MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 10 BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN (Bagian 1)



dokumen-dokumen yang mirip
sovranita dalam bahasa Italia, souvereignty/sovereignty dalam bahasa Inggris yang juga

BENTUK DAN CIRI NEGARA. Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 6 ASAL MULA DAN LENYAPNYA NEGARA

STRUKTUR KETATANEGARAAN INDONESIA SETELAH PERUBAHAN KEEMPAT UUD TAHUN 1945

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONSTITUSI MASYARAKAT DESA (PIAGAM TANGGUNGJAWAB DAN HAK ASASI WARGA DESA) Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 1

Oleh : Dr. H. Nandang Alamsah Deliarnoor, S.H., M.Hum. 2

PUTUSAN Nomor 108/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

dicita-citakan, maka struktur organisasi desa harus diberi ruang gerak untuk hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya sendiri.

TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PENGURUS PT (BANK) MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS Oleh : Prof. Dr.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu persetujuan tertentu berupa rangkaian kata-kata sebagai gambaran

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN GOOD GOVERNANCE (ANTARA DAS SEIN DAN DAS SOLLEN)

LAPORAN KOMPENDIUM PENGANTAR BIDANG HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN

TUGAS DAN WEWENANG OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PELAYANAN PUBLIK MENURUT UU NO. 37 TAHUN 2008

TUGAS PERTAHANAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

KEDUDUKAN LEMBAGA NEGARA BANTU DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari semakin maraknya penanaman modal asing pada suatu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1995 TENTANG KOMISI BANDING MEREK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

Jurnal RechtsVinding BPHN

UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

METODE PERSUASIF SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF DALAM PELAYANAN DIPERPUSTAKAAN Oleh : Mizanuddin (Dosen Kopertais Medan)

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. haknya (baik perorangan secara sendiri-sendiri, kelompok orang secara bersamasama

PELAKSANAAAN TUGAS DAN WEWENANG CAMAT DALAM MEMBINA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KECAMATAN IMOGIRI BERDASARKAN PERATURAN

Transkripsi:

MATERI KULIAH ILMU NEGARA MATCH DAY 10 BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN (Bagian 1) Perlu dijelaskan terlebih dahulu bahwa situasi dalam pembahasan mengenai bentuk negara dan pemerintahan dalam Ilmu Negara tidaklah memiliki ketunggalan persepsi, seringkali terdapat beberapa perbedaan teori yang cukup tajam mengenai bentuk negara dan pemerintahan. Seperti misalnya ada pendapat yang menyebutkan bahwa republik adalah bentuk negara, akan tetapi ada juga yang menyebutkan republik adalah bentuk pemerintahan. Tidak salah jika mengikuti pendapat dari seseorang pakar atau kelompok atau disiplin ilmu tertentu dengan tetap respect terhadap pendapat dari kelompok atau pakar atau disiplin ilmu yang lain, karena situasinya sulit untuk dijustifikasi mana yang paling benar dan mana yang salah, masing-masing memiliki landasan pendapat yang argumentatif. Oleh karena itu yang paling penting adalah memahami bahwa perbedaan seperti ini kiranya hal biasa dalam dunia ilmiah dan tidak perlu menjadi persoalan esensi yang menyesakkan. 1 Lebih dari pada itu, sebenarnya jika dicermati, masing-masing pendapat memiliki kemiripan makna, hanya peletakkan dan sudut pandang saja yang berbeda. Tidak salah juga jika pembahasan tentang bentuk negara dan pemerintahan mengikuti bagan berikut ini: 2 NEGARA BENTUK NEGARA BENTUK PEMERINTAHAN SISTEM PEMERINTAHAN UNITARIS FEDERALIS CONFEDERALIS REPUBLIK KERAJAAN PRESIDENSIL PARLEMENTER CAMPURAN 1 Baca buku Hendra Nurtjahjo, 2005, Ilmu Negara;Pengembangan Teori Bernegara dan Suplemen, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 39-47. Disitu diungkapkan beberapa perbedaan pendapat mengenai teori bentuk negara dan pemerintahan. 2 I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, Refika Aditama, Bandung, hlm. 106.

Berikut penjelasan singkatnya: 1. Negara Unitaris/Negara Kesatuan Fred Isjwara menyatakan negara kesatuan (unitary state) ialah bentuk negara dimana wewenang legislatif tertinggi dipusatkan pada satu badan legislatif pusat. Abu Daud Busroh memaparkan negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun daripada beberapa negara, seperti halnya dalam negara federasi, melainkan negara itu sifatnya tunggal, artinya hanya ada satu negara, tidak ada negara di dalam negara. Jadi dengan demikian, di dalam negara kesatuan itu juga hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Pemerintahan pusat inilah yang pada tingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu dalam negara tersebut. 3 Al Chaidar Zulfikar Salahuddin Herdi Sahrasad mengemukakan negara kesatuan (eenheidsstaat atau unitary), berbicara tentang suatu negara berdaulat dengan satu konstitusi. Konstitusi negara kesatuan menentukan batas-batas wewenang dan kekuasaan daerah, sedangkan kekuasaan yang tidak diatur dianggap sebagai kekuasaan milik pusat (residu power). L.J. Van Apel doorn sebagaimana disitir oleh Bonar Simorangkir et.al. mengatakan suatu negara disbut negara kesatuan apabila kekuasaan hanya dipegang oleh pemerintah pusat sementara provinsi-provinsi menerima kekuasaan dari pemerintah pusat. Provinsi-provinsi itu tidak mempunyai hak mandiri. 4 Dari sudut pandang Hukum Internasional disebutkan bahwa suatu negara kesatuan betapapun luas otonomi yang dimiliki oleh propinsi-propinsinya, masalah-masalah yang menyangkut hubungan luar negeri merupakan wewenang pemerintah pusat dan daerah pada prinsipnya tidak boleh berhubungan langsung dengan negara luar. 5 Contoh nyata dari negara kesatuan adalah Indonesia (the Unitary State of Indonesia). 2. Negara Serikat/Federal Negara serikat adalah suatu negara yang terdiri atas beberapa negara bagian, tetapi setiap negara bagian tersebut tidak berdaulat. Yang berdaulat adalah gabungan negara-negara 3 Astim Riyanto. 2006, Negara Kesatuan Konsep, Asas dan Aktualisasinya. Penerbit Yapemdo, Bandung, hlm. 51-52. Sebagai catatan dalam buku ini juga dijelaskan mengenai konsep negara kesatuan secara komprehensif, mulai dari pengertian, sejarah, esensi, tujuan, asas, karakteristik, kewenangan negara kesatuan dan lain-lain, termasuk pembahasan mengenai negara Indoenesia adalah negara kesatuan. 4 Ibid., hlm. 53. 5 Boer Mauna. 2000, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam era Dinamika Global, Alumni, Bandung, hlm. 26. Penting juga untuk membaca buku ini, dikarenakan terdapat klasifikasi yang berbeda mengenai bentuk-bentuk negara dari sudut pandang Hukum Internasional.

bagian itu. Negara-negara bagian mempunyai kekuasaan untuk membuat dan memiliki UUD tersendiri (asal tidak bertentangan dengan UUD Federal), kepala negara tersendiri, parlemen tersendiri dan kabinet sendiri. Sementara untuk angkatan perang, hubungan luar negeri, keuangan dan moneter lazimnya berada sebagai kekuasaan pemerintah federal. 6 Al Chaidar Zulfikar Salahuddin Herdi Sahrasad mengemukakan negara federasi (bondsstaat) berbicara tentang satu negara besar yang berfungsi sebagai negara pusat dengan konstitusi federal yang didalamnya terdapat sejumlah negara bagian yang masing-masing memiliki konstitusi sendiri-sendiri. Konstitusi federal adalah mengatur batas-batas kewenangan pusat (federal), sedangkan sisanya dianggap sebagai milik daerah (negara bagian. 7 Dari sudut pandang hukum internasional, yang disebut negara federal adalah adalah gabungan sejumlah negara yang dinamakan negara-negara bagian yang diatur oleh suatu undang-undang dasar yang membagi wewenang antara pemerintah federal dan negara-negara bagiannya. Walaupun negara-negara bagian mempunyai konstitusi dan pemerintahan masingmasing, namun negara federal inilah yang merupakan subjek hukum internasional dan mempunyai wewenang untuk melakukan kegiatan luar negeri. 8 America). Contoh nyata dari negara bentuk federal adalah Amerika Serikat (United State of 3. Confederalis/Konfederasi/Serikat Negara Al Chaidar Zulfikar Salahuddin Herdi Sahrasad menulis negara konfederasi (statenbond) berbicara tentang banyak negara yang memiliki konstitusi sendiri-sendiri, tetapi bersepakat untuk bergabung dalam perhimpunan longgar yang didirikan bersama-sama dengan nama konfederasi. Dalam konfederasi kedaulatan terletak di negara-negara bagian (negara-negara anggota-tafsiran dari Astim Riyanto). 9 Dari sudut pandang Hukum Internasional jenis-jenis penggabungan negara seperti ini dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yang pertama adalah gabungan negara-negara merdeka dan yang kedua adalah konfederasi. Tipe yang pertama, gabungan negara-negara merdeka dapat diklasifikasikan lagi menjadi uni riil dan uni personal. Uni riil adalah penggabungan dua negara atau lebih melalui suatu perjanjian internasional dan berada di bawah kepala negara yang sama dan melakukan kegiatan internasional sebagai satu kesatuan, yang menjadi subjek hukum internasional adalah uni itu sendiri, sedangkan masing-masing negara anggotanya hanya 6 I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na a, Op.cit., hlm. 100. 7 Astim Riyanto, Op.cit., hlm. 55. 8 Boer Mauna. Op.cit, hlm. 27. 9 Astim Riyanto, Op.cit., hlm. 56.

mempunyai kedaulatan intern saja. Sedangkan uni personil terbentuk bila dua negara berdaulat menggabungkan diri karena mempunyai raja yang sama. Dalam uni personil masing-masing negara tetap merupakan subjek hukum internasional. 10 Secara praktik dalam dunia internasional, hampir tidak ada lagi negara yang berada dalam sistem uni riil atau uni personil, kecuali beberapa negara dalam kerangka British Commonwealth of Nations yang mengakui Ratu Elizabeth II sebagai kepala negaranya seperti Kanada dan Australia. 11 Tipe yang kedua, konfederasi diartikan sebagai gabungan dari sejumlah negara melalui suatu perjanjian internasional yang memberikan wewenang tertentu kepada konfederasi. Dalam bentuk gabungan ini, negara-negara anggota konfederasi masing-masingnya tetap merupakan negara-negara yang berdaulat dan subjek hukum internasional. Bentuk konfederasi hanya ada di abad lalu. Walaupun Swiss secara resmi menamakan dirinya negara konfederasi tetapi semenjak tahun 1848 pada hakekatnya lebih bersifat federal dimana wewenang luar negeri berada di tangan pemerintah federal. 12 MP7 10 Boer Mauna. Op.cit, hlm. 26-27. 11 Ibid., hlm. 27. 12 Ibid.