MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN



dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN CILACAP

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 57

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Pembuat Kebijakan Pelaksanaan SIDa di daerah adalah: 1. Gubernur di Tingkat provinsi dan 2. Bupati/Walikota di Tingkat kabupaten/kota.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.5, 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Badan Pengelola Perbatasan Di Daerah. Pembentukan.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DAERAH OTONOM BARU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN, REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

2012, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA NASIONAL PENG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

2012, No Mengingat Menetapkan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Perat

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM DI DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Nega

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Menteri Dalam Negeri tentang Kewaspadaan Dini di Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN FASILITASI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

PANDUAN PENGUATAN SIDa

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG MONOGRAFI DESA DAN KELURAHAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DAN MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI, TATA KERJA, DAN SEKRETARIAT KOMITE KEBIJAKAN INDUSTRI PERTAHANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TIM PENGENDALIAN INFLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 061 TAHUN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG KOORDINASI PEMULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peratura

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

2 b. bahwa ketersediaan dan persebaran tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah daerah, pada saat ini belum merata baik da

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

Transkripsi:

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Nomor: 03 TAHUN 2012 Nomor: 36 TAHUN 2012 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kapasitas pemerintahan daerah, daya saing daerah, dan pelaksanaan Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 diperlukan penguatan sistem inovasi daerah secara terarah dan berkesinambungan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4548) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual Serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4497); 5. Peraturan Presiden Republik lndonesia Nomor 32 tahun 2010 tentang Komite Inovasi Nasional; 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 317) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 168); 8. Peraturan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor 03/M/PER/VI/2010 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset dan Teknologi; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 290); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan: 1. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan,

pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang selanjutnya disebut kelitbangan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. 2. Sistem Inovasi Daerah yang selanjutnya disingkat SIDa adalah keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antarinstitusi pemerintah, pemerintahan daerah, lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, dunia usaha, dan masyarakat di daerah. 3. Lembaga Kelitbangan adalah institusi yang melakukan kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, pengkajian, perekayasaan, dan pengoperasian yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri yang selanjutnya disingkat BPP Kemendagri adalah komponen Kementerian Dalam Negeri yang memiliki tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan pengoperasian serta administrasi dan manajemen kelitbangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan dalam negeri. 5. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah yang selanjutnya disingkat BPPD adalah Badan Penelitian dan Pengembangan atau lembaga lainnya di provinsi dan kabupaten/kota yang memiliki tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan kelitbangan serta administrasi dan manajemen kelitbangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan daerah. 6. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 7. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 9. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD, adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode I (satu) tahun. 10.Hak kekayaan intelektual yang selanjutnya disingkat HKI adalah hak kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir yang berguna untuk manusia. Pasal 2 Ruang lingkup penguatan SIDa meliputi:

a. Kebijakan penguatan SIDa; b. Penataan unsur SIDa; dan c. Pengembangan SIDa. BAB II KEBIJAKAN PENGUATAN SIDa Pasal 3 (1) Menteri Negara Riset dan Teknologi bersama Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan nasional penguatan SIDa. (2) Gubernur menetapkan kebijakan penguatan SIDa di provinsi dan kabupaten/kota di wilayahnya. (3) Bupati/Walikota menetapkan kebijakan penguatan SIDa di kabupaten/kota. Pasal 4 Kebijakan penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, disusun oleh tim koordinasi. Pasal 5 (1) Kebijakan penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) tercantum dalam rencana strategis lima tahunan kementerian. (2) Kebijakan penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam: a. Roadmap penguatan SIDa; b. RPJMD; dan c. RKPD. Pasal 6 (1) Gubernur dan bupati/walikota menugaskan tim koordinasi melakukan penyusunan Roadmap penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a. (2) Roadmap penguatan SIDa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat: a. kondisi SIDa saat ini: b. tantangan dan peluang SIDa c. kondisi SIDa yang akan dicapai: d. arah kebijakan dan strategi penguatan SIDa: e. fokus dan program prioritas SIDa; dan f. rencana aksi penguatan SIDa. (3) Roadmap penguatan SIDa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakomodasi seluruh program dan kegiatan yang didanai dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi, anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan lain-lain pendapatan yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 7 (1) Tim koordinasi provinsi dan kabupaten/kota mengintegrasikan Roadmap penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ke dalam dokumen RPJMD. (2) Dalam hal peraturan daerah tentang RPJMD sudah ditetapkan, pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota melakukan perubahan peraturan daerah yang mengatur tentang RPJMD. (3) Perubahan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mengintegrasikan Roadmap penguatan SIDa. Pasal 8 (1) Tim koordinasi provinsi dan kabupaten/kota mengintegrasikan rencana aksi penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf f, ke dalam dokumen RKPD. (2) Dalam hal peraturan kepala daerah tentang RKPD sudah ditetapkan, kepala daerah melakukan perubahan peraturan kepala daerah yang mengatur tentang RKPD. (3) Perubahan peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mengintegrasikan rencana aksi penguatan SIDa. Pasal 9 (1) Menteri Negara Riset dan Teknologi bersama Menteri Dalam Negeri melakukan sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi kebijakan penguatan SIDa tingkat pusat. (2) Gubernur melakukan sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi kebijakan penguatan SIDa di provinsi dan kabupaten/kota di wilayahnya. (3) Bupati/Walikota melakukan sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi kebijakan penguatan SIDa di kabupaten/kota. Pasal 10 Sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi kebijakan penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi: a. melakukan identifikasi dan inventarisasi kebijakan penguatan SIDa; b. melakukan analisis potensi sinergi kebijakan penguatan SIDa;dan c. memadukan kebijakan-kebijakan antardaerah dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat untuk penguatan SIDa.

BAB III PENATAAN UNSUR SIDa Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri melaksanakan penataan unsur SIDa secara nasional. (2) Gubernur melaksanakan penataan unsur SIDa di provinsi. (3) Bupati/walikota melaksanakan penataan unsur SIDa di kabupaten/kota. Pasal 12 Penataan unsur SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 didelegasikan kepada tim koordinasi. Pasal 13 Unsur SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi: a. Kelembagaan SIDa; b. Jaringan SIDa; dan c. Sumber daya SIDa. Bagian Kedua Penataan Kelembagaan SIDa Pasal 14 Kelembagaan SIDa terdiri atas: a. lembaga/organisasi; b. peraturan; dan c. norma/etika/budaya. Pasal 15 (1) Lembaga/organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, meliputi: a. institusi pemerintah, b. pemerintahan daerah, c. lembaga kelitbangan, d. lembaga pendidikan, e. lembaga penunjang inovasi, f. dunia usaha, dan g. organisasi kemasyarakatan di daerah.

(2) Peraturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b, merupakan ketentuan yang mendukung terciptanya kondisi yang kondusif bagi penguatan SIDa. (3) Norma/etika/budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c, merupakan nilai-nilai profesionalisme dalam mendukung terciptanya kondisi yang kondusif bagi penguatan SIDa. Pasal 16 (1) Penataan institusi pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a, dilakukan dengan cara mensinergikan program dan kegiatan kementerian dan lembaga dalam penguatan SIDa. (2) Penataan terhadap pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b, dilakukan dengan cara: a. membentuk BPPD; b. meningkatkan kapasitas dan peran BPPD sebagai koordinator dalam penguatan SIDa; (3) Penataan lembaga kelitbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c, dilakukan dengan cara meningkatkan kapasitas dan peran ilmu pengetahuan dan teknologi. (4) Penataan lembaga pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf d, dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan kelitbangan di lingkungan lembaga pendidikan sesuai kebutuhan daerah. (5) Penataan lembaga penunjang inovasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf e, dilakukan dengan cara mensinergikan program dan kegiatan semua lembaga yang dapat menunjang penguatan SIDa. (6) Penataan dunia usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf f, dilakukan dengan cara: a. memanfaatkan hasil-hasil kelitbangan yang menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomis; dan b. meningkatkan kemitraan dengan lembaga/organisasi SIDa. (7) Penataan organisasi kemasyarakatan di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf g, dilakukan dengan cara memberdayakan organisasi kemasyarakatan dan mensinergikan dengan penguatan SIDa. Pasal 17 Penataan terhadap peraturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b, dilakukan dengan cara membuat peraturan baru, merubah peraturan, dan mencabut peraturan terkait SIDa. Pasal 18 Penataan terhadap norma/etika/budaya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 huruf c, dilakukan dengan cara mengembangkan profesionalisme dan menginternalisasikan nilai-nilai sosial bagi penguatan SIDa. Bagian Ketiga Penataan Jaringan SIDa Pasal 19 (1) Jaringan SIDa merupakan interaksi antar lembaga/organisasi dalam SIDa. (2) Interaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mensinergikan kemampuan yang dimiliki masing-masing lembaga dalam satu rantai kegiatan. Pasal 20 Penataan jaringan SIDa dilakukan melalui: a. komunikasi intensif antara lembaga SIDa; b. mobilisasi sumber daya manusia; dan c. optimalisasi pendayagunaan HKI, informasi, sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 21 (1) Komunikasi intensif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, dilakukan melalui: a. penyelenggaraan kelompok diskusi terfokus, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya; b. menjalin kerjasama kelitbangan antar lembaga/organisasi SIDa; dan c. forum komunikasi penelitian dan pengembangan daerah. (2) Mobilisasi sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b, dilakukan melalui: a. kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber daya manusia untuk penguatan SIDa antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah; b. kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber daya manusia untuk penguatan SIDa antardaerah; dan c. kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber daya manusia untuk penguatan SIDa antar kabupaten/kota dalam satu provinsi; dan d. kerjasama kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan sumber daya manusia untuk penguatan SIDa antara lembaga pemerintahan dan lembaga non pemerintahan. (3) Optimalisasi pendayagunaan HKI, informasi, sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c, dilakukan melalui: a. pemanfaatan HKI; b. pemanfaatan informasi SIDa; dan

c. pemanfaatan sarana dan prasarana SIDa. Bagian Keempat Penataan Sumber Daya Pasal 22 (1) Sumber daya SIDa terdiri dari: a. kepakaran, keahlian, kompetensi, keterampilan manusia dan pengorganisasiannya; b. kekayaan intelektual dan informasi; dan c. sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi. (2) Penataan sumber daya SIDa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk meningkatkan daya guna dan nilai guna sumber daya SIDa. (3) Penataan sumber daya SIDa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. pemanfaatan keahlian dan kepakaran yang sesuai dengan tematik dan/atau spesifik sumber daya SIDa; b. pengembangan kompetensi manusia dan pengorganisasiannya; c. pengembangan struktur dan strata keahlian jenjang karir; d. peningkatan pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan intelektual; e. pemanfaatan data dan informasi; dan f. pengembangan sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologi. BAB IV PENGEMBANGAN SIDa Pasal 23 (1) Menteri Negara Riset dan Teknologi dan Menteri Dalam Negeri melaksanakan pengembangan SIDa. (2) Gubernur melaksanakan pengembangan SIDa di provinsi dan kabupaten/kota di wilayahnya. (3) Bupati/Walikota melaksanakan pengembangan SIDa di kabupaten/kota. Pasal 24 Pengembangan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 didelegasikan kepada tim koordinasi.

Pasal 25 Pengembangan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 meliputi kegiatan: a. Pembangunan komitmen dan konsensus unsur-unsur SIDa di daerah; b. Pemetaan potensi dan analisis SIDa; dan c. Pemberlanjutan penguatan SIDa. Pasal 26 Pembangunan komitmen dan konsensus unsur-unsur SIDa di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a, dilakukan melalui sosialisasi, fasilitasi, dan alokasi sumber daya. Pasal 27 Pemetaan potensi dan analisis SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b, dilakukan melalui: a. identifikasi dan pengumpulan data; b. pemetaan; dan c. analisis faktor kebijakan, unsur SIDa, program dan kegiatan. Pasal 28 Pemberlanjutan penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan penguatan SIDa. BAB V TIM KOORDINASI Pasal 30 (1) Menteri Negara Riset dan Teknologi bersama Menteri Dalam Negeri membentuk Tim Koordinasi Nasional Penguatan SIDa. (2) Tim Koordinasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. menyusun dokumen Roadmap nasional penguatan SIDa; b. mengintregrasikan program SIDa dalam dokumen rencana strategis kementerian dan lembaga; c. melakukan sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi SIDa; d. melakukan penataan unsur SIDa secara nasional; e. melakukan pengembangan SIDa secara nasional; f. memersiapkan rumusan kebijakan penguatan SIDa; g. mengoordinasikan penyusunan program dan kegiatan penguatan SIDa secara nasional; h. melakukan monitoring dan evaluasi; dan

i. melaporkan hasil pelaksanaan penguatan SIDa. Pasal 31 Tim Koordinasi Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) terdiri dari: Pengarah : 1. Menteri Negara Riset dan Teknologi 2. Menteri Dalam Negeri Ketua I : Deputi Bidang Jaringan Iptek Kemenristek Ketua II : Kepala BPP Kemendagri Sekretaris I : Asisten Deputi Jaringan Iptek Pusat dan Daerah Kemenristek Sekretaris II : Sekretaris BPP Kemendagri Anggota : Pejabat Struktural/Fungsional di lingkungan Kemenristek dan Kemendagri. Pasal 32 Tim Koordinasi Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi. Pasal 33 (1) Gubernur membentuk Tim Koordinasi Penguatan SIDa di tingkat provinsi. (2) Bupati/walikota membentuk Tim Koordinasi Penguatan SIDa di tingkat kabupaten/kota. (3) Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mempunyai tugas: a. menyusun dokumen Roadmap penguatan SIDa; b. mengintregrasikan program SIDa dalam dokumen RPJMD; c. melakukan sinkronisasi, harmonisasi dan sinergi SIDa; d. melakukan penataan unsur SIDa di daerah; e. melakukan pengembangan SIDa di daerah; f. memersiapkan rumusan kebijakan penguatan SIDa di daerah; g. mengoordinasikan penyusunan program dan kegiatan penguatan SIDa di daerah; h. melakukan monitoring dan evaluasi; dan i. melaporkan hasil pelaksanaan penguatan SIDa. Pasal 34 (1) Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 terdiri dari:

(2) Pengarah : Kepala Daerah Ketua : Sekretaris Daerah Sekretaris : Kepala BPPD Anggota : 1. Kepala Dinas/Badan/Kantor yang terkait 2. Lembaga/Organisasi lainnya yang terkait Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB VI KOORDINASI Pasal 35 (1) Tim Koordinasi Nasional melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, dan tim koordinasi tingkat provinsi untuk penguatan SIDa paling sedikit empat kali dalam satu tahun atau sesuai kebutuhan. (2) Tim Koordinasi Provinsi melakukan koordinasi dengan tim koordinasi tingkat Provinsi dan kabupaten/kota untuk penguatan SIDa paling sedikit satu kali dalam satu tahun atau sesuai kebutuhan. (3) Tim Koordinasi Kabupaten/Kota melakukan koordinasi paling sedikit satu kali dalam satu tahun atau sesuai kebutuhan. Pasal 36 Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan untuk menerpadukan SIDa dengan sistem inovasi nasional di tingkat pusat, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 37 (1) Menteri Dalam Negeri melalui Kepala BPP Kemendagri melaksanakan pembinaan dan pengawasan umum penguatan SIDa. (2) Menteri Negara Riset dan Teknologi melalui Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Riset dan Teknologi melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis penguatan SIDa. (3) Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penguatan SIDa di provinsi dan kabupaten/kota di wilayahnya. (4) Bupati/walikota melaksanakan pembinaan dan pengawasan penguatan SIDa di kabupaten/kota.

Pasal 38 Pembinaan penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 meliputi: a. koordinasi penguatan SIDa; b. pemberian pedoman dan standar pelaksanaan penguatan SIDa; c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penguatan SIDa; d. pendidikan dan pelatihan; e. melaksanakan kegiatan kelitbangan dalam rangka penguatan SIDa; dan f. perencanaan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan penguatan SIDa. Pasal 39 (1) Pengawasan penguatan SIDa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 meliputi: a. pengawasan secara berkala terhadap pelaksanan penguatan SIDa antarsusunan pemerintahan; dan b. pengawasan secara tentatif terhadap pelaksanan penguatan SIDa antarsusunan pemerintahan. (2) Pengawasan secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh Tim Koordinasi Nasional kepada Tim Koordinasi Provinsi dan Tim Koordinasi Provinsi kepada Tim Koordinasi Kabupaten/Kota dengan periode setiap 6 bulan dan setiap akhir tahun anggaran. (3) Pengawasan secara tentatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan oleh Tim Koordinasi Nasional kepada Tim Koordinasi Provinsi dan Tim Koordinasi Provinsi kepada Tim Koordinasi Kabupaten/Kota pada waktu tertentu sesuai kebutuhan. BAB VIII PENDANAAN Pasal 40 Pendanaan penguatan SIDa bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan/atau c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IX PELAPORAN Pasal 41 (1) Gubernur melaporkan pelaksanaan penguatan SIDa provinsi kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri. (2) Bupati/Walikota melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penguatan SIDa kabupaten/kota kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi, melalui Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan satu kali dalam satu tahun. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bersama ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 April 2012 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, TTD. GAMAWAN FAUZI MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, TTD. GUSTI MUHAMMAD HATTA Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 3 Mei 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 484