan Rencana Pelestarian Spesies (Bilingual), Nicola Crockford (1996), BirdLife International Indonesia Programme Tipe vegetasi di TNBB : Berdasarkan ketinggian tempat maka kawasan TNBB dibagi dalam 2 ekosistem yakni : 1. Tipe Ekosistem Darat yang meliputi : Ekosistem Hutan Mangrove, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River Rain Forest. 2. Tipe Ekosistem Laut meliputi : Ekosistem Coral Reef, Ekosistem Padang Lamun, Ekosistem Pantai Berpasir, Ekosistem Perairan Laut Dangkal, Dan Ekosistem Perairan Laut Dalam.

DAFTAR FLORA No Nama Indonesia Nama Ilmiah Status 1 Bayur Pterospermum diversifolium Tanaman langka (IUCN; dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 2 Buni Antidesma bunius Tanaman langka 3 Bungur Langerstroemia speciosa Tanaman langka (IUCN; dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 4 Burahol Steleochocarpus burahol Langka; 5 Cendana Santalum album Tanaman langka (IUCN; dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 6 Kemiri Aleuritas moluccana Tanaman langka (IUCN; dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 7 Kepah, Kepuh (Bali) Sterculia foetida Tamanam langka IUCN 8 Kesambi Schleichera oleosa Tamanam langka IUCN 9 Kruing bunga Diptercocaus Hasseltii Tanaman langka BTNBB 10 Mundu Garcinia dulcis Tamanam langka IUCN 11 Pulai Alstonia scolaris Tamanam langka IUCN 12 Sawo kecik Manilkara kauki Tamanam langka (IUCN; dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972) 13 Sono keeling Dalbergia latifolia Tanaman Langka (IUCN; dilindungi SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972) 14 Trengguli Cassia fistula Tanaman Langka

DAFTAR FAUNA No Nama Indonesia Nama Ilmiah Status 1 Jalak Bali Leucopsar rothschildi langka; dilindungi 2 Trenggiling, Kesih (Bali) Manis javanicus Langka; dilindungi katagori II (CITES) 3 Jelarang, Kapan-kapan (Bali) Ratufa bicolor Langka; dilindungi katagori II (CITES) 4 Landak Hystric branchyura Langka 5 Kueuk Felis marmorata langka; dilindungi populasi menurun 6 Menjangan Cervus timorensis Dilindungi; katagori II (CITES) 7 Banteng Bos javanicus langka; menuju kepunahan katagori III vulnerable 8 Pelanduk, Kancil (Bali) Tragulus javanicus langka; dilindungi populasi menurun 9 Biawak Varanus salvator langka; 10 Penyu rider Lepidochelys olivaceae langka; dilindungi DAFTAR SPESIES PENDATANG No Nama Indonesia Nama Ilmiah Status 1 Anjing Canis sp. 2 Kucing Felis domesticus

DAFTAR SPESIES ISTIMEWA No Nama Indonesia Nama Ilmiah Status Kepemilikan lahan dan aspek-aspek legislatif lain 1 Jalak Bali Leucopsar rothschildi Dilindungi Undang-undang : SK Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus 1970 IUCN: Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 CITES : Appendix I 2 Menjangan Cervus timorensis CITES : Appendix II 3 Banteng Bos javanicus CITES : Appendix III (langka; menuju kepunahan/vulnerable) Daftar instrumen-instrumen legal yang berkaitan dengan Taman Nasional Bali Barat No Instrumen Legal Tentang Keterangan 1 UU No 5 Tahun 1990 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 2 UU Nomor 5 Tahun 1994 Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati 3 SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts-II/1995 tanggal 15 September 1995 Penetapan Kawasan Taman Nasional Bali Barat Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Nomor 3419 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Nomor 3556 Luas kawasan 19,000.8 Hektar, terdiri dari wilayah terrestrial seluas 15,587.89 hektar dan perairan seluas 3,145 hektar

4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 5 SK Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam No.186/Kpts/Dj- V/1999 tanggal 13 Desember 1999 6 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 7 Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 8 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 9 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 10 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Pengelolaan Lingkungan Hidup Pembagian zonasi Taman Nasional Bali Barat Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Perlindungan Hutan Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Nomor 3694 Zona Inti, Rimba, Pemanfaatan dan budaya Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Nomor 3888 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Nomor 3803 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Nomor 3804 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Nomor 4453 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran

Nilai-nilai Konservasi 11 Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tentang Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Nomor 4814) Nilai konservasi yang ada di TNBB meliputi Kekayaan spesies, yang terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis mamalia dan 160 jenis aves. Spesies endemik yang terdapat di TNBB adalah Burung Jalak Bali (Leucopsar rothscildi) yang statusnya dilindungi Undang-undang : SK Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus 1970. Menurut IUCN termasuk dalam kategori Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 dan Appendix I CITES. Keanekaragaman ekosistem yang ada di TNBB berupa Ekosistem Hutan Mangrove, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River Rain Forest. Sedangkan keanekaragam komunitas yang ada disekitar kawasan TNBB memiliki tingkat kemajemukan etnis dan sosial yang tinggi. Kawasan TNBB dibelah oleh dua jalan utama lintas propinsi dan sangat dekat dengan pelabuhan penyebarangan yang padat (Pelabuhan Gilimanuk). Walaupun secara resmi kawasan TNBB tidak mempunyai daerah kantung (enclave) penduduk, pada kenyataannya kawasan TNBB sejak lama telah memberikan mata pencaharian dan kehidupan bagi penduduk di sekitar kawasan. Selain penduduk asli Bali, tercatat penduduk menetap dari Jawa,

Madura dan Bugis mendominasi penduduk sekitar TNBB. Penduduk yang tinggal di sekitar TNBB memiliki latar belakang yang berbeda. Penduduk yang berasal dari Madura pada jaman Belanda didatangkan untuk membuka lahan hutan menjadi perkebunan kelapa, kayu putih dan kapok, sedangkan penduduk Bali yang menetap di kawasan TNBB dibedakan menjadi 3 yaitu yang berasal dari kabupaten Karangasem yang mengungsi pada saat terjadi letusan Gunung Agung, pendatang dari Nusa Penida dan yang berasal dari eks transmigran Timor Leste. Layanan ekologi Daftar layanan ekologi yang dapat disediakan di kawasan TNBB antara lain : Sumber air bersih, udara bersih, sumber plasma nutfah, keanekaragaman flora dan fauna, ekowisata, pendidikan dan penelitian, perlindungan habitat endemik Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dan pengendalian iklim dan kualitas air Ancaman DAFTAR SPESIES FLORA & FAUNA TERANCAM BERDASARKAN KLASIFIKASI IUCN No Nama Indonesia Nama Ilmiah Status (IUCN) Peringkat Keparahan Relatif 1 Cendana Santalum album Vulnerable A1d ver 2.3; Dilindungi SK Mentan No. 4/Kpts/Um/2/1972 2 Kruing bunga Dipterocarpus Hasseltii Critically endangered A1cd+2cd ver 2.3 3 3 Sono keeling Dalbergia latifolia Vulnerable, A1cd ver 2.3 SK Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972) 4 Jalak Bali Leucopsar rothschildi Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 Pop. trend: decreasing 5 Jelarang Ratufa bicolor Near Threatened ver 3.1 Pop. trend: decreasing 6 Menjangan Cervus timorensis Vulnerable C1 ver 3.1 Pop. trend: decreasing 7 Banteng Bos javanicus Endangered A2cd+3cd+4cd ver 3.1 Pop. trend: decreasing 3 3 3 2 1 3

8 Kancil Tragulus javanicus Data Deficient ver 3.1 Pop. trend: unknown 1 Keterangan : Version 3.1: IUCN (2001) The IUCN Council adopted this latest version, which incorporated changes as a result of comments from the IUCN and SSC memberships and from a final meeting of the Criteria Review Working Group, in February 2000 Pengelolaan DAFTAR PEMANGKU KEPENTINGAN No Lembaga/Instansi Peran Rencana Pengelolaan 1 Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB) 2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng 3 Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana Pengelola Kawasan TNBB Pengelola Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap Pengelola Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi Tetap Pemantapan kawasan, penyusunan rencana, pembangunan sarana dan prasarana, pengelolaan potensi kawasan, perlindungan dan pengamanan kawasan, pengelolaan penelitian dan pendidikan, pengelolaan wisata alam, pengembangan integrasi dan koordinasi Pengembangan perhutanan sosial, pengelolaan dan pelestarian hutan, pengembangan agribisnis, Pemberdayaan masyarakat pertanian Rencana alokasi tata ruang kabupaten jembrana 2000 2010 Kawasan Non Budidaya dengan luas 41.809 Ha ( 49,66%), meliputi: 1. Hutan Lindung seluas :

4 Pemerintah Desa Sumberklampok Pengelola wilayah administatif desa 5 Pemerintah Desa Pejarakan Pengelola wilayah administatif desa 6 Pemerintah Desa Melaya Pengelola wilayah administatif desa 7 Pemerintah Desa Blimbingsari Pengelola wilayah administatif desa 34.312,80 Ha, 2. Hutan Swaka Marga Satwa seluas : 4.502,90 Ha, 3. Hutan Produksi terbatas seluas : 2.610,20 Ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas : 383,10 Ha. Perhutanan sosial sistem tiga strata, Pengembangan Kelompok Tani Hutan (KTH) Perhutanan sosial sistem tiga strata, Pengembangan Kelompok Tani Hutan (KTH) Perhutanan sosial sistem tiga strata, Pengembangan Kelompok Tani Hutan (KTH) Perhutanan sosial sistem tiga strata, Pengembangan Kelompok Tani Hutan (KTH) 8 Pemerintah Kelurahan Kepala wilayah Kelurahan Gilimanuk 9 Desa Adat Sumberklampok Pengelola sosial budaya Awig-awig (Belum terbentuk) masyarakat desa adat 10 Desa AdatPejarakan Pengelola sosial budaya Awig-awig (Belum terbentuk) masyarakat desa adat 11 Desa Adat Melaya Pengelola sosial budaya Awig-awig (Belum terbentuk) masyarakat desa adat 12 Desa Adat Blimbingsari Pengelola sosial budaya Awig-awig (Belum terbentuk) masyarakat desa adat 13 Desa Adat Gilimanuk Pengelola sosial budaya Awig-awig (Belum terbentuk) masyarakat desa adat 14 PT. Disthi Kumala Bahari Pengusahaan pariwisata alam?

dengan penangakaran mutiara sebagai atraksi wisata 15 PT. Shorea Barito Wisata Penyediaan Resort dengan wisata alam sebagai atraksi wisata 16 PT. Trimbawan Swastama Sejati Penyediaan Resort dengan wisata alam sebagai atraksi wisata 17 Menjangan Resort Penyediaan Resort dengan wisata alam sebagai atraksi wisata 18 Lembaga PILANG Pendidikan Konservasi Alam (PEKA) 19 Seka Tani Buleleng Pendampingan kelompok Tani Bali Barat (untuk wilayah kabupaten Buleleng) 20 Seka Tani Jembrana Pendampingan kelompok Tani Bali Barat (untuk wilayah kabupaten Jembrana)?? Pendidikan lingkungan, community development, altrnatif lifelihood bagi masyarakat sekitar Pemantauan populasi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi), Pendidikan Lingkungan untuk SD Pengembangan Pertanian berkelanjutan (Natural farming) Pengembangan Pertanian berkelanjutan (Natural Farming) Persepsi Taman Nasional Bali Barat (West Bali National Park) ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 493/Kpts- II/1995 tanggal 15 September 1995, terletak pada Latitude 8 o 13 S dan Longitude 114 o 32 E memiliki luas 19,000.8 Hektar, terdiri dari wilayah terrestrial (15,587.89 hektar) dan perairan (3,145 hektar). Secara administrasi wilayah Taman Nasional Bali Barat (TNBB) berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Buleleng (Kecamatan Gerokgak, memiliki luas 12.814,89 hektar) dan Kabupaten Jembrana (Kecamatan Melaya seluas 6.188 hektar). Terdapat berbagai ekosistem yang berfungsi sebagai penunjang kehidupan, yaitu (1) Ekosistem daratan meliputi

Ekosistem Hutan Mangrove, Ekosistem Hutan Pantai, Ekosistem Hutan Musim, Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah, Ekosistem Evergreen, Ekosistem Savana, dan Ekosistem River Rain Forest; (2) Ekosistem Laut meliputi Ekosistem Coral Reef, Ekosistem Padang Lamun, Ekosistem Pantai Berpasir, Ekosistem Perairan Laut Dangkal, Dan Ekosistem Perairan Laut Dalam. Sedangkan Keragaman flora dan faunanya antara lain terdiri dari 176 jenis flora, 17 jenis mamalia, 160 jenis aves. Di TNBB terdapat spesies endemik yaitu Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang statusnya menurut IUCN adalah Critically Endangered B1ab(v); C2a(ii); D ver 3.1 dan masuk dalam daftar Appendix I CITES. Pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang untuk melindungi dari kepunahan yaitu SK Menteri Pertanian No.421/Kpts/Um/8/70 tanggal 26 Agustus 1970. Habitat Jalak Bali adalah di Hutan Musim yang merupakan bagian kecil dari kawasan TNBB dimana saat ini mengalami tekanan yang cukup berat akibat dari pengambilan kayu bakar (fuelwood) dan daun-daunan pakan ternak oleh masyarakat sekitar kawasan. Pengambilan kayu bakar ini selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga juga dijual sampai keluar daerah, sehingga intensitas dan volumenya cukup besar. Namun demikian data ilmiah yang tentang seberapa besar volume pengambilan kayu bakar di kawasan TNBB belum tersedia. Disamping itu ancaman lain yang saat ini masih berlangsung adalah terjadinya pencurian kayu Sono Keling dalam skala kecil untuk kebutuhan kerajinan masih terjadi (di luar habitat Jalak Bali). Di dalam kawasan TNBB terdapat 3 desa dan 1 kelurahan yang sebagian dari masyarakatnya menggantungkan hidupnya dari pekerjaan mencari kayu bakar. Desa-desa tersebut adalah Sumberklampok, Pejarakan, Melaya dan Kelurahan Gilimanuk. Masyarakat di 4 desa tersebut memiliki tingkat kemajemukan etnis dan sosial yang tinggi. Mereka terdiri dari penduduk asli Bali, Jawa, Madura dan Bugis dengan latar belakang yang berbeda. Penduduk yang berasal dari Madura pada jaman Belanda didatangkan untuk membuka lahan hutan menjadi perkebunan kelapa, kayu putih dan kapok, sedangkan penduduk Bali yang menetap di kawasan TNBB dibedakan menjadi 3 yaitu (1) Dari kabupaten Karangasem yang mengungsi pada saat terjadi letusan Gunung Agung, (2) Eks transmigran Timor Leste, dan (3) Dari Pulau Nusa Penida.